Anda di halaman 1dari 44

HERMENEUTIKA PERJANJIAN LAMA III

TAFSIRAN AMSAL 17 : 1-28

Dosen Pengampuh :

Pdt. Dr. Adolf K. Wenas, M.Th

Disusun oleh kelompok 2:

Nia Robot

Jessica Rumuat

Fene Makal

Levi Walangitan

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

YAYASAN Ds. A.Z.R WENAS

FAKULTAS TEOLOGI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur limpah terima kasih kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, oleh
karena berkat dan anugerah-Nya kami kelompok 2 dapat menyusun makalah ini untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah “Hermeneutika Perjanjian Lama III”. Atas nama kelompok juga berterima
kasih kepada dosen Pdt. Dr. Adolf K. Wenas, M.Thyang sudah menyalurkan ilmunya kepada kami
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Mengucapkan terima kasih juga kepada
rekan-rekan kelompok yang sudah bekerja sama dan berjuang untuk menyelesaikan makalah ini
walaupun dalam keadaan yang terpisah akibat dampak COVID-19 ini.

Untuk diketahui bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami kelompok menyampaikan permohonan maaf kepada pembaca. Dan kiranya
kritik dan saran yang membangun dari pembaca, akan menjadikan motivasi bagi kami sehingga
dalam penyusunan makalah selanjutnya akan lebih baik lagi. Demikian yang dapat kelompok
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih, Tuhan Yesus
memberkati.

Salam Kasih

Penulis
LATAR BELAKANG UMUM

Kitab Amsal Merupakan salah satu kitab hikmat yang ada dalam Alkitab PL. Kitab ini
merupakan salah satu kitab yang termasuk golongan atau jenis sastra yang berisi nasihat-nasihat
untuk semua orang percaya.1 Kitab Amsal merupakan kumpulan tulisan dengan aneka ragam gaya
yang berbeda-beda.2 Kitab AMsal pun termasuk memiliki 4 ciri yakni, ringkas, jelas, tajam dan
popular. Amsal adalah nasehat, pengajaran atau didikan. Amsal dalam bahasa ibrani misyle yaitu
bentuk konstrak jamak maskulin dari misyelim artinya amsal-amsal. Misyle selomo artinya kitab
ini kumpulan dari amsal-amsal Salomo. Amsal juga ditemukan dalam bentuk masyal artinya “
menyerupai” , dimana sang guru mengajar degan mempergunakan bahasa simbol atau
perbandingan.3 Jadi amsal pada mulanya mungkin merupakan semacam perbandingan, seperti
yang sering terdapat dalam Perjanjian Lama : (Ams 16:24 atau Ams 15:17).
Peristiwa-peristiwa aktual dari sejarah Ibrani hampir tidak memainkan peranan dalam kitab
Amsal . Hal ini hanya menggarisbawahi sifat universal dan nilai hikmat praktis. Hal yang sama
juga berlaku bagi sastra pengajaran orang Mesir dan mesopotamia. Sastra Hikmat berada di luar
ruang lingkup sejarah dalam pengertian bahwa tujuannya adlah untuk mengajar orang-orang dalam
prinsip-prinsip perilaku yang benar . Hikmat yang bersifat pengajaran berpusat pada 3 lembaga,
yaitu keluarga atau marga, istana raja, dan sekolah-sekolah ahli Taurat . Pengumpulan dan
kanonisasi sastra instruksional sebagian besar merupakan tanggung jawab istana raja di israel dan
di tempat lain di Timur Dekat, karena tradisi hikmat sangat diperlukan dalam mendidik para
pemuda yang dipekerjakan di bidang pemerintahan.
Konteks sejarah untuk pengembangan tradisi hikmat ibrani meliputi kerajaan kesatuan di
bawah Salomo dan bagian Yehuda dari kerajaan pecah di bawah Raja Hizkia. Hubungan antara
orang-orang bijaksana Ibrani dengan istana raja mengikuti pola yang tetap dikalangan orang-orang
berhikmat di seluruh dunia kuno ( bdg.I Raj 4:30-31). Berhasilnya peran serta Israel dalam
masyarakat internasional sebagai “terang” Allah bagi bangsa-bangsa bergantung pada
kepemimpinan yang benar dan saleh. Orang-orang bijaksana diserahi tanggung jawab untuk
mengajar para pejabat kerajaan mengenai hikmat agar mereka dapat menjadi pengurus dan
pemimpin yang berhasil guna yang menjadi panutan dalam watk dan perilaku yang saleh.

1 Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama , (Bandung: Bina Media Informasi , 2009),193
2 W.S. Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2 : Sastra dan Nubuat , (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016), 89
3 Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan: Penerbit Bina Media Perintis, 2016 ), 135
Pengaruh hikmat juga penting sekali bagi raja-raja Ibrani untuk mendatangkan keseimbangan dan
perspektif bagi struktur perekonomian masyarakat Ibrani, serta melindungi hak-hak orang miskin
dan yang hidup serba kurang ( Ams 31:8-9). Bahkan mungkin sekali pengajaran dari sastra hikmat
dipergunakan untuk melengkapi pembaharuan keagamaan raja-raja Yehuda yang saleh dan takut
akan Allah ( II Raj 18:1-6; II Taw 29-31).
Pelaksanaan hikmat memiliki kegunaan timbal balik bagi raja-raja Ibrani maupun bagi
masyarakat Ibrani . pemerintah raja menjadi lebih aman dan pasti oleh pengajaran, yang
menanamkan rasa hormat pada wibawa orang-tua dan raja , sementara mutu kehidupan untuk
penduduk ibrani ditingkatkan sewaktu raja menjalankan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan (
Ams 20:28; 24:21; 25:2-7 ).4

Kitab Amsal dilatar-belakangi oleh sifat yang internasional dan yang religius-etis ; Allah
selalu berada di pusat pemikiran. Kitab ini bersifat eudemonistis juga: “semuanya yang berguna
itu adalah baik”. Pada umumnya sastera hikmah, termasuk kitab Amsal , tidaklah mempunyai
hubungan dengan sejarah Israel. Jadi di sini orang tidak berbicara tentang perbuatan-perbuatan
besar Allah dalam sejarah Israel. Yang penting dalam kitab ini ialah bagaimana orang bisa hidup
sebagai orang yang baik dan saleh menurut kehendak Allah. 5

PEMBAGIAN KITAB AMSAL


- Kepentingan Hikmat : Amsal 1:1-9:18
- Amsal-amsal Salomo : Amsal 10:1-22:16
- Kata-kata Orang Bijak : Amsal 22:17-24:22
- Ucapan-ucapan Tambahan Orang Bijak : Amsal 24:23-34
- Amsal-amsal Tambahan dari Salomo : Amsal 25:1-29:27
- Kata-kata Agur : Amsal 30:1-33
- Kata-kata Lemuel 31:1-9
- Pujian Istri yang Cakap Amsal 31:10-31

PENULIS

4Andrew E.Hill & John H.Walton, Survei Perjanjian Lama, ( Malang: Gandum Mas, 1996), 467-468.
5 J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia , 2018 ) 153
Beberapa ahli kuno, seperti rabi dan lainnya mengaitkan Amsal dengan Salomo; yang
lainnya berpendapat bahwa kitab ini adalah campuran asli dan merupakan karya dari sejumlah
penulis. Para pengkritik modern yang paling cakap memilih pendapat kedua. Barangkali Salomo
adalah penulis dari bagian yang mulai dengan ayat pertama dari pasal kesepuluh dan berakhir
dengan ayat keenam belas dari pasal ke duapuluh dua. Kalau kita pelajari ayat pertama dari pasal
ke duapuluh lima, koleksi Amsal meluas sampai akhir pasal ke duapuluh sembilan yang juga
dikaitkan dengan dia, tetapi tidak disusun sampai 250 tahun setelah kematiannya. Sisa dari kitab
ini tampaknya tersusun dari enam bagian oleh tangan-tangan yang berbeda pada periode-periode
yang berbeda. Salah satunya adalah pendahuluan, yang menempati sembilan pasal yang pertama.
Ini barangkali ditulis oleh orang yang menyusun seluruh buku, tetapi yang namanya tidak
diketahui.6 Salomo umumnya dipercaya sebagai penulis sebagian besar Amsal. Sungguh
memungkinkan kalau tidak semua bagian Amsal adalah asli tulisannya. Dalam pasal 30 dan 31
ditemukan kata-kata Agur dan Lemuel.
GARIS BESAR
I. Prolog: Maksud dan Tema-Tema Amsal
(Ams 1:1-7)
II. Tiga Belas Ajaran Hikmat bagi Kaum Muda
(Ams 1:8-9:18)
Hormatilah Orang-Tua dan Perhatikan Nasihat Mereka
(Ams 1:8-9)
Katakan "Tidak" kepada Semua Bujukan Orang Berdosa
(Ams 1:10-19)
Tunduklah pada Hikmat dan Takut akan Tuhan
(Ams 1:20-33)
Carilah Hikmat dengan Pengertian dan Kebajikannya
(Ams 2:1-22)
Ciri-Ciri Khas dan Manfaat Hikmat Sejati
(Ams 3:1-35)
Hikmat Sebagai Harta Keluarga

6Alkitab Sabda, SIapa yang menulis kitab-kitab puisi Amsal dan Mazmur ?
https://alkitab.sabda.org/article.php?no=97&type=12 (diakses Senin, 04 Oktober 2021, 16.40)
(Ams 4:1-13,20-27)
Hikmat dan Dua Jalan Hidup Ini
(Ams 4:14-19)
Bujukan dan Kebodohan Kebejatan Seksual
(Ams 5:1-14)
Nasihat Mengenai Kesetiaan Dalam Pernikahan
(Ams 5:15-23)
Hindari Tanggungan Utang Orang Lain, Kemalasan dan Penipuan
(Ams 6:1-19)
Kebodohan yang Sangat dari Semua Bentuk Kebejatan Seksual
(Ams 6:20-7:27)
Imbauan Hikmat
(Ams 8:1-36)
Hikmat dan Kebebalan Diperbandingkan
(Ams 9:1-18)
III.Himpunan Utama Amsal-Amsal Salomo
(Ams 10:1-22:16)
Amsal-Amsal yang Membandingkan Orang Benar dengan Orang Fasik
(Ams 10:1-15:33)
Amsal-Amsal yang Mendorong Hidup Benar
(Ams 16:1-22:16)
IV. Perkataan Tambahan Orang Bijak
(Ams 22:17-24:34)
V. Amsal-Amsal Salomo yang Dikumpulkan Para Pegawai Hizkia
(Ams 25:1-29:27)
Amsal-Amsal Tentang Bermacam-Macam Orang
(Ams 25:1-26:28)
Amsal-Amsal Tentang Berbagai Kegiatan
(Ams 27:1-29:27)
VI. Kata-Kata Hikmat Terakhir
(Ams 30:1-31:31)
Oleh Agur
(Ams 30:1-33)
Oleh Lemuel
(Ams 31:1-9)
Mengenai Istri yang Bersifat Mulia
(Ams 31:10-31)
WAKTU PENULISAN
Dari Amsal 25:1 jelaslah bahwa Kitab Amsal tidak mungkin diselesaikan sebelum masa
Raja Hizkia (kira-kira 715-686 sM). Dua pasal terakhir mungkin ditambahkan selama atau segera
sesudah masa pembuangan (kira-kira 500 sM). Kemungkinan besar Amsal 10-29 disunting selama
pemerintahan Hizkia dan pasal pembukaan serta kesimpulannya ditambahkan selama dua abad
berikutnya.
Penyusunannya yang akhir dilakukan pada abad ke-5 sM, walaupun kebanyakan isinya
sudah jauh Iebih tua, dengan amsal-amsal dan ungkapan-ungkapan yang Iebih panjang, yang sudah
ada jauh sebelum masa pembuangan.” Ada pendapat yang menganggap berbagai ucapan dalam
Kitab Amsal berasal dari waktu yang Iebih kemudian karena ucapan itu nyata-nyata bersifat
keagamaan (McKanc 1970: him. 17-21). Namun pendapat ini harus ditolak. Seluruh latar belakang
amsal-amsal dengan jelas menyatakan iman kepada Allah sehingga tidak mungkin membedakan
waktu ayat-ayat yang menyebutkan karya-Nya dan ayat-ayat yang tidak menyebutkannya.
Kehadiran-Nya dalam tata dunia yang diciptakan-Nya dan ditopang-Nya tersirat dalam setiap
ungkapan: Pengalaman dunia selalu merupakan pengalaman ilahi juga bagi Israel dan pengalamam
akan Allah adalah pengalaman akan dunia”. 7
TUJUAN
Hikmat dalam bahasa Ibrani adalah seni untuk mencapai keberhasilan dan Kitab Amsal
adalah buku petunjuk untuk hidup yang berhasil. Dengan mengutip dan melukiskan kebiasaan
hidup yang negatif dan positif, Kitab Amsal menjelaskan perilaku yang benar dan salah dalam
berbagai keadaan. Di dalamnya memang tidak ada keterangan mengenai sejarah Israel dan tema-
tema besar nubuat para nabi (misalnya perjanjian). Tetapi itu tidak berarti pengarangnya tidak
memperhatikan hal-hal tersebut. Malah, tujuannya adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip iman
perjanjian Israel dalam sikap dan pengalaman sehari-hari. Hukum kasih (Im 19:18 UI 6:5; bnd.

7 W.S. Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2 : Sastra dan Nubuat , (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016)
Mrk 12:29-31) merupakan pokok yang sangat penting dalam Perjanjian Lama dan Kitab Amsal
berfungsi sebagai penjelasan yang luas mengenai hal itu. Setiap orang Israel memandang hukum
Allah sebagai kewajiban bersyarat yang menuntut kesetiaan dan ketaatan penuh. Hal ini sangat
dekat dengan konsep tentang takut akan Tuhan sebagai permulaan hikmat (Ams 1:7; 2:5; 9:10;
Ayb 28:28; Mzm 111:10). Hampir sama dengan pengenalan akan Allah seperti yang ditekankan
dalam kitab nabi-nabi besar, kewajiban ini merupakan kesadaran untuk memperkenan Allah dalam
setiap segi kehidupan. Tujuan utama Kitab Amsal adalah antuk menjelaskan dengan cermat dan
tepat dan mudah diingat, apa yang dimaksud dengan siap melayani Allah sepenuhnya. 8
PEMBAGIAN KITAB AMSAL

Kepentingan Hikmat : Amsal 1:1-9:18

Amsal-amsal Salomo : Amsal 10:1-22:16

Kata-kata Orang Bijak : Amsal 22:17-24:22

Ucapan-ucapan Tambahan Orang Bijak : Amsal 24:23-34

Amsal-amsal Tambahan dari Salomo : Amsal 25:1-29:27

Kata-kata Agur : Amsal 30:1-33

Kata-kata Lemuel 31:1-9

Pujian Istri yang Cakap Amsal 31:10-31

TUJUAN

Hikmat Ibrani adalah seni untuk mencapai keberhasilan dan Kitab Amsal adalah buku
petunjuk untuk hidup yang berhasil. Dengan mengutip dan melukiskan kebiasaan hidup yang
negatif dan positif, Kitab Amsal menjelaskan perilaku yang benar dan salah dalam berbagai
keadaan. Di dalamnya memang tidak ada keterangan mengenai sejarah Israel dan tema-tema besar
nubuat para nabi (misalnya perjanjian). Tetapi itu tidak berarti pengarangnya tidak memperhatikan
hal-hal tersebut. Malah, tujuannya adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip iman perjanjian Israel
dalam sikap dan pengalaman sehari-hari. Hukum kasih (Im 19:18 UI 6:5; bnd. Mrk 12:29-31)
merupakan pokok yang sangat penting dalam Perjanjian Lama dan Kitab Amsal berfungsi sebagai
penjelasan yang luas mengenai hal itu. Setiap orang Israel memandang hukum Allah sebagai
kewajiban bersyarat yang menuntut kesetiaan dan ketaatan penuh.

8 W.S. Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2 : Sastra dan Nubuat, 90


Hal ini sangat dekat dengan konsep tentang takut akan Tuhan sebagai permulaan hikmat
(Ams 1:7; 2:5; 9:10; Ayb 28:28; Mzm 111:10). Hampir sama dengan pengenalan akan Allah
seperti yang ditekankan dalam kitab nabi-nabi besar, kewajiban ini merupakan kesadaran untuk
memperkenan Allah dalam setiap segi kehidupan. Tujuan utama Kitab Amsal adalah antuk
menjelaskan dengan cermat dan tepat dan mudah diingat, apa yang dimaksud dengan siap
melayani Allah sepenuhnya. 9

LATAR BELAKANG KHUSUS

Kitab Amsal merupakan kumpulan-kumpulan tulisan dengan aneka ragam gaya yang
berbeda-beda. Tema yang mempersatukan kitab ini ialah "hikmat untuk hidup dengan benar ",
sebuah hikmat yang berawal dari tunduk dengan rendah hati kepada Allah dan kemudian mengalir
kepada semua bidang kehidupan. Salah satu hikmat dalam amsal ini ialah memberi nasihat melalui
kumpulan-kumpulan Amsal Salomo. Orang berhikmat menurut pengertian pengAmsal salomo
adalah mereka yang mengenal Allah dan menaati perintah-perintahNya.10
Khusus pada Amsal 17 : 1-28 semuanya sangat mirip dengan Mazmur dan kitab para nabi
yang mengungkapkan tentang posisi hikmat. Dalam kitab Amsal 17 : 1-28 masih berbicara tentang
kumpulan-kumpulan Amsal salom yang didalamnya salomo menulis ini dengan cara yang sama
bahwa Tuhan menguji hati umat manusia untuk hidup yang benar dihadapan Tuhan. Sebagaimana
Daud menjadi sumber tradisi bermazmur di Israel, demikian salomo menjadi sumber tradisi
hikmat. Khusus dalam pasal ini berbicara juga tentang pengganti yang paling memuaskan untuk
hikmat adalah diam. Kebijaksanaan berbicara lebih baik daripada kefasihan berbicara. 11
Amsal-amsal Salomo (Ams 10:1-22:6)
Mungkin bagian inilah yg tertua dari Kitab Amsal. Di antara para ahli ada kecenderungan
yg makin meningkat untuk menerima ketelitian tradisi yg tercermin pada 1 Raj 4:29-34; Ams 1:1;
10:1; 25:1 yg menghormati Salomo sebagai par excellence -- orang bijak yg paling utama.
Hubungannya dengan istana Mesir, jaringan dan jangkauan pemerintahannya yg luas sekali,
penggabungan kemakmuran dan terhentinya perang memberi kesempatan kepadanya untuk
memperhatikan usaha-usaha di bidang kebudayaan hingga pada tingkat tertentu, yg tak dapat
dicapai oleh para penggantinya.

9 W.S. Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama 2 : Sastra dan Nubuat, 90


10 Alkipedia
11 LAI, Alkitab Edisi Studi (LAI, Jl. Salemba Raya 12, Jakarta 10430),
Kira-kira 375 amsal muncul dalam kumpulan ini. Susunannya sebagian besar antitetis ps
10-15 dan sintetis atau sinonimis ps 16-22. Bagian terbesar dari amsal-amsal itu tidak mempunyai
hubungan satu dengan yg lain; tiada nampak sistem pengelompokan. Sekalipun nada keagamaan
diperdengarkan (bnd 15:3, 8-9, 11; 16:1-9 dab), namun bagian terbesar amsal-amsal itu tidak
menunjuk secara khusus kepada iman Israel, melainkan didasarkan atas pengamatan-pengamatan
praktis dari hidup sehari-hari. Sifat praktis yg luar biasa dalam instruksi yg menekankan
keuntungan-keuntungan hikmat itu, telah menimbulkan kritik dari mereka yg berpendapat bahwa
agama murni seharusnya tidak memperhatikan akibat baik atau buruk. Tapi bagaimanakah seorang
bijak yg praktis, yg kepadanya Allah belum menyatakan rahasia hidup setelah mati, dapat
memperjelas persoalannya tanpa menunjuk kepada berkat-berkat orang bijak dan perangkap-
perangkap orang bodoh?12

12 Douglas, J. D. 1997. Ensiklopedi Alkitab : A-L, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih
PERBANDINGAN TEKS

BAHASA NEW
TERJEMAHAN KING JAMES
INDONESIA INTERNATIONAL BAHASA ASLI
BARU VERSION
SEHARI-HARI VERSION
Lebih baik Lebih baik sesuap Better a dry crust Better is a dry ‫֤טֹוב פַּ֣ת ח ֲֵ֖רבָ ה‬
sekerat roti yang nasi disertai with peace and morsel, and ‫ָה־בָּ֑ה ִִ֜מ ַּ֗ביִ ת‬
ָ ‫וְ שלְ ו‬
kering disertai ketentraman, quiet than a house quietness ‫י־ריב‬ ִֽ ִ ֵ‫מָ לֵ ֵ֥א זִבְ ח‬:
dengan daripada makanan full of feasting, therewith, than
ketenteraman, lezat berlimpah- with strife. an house full of
1
dari pada limpah disertai sacrifices with
makanan daging pertengkaran. strife.
serumah disertai
dengan
perbantahan.
Budak yang Hamba yang cerdas A wise servant will A wise servant ‫ֶ ִֽעבֶד־מ ְש ַּ֗ ִכיל י ְִמשֹׁ ל‬
berakal budi akan akan berkuasa atas rule over a shall have rule ‫בְ ֵבַּ֣ן מֵ ִ ָ֑ביש ּובְ ֵ֥תֹוְך‬
berkuasa atas anak yang membuat disgraceful son, and over a son that ‫ ִ֜א ִַּ֗חים יחֲ֖לֵ֥ ק נח ָ ֲִֽ֖לה‬:
anak yang malu; dan akan will share the causeth shame,
membuat malu, menerima warisan inheritance as one and shall have
2 dan akan bersama saudara- of the brothers. part of the
mendapat bagian saudara anak itu. inheritance
warisan bersama- among the
sama dengan brethren.
saudara-saudara
anak itu.
Kui adalah untuk Emas dan perak The crucible for The fining pot is ‫מצְ ֵ ַּ֣רף לכֶסֶ ף וְ כַּ֣ ּור‬
melebur perak diuji di perapian, silver and the for silver, and ‫לז ָָהָ֑ב ּובֹׁ ֵחן לִ ַּ֣בֹות‬
dan perapian tetapi hati orang furnace for gold, the furnace for ‫הוִֽה‬
ָ ְ‫י‬:
3 untuk melebur diuji oleh TUHAN. but the LORD tests gold: but the
emas, tetapi the heart. LORD trieth the
TUHANlah yang hearts.
menguji hati.
Orang yang Orang jahat A wicked man A wicked doer ‫מֵ רע מקְ ִ ַּ֣שיב על־‬
berbuat jahat menuruti saran- listens to evil lips; a giveth heed to ‫ת־אוֶן ֶ ֵ֥שקֶ ר ִ֜ ֵמזִין‬
ָ֑ ָ ‫ְשפ‬
memperhatikan saran yang jahat, liar pays attention false lips; and a ‫ל־לְשֹון ה ִֽ ֹּׁות‬
ֵ֥ ‫ע‬:
bibir jahat, pendusta suka to a malicious liar giveth ear to
4 seorang pendusta mendengarkan kata- tongue. a naughty
memberi telinga kata fitnahan. tongue.
kepada lidah
yang
mencelakakan.
Siapa mengolok- Siapa mengejek He who mocks the Whoso mocketh ‫לעֵ ַּ֣ג ל ָָרש חֵ ֵ ַּ֣רף‬
olok orang orang miskin papa, poor shows the poor ‫עֹׁשֵֹׁ ָ֑ הּו שָ ֵ ֵ֥מח לְִ֜ ַּ֗ ֵאיד ַּ֣ל ֹׁא‬
miskin menghina menghina Allah contempt for their reproacheth his ‫יִ נ ֶ ִָֽקה‬:
Penciptanya; penciptanya. Siapa Maker; whoever Maker: and he
5 siapa gembira gembira atas gloats over disaster that is glad at
karena suatu kemalangan orang, will not go calamities shall
kecelakaan tidak pasti mendapat unpunished. not be
akan luput dari hukuman. unpunished.
hukuman.
Mahkota orang- Kebanggaan orang Children's children Children's ‫ע ֲֶ֖ט ֶַּ֣רת ז ְקֵנִ ים בְ נֵ ַּ֣י‬
orang tua adalah yang sudah tua are a crown to the children are the ‫בָ נִ ָ֑ים וְ ִתפְ ֶא ֶרת בָ נִ ַּ֣ים‬
anak cucu dan adalah anak aged, and parents crown of old ‫ֲ֖בֹותם‬ ִֽ ָ ‫א‬:
6 kehormatan anak- cucunya; are the pride of men; and the
anak ialah nenek kebanggaan anak- their children. glory of children
moyang mereka. anak adalah orang are their fathers.
tuanya.
Orang bebal tidak Orang terhormat Arrogant lips are Excellent speech ‫ל ֹׁא־נָאוָ ַּ֣ה לְ נ ָָבַּ֣ל ְשפת־‬
layak tidak patut unsuited to a fool-- becometh not a ‫יֶ ָ֑תֶ ר ִ֜ ַּ֗אף ִ ִֽכי־לְ נ ִ ֵָ֥דיב‬
mengucapkan mengucapkan kata- how much worse fool: much less ‫ת־שקֶ ר‬ ִֽ ָ ‫שפ‬: ְ
kata-kata yang kata dusta; orang lying lips to a ruler! do lying lips a
7
bagus, apalagi bodoh tidak pantas prince.
orang mulia mengucapkan kata-
mengucapkan kata berharga.
kata-kata dusta.
Hadiah suapan Ada yang A bribe is a charm A gift is as a ‫ן־חַּ֣ן השֹׁ חד בְ עֵינֵ ַּ֣י‬
ֵ ֶ‫ֶ ִֽאב‬
adalah seperti menyangka uang to the one who precious stone in ‫בְ עָלָ ָ֑יו ֶ ִֽאל־כָל־א ֲֶ֖שר‬
mestika di mata sogok dapat gives it; wherever the eyes of him ‫יִ פְ נֶ ַּ֣ה י ְש ִ ִֽכיל‬:
yang membuat keajaiban; he turns, he that hath it:
8 memberinya, ke dengan uang sogok succeeds. whithersoever it
mana juga ia segalanya dapat turneth, it
memalingkan terlaksana. prospereth.
muka, ia
beruntung.
Siapa menutupi Kalau ingin disukai He who covers over He that covereth ‫ְ ִֽמכסֶ ה־פֶשע ְמב ֵ ַּ֣קש‬
pelanggaran, orang, maafkanlah an offense promotes a transgression ‫אה ֲָ֖בָ֑ה וְ שֹׁ נֶ ֵ֥ה ְִ֜בדָ ַּ֗ ָבר‬
mengejar kasih, kesalahan yang love, but whoever seeketh love; but ‫מפְ ִ ֵ֥ריד אלִֽ ּוף‬:
tetapi siapa mereka lakukan. repeats the matter he that repeateth
9 membangkit- Membangkit- separates close a matter
bangkit perkara, bangkit kesalahan friends. separateth very
menceraikan hanya memutuskan friends.
sahabat yang persahabatan.
karib.
Suatu hardikan Satu teguran lebih A rebuke impresses A reproof ‫ֵ ַּ֣תחת גְ ע ָ ַָּ֣רה בְ מֵ ִ ָ֑בין‬
10
lebih masuk pada berarti bagi orang a man of entereth more ‫מֵ הכֹות כְ ִ ַּ֣סיל מֵ ָ ִֽאה‬:
orang berbudi daripada discernment more into a wise man
berpengertian seratus cambukan than a hundred than an hundred
dari pada seratus pada orang yang lashes a fool. stripes into a
pukulan pada bodoh. fool.
orang bebal.
Orang durhaka Orang jahat selalu An evil man is bent An evil man ‫קֶש־רע‬ ָ֑ ָ ‫־מ ִ ֵ֥רי יְ ב‬
ְ ‫אְך‬
hanya mencari menimbulkan only on rebellion; a seeketh only ‫ּומלְ ָ ֵ֥אְך ִ֜אכְ ז ִ ַָּ֗רי‬
kejahatan, tetapi keonaran, tapi maut merciless official rebellion: ‫ח־בֹו‬
ִֽ ‫יְשֻׁ ל‬:
11 terhadap dia akan datang kepadanya will be sent against therefore a cruel
disuruh utusan sebagai utusan yang him. messenger shall
yang kejam. kejam. be sent against
him.
Lebih baik Lebih baik Better to meet a Let a bear ‫פָג֬ ֹוש דַֹּׁ֣ ב שכַּ֣ ּול‬
berjumpa dengan berjumpa dengan bear robbed of her robbed of her ‫ל־כ ִַּ֗סיל‬
ְ ִ֜ ‫בְ ִ ָ֑איש וְ א‬
beruang betina induk beruang yang cubs than a fool in whelps meet a ‫בְ ִאּולְ ִֽתֹו‬:
yang kehilangan kehilangan his folly. man, rather than
12
anak, dari pada anaknya, daripada a fool in his
dengan orang dengan orang bodoh folly.
bebal dengan yang sibuk dengan
kebodohannya. kebodohannya.
Siapa membalas Siapa membalas If a man pays back Whoso ‫מֵ ִ ַּ֣שיב ָרעָה ַּ֣תחת‬
kebaikan dengan kebaikan dengan evil for good, evil rewardeth evil ‫טֹובָ֑ה ל ֹׁא־תָ ֵ֥מּיש‬ ָ
kejahatan, kejahatan, kejahatan will never leave his for good, evil ‫יתֹו‬
ִֽ ֵ‫תָ ֵ֥מּוש ָ ִ֜ר ַָּ֗עה ִמב‬:
13
kejahatan tidak pun tak akan dapat house. shall not depart
akan menghindar dikeluarkan dari from his house.
dari rumahnya. rumahnya.
Memulai Memulai Starting a quarrel is The beginning ‫אשית‬ ַּ֣ ִ ‫ֹוטר מיִם ֵר‬ ִֽ ֵ ַּ֣‫פ‬
pertengkaran pertengkaran adalah like breaching a of strife is as ‫מָ ָ֑דֹון וְ לִ פְ נֵ ֵ֥י ִִ֜ה ְתג ַּ֗לע‬
adalah seperti seperti membuka dam; so drop the when one letteth ‫הָ ִ ֵ֥ריב נְ ִֽטֹוש‬:
membuka jalan jalan air; karena itu matter before a out water:
14
air; jadi undurlah undurlah sebelum dispute breaks out. therefore leave
sebelum pertengkaran mulai. off contention,
perbantahan before it be
mulai. meddled with.
Membenarkan TUHAN membenci Acquitting the He that justifieth ‫מצְ ִ ַּ֣דיק ָרשָ ע‬
orang fasik dan orang yang guilty and the wicked, and ‫ּומ ְר ִ ַּ֣שיע צ ִ ָ֑דיק‬
mempersalahkan membenarkan orang condemning the he that ‫תֹועֲ֖בֵ֥ת ְִ֜יה ַּ֗ ָוה גם־‬
orang benar, durhaka, dan yang innocent--the condemneth the ‫ֵיהם‬
ִֽ ֶ ‫שנ‬:
ְ
15
kedua-duanya menyalahkan orang LORD detests them just, even they
adalah kekejian yang tak bersalah. both. both are
bagi TUHAN. abomination to
the LORD.
Apakah gunanya Percuma orang Of what use is Wherefore is ‫לָמָ ה־זֶ ַּ֣ה ְמ ִ ַּ֣חיר בְ יד־‬
uang di tangan bodoh money in the hand there a price in ‫כְ ִ ָ֑סיל לִ קְ נֹות חָ כְ ָ ַּ֣מה‬
orang bebal untuk menghabiskan uang of a fool, since he the hand of a ‫ֶב־איִן‬ִֽ ָ ‫וְ ל‬:
16 membeli hikmat, mencari hikmat, has no desire to get fool to get
sedang ia tidak sebab ia tidak wisdom? wisdom, seeing
berakal budi? mempunyai pikiran he hath no heart
yang sehat. to it?
Seorang sahabat Seorang sahabat A friend loves at all A friend loveth ‫בְ כָל־ע ֵת אֹׁ ֵהַּ֣ב הָ ֵ ָ֑רע‬
menaruh kasih selalu setia kepada times, and a brother at all times, and ‫וְ ָ ֵ֥אח לְִ֜ צָ ָ ַּ֗רה יִ ּו ֵ ִָֽלד‬:
setiap waktu, dan kawan, tapi seorang is born for a brother is born
17
menjadi seorang saudara ikut adversity. for adversity.
saudara dalam menanggung
kesukaran. kesusahan.
Orang yang tidak Orang yang berjanji A man lacking in A man void of ‫תֹוקע‬ ַּ֣ ֵ ‫אָ ָדַּ֣ם חֲ֖סר־ל ֵב‬
berakal budi ialah untuk menjadi judgment strikes understanding ‫כָ ָ֑ף עֹׁ ֵ ֵ֥רב ֲִ֖֜ערֻׁ ַּ֗ ָבה לִ פְ נֵ ֵ֥י‬
dia yang penanggung hutang hands in pledge and striketh hands, ‫ר ֵ ִֽעהּו‬: ֵ
membuat sesamanya adalah puts up security for and becometh
18
persetujuan, yang orang yang bodoh. his neighbor. surety in the
menjadi presence of his
penanggung bagi friend.
sesamanya.
Siapa suka Orang yang suka He who loves a He loveth ‫אַֹּׁ֣ ֵ ִֽהב פֶשע אֹׁ ֵהַּ֣ב מ ָצָ֑ה‬
bertengkar, suka pada dosa, suka quarrel loves sin; he transgression ‫מגְ ִ ֵ֥ביּה ִ֜ ִפ ְת ַּ֗חֹו ְמבקֶש־‬
juga kepada bertengkar. Orang who builds a high that loveth ‫שבֶ ר‬:ִֽ ָ
pelanggaran, yang bermulut gate invites strife: and he
19
siapa besar, mencari destruction. that exalteth his
memewahkan kehancuran. gate seeketh
pintunya mencari destruction.
kehancuran.
Orang yang Seorang penipu A man of perverse He that hath a ‫יִמצָא־‬ ְ ‫עִ קֶ ש־ל ֵב ַּ֣ל ֹׁא‬
serong hatinya tidak akan bahagia, heart does not froward heart ‫ָ֑טֹוב וְ נֶהְ פָ ְֵ֥ך ִִ֜בלְשֹונַּ֗ ֹו‬
tidak akan orang dengan lidah prosper; he whose findeth no good: ‫יִ פֵ֥ ֹול בְ ָר ָ ִֽעה‬:
mendapat bercabang akan tongue is deceitful and he that hath
20 bahagia, orang mendapat celaka. falls into trouble. a perverse
yang memutar- tongue falleth
mutar lidahnya into mischief.
akan jatuh ke
dalam celaka.
Siapa mendapat Mendapat anak To have a fool for a He that ‫יֹׁ לֵ ַּ֣ד כ ְִסיל לְ ַּ֣תּוגָה לָ֑ ֹו‬
anak yang bebal, yang dungu berarti son brings grief; begetteth a fool ‫א־י ְש ַּ֗מח א ִ ֲַּ֣֖בי נ ָ ִָֽבל‬
ִִ֜ ֹׁ ‫וְ ִֽל‬:
mendapat duka, mendapat there is no joy for doeth it to his
21
dan ayah orang kesedihan; menjadi the father of a fool. sorrow: and the
bodoh tidak akan ayah anak yang father of a fool
bersukacita. bodoh tidak hath no joy.
memberi
kegembiraan.
Hati yang Hati yang gembira A cheerful heart is A merry heart ‫ֵיטב ג ֵָהָ֑ה‬ַּ֣ ִ ‫לֵ ַּ֣ב ָשמֵ ח י‬
gembira adalah menyehatkan good medicine, but doeth good like ‫וְ ֵ֥רּוח ִ֜ ְנכ ַּ֗ ֵָאה ְתיבֶש־‬
obat yang manjur, badan; hati yang a crushed spirit a medicine: but ‫ג ִֶָּֽֽרם‬:ָ
22 tetapi semangat murung dries up the bones. a broken spirit
yang patah mematahkan drieth the bones.
mengeringkan semangat.
tulang.
Orang fasik Hakim yang curang, A wicked man A wicked man ‫שַֹּׁ֣ חד מ ֵחֵ יק ָר ָ ַּ֣שע‬
menerima hadiah menerima uang accepts a bribe in taketh a gift out ‫יִ ָ ָ֑קח לְִ֜ ה ַּ֗טֹות א ְר ֵ֥חֹות‬
suapan dari sogok secara secret to pervert the of the bosom to ‫מ ְש ָ ִֽפט‬:
ִ
23 pundi-pundi rahasia dan tidak course of justice. pervert the ways
untuk menjalankan of judgment.
membelokkan keadilan.
jalan hukum.
Pandangan orang Tujuan orang yang A discerning man Wisdom is ‫אֶ ת־פְ נֵ ַּ֣י מֵ ִ ַּ֣בין חָ כְ ָ ָ֑מה‬
berpengertian berpengertian ialah keeps wisdom in before him that ‫וְ עֵינֵ ֵ֥י ִ֜ ְכ ִַּ֗סיל בִ קְ צֵ ה־‬
tertuju pada untuk mendapat view, but a fool's hath ‫א ֶרץ‬: ִֽ ָ
hikmat, tetapi hikmat, tetapi eyes wander to the understanding;
24
mata orang bebal tujuan orang bodoh ends of the earth. but the eyes of a
melayang sampai tidak menentu. fool are in the
ke ujung bumi. ends of the
earth.
Anak yang bebal Anak yang bodoh A foolish son A foolish son is ‫כַּ֣עס לְאָ בִ יו ֵבַּ֣ן כְ ִ ָ֑סיל‬
menyakiti hati menyusahkan brings grief to his a grief to his ‫ּוִ֜ ַּ֗ ֶממֶ ר לְ יֹול ְד ִֽתֹו‬:
25 ayahnya, dan ayahnya, dan father and bitterness father, and
memedihkan hati menyedihkan hati to the one who bore bitterness to her
ibunya. ibunya. him. that bare him.
Mengenakan Tidak patut It is not good to Also to punish ‫ג֤ם עֲ֖נַּ֣ ֹוש לצ ִ ַּ֣דיק ל ֹׁא־‬
denda orang mengenakan denda punish an innocent the just is not ‫יבים‬ ַּ֣ ִ ‫ָ֑טֹוב לְ הכֹות נְ ִד‬
benar adalah pada orang yang tak man, or to flog good, nor to ‫על־יִֽ שֶ ר‬:
26
salah, memukul bersalah; tidak patut officials for their strike princes for
orang mulia pun menindas orang integrity. equity.
tidak patut. yang berbudi luhur.
Orang yang Orang yang tajam A man of He that hath ‫יֹודע‬
ַּ֣ ֵ ‫חֹושֵֹׁ ַּ֣ ְך אֲ֖מָ ָריו‬
berpengetahuan pikirannya, tidak knowledge uses knowledge ‫ר־רַּּ֗וח‬
ִ֜ ‫ָ ָ֑דעת וְ קר יְ ק‬
menahan banyak bicara. words with spareth his ‫בּונִֽה‬
ָ ‫ ִ ַּ֣איש ְת‬:
perkataannya, Orang yang restraint, and a man words: and a
27
orang yang bijaksana, selalu of understanding is man of
berpengertian tenang. even-tempered. understanding is
berkepala dingin. of an excellent
spirit.
Juga orang bodoh Seorang bodoh pun Even a fool is Even a fool, ‫ג֤ם א ֱִוַּ֣יל מח ֲִ֖ריש חָ כָ ַּ֣ם‬
akan disangka akan disangka thought wise if he when he holdeth ‫ֵחָשב אֹׁ ֵטם ְשפ ָ ַָּ֣תיו‬
ָ֑ ֵ ‫י‬
bijak kalau ia cerdas dan keeps silent, and his peace, is ‫נ ִָֽבֹון‬:
berdiam diri dan bijaksana kalau ia discerning if he counted wise:
28 disangka berdiam diri dan holds his tongue. and he that
berpengertian menutup mulutnya. shutteth his lips
kalau ia is esteemed a
mengatupkan man of
bibirnya. understanding.
POKOK PIKIRAN

- Teguran atas dusta dan penindasan (Ayat 1-5)


- Kebenaran-kebenaran yang membawa hikmat (Ayat 6-11)
- Perkataan-perkataan orang berakal budi (Ayat 12-16)
- Persahabatan sejati (Ayat 17-19)
- Kebodohan dan kefasikan (Ayat 20-18)

TAFSIRAN

Ayat 1

Ayat ini berisi pengajaran tentang tingginya nilai ketenteraman dalam keluarga. Bentuk
kalimat hikmat dua baris ini adalah paralel antitesis. Dalam kalimat antitesis ini, pikiran mengenai
”ketenteraman” pada ayat 1a diletakkan secara antitesis dengan ”perbantahan” dalam ayat lb.
Lebih baik sekerat roti kering disertai ketenteraman (ay.la). Sekerat roti kering tidak hanya
bermakna kuantitas yang sangat sedikit, tetapi juga kualitas yang sangat sederhana. Roti itu bisa
jadi tidak lagi segar dan tidak pula dilengkapi dengan bahan-bahan pelengkap roti lainnya yang
menjadikannya enak untuk dimakan. Makanan yang sedikit dan sederhana, tetapi disertai
ketenteraman lebih baik daripada rumah penuh daging tapi disertai perbantahan (ay. 1b). Kata
Ibrani untuk daging dalam ayat ini adalah zebah. Secara harfiah kata ini bermakna daging kurban
persembahan, yang biasanya dimakan bersama-sama oleh para penyembah dalam suasana pesta,
setelah terlebih dahulu dipersembahkan kepada Tuhan oleh imam (1 Sam. 9:12,13; 20:6, 29).
Rumah penuh daging dalam ayat 1b menjadi simbol kemewahan pesta makan suatu keluarga yang
kaya yang makanan utamanya adalah daging. Akan tetapi, rupa-rupanya penyembahan mereka tak
berdampak terhadap sikap dan perilaku sehari-hari karena sesudah beribadah mereka bertengkar.
Diduga keluarga kaya yang dimaksud adalah keluarga petani yang penghasilannya jauh melebihi
kebutuhan. Kebiasaan bertengkar waktu pesta, apakah karena mempermasalahkan bagian
makanannya atau hal lain ternyata tidak diubah oleh kepercayaan dan penyembahan kepada Tuhan.
Oleh karena itu, sang guru mempertanyakan kegunaan kemewahan pesta tersebut. Pesta yang
sebenarnya adalah ketenteraman dan persekutuan dalam keluarga dan masyarakat. Pengajaran
yang mirip dapat dilihat dalam Amsal 15:16,17 dan 16:8.13

Dalam kata-kata ini, kasih dan kedamaian dalam keluarga disarankan sebagai sesuatu yang
amat berperan dalam memberikan kenyamanan hidup manusia.
Orang-orang yang hidup bersatu dan tenang bukan hanya terbebas dari rasa iri hati dan
permusuhan, tetapi juga bersaing secara sehat untuk saling mengasihi, dan mau membantu satu
sama lain. Mereka hidup dengan sangat nyaman, meskipun berkedudukan rendah di dunia. Mereka
bekerja keras dan bersusah payah, walaupun setiap orangnya hanya mendapat sekerat roti, dan itu
pun sekerat roti yang kering. Bisa saja ada kedamaian dan ketenangan sekalipun tidak makan tiga
kali sehari, asalkan semua orang sama-sama puas terhadap pemeliharaan Allah dan saling puas
terhadap kebijaksanaan satu sama lain. Kasih yang kudus bisa saja didapati di dalam gubuk.
Orang-orang yang hidup berseteru, yang selalu ribut dan cekcok, dan mencela satu sama
lain, meskipun punya banyak santapan lezat, makanan daging serumah, tetapu hidup dengan tidak
nyaman. Mereka tidak bisa mengharapkan berkat Allah atas mereka dan atas apa yang mereka
miliki, dan juga tidak dapat benar-benar menikmati kesenangan-kesenangan mereka, apa lagi
merasakan kedamaian dalam hati nurani mereka sendiri. Kasih akan membuat manis sekerat roti
yang kering, tetapi perbantahan akan membuat asam dan pahit makanan daging serumah. Sedikit
saja ragi kebencian akan membuat khamir seluruh kesenangan.14

Ayat 2

Ayat ini berisi pengajaran mengenai akal budi Yang mengantarkan seseorang pada
keberhasilan. Kalimat hikmat satu baris pada ayat ini berbentuk paralel sintesis. Dalam ayat ini,
pokok pikiran pada ayat 2a tentang "akal budi", dikembangkan dalam ayat 2b lewat uraian
mengenai "mendapatkan warisan". Budak Yang berakal budi akan berkuasa atas anak yang
membuat malu (ay. 2a). Bangsa Israel memperlakukan budaknya jauh lebih baik daripada bangsa-
bangsa sekitarnya. Budak yang berasal dari non Israel pun, diperhitungkan sebagai anggota
keluarga, menganut agama tuannya sehingga berpartisipasi dalam perayaanperayaan nasional
(Kej. 24:12; Ul. 5: 14; 12:12-18). Pengajaran pada ayat ini dilatarbelakangi Oleh kesempatan yang
dimiliki seorang budak untuk meraih kemajuan di tengah-tengah masyarakat Israel kuno. Memang
umumnya warisan orangtua dibagikan kepada anak laki-laki dan yang paling tua mendapatkan dua
bagian (Ul. 22:15-17), kecuali kalau ada masalah, misalnya tidak ada anak lakilaki atau seperti
dalam ayat ini anak laki-lakinya memalukan. Kalau dibandingkan dengan ayat-ayat Iain dalam
kitab ini, misalnya dengan Amsal 10:1; 15:20, anak Yang memalukan ini adalah anak bebal yang
tidak saja bodoh, tetapi tidak mau menerima didikan hikmat dan moral dari orangtua ataupun guru-
guru hikmat. Dalam konteks yang seperti ini, budak yang kompeten dan setia kepada tuannya bisa
diberi kebebasan, diangkat menjadi anak, mendapatkan warisan. Dia berada dalam posisi yang

13
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Alkitab : Amsal 10:1-22:16, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), 254
14
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 348
lebih 'tinggi dari anak kandung sendiri dalam keluarga (Kej. 15:2; 242, 2 sam 16:14, 19:24-30; 1
Taw. 2:34-35), bahkan mendaPatkan seluruh warisan bila hal itu disetujui atau diputuskan dalam
pengadilan.14 Kesempatan ini juga dicatat dalam Pengkhotbah 10:7. Budak yang dimaksud dalam
ayat ini adalah budak yang berakal budi, yang tidak saja loyal, tetapi selalu berpildr dan berperilaku
benar berdasarkan pertimbangan intelektual dan moral Yang benar. Lihat penjelasan sebelumnya
mengenai kata-kata "berakal budi" Pada tafsiran Amsal 10:5. Dia adalah budak yang kompeten,
yang berada dalam Posisi dan kuasa Yang lebih tinggi daripada anak kandung tuannya. Anak
kandung itu sendiri, lewat Sikap hidup, kata-kata, dan perilakunya, telah membuat malu
keluarganya Dia merugikan bukan hanya dirinya sendiri, melainkan juga uarganya. ".. dan akan
mendapat warisan bersama-sama saudara anak itu (ay.2b). Warisan dari orangtuanya yang
scharu.snya menjadi bagiannya dan saudarasaudaranya (UI. 21 : 17) diberikan kcpada si budak
dan saudara-saudaranya yang lain. Kompetensi tclah mengubah ketcrtindasaan menjadi
pengharapan.15

Penghargaan akan jasa yang sejati tidak datang melalui kedudukan. Semua orang setujum
bahwa anak dalam keluarga lebih berharga daripada hamba (Yoh. 8:35). Namun, adakalanya
terjadi bahwa hamba itu bijaksana, dan menjadi berkat serta pujian bagi keluarga itu, sedangkan si
anak adalah pribadi yang bodoh, dan menjadi beban serta aib bagi keluarganya. Eliezer, orang
Damsyik itu, meskipun Abram tidak sanggup membayangkan ia akan menjadi ahli warisnya, tetap
mendukung keluarga Abram, ketika ia mencarikan istri bagi Ishak. Sementara Ismael, seorang
anak, merupakan aib bagi keluarganya, ketika ia mengejek Ishak.
Martabat yang sejati datang oleh karena jasa. Jika seorang hamba bijak, dan mengurus
berbagai hal dengan baik, maka ia akan lebih dipercaya lagi, dan tidak hanya akan berkuasa
bersama, tetapi juga atas anak yang membuat malu. Sebab Allah dan alam sudah merancang bahwa
orang bodoh akan menjadi budak orang bijak. Bahkan, seorang hamba yang bijak mungkin saja
mendapatkan perhatian yang begitu besar dari tuannya sehingga ia diberi bagian harta si anak, dan
akan mendapat bagian warisan bersama-sama dengan saudara-saudara anak itu.16

Ayat 3

Pengajaran dalam ayat ini mengenai pengujian hati manusia oleh TuharL Di sisi kalimat
pada ayat ini bisa dianggap berbentuk paralel antitesis, yang rneletakkan pikiran tentang ''bejana
pelebur” (pengujian benda material) pada ayat 3a secara antitesis dengan ”menguji hati”
(pengujian spiritual) dalam ayat 3b. Akan tetapi, di lain sisi bentuk kalimat ini juga bisa dianggap
paralel sintesis, di mana ide penyucian perak dan emas dalam ayat 3a dikembangkan menjadi
pengujan hati pada ayat 3b. Bejana pelebur untuk perak dan perapian untuk emas (ay. 3a). Tukang
emas dan perak mempunyai kemampuan untuk menguji kemurnian dan perak. Emas dan perak
bisa diuji kemurniannya, khususnya emas muni dalam ayat ini bisa dipisahkan dari yang tidak
murni. 15 Yang pertamai, ayat ini berisi pengajaran bahwa tukang emas dan perak bisa menguji

15
Ibid, 255-256
16
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 350
emas dan perak, tetapi tidak bisa menguji hati. Yang kedua, ayat ini juga bisa berisi pengajran
tentang perlunya pengujian terhadap penampilan luar, seperti perlunya penguJłan terhadap emas
dan perak karena belum tentu penampilan luar itu identlk dengan apa yang ada dalam pikiran
terdalam seseorang. Yang mampu melakukan pengujian atas kemurnian pikiran yang terdalam
seseorang hanyalah Tuhan: yang menguji hati adalah Tuhan” (ay. 3b). Hati adalah pusat pemikiran
intelektual dan emosional terdalam dari seseorang. Lihat keterangan mengenai hal ini dalam
tafsiran sebelumnya dalam Amsal 10:8. Kualitas manusia tidak bisa hanya di melalui pujian
manusia karena hanya Tuhan yang mengetahui kemurnian seseorang yang mendasari sikap, kata-
kata, dan perilakunya. Pengajaran sama ditemukan pada Amsal 16:2; 21:2; 24:12; 27:21 (bnd.
Mzm. 7:10. 17:3 66:10).17

Hati anak-anak manusia itu tunduk bukan hanya pada pandangan Allah, melainkan juga
pada penghakiman-Nya: sama seperti kui (kuali kecil – pen.) adalah untuk melebur perak, baik
untuk menguji maupun memperindah perak itu, demikian pula TUHAN menguji hati. Ia
menyelidiki apakah hati manusia benar atau tidak, dan hati yang benar akan diperhalus dan
dimurnikan-Nya (Yer. 17:10). Allah menguji hati melalui penderitaan (Mzm. 66:10-11), dan
sering kali memilih umat-Nya dalam dapur perapian itu (Yes. 48:10), dan menjatuhkan pilihan
atas mereka.
Hanya Allah-lah yang menguji hati. Manusia boleh menguji perak dan emas mereka
dengan kui dan perapian mereka, tetapi mereka tidak bisa menguji hati satu sama lain dengan cara
seperti itu. Hanya Allah yang melakukan itu, sebab Dialah yang menyelidiki hati dan berdaulat
atasnya.18

Ayat 4

Ayat ini berisi peringatan mengenai dua karakteristik pelaku kejahatan, yaitu suka
mendengarkan percakapan yang jahat dan pendusta. Kalimat hikmat dua baris dalam ayat ini
berbentuk paralel identik, yang meletakkan pikiran tentang "pelaku kejahatan" pada ayat 4a dalam
posisi identik dengan "seorang pendusta" pada ayat 4b. Pelaku kejahatan memperhatikan bibir
yang jahat (ay.4a). Lihat keterangan mengenai pelaku kejahatan atau orang jahat dalam tafsiran
Amsal 10:3, 6, 7 dan bibir jahat pada Amsal 11:9 dan 12:6. Pelaku kejahatan suka akan hal-hal
yang jahat, tetapi dalam ayat ini orang ini suka dan sangat perhatian akan kata-kata jahat seperti
gosip. Dia memperhatikan kata-kata itu untuk bisa menyebarkannya: "... dan seorang pendusta
memberikan telinga kepada lidah yang mencelakakan" (ay. 4b). Orang yang jahat seperti
disebutkan di atas biasanya pendusta karena ia menyebarkan kata-kata yang takjelas kebenarannya
atau katakata yang jelas-jelas adalah dusta Dia juga suka berdusta. Kata-kata dusta yang
disebarkan ini memiliki kekuatan luar biasa untuk merusak kehidupan orang Iain. 16 Orang yang
bersemangat mendengarkan kata-kata jahat yang mencelakakan kehidupan orang Iain adalah

17
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Alkitab : Amsal 10:1-22:16, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), 256-257
18
Oc.Pit, 350-351
seorang pelaku kejahatan dan pendusta. Kitab Amsal sarat dengan pengajaran mengenai kata-kata
jahat yang merusak kehidupan seseorang (mis. Ams. 16:27).19

Orang-orang yang berencana berbuat jahat menyokong diri mereka sendiri dengan dusta
dan kebohongan: orang yang berbuat jahat memberi telinga, dengan amat senang hati, kepada bibir
jahat, yang akan membenarkan dia dalam kejahatan yang dilakukannya, dan kepada orang-orang
yang ingin mengganggu ketenteraman umum. Mereka dengan rakus menelan bulat-bulat segala
fitnah dan cerita bohong, yang mencemarkan pemerintahan dan tatanan masyarakat.
Orang-orang yang dengan seenaknya berkata dusta senang mendengar dusta-dusta itu
diceritakan: seorang pendusta memberi perhatian kepada lidah yang penuh kebencian dan fitnah,
agar ia bisa menyambung-nyambungkan segala kebohongannya, dan memberinya sedikit banyak
warna kebenaran, dan dengan demikian mendukung kebohongan-kebohongannya. Orang-orang
berdosa akan mempererat tangan satu sama lain. Mereka memperlihatkan diri sendiri jahat ketika
mereka berkenalan dengan orang jahat dan mencari bantuan dari mereka. 20

Ayat 5

Ayat ini berisi peringatan akan sikap dan tindakan mengolok-olok orang miskin.
Peringatan ini merefleksikan konsep sebab akibat yang sangat kuat. Bentuk kalimat hikmat dua
baris pada ayat ini adalah paralel identik. Orang yang mengolok-olok orang miskin, menghina
Pencipta-Nya (ay. 5a). Keterangan tentang "mengolok-olok orang miskin" dalam ayat 5a
diletakkan secara identik dengan 'bersukacita bagi kecelakaan orang Iain" pada ayat 5b. Rupanya
tindakan mengolok-ngolok ini sama sekali tidak memperlihatkan rasa simpati atas kecelakaan
Yang dialami orang Iain. Kalimat ini berisi peringatan yang keras. Sesuai dengan istilah yang
dipergunakan bagi orang miskin, orang ini orang yang miskin, melainkan juga yang tertindas lihat
penjelasan mengenai orang miskin pada Amsal 10:15. Tuhanlah yang menjadi miskin orang kaya
(l Sam. 2:7) karena mengolok-olok orang identik dengan menghina Pencipta (Arns. 14:31; 22:2;
Setiap orang, terlepas dari jumlah kekayaannya, berhak mendapatkan (An-z 14:31): dan orang
yang bersukacita bagi kecelakaan, tak akan luput dari hukuman" (ay. 5b). Yang dimaksud dengan
kecelakaan dalam ayat ini ialah petaka yang menimpa orang miskin. Tidak jelas malapetaka apa
yang dimaksud, mungkin malapetaka karena tekanan dari penguasa dan pemilik harta. Orang yang
bersukacita bagi malapetaka ini tidak akan luput dari malapetaka lain yaitu hukuman yang datang
dari Tuhan. Pengajaran mengenai berbelas kasihan terhadap orang miskin sangat banyak dalam
Perjanjian Lama. Oleh karena itu, kemungkinan mengolok-olok orang miskin berarti tidak
menunjukkan sikap simpatik dan tidak bersedia memberikan pertolongan.21

Betapa besarnya dosa yang diperbuat oleh orang yang menginjak-injak kaum miskin, yang
mengejek kekurangan dan kehinaan penampilan mereka, yang mencela mereka karena miskin, dan
yang mengambil keuntungan dari kelemahan mereka untuk berlaku kasar dan menyakiti mereka.

19
ibid
20
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 351
21
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Alkitab : Amsal 10:1-22:16, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), 258
Mereka mengolok-olok Penciptanya, amat merendahkan dan menghina Dia, yang sudah
menempatkan orang miskin dalam keadaan mereka, yang empunya mereka, yang merawat mereka,
dan yang dapat, apabila Dia berkehendak, merendahkan kita ke dalam keadaan itu. Hendaklah
orang-orang yang mencela Pencipta kaum miskin dengan cara seperti itu sadar bahwa mereka akan
dituntut untuk bertanggung jawab atas perbuatan mereka itu (Mat. 25:40-41; Ams. 14:31).
Betapa besarnya bahaya yang akan menjatuhkan orang-orang itu sendiri ke dalam
kesusahan jika mereka senang melihat dan mendengar kesusahan-kesusahan orang lain: siapa
gembira karena suatu kecelakaan, supaya ia dapat membangun di atas reruntuhan orang lain, dan
menghibur diri dengan penghakiman-penghakiman Allah yang telah dijatuhkan, hendaklah ia
sadar bahwa ia tidak akan luput dari hukuman. Cawan itu akanm ditaruh ke dalam tangannya (Yeh.
25:6-7). Kebenaran-kebenaran Umum, 17:6-11. 22

Ayat 6

Ayat 6 berisi pengajaran mengenai pentingnya keluarga, khususnya tentang mahkota dan
kehormatan yang menjadi mata rantai penghubung bagi orangtua dan anak. Bentuk kalimat hikmat
dua baris pada ayat ini adalah parallel identik yang meletakkan pikiran tentang "mahkota orangtua"
dalam ayat 6a secara sintesis dengan "kehormatan anak-anak". Ada tiga hubungan yang disebutkan
dalam ayat ini, yaitu hubungan antara orangtua dengan anak-anaknya, kakek dengan cucunya,
anak-anak dengan bapa leluhur-nya. Mahkota para orangtua adalah anak cucu (ay. 6a). Mahkota
adalah Iambang kemuliaan, misalnya yang dlberikan pengantin perempuan pada laki-laki dalam
upacara permkahan Kemuliaan orangtua tergantung kepada kehidupan anak-anaknya. kehidupan
anak-anak yang bijak, benar, dan berkecukupan mendatangkan kemuliaan bagi orang tua. Namun,
anak yang bodoh dan jahat menyusahkan dan memalukan orangtua.

Demikian pula kakek, kebanggaan mereka adalah para cucunya karena adanya para cucu
membuktikan umur mereka panjang yang dan itu merupakan salah satu kemuliaan, bahkan sejenis
perpanjangan diri seseorang ke suatu masa depan (Arns. 16:31). Bagi masyarakat Isreal kuno,
memiliki anak menjadi bukti bagi adanya berkat sedangkan tak mempunyai anak merupakan tanda
dari ketidakberkenanan Allah. Jadi sempat melihat anak cucu merupakan berkat khusus bagi
seseorang karena anak cucu merupakan jaminan berkat dalam bentuk keberlanjutan suatu keluarga
yang terhormat.21 Sejalan dengan pengajaran dalam ayat 6a, dikemukakan: "... dan kehormatan
anak-anak ialah bapa leluhur mereka (ay. 6b). Sementara itu, kehormatan anak-anak sangat
ditentukan oleh penghargaan yang diberikan masyarakat kepada bapa leluhur mereka, termasuk
yang telah meninggal dunia. Pengajaran ini mengungkapkan betapa pentingnya keluarga bagi
masyarakat Israel kuno. Pengajaran yang sama dapat ditemukan dalam Yosua 6:6. 23

suatu kehormatan bagi orangtua ketika sudah lanjut usia untuk membiarkan anak-anak
mereka, dan anak cucu mereka, bertumbuh dewasa, mengikuti jejak-jejak langkah kebajikan
mereka. Besar harapannya mereka akan mempertahankan serta memajukan nama baik keluarga

22
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 352
23
Ibid, 258-259
mereka. Adalah suatu kehormatan bagi seseorang apabila ia bisa hidup sekian lama sehingga dapat
melihat anak-anak dari anak-anaknya(Mzm. 128:6; Kej. 50:23), melihat rumahnya dibangun
dalam diri mereka, dan melihat bahwa besar kemungkinan mereka akan melayani angkatan mereka
sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini memahkotai dan menyempurnakan penghiburan mereka di
dunia ini.

suatu kehormatan bagi anak-anak untuk mempunyai orangtua yang bijaksana dan saleh,
dan untuk tetap bersama-sama dengan orangtua mereka sekalipun mereka sendiri sudah tumbuh
dewasa dan hidup mapan. Tidaklah wajar anak-anak yang menganggap orangtua mereka yang
sudah renta sebagai beban bagi mereka, dan merasa bahwa orangtua mereka hidup terlalu lama.
Padahal, jika anak-anak itu bijak dan baik, sungguh merupakan kehormatan besar bagi mereka
bahwa dengan demikian mereka bisa menjadi penghiburan bagi orangtua mereka di hari tua yang
tidak menyenangkan.24

Ayat 7

Ayat ini berisi peringatan mengenai kata-kata yang umumnya sesuai dengan karakter orang
yang mengucapkannya. Bentuk kalimat hikmat dua baris pada ayat ini adalah paralel antitesis.
Kata-kata "orang bebal" pada ayat 7a diletakkan dalam posisi antitesis dengan kata-kata "orang
mulia" dalam ayat 7b. Orang bebal tidak layak mengucapkan kata-kata yang jujur (ay. 7a). Istilah
Ibrani yang di pergunakan untuk orang bebal adalah näbhäl (kata yang tidak sama dengan yang
biasa dipergunakan untuk orang bebal, kata ini hanya dipergunakan di sini dan dalam Ams. 17:21
dan 30:22), yaitu orang yang bukan hanya bodoh dalam Pemikiran intelektual, melainkan sangat
tidak sensitif akan norma-norma moral Sehingga sangat rendah dalam pertimbangan dan
pemikiran moral. Orang ini bersikap negatif dalam segala aspek kehidupam Kehidupannya tidak
punya arti di tengah-tengah masyarakat. la tidak pernah memberi pertolongan, sedikit pun tidak
dihormati orang Iain. Orang ini seharusnnya dikeluarkan dari masyarakat normal. Jelaslah bahwa
orang yang seperti ini tidak mungkin dan tidak layak mengucapkan kata-kata yang jujur, benar,
berhikmat, berguna bagi masyarakat karena kata-kata berasal dari hati, pikiran yang terdalam.
Kontras dengan peringatan pada ayat 7a, dikatakan: "... apalagi orang yang mulia mengucapkan
kata-kata dusta (ay. 7b). Arti harfiah dari kata Ibrani untuk orang Yang mulia adalah "pangeran",
yaitu orang mulia dan dimuliakan karena Status dan karakternya yang mulia. Tidaklah mungkin
dan tidaklah pantas orang Yang mulia status dan karakternya mengucapkan kata-kata dusta.
Dengan demikian, orang dapat dikenali lewat kata-kata yang diucapkannya. 25

Ada dua hal yang digambarkan sebagai suatu hal yang amat tidak masuk akal: 1. Bahwa
orang-orang yang tidak punya nama baik menjadi pendidik. Apa yang lebih tidak pantas selain
bagi orang-orang bodoh, yang dikenal mempunyai sedikit pengertian dan kebijaksanaan, untuk
berlagak melakukan apa yang melebihi mereka, dan yang tidak pernah pantas mereka lakukan?
Orang bodoh, dalam amsal Salomo, melambangkan orang fasik, yang tidak layak mengucapkan

24
Oc.Pit, 352-353
25
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Alkitab : Amsal 10:1-22:16, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), 259-260
kata-kata yang bagus, karena perilaku hidupnya membuktikan kebohongan kata-katanya yang
bagus itu. Apakah urusan mereka menyelidiki ketetapan-ketetapan Allah jika mereka membenci
didikan? (Mzm. 50:16). Kristus tidak mau mengizinkan roh-roh najis untuk berkata bahwa mereka
mengetahui Dia sebagai Anak Allah. Lihat Kisah Para Rasul 16:17-18.
Tidak masuk akal jika orang yang sudah mempunyai nama baik adalah seorang penipu.
Jika tidak pantas bagi orang tercela untuk memberanikan diri berbicara sebagai seorang filsuf atau
negarawan, karena tidak akan ada orang yang mau mendengarkan dia, sebab tabiatnya membuat
mereka berprasangka buruk, maka jauh lebih tidak pantas lagi bagi seorang penguasa, bagi
seseorang yang terhormat, untuk mengambil keuntungan dari sifatnya dan dari kepercayaan yang
sudah diberikan kepadanya, untuk berbohong, untuk menutup-nutupi sesuatu, dan melanggar
perkataannya tanpa beban hati nurani. Berdusta tidak pantas dilakukan oleh siapa saja, tetapi paling
buruk jika dilakukan oleh seorang penguasa. 26

Ayat 8

Ayat ini berisi peringatan tentang cara kerja hadiah yang merupakan suapan. Bentuk
kalimat hikmat satu baris ini adalah paralel sintesis, dimanapernikiran mengenai "hadiah suapan"
pada ayat 8a lebih dikembangkan lewat kata-kata "ia beruntung" dalam ayat 8b. Hadiah suapan
adalah seperti batu berharga di mata yang memberinya (ay. 8a). Toy menyebutkan bahwa
kemungkinan batu berharga ini sendiri yang menjadi hadiah suapan. Namun, kalau ayat ini
dihubungakan dengan ayat 8b (... ke mana juga ia memalingkan muka, ia beruntung) adalah lebih
tepat kalau batu yang berharga ini melambangkan nilai dan fungsi yang penting dari hadiah suapan.
Keberhasilan si penyuap mencapai semua tujuannya karena hadiah suapan tersebut membuat si
penyuap sangat menghargai hadiah suapan. Baginya hadiah suapan tersebut sangat bernillai seperti
batu berharga (permata). Oleh karena itu, beberapa penafsir menerjemahkan istilah Ibrani Yang
dipakai untuk batu suapan dengan "mestika", "mantera", dan Iain-Iain. Memang realitasnya, di
Timur Dekat Kuno, seperti dijelaskan sebelumnya pada tafsiran Amsal 16:16, batu berharga
seperti permata sangatlah bernilai bukan hanya karena indah, melainkan juga karena memiliki
banyak fungsi penting seperti media ibadah dan obat bagi penyakit. "Di mata" maksudnya dalam
pemikiran pemben suapan. Ayat ini tidak mengajarkan agar orang memberi hadiah suapan untuk
mencapai keberhasilan. Memberi hadiah suapan dilarang dalam Perjanjian Lama (Kel. 23:8; Ul.
16:19). Akan tetapi, bisa jadi lewat kalimat hikmat ini dengan sarkastis si penulis mengungkapkan
kenyataan yang terjadi dalam masyarakat. 27

orang-orang yang mempunyai uang di tangan mereka menyangka bahwa mereka bisa
melakukan apa saja dengannya. Orang-orang kaya memandang berharga uang yang sedikit
jumlahnya bagaikan mestika, dan menghargai diri mereka sendiri dengannya seolah-olah itu
memberi mereka bukan saja perhiasan, melainkan juga kekuasaan, dan seolah-olah setiap orang
harus tunduk pada kehendak mereka, bahkan keadilan sekalipun. Ke mana saja mereka

26
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 353
27
Ibid, 260-261
memalingkan muka, mereka berharap agar berlian yang berkilauan ini menyilaukan mata semua
orang, dan membuat mereka semua melakukan apa yang persis mereka harapkan dilakukan orang-
orang itu untuk mendapatkannya. Uang sekantong akan memenangkan perkara. Bayarlah dengan
uang yang banyak, maka kamu bisa mendapatkan apa yang kamu mau.

orang-orang yang mata duitan, dan yang mengarahkan hatinya kepadanya, akan melakukan
apa saja untuk mendapatkannya: suapan adalah seperti mestika di mata yang menerimanya. Suapan
mempunyai pengaruh besar pada dirinya, dan dengan yakin ia akan pergi ke mana saja suapan itu
mengantarnya, ke sana atau kemari, sekalipun itu bertentangan dengan keadilan dan tidak sejalan
dengan dirinya sendiri.28

Ayat 9

Ayat ini berisi pengajaran mengenai menutupi pelanggaran dan membangkitbangkitkan


perkara. Bentuk kalimat pada ayat ini adalah paralel antitesis, yang meletakkan pikiran mengenai
"menutupi pelanggaran" pada ayat 9a secara antitesis dengan "membangkit-bangkitkan perkara"
dalam ayat 9b. Orang yang menutupi pelanggaran, mengejar kasih (ay. 9a). Pelanggaran yang
dimaksud bukan tindakan kriminal yang bisa merusak masyarakat, melainkan mungkin gangguan
yang bisa memengaruhi orang yang menutupinya atau orang Iain bila mengetahuinya. Orang ini
karena kasih, walau menjadi gangguan bagi dirinya, tidak membukakan pelanggaran itu kepada
orang Iain karena hal itu akan mengganggu yang melakukan pelangaran dan yang mengetahui
pelanggaran itu Orang ini tidak membesar-besarkannya atau menuturkannya kepada orang Iain,
misalnya dengan kata-kata emosional atau kasar yang diucapkan tanpa berpikir lebih dahulu, atau
kata-kata gosip yang tidak jelas kebenarannya. Ini adalah sikap dan tindakan kasih (lihat Ams.
10:12). Tetapi orang yang membangkit-bangkitkan perkara, menceraikan sahabat (ay. 9b).
Mungkin yang dimaksud dengan Membesar-besarkan perkara adalah terus-menerus mengingatkan
seorang sahabat akan kesalahannya atau bisa juga menceritakan kepada orang Iain kesalahan
tersebut, bahkan membesar-besarkannya. Sebaliknya orang yang membesar-besarkan perkara itu
akan menimbulkan pertengkaran, baik di antara yang mengucapkannya dengan yang membesar-
besarkannya, bisa juga di antara yang mengucapkannya dengan orang Iain yang mendengarkan
gosip itu dari si pendengar Pertama. Pengajaran ini merupakan hasil observasi guru hikmat bahwa
persahabatan hanya bisa bertahan dalam suasana saling memaafkan.29

Jalan untuk menjaga kerukunan di antara sanak saudara dan sesama adalah dengan
memandang segala sesuatunya dari segi yang terbaik, tidak mengatakan kepada orang lain apa
yang sudah dikatakan atau dilakukan terhadap mereka, apabila itu sama sekali tidak penting bagi
keselamatan mereka. Juga, tidak mengindahkan apa yang dikatakan atau dilakukan melawan kita
sendiri. Sebaliknya, kita harus memaafkan semua Tindakan ini, dan mencari hal terbaik darinya.
“Itu hanyalah kekhilafan, karena itu abaikan saja. Terjadinya karena kealpaan, karena itu lupakan

28
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 353-354
29
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Alkitab : Amsal 10:1-22:16, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), 261
saja. Mungkin kamu tidak rugi sedikit pun karenanya, jadi janganlah kamu mencari gara-gara
dengannya.”
Membeberkan kesalahan-kesalahan berarti mengoyak-oyak cinta kasih, dan tidak ada hal
lain yang lebih cenderung memisahkan sesama sahabat, dan membuat mereka berselisih, selain
dengan membangkit-bangkit perkara yang sudah menyebabkan perselisihan. Sebab bukan
pengulangan itu sendiri yang membuat mereka memanas, melainkan perkara-perkara yang
dibesar-besarkan, dan rasa amarah berkenaan dengannya yang diungkit-ungkit dan dipancing-
pancing. Cara terbaik untuk menjaga perdamaian adalah dengan mengampuni atau melupakan. 30

Ayat 10

Ayat ini berisi pengajaran mengenai bagaimana seharusnya seseorang bersikap teguran.
Pengajaran ini disampalkan lewat sikap orang berpengertian Orang bebal terhadap teguran. Bentuk
kalimat hiknat dua baris ini adalah paralel antitesis. Pengajaran tentang ”orang berpengertian” pada
ayat 10a diletakkan dalam posisi antitesis dengan ''orang bebal” dalam ayat 10b. Suatu hardikan
lebih masuk pada orang berpengertian (ay.10a). Orang berpengertian ada_ Iah orang yang bijak,
orang yang mencintai pengetahuan dan suka diajar karena itu dengan senang hati dia menerima
tiap-tiap teguran untuk membangun pribadinya (Ams. 13:18b). Berbeda dengan ayat 10a,
dikatakan dalam ayat 10b daripada seratus cambukan pada orang bebal”. Istilah Ibrani yang
dipergunakan untuk orang bebal adalah 𝐾 𝑒 sîl. Orang ini adalah orang yang bukan saja bodoh,
melainkan tidak mau menerima didikan. Lihat penjelasan mengenai hal itu dalam tafsiran Amsal
10:1. Dalam ayat 10b, satu hardikan terhadap orang berpengertian dibandingkan dengan seratus
cambukan bagi orang bebal. Teguran berulang-ulang dalam bentuk cambukan tidak berguna pada
orang bebal karena orang bebal tidak mau diajar dan menolak segala bentuk ajaran dan kritikan.31

Satu kata saja sudah cukup bagi orang bijak. Teguran yang lembut tidak hanya akan masuk
ke dalam kepala, melainkan juga ke dalam hati orang bijak, sehingga akan berpengaruh kuat
atasnya. Sebab, jika satu petunjuk saja diberikan kepada hati nurani, biarlah hati nurani itu yang
menindaklanjutinya.

Pukulan-pukulan tidaklah cukup bagi orang bodoh untuk menyadarkan ia akan kesalahan-
kesalahannya, agar ia bertobat darinya, dan lebih berhati-hati untuk bertindak di masa depan.
Orang yang dungu dan degil sangat jarang belajar dari kekerasan. Daud dilembutkan dengan
seruan,engkaulah orang itu, tetapi Firaun tetap berkeras hati sekalipun dihantam dengan semua
tulah Mesir.32

Ayat 11

Ayat ini berisi peringatan tentang pemberontakan dan akibat yang harus ditanggung orang
yang Bentuk kalimat hikmat dua baris pada ayat ini adalah paralel sintesis, pemikiran tentang

30
Oc.Pit, 355
31
Ibid, 161-262
32
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 355
''orang jahat” pada ayat 1la dilengkapi oleh ”utusan yang kejam” pada ayat 1lb. Orang jahat hanya
mencari pemberontakan (ay. 1la). Orang jahat adalah orang yang bodoh, yang tidak suka dikritik,
dan bejat moralnya sehingga selalu memberontak. Lihat penjelasan tentang orang jahat atau orang
fasik pada tafsiran yang dlberikan untuk Amsal 10:3, 7. R.N. Whybray mengemukakan bahwa
dalam 1 Samuel 15:23 (seperti dalam ayat ini) kata pemberontakan dipergunakan tanpa konteks
yang jelas. Akan tetapi dapat diduga bahwa pemberontakan yang dimaksud dalam ayat ini adalah
pemberontakan terhadap Allah. Hal ini dapat diketahui bila ayat 1la dibandingkan dengan ayat
1lb. Dikatakan ''... tetapi utusan kejam akan dikirim kepadanya (ay 11b). Utusan kejam yang
disebutkan dalam ayat adalah utusan maut (Ams. 16.14), dikirim oleh Allah bukan oleh manusia
untuk menjatuhkan hukuman (Mzm 78:49). Utusan dalam ayat ini menjadi simbol dari media
pembalasan Allah (Ams. 16: 14; Mzm. 78:49). Oleh karena itu, lebih tepat bila pemberontakan
yang disebutkan dalam ayat ini adalah pemberontakan terhadap Allah. Memang beberapa penafsir
menyebutkan kemungkinan lain bagi ayat ini, yaitu bahwa pemberontakan Yang dimaksud di sini
adalah pemberontakan sipil. 33

Dosanya. Sungguh jahat orang yang mencari-cari segala kesempatan untuk memberontak
melawan Allah, dan melawan pemerintahan yang telah ditentukan Allah atasnya, serta menentang
dan berselisih dengan semua orang di sekelilingnya.

Hukumannya. Karena ia tidak mau disadarkan dengan cara-cara yang lemah lembut,
terhadap dia akan disuruh utusan yang kejam, semacam penghakiman yang mengerikan, sebagai
utusan dari Allah. Para malaikat, yakni utusan-utusan Allah, akan dikerahkan sebagai hamba-
hamba pelaksana keadilan-Nya atas orang itu (Mzm. 78:49). Iblis, sang malaikat maut, akan
dilepaskan untuk menyerangnya, dan juga utusanutusan Iblis. Pangerannya akan mengutus prajurit
untuk menangkap dia, dan seorang algojo untuk memenggal kepalanya. Orang yang menendang
ke galah rangsang berarti menunggu pedang untuk menghunjamnya. Perkataan-perkataan yang
Berbobot, 17:12-1634

Ayat 12

Dalam ayat ini terdapat peringatan mengenai kebodohan berbahaya yang dikemukakan
lewat gambaran beruang betina dan orang bebal. Kalimat hikmat satu baris dalam ayat ini
berbentuk paralel sintesis. Pikiran tentang 'beruang betina" yang kehilangan anak pada ayat 12a
dilengkapi dengan penjelasan mengenai "orang bebal dengan kebodohannya" dalam ayat 12b.
Kalimat hikmat ini juga disebut kalimat lebih baik. Lebih baik bertemu dengan beruang betina
yang kehilangan anak (ay. 12a). Keterangan tentang beruang dalam Perjanjian Lama dapat
ditemukan pada 2 Samuel 17:8 dan Hosea 13:8; Amos 5:19. Meski pada masa kini beruang
menjadi binatang langka di Israel, diduga bintang itu sangat dikenal untuk menyerang dan
membunuh anak-anak yang mengejek Elisa (2 Raj. 2:2324). Beruang betina Yang marah karena
kehilangan anak sangatlah berbahaya. Bahaya ini dibandingkan dengan bahaya bila seseorang

33
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Alkitab : Amsal 10:1-22:16, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), 262
34
Oc.Pit, 356
menemui orang bebal dengan kebodohannya (ay. 12b). Bahaya yang mematikan dari beruang
tersebut berasal dari kemarahannya, namun bahaya yang lebih besar lagi berasal dari kebodohan
seorang bodoh. Orang bodoh adalah orang yang bukan saja bodoh dan bejat moral, melainkan yang
menolak didikan sehingga akan terus tinggal dan binasa dalam kebobohan. Kebodohan ini sangat
berbahaya karena bisa menulari Orang Yang bergaul dekat dengannya, bahkan masyarakat
sekitamya.35

Orang yang lekas marah adalah orang yang berperilaku seperti binatang. Sekalipun
sewaktu-waktu ia bisa berhikmat, namun coba lihat kalau amarahnya tidak terkendali, ia menjadi
orang bebal dengan kebodohannya. Bodohlah orang yang menyimpan amarah di dalam hatinya,
dan menampakkan kegeraman pada air muka mereka. Ia telah melepaskan kemanusiaannya, dan
sudah menjadi seperti beruang, beruang yang geram, beruang betina yang kehilangan anak. Ia
gemar memuaskan segala hawa nafsu dan gairahnya seperti beruang betina gemar akan anak-
anaknya (yang, meskipun jelek, adalah miliknya sendiri). Ia giat mengejar-ngejarnya seperti
beruang betina mencaricari anaknya yang hilang, dan luar biasa marahnya apabila ada yang
menghalangi pencariannya.
Ia orang yang berbahaya, bermusuhan dengan setiap orang yang menghalang-halangi
jalannya, walaupun mereka tidak bersalah, sekalipun itu temannya, seperti beruang betina yang
kehilangan anak menyangka orang pertama yang dilihatnya sebagai pencurinya. Dan marilah kita
menghindari pergaulan dengan orang-orang yang lekas marah, dan menjauh dari mereka ketika
mereka sedang marah, dan dengan begitu kita menjaga keamanan kita sendiri. 36

Ayat 13

Ayat ini berisi peringatan mengenai kebaikan yang dibalas dengan kejahatan dan
akibatnya. Kalimat hikmat satu baris pada ayat ini berbentuk paralel sintesis. Pikiran tentang
”membalas kebaikan dengan kejahatan” pada ayat 13a, lebih di_ kembangkan melalui ”kejahatan
tak akan menghindar” pada ayat 13b. Ada permainan kata-kata kejahatan dalam ayat 13a dan 13b
(râ'â). ”Siapa membalas kebaikan dengan kejahatan ...” (ay. 13a). Peringatan disampaikan terhadap
orang yang tidak tahu berterima kasih atas kebaikan dan keuntungan yang dia peroleh. Peringatan
ini didasarkan kepada konsep sebab akibat yang sangat kental dalam Perjanjian Lama (bahwa
kebaikan seharusnya menghasilkan kebaikan bukan kejahatan dan kejahatan tentunya
mendatangkan hukuman atau kejahatan). Peringatan yang sama ditemukan dalam Amsal 20:22;
25:21. Kejahatan tidak akan menghindar dari rumahnya (ay. 13b). Orang yang tidak tahu berterima
kasih ini akan mendapatkan hukumam Kejahatan dia lakukan sebagai balasan kebaikan; kejahatan
akan menimpa dia dan anggota keluarganya. Kejahatan itu bisa berbentuk hukuman Tuhan secara
langsung; bisa juga secara alamiah sebagai akibat perbuatannya yang jahat. McKane menjelaskan
bahwa orang seperti ini membuat dirinya sendiri menjadi musuhnya karena dia sendiri membuat

35
Ibid, 263
36
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 356-357
dirinya berada dalam posisi yang sulit dalam masyarakat. Posisi sulit ini akan menghancurkan
dirinya dan keluarganya. 37

Sebagai orang yang tidak tahu berterimakasih kepada teman-temannya. Sering kali ia begitu tidak
tahu membalas budi dan tidak peka terhadap kebaikan yang dilakukan kepadanya sehingga ia
membalas kebaikan dengan kejahatan. Daud selalu bertemu dengan orang-orang yang menjadi
musuhnya padahal ia mengasihi mereka (Mzm.109:4). Membalas kejahatan dengan kejahatan
adalah tindakan biadab layaknya binatang, tetapi membalas kebaikan dengan kejahatan adalah aksi
jahanam seperti Iblis. Sungguh rusaklah sifat orang yang, karena bertekad tidak mau membalas
kebaikan, mau membalasnya dengan kejahatan.
Sebagai orang yang tidak bersikap baik terhadap keluarganya dalam berbuat demikian,
sebab ia mendatangkan kutuk atas keluarganya. Kejahatan ini sungguh keji sehingga hukumannya
tidak hanya ditimpakan kepada orang yang melakukannya, tetapi juga kepada keturunannya, dan
ia menimbun murka untuk mereka dengan berbuat kejahatan itu. Pedang tidak akan beranjak dari
keluarga Daud, karena ia membalas Uria dengan kejahatan atas pengabdian-pengabdian baik yang
telah diberikannya. Orang-orang Yahudi merajam Kristus karena perbuatan-perbuatan-Nya yang
baik. Oleh sebab itu, darah-Nya ditanggungkan kepada mereka dan kepada keturunan mereka. 38

Ayat 14

Ayat ini berisi pengajaran tentang menghindari pertengkaran. Bentuk kalimat kalimat
hikmat dua baris dalam ayat ini adalah paralel sintesis. Pikiran mengenai ”memulai pertengkaran”
pada ayat 14a, dilengkapi dengan nasihat untuk ”undlî' dalam ayat 14b. Memulai pertengkaran
adalah seperti membuka jalan air (ay. 14a), yaitu pintu air dalam sistem irigasi, yang kalau sudah
dibuka aliran airnya tak terkontrol dan tak bisa dikembalikan lagi. Ini adalah peringatan bagi kata-
kata yang emosional, yang tak dipikirkan leblh dahulu, yang tak bisa dikontrol (Ams. 10:19;
17:27), tak akan bisa ditarik kembali. Kata-kata seperti ini mudah sekali memicu pertengkaran.
Jadi undurlah sebelum perbantahan dimulai (ay. 14b). Ayat ini berisi peringatan tentang
perbantahan, suatu peringatan yang sangat banyak ditemukan dalam literatur hikmat Timur Dekat
Kuno. Kesalahan dalam berkata-kata bisa mengaklbatkan perbantahan dan bila tidak dihentikan
perbantahan itu akan semakin besar dan tak terkontrol.39

Bahaya yang terdapat pada permulaan pertengkaran. Satu kata panas, satu celaan yang
diucapkan dengan nada kesal, satu tuntutan yang diucapkan dengan nada marah, satu pertentangan
yang penuh kebencian, menimbulkan balasan yang serupa, dan akan dibalas lagi dengan hal yang
sama, dan begitu seterusnya, sampai hal itu sama saja seperti membuka bendungan. Apabila air
sudah mendapat saluran kecil, maka dengan sendirinya ia menambah lebar kebocoran itu,
menghanyutkan semua yang ada di hadapannya, sampai kemudian tidak dapat lagi dihentikan,
tidak dapat lagi ditahan.

37
Risnawaty Sinulingga, Tafsiran Alkitab : Amsal 10:1-22:16, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), 264
38
Oc.Pit, 357-358
39
Ibid, 264-265
Peringatan baik yang disimpulkan dari sini, yaitu untuk berjaga-jaga terhadap nyala api
pertama yang menyulut pertengkaran, dan untuk memadamkannya begitu ia muncul. Takutlah
terhadap es yang tengah memecah, sebab, sekali pecah, ia akan merembet ke mana-mana. Oleh
sebab itu, undurlah darinya, bukan ketika kita sudah melihat yang terburuk darinya, sebab mungkin
sudah terlambat, melainkan saat pertama kita melihatnya. Obstaprincipiis – Tolaklah begitu
pertama kali ia muncul. Undurlah bahkan sebelum perbantahan mulai. Undurlah, jika mungkin,
sebelum engkau mulai.40

Ayat 15

Ayat ini berisi peringatan mengenai tindakan mengadili orang lain dengan tidak benar, baik di
dalam membenarkan ataupun mempersalahkan. Kalimat hikmat satu baris pada ayat ini berbentuk
paralel sintesis. Pikiran mengenai "membenarkan dan mempersalahkan" dalam ayat 15a, lebih
dikembangkan lagi dalam ayat 15b (adalah kekejian bagi Tuhan). Membenarkan orang fasik dan
mempersalahkan orang benar, keduanya adalah tindakan yang tidak benar, baik yang dilakukan di
dalam pengadilan atau di luar pengadilan. Di Timur Dekat Kuno, hakim yang korupsi, sering
membenarkan orang yang bersalah, lalu menutup kesempatan bagi orang yang tak bersalah ke
istana untuk naik banding (mis. ay. 8; Yes. 5:23; Am 5:7). Pengajaran dalam ayat ini juga mau
menyangkali konsep yang salah, tetapi populer pada saat itu, yaitu bahwa lebih baik membebaskan
sepuluh Orang yang bersalah daripada mengutuk satu orang yang tak bersalah. Guru hikmat mau
memperlihatkan bahwa keduanya sama-sama salah dan merupakan kekejian bagi Tuhan. Lihat
keterangan sebelumnya mengenai orang fasik dan Orang benar dalam tafsiran yang dlberikan bagi
Amsal 10:3,7. Kedua tindakan adalah kekejian bagi Tuhan (ay. 15b; bnd Kel. 23:6-7). Penjelasan
mengenai kekejian bagi Tuhan bisa dillhat dalam tafsiran Amsal 11:1 (Ams. 3:32; bnd. UI. 25:1).
Pengajaran yang sama dapat ditemukan dalam Amsal 16: 11. 41

Apabila orang-orang yang dipercaya untuk menjalankan keadilan umum, yaitu para hakim,
para juri, para saksi, para jaksa, para pengacara, membebaskan orang yang bersalah atau
menghukum orang yang tidak bersalah, atau setidak-tidaknya membantu terjadinya hal itu. Hal
yang demikian menggagalkan tujuan pemerintah, yaitu melindungi yang baik dan menghukum
yang jahat (Rm. 13:3-4). Sama halnya juga, kita membangkitkan murka Allah bila kita
membenarkan orang fasik, meskipun itu karena merasa kasihan dan in favoremvitae – untuk
menyelamatkan nyawa. Ini sama saja seperti mempersalahkan orang benar.

Apabila siapa saja membela dosa dan orang-orang berdosa, meremehkan dan mengabaikan
kefasikan, atau berbantah melawan kebajikan dan kesalehan, dan dengan demikian membelokkan
Jalan Tuhan yang lurus serta mengacaukan pembedaanpembedaan antara yang baik dan yang
jahatyang sudah ada sejak dari kekekalan. 42

40
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 358
41
Risnawaty Sinulingga, 265
42
Oc.Pit, 359
Ayat 16

Ayat ini berisi pengajaran mengenai hikmat yang melampaui jangkauan orang bebal.
Kalimat hikmat satu baris pada ayat ini berbentuk paralel sintesis. Pikiran mengenai "orang bebal"
pada ay16a, lebih dikembangkan dengan "tak berakal budi" dalam ayat 16b. Apakah gunanya uang
di tangan orang bebal (ay. 16a). Orang bebal (K^esîl) adalah orang yang tidak saja boboh dan
jahat, tetapi juga selalu menolak didikan hikmat sehingga dia akan terus tinggal bahkan tenggelam
dalam kebodohannya. Lihat keterangan tentang orang bebal dalam tafsiran Amsal 10:3, 7. Menurut
Cohen, uang dalam ayat ini bukanlah biaya yang dibutuhkan seseorang bagi didikan hikmat,
melainkan melambangkan keinginannya yang tidak sunguh-sunguh (karena hikmat tidak dapat
dibeli) untuk mendapatkan hikmat. „ untuk membeli hikmat sedangkan ia tak berakal budi" (ay.
16b). Keinginan orang bebal untuk mendapatkan hikmat tiada gunanya karena selain dia memang
bodoh, keinginannya untuk mendapatkan hikmat pun bukan keingman yang sungguh-sungguh.
Seperti dikemukakan sebelumnya kekhasan orang bebal adalah rasa tidak simpatinya terhadap
semua pengetahuan dan hikmat. Dia adalah orang yang tak berakal budi. Dia kira dengan uangnya
dia bisa mendapatkan hikmat, padahal hikmat itu tidak bisa dibeli.43

Kebaikan Allah yang besar terhadap orang bodoh, dalam memberikan uang di tangannya untuk
membeli hikmat, untuk mendapatkan pengetahuan dan anugerah agar ia layak hidup di dunia ini
dan di dunia nanti. Kita memiliki jiwa yang berakal, sarana anugerah, perjuangan-perjuangan Roh,
dan jalan masuk kepada Allah melalui doa. Kita mempunyai waktu dan kesempatan. Orang yang
punya banyak harta (begitu Sebagian orang memahaminya) mempunyai keuntungan-keuntungan
untuk mendapatkan hikmat dengan cara membeli pengajaran. Orangtua, sanak saudara, hamba-
hamba Tuhan, dan teman-teman yang baik adalah orang-orang yang membantu kita mendapatkan
hikmat. Hikmat itu uang, dan oleh karena itu berharga, sebuah talenta. Hikmat itu adalah uang di
tangan, sudah dimiliki. Firman itu dekat kepadamu. Butuh uang untuk mendapatkan hikmat itu.
Hikmat itu demi kepentingan kita sendiri. Uang itu untuk mendapatkan hikmat, yaitu sesuatu yang
paling kita perlukan, karena kita orang bodoh. Beralasan bagi kita untuk kagum bahwa Allah
sampai begitu memperhatikan kebutuhan kita, dan begitu mempercayakan keuntungan-
keuntungan seperti itu kepada kita, meskipun Ia sendiri sudah tahu bahwa kita tidak akan
memanfaatkannya dengan benar.

Kefasikan manusia yang besar, yakni diabaikannya kebaikan Allah dan kepentingannya
sendiri, yang sangat tidak masuk akal dan tidak dapat dipertanggungjawabkan: ia tidak berakal
budi (kjv: hatinya tidak terpatri kepadanya – pen.), tidak terpatri kepada hikmat yang harus didapat,
atau kepada uang yang bisa digunakan untuk mendapatkannya. Ia tidak memiliki hati, atau
keterampilan, atau kehendak, atau keberanian untuk memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang
dimilikinya. Hatinya sudah terpatri kepada hal-hal lain, sehingga ia tidak punya hati untuk

43
Risnawaty Sinulingga, 266
menjalankan kewajibannya atau memperhatikan kepentingan-kepentingan besar jiwanya. Untuk
apa uang dibuangbuang dan dihabiskan untuk orang yang begitu tidak layak menerimanya? 44

Ayat 17

Dalam ayat ini ditemukan pengajaran mengenai persabatan yang sejati. Kalimat hikmat dua baris
pada ayat ini berbentuk paralel identik. Pikiran tentang "sahabat" pada ayat 17a diletakan secara
identik dengan pikiran tentang "saudara" pada ayat 17b. Seorang sahabat mengasihi setiap waktu
(ay. 17a). Sahabat Yang dimaksud adalah sahabat yang sejati. Dia mengasihi setiap waktu, dalam
keadaan senang, ataupun susah. Sahabat yang seperti ini sama dengan saudara sedarah perhatikan
bahwa kata sahabat dan saudara diletakkan paralel identik,Dan seorang saudata dilahirkan untuk
kesukaran (ay. 17). Secara ideal, sescorang setia kepada saudaranya sedarah temłasuk di dalam
kesukaran, walau ada juga penjelasan dalam Kitab Amsal tentang saudara yang tidak besikap
demikian (Ams. 18:19; 19:7). Dalam ayat temkhir ini diperlihatkan bahwa mutu kesetiaan mereka
berada di bawah mutu kesetiaan sahabat atau tetangga (bnd. Ams. 6:14-16; 22:23). Kitab Amsal
memberikan pengajaran tentang nilai persahabatan lebih dafipada kitab-kitab Iain dalam
Perjanjian Lama. Ini merefleksikan kesadaran pan pengajar akan perubahan situasi dalam
masyarakat, dari masyarakat persaudaman kepada persahabatan. Masyarakat pada masa sebelum
dan awal kerajaan khususnya yang hidup di desa-desa, yang sangat mementingkan ikatan keluarga
sekarang berganti dengan kehidupan kota apalagi mereka yang jauh dari keluarga, yang
dlbutuhkan adalah dukungan persahabatan. 45

Sahabat-sahabat haruslah saling setia setiap waktu. Jika tidak ada kesetiaan, maka tidak ada
persahabatan sejati. Pasti akan ada kesetiaan jika persahabatan itu tulus dan digerakkan oleh asas
hidup yang baik. Orang yang penuh khayal atau mementingkan diri sendiri di dalam persahabatan
tidak akan mengasihi sahabatnya jika perasaan mereka tidak lagi terhibur dan kepentingan mereka
tidak lagi dilayani, dan oleh sebab itu perasaan mereka berubah-ubah mengikuti angin dan
berganti-ganti mengikuti cuaca. Teman yang seperti burung layang-layang akan terbang
menghampirimu pada musim panas, dan pergi menjauh pada musim dingin. Untuk teman-teman
seperti itu, kita tidak akan merasa kehilangan. Tetapi jika persahabatan itu penuh kebijaksanaan,
kemurahan hati, dan kehangatan, jika aku mengasihi temanku karena ia bijak, berbudi luhur,
danbaik, maka selama ia tetap demikian, walaupun ia jatuh miskin dan terkena aib, aku akan tetap
mengasihinya. Kristus adalah Teman yang mengasihi setiap waktu (Yoh.13:1) dan kita pun harus
mengasihi-Nya seperti itu (Rm. 8:35).

Sesama saudara, khususnya, haruslah bersikap hati-hati dan lemah lembut satu sama lain di
dalam penderitaan: saudara dilahirkan untuk membantu kakak atau adiknya yang sedang dalam
kesusahan. Dengan mereka ia terhubung erat secara alamiah, supaya ia bisa lebih peka merasakan
beban-beban mereka, dan lebih tergerak serta bersedia, seolah-olah secara naluriah, untuk
membantu mereka. Kita harus sering kali memikirkan untuk apa kita dilahirkan, bukan hanya

44
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 359-360
45
Risnawaty Sinulingga, 266-267
sebagai manusia, tetapi juga sebagai saudara dan anggota keluarga tertentu.Siapa tahu, mungkin
justru untuk saat yang seperti ini kita datang dalam keluarga yang seperti itu? Kita tidak memenuhi
tujuan kita dijadikan bersaudara jika kita tidak melakukan kewajiban sebagai saudara. Sebagian
orang membacanya seperti ini: seorang sahabat yang menaruh kasih setiap waktu terlahir sebagai
(maksudnya, menjadi) saudara dalam kesukaran, dan harus dihargai seperti itu. 46
Ayat 18

Ayat ini berisi peringatan agar tidak menjadi penanggung bagi sesama manusia. Kalimat
hikmat satu baris dalam ayat ini berbentuk paralel sintesis. Pikiran mengenai orang yang ”tidak
berakal budi” dalam ayat 18a, lebih dikembangkan lewat ulasan ”menjadi penanggung” dalam
ayat 18b. Orang yang tidak berakal budi adalah dia yang membuat persetujuan (ay. 18a). Orang
yang tak berakal budi adalah orang bodoh, yang sama sekali tidak bijak, tidak bertimbang sebelum
mengambil suatu keputusan, yang dalam ayat ini membuat persetujuan. Lihat keterangan tentang
orang yang tidak berakal budi dalam tafsiran yang diberikan bagi Amsal 17:16. Tindakan membuat
persetujuan ini adalah tindakan yang berbahaya yaitu menjadi penanggung”..yang menjadi
penanggung sesamamu manusia” (ay. 18b). Peringatan yang sama dapat ditemukan dalam Amsal
6:1-5; 11:15; 20:16; 22:26; 27:13. Yang dimaksud dengan sesamamu manusia dalam ayat ini
adalah tetangga. Menjadi penanggung atau penjamin adalah menjadi Yang bersedia membayar
hutang seseorang dalam sebuah U•ansaksidagang,kalau orang tersebut tidak mampu membayar
pinjamannya. Orang yang bijak tak akan melakukan tindakan bodoh ini karena tindakan ini
berisiko amat tinggi.47

Walaupun Salomo sudah memuji persahabatan di dalam kesukaran (ay. 17), namun janganlah
ada orang, dengan berdalih ingin bermurah hati kepada teman-teman mereka, berlaku tidak
adilterhadap keluarga mereka dan memperlakukan mereka dengan tidak benar. Sebagian dari
kewajiban kita haruslah diimbangi dengan bagian yang lain. 48

1. Adalah bagian dari hikmat untuk sebisa mungkin tidak terlibat dalam utang, terutama jangan
sekali-kali menjadi penanggung. Adakalanya orang memang harus berbicara atas nama
temannya jika temannya itu tidak ada, sampai ia sendiri datang untuk mengurusi
permasalahannya. Tetapi bagaimana bila seorang teman ada di tempat kejadian dan kata-
katanya tidak akan didengar orang karena ia dianggap tidak sanggup atau tidak jujur? Siapa
yang mau berbicara atas namanya dan merasa aman? Apakah kita mau menjadi penanggung
di hadapan temannya bagi dia?
2. Orang-orang yang tidak berakal budi biasanya terjerat di dalam perangkap ini, sehingga
mereka mencemarkan nama baik keluarga mereka. Dan oleh sebab itu, mereka tidak layak

46
Oc.Pit, 360-361
47
Risnawaty Sinulingga, 267-268
48
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 361-362
dipercaya terlalu jauh untuk mengurusi urusan-urusan mereka sendiri, melainkan harus diberi
bimbingan.

Ayat 19

Ayat 19 dan 20 berisi peringatan mengenai pelanggaran dan kepalsuan yang akan membawa
seseorang kepada kehancuran. Kalimat hikmat dua baris pada kedua ayat berbentuk paralel identik.
Pikiran mengenai "mencintai kesalahan" pada ayat 19a, diletakkan dalam posisi identik dengan
"meninggikan pintunya" pada ayat 19b. Pengajaran mengenai orang yang serong hatinya pada ayat
20a diletakkan dalam posisi sintesis dengan yang memutar-mutar lidahnya pada ayat 20b. Siapa
yang mencintai kesalahan, suka juga akan pelanggaran (ay. 19a). Yang dimaksud dengan
kesalahan dan pelanggaran dalam ayat ini adalah tindakan salah Yang dilakukan dengan senang
hati terhadap sesama manusia. Orang yang seperti ini bisanya suka juga mengganggu sesama
manusia, kesulitan yang dialami sesama, menyenangkan hatinya. Penjelasan mengenai kesalahan
dan pelanggaran dikemukakan pada ayat 19b: dan siapa yang meningglkan pintunya, mencari
kehancuran". Kesalahan dan pelanggaran dalam ayat 19a diletakkan dalam posisi sejajar dengan
meninggikan pintunya pada ayat 19b. Meninggikan pintu, maksudnya meninggikan mulutnya atau
mengucapkan kata-kata sombong yang palsu (Mzm. 49:130). Kepalsuan dalam berkata-kata
adalah salah satu kesalahan dan pelanggaran yang disebutkan dalam ayat 19a. Kesalahan dan
pelanggaran ini mendatangkan kehancuran. Kata kehancuran juga dipergunakan dalam Amsal
16:18 untuk menjelaskan apa yang akan dialami oleh orang yang berkata-kata dengan sombong.
Banyak tafsiran Iain yang diberikan untuk meninggikan ada yang menganggapnya sebagai
lambang dari bangunan orang tolol, atau sombongan yang terlihat dari bangunan Pintu gerbang
yang tinggi, yang menutup persahabatan. 49

Orang-orang yang suka bertengkar melibatkan diri dalam banyak kesalahan: siapa
sukabertengkar, yang dalam mengurusi perkara duniawi suka beperkara di pengadilan, dan di
dalam agama suka berselisih pendapat, dan di dalam percakapan umum suka memotong
pembicaraan dan bertengkar, yang tidak merasa baik di mana saja kecuali di dalam suasana panas,
ia suka kepada pelanggaran. Sebab banyak dosa menyertai dosa itu, dan jalannya terjal ke bawah.
Ia berpura-pura membela kebenaran, dan membela kehormatan serta haknya, tetapi sebetulnya ia
suka kepada dosa, yang dibenci Allah.

Orang-orang yang berambisi dan bernafsu mencapai keinginan tingginya membuat diri mereka
sendiri rentan terhadap banyak kesulitan, yang sering kali berakhir dalam kehancuran mereka:
siapa memewahkan pintunya, membangun rumah yang megah, setidak-tidaknya membangun
halaman depan yang bagus, untuk mengalahkan kecemerlangan tetangga-tetangganya,
mendatangkan kehancuran pada dirinya sendiri. Ia bersusah payah hanya untuk merusak dirinya

49
Risnawaty Sinulingga, 268
sendiri. Ia membuat pintu gerbangnya begitu lebar sehingga rumah dan pekarangannya habis untuk
gerbang itu.50

Ayat 20

Kehancuran juga akan dialami oleh orang yang serong hatinya dan memutarmutar lidahnya. Orang
Yang serong hatinya tidak akan mendapatkan kebaikan (ay. 20a) Orang yang serong hatinya selalu
memikirkan hal-hal yang menyimpang dari jalan yang benar. Lihat keterangan mengenai orang
yang serong hatinya pada Amsal 2: 15; 11:20. Dalam Amsal 11:20 dikemukakan bahwa orang
Yang serong hati adalah kekejian Tuhan. Pastilah orang yang seperti ini tidak akan mendapatkan
kebaikan, sebaliknya ia akan merasakan ketidaktenteraman, mengalami kekerasan, dan
ketidakberuntungan. Apalagi ketidakbenaran ini dilengkapi dengan kata-kata jahat, tipuan,
kebohongan. Ayat ini dibandingkan dengan kepalsuan dalam berkata-kata. Dan orang yang
memutar-mutar lidahnya akan jatuh ke dalam celaka (ay. 20b). Lebih ditegaskan lagi, bahwa orang
ini akan mengalami celaka sebagai akibat kesalahannya atau sebagai akibat hukuman yang
dijatuhkan Tuhan padanya. McKane menekankan adanya hubungan yang jelas antara
ketidaksejahteraan dalam dirinya dengan pikiran yang serong dan lidah yang bengkok yang
dipergunakan untuk merusak hubungan sesama manusia.51

Menyusun rancangan-rancangan yang jahat tidak akan membawa keuntungan bagi kita.
Kita tidak mendapat apa-apa darinya: orang yang serong hatinya, yang menebarkan ,perpecahan
dan penuh dengan kebencian, jangan berharap bisa mendapat cukup untuk mengimbangi
hilangnyaketenangan jiwa dan nama baiknya, dan juga ia tidak bisa mendapat kepuasan sejati di
dalamnya. Ia tidak akan mendapat bahagia.

Berkata-kata kasar akan membawa banyak kerugian bagi kita: orang yang memutar-mutar
lidahnya, yang penuh kata-kata keji dan kasar, kata-kata kotor atau fitnah, akan jatuh ke dalam
satu atau lain celaka, akan kehilangan teman-temannya, membangkitkan amarah musuh-
musuhnya, dan mendatangkan kesusahan pada dirinya sendiri. Sudah banyak orang membayar
dengan harga yang mahal karena lidah yang tidak dikekang. 52

Ayat 21

Ayat ini berisi pengajaran mengenai anak yang mendukakan ayahnya. Kalimat hikmat dua
baris pada ayat ini berbentuk paralel identik. Pikiran mengenai "anak bebal" pada ayat 2 la
diletakkan dalam posisi identik dengan "ayah orang bodoh" Pada ayat 2 Ib. Siapa mendapat anak
bebal, mendapat duka (ay. 21a). Pengajaran anak bebal sangat banyak dalam Kitab Amsal. Istilah
Ibrani yang diper untuk anak yang bebal adalah (K^esîl), yaitu anak Yang bukan saja bodoh dan
tak bemoral, melainkan menolak didikan hikmat dan teguran sehingga anak terus hidup dalam
kebodohan. Lihat penjelasan sebelumnya dalam taf 10:1. Anak Yang seperti ini pasti akan

50
Oc.Pit, 362
51
Risnawaty Sinulingga, 269
52
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 363
mendatangkan duka kepada orang bodoh tidak akan bersukacita (ay. 21b). Istilah dalam ayat ini
untuk orang bodoh adalah nabal dan dipakai hanya di sini dan dalam Amsal 17:7 serta 30:22.
Orang bodoh yang dimaksud di sini bukan saja bodoh secara intelektual, melainkan juga dalam
hal moral dan religious melebihi (K^esîl). Orang ini dengan kekonyolannya selalu bersikap dan
bertindak negatif sehingga ia tidak hanya merusak hidupnya sendiri, tetapi juga mendatangkan
masalah bagi orang Iain. Lihat keterangan sebelumnya mengenai orang bodoh ini dalam tafsiran
Amsal 17:7. Contohnya adalah Nabal dalam 1 Samuel 25:2-42. Pastilah kehidupan orang yang
bodoh ini tidak pernah mendatangkan sukacita, tetapi dukacita kepada ayahnya yang tidak sebodoh
anaknya. Pengajaran tentang kebodohan anak yang mendatangkan kedukaan bagi orangtuanya
dapat juga ditemukan dalam Amsal 10:1; 15:20; 17:25; 19:13. 53

Ayat ini mengungkapkan dengan amat tegas apa yang dengan amat peka dirasakan oleh banyak
orang bijak dan baik, yaitu betapa menyedihkan dan menjengkelkannya mempunyai anak
jahatyang bodoh.54

1. Betapa tidak pastinya perkara-perkara bagi kenyamanan tubuh jasmani kita, sehingga kita tidak
hanya sering kali dikecewakan olehnya, tetapi juga apa yang kita sangka dapat memberikan
kepuasan terbesar ternyata merupakan salib terberat yang harus kita pikul. Ada kegembiraan
bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia, namun, jika anak yang dilahirkan ternyata
jahat, ayahnya sendiri akan berharap alangkah baiknya ia tidak pernah dilahirkan. Nama
Absalom berarti kedamaian ayahnya, tetapi justru dialah yang membawa kesukaran terbesar
bagi ayahnya. Seharusnya keinginan untuk memiliki anak, dan kesenangan orangtua terhadap
mereka, sedikit banyak diredakan dengan menyadari bahwa mungkin saja anak-anak mereka
membawa dukacita bagi mereka. Tetapi, dalam hal ini sudah seharusnya keluhan-keluhan ayah
yang menderitadibungkam, bahwa jika anaknya bodoh, anak yang bodoh itu lahir dari
benihnya sendiri. Dan oleh sebab itu, ia harus memandangnya dari segi yang terbaik, dan
menganggapnya sebagai salibnya sendiri, dan terlebih lagi karena Adam melahirkan anak
dalam gambar dan rupanya sendiri.
2. Betapa tidak bijaknya kita bila sedang menderita karena satu kesusahan (dan itu karena anak
yang susah diatur, seperti juga karena hal-hal lain) kita menjadi bersedih hati sampai lupa
segalanya: ayah orang bodoh begitu memasukkannya ke dalam hati sehingga ia tidak
bersukacita dalam hal apa pun juga. Namun, itu salahnya sendiri. Masih ada cukup banyak
sukacita untuk mengimbangi dukacita seperti itu sekalipun.

Ayat 22

Ayat ini berisi pengajaran mengenai kegembiraan yang menentukan kesehatan jasmani
seseorang. Kalimat hikmat dua baris pada ayat ini berbentuk paralel antitesis. Pokok pikiran
mengenai "hati yang gembira" pada ayat 22a diletakkan secara antitesis dengan "hati yang patah"
pada ayat 22b. Hati yang gembira memulihkan kesehatan (ay. 22a). Hati yang gembira adalah

53
Risnawaty Sinulingga, 269-270
54
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 363-364
kondisi pikiran terdalam dari seseorang, yang secara emosional bergembira dan bersemangat.
Lihat penjelasan sebelumnya mengenai hati dan hati yang gembira pada tafsiran yang diberikan
bagi Amsal 10:8; 15:13. Ayat ini harus dimengerti seperti Amsal 14:30, yang memberi penjelasan
mengenai hubungan antara pikiran dengan kondisi fisik. Hati yang gembira tidak hanya
disebabkan Oleh adanya kesukaan dalam pikiran, tetapi juga mencakup dimilikinya standar moral
yang tinggi. Sementara itu, hati yang pecah menjadi milik orang yang berstandar moral yang
rendah. Emosi positif dan negatif seperti disebut di atas akan memicu diproduksinya zat-zat yang
yang memperkuat atau memperlemah daya tahan tubuh sehingga memulihkan atau memperlemah
kesehatan tubuh seseorang. Lihat keterangan sebelumnya mengenai hal ini dalam tafsiran Amsal
14:30 dan 15:13: " tetapi hati yang patah mengeringkan tulang (ay. 22b). Arti harfiah kata hati
dalam ini adalah "roh", tetapi dalam ayat ini maknanya sama dengan 'hati" pada ayat yaitu pikiran
secara emosional. Istilah yang sama juga dipergunakan dalam Amsal 1 1 : 13. Kondisi pikiran
yang secara emosional susah, kecewa, putus akan merusak kesehatan seluruh tubuh. Tulang
sebagai kerangka tubuh melambangkan kondisi seluruh tubuhjasmani seseorang. 55

Gembira itu sehat. Tuhan itu memelihara tubuh, dan sudah menyiapkan persediaan baginya,
bukan hanya makanan, melainkan juga obat-obatan. Dan di sini Dia berkata kepada kita bahwa
obat yang terbaik adalah hati yang gembira, bukan hati yang kecanduan dengan kegembiraan yang
sia-sia dan bersifat kedagingan. Salomo sendiri berkata tentang kegembiraan seperti itu, bahwa itu
bukanlah obat, melainkan kegilaan. Itu bukan makanan, melainkan racun. Apa gunanya itu? Tetapi
yang dimaksudkannya adalah hati yang bersukacita di dalam Allah, dan yang melayani-Nya
dengan gembira, dan kemudian merasakan penghiburan dari kesenangan-kesenangan lahiriah dan
terutama penghiburan dari percakapan yang menyenangkan. Sungguh merupakan rahmat yang
besar bahwa Allah memberi kita izin untuk bergembira dan alasan untuk bergembira, terutama jika
dengan anugerah-Nya Ia memberi kita hati untuk bergembira. Ini baik seperti obat (begitu sebagian
orang membaca ayat ini). Ini akan membuat tubuh ada dalam keadaan yang baik dan dapat bekerja
dengan lebih baik. Atau, itu membawa kebaikan seperti halnya obat bagi tubuh, dengan
membuatnya enak dan sehat untuk bekerja.

Kesedihan-kesedihan pikiran sering kali berpengaruh besar pada sakitnya tubuh: semangat
yang patah, yang tenggelam oleh beban-beban penderitaan, dan terutama hati nurani yang terluka
oleh perasaan bersalah dan ketakutan akan murka, mengeringkan tulang, menyerap
kelembapannya sampai ke akar-akarnya, mengikis habis sumsumsumsumnya, dan menyisakan
tulang-belulang belaka pada tubuh. Oleh sebab itu, kita harus berjaga-jaga dan berdoa melawan
segala kecondongan untuk bersedih hati, sebab semua kecondongan itu membawa kita ke dalam
kesusahan dan juga pencobaan. 56
Ayat 23

55
Risnawaty Sinulingga, 270-271
56
Oc.Pit, 364-365
Ayat ini berisi peringatan mengenai orang yang memberi dan menerima suap. Ayat ini
merefleksikan situasi masyarakat Isreal kuno, di mana ada anggota masyarakat yang tidak peduli
dengan sopan santun, bahkan nilai-nilai moral demi keuntungan pribadinya. Kalimat hikmat satu
baris pada ayat ini berbentuk paralel sintesis. Pikiran mengenai "suapan dari pundi-pundi" pada
ayat 23a, leblh dikembangkan lagi lewat ulasan tentang "membelokkanjalan hukum" dalam ayat
23b. Orang fasik mengambil suapan dari pundi-pundi (ay. 23a). Lihat keterangan sebelumnya
(Ams. 6:27; 16:33; 17:8) mengenai suapan dari pundi-pundi. Yang memberi dan menerima suapan
adalah orang fasik. Lihat keterangan mengenai orang fasik dalam tafsiran Amsal 10:3,7: "... untuk
membelokkan jalan hukum" (ay. 23b). Yang salah dalam tindakan ini bukan pemberian hadiah,
melainkan tajun pemberian hadiah untuk melakukan penyimpangan. Baik yang memberi maupun
yang merima suapan, keduanya melakukan penyimpangan hukum di Pengadilan. Mungkin orang
yang disebut fasik di sini adalah hakim, tetapi mungkin juga yang lain yang bersedia melakukan
kejahatan, membelokkan hukum demi uang suap. 57

Betapa jahatnya suapan itu: sungguh fasik orang yang mau menerima hadiah suapan untuk
memberikan kesaksian, putusan, atau penghakiman palsu. Ketika ia menerimanya, ia menjadi malu
karenanya, sebab ia menerima suap itu dengan serahasia mungkin, dari pundi-pundi yang
diketahuinya sudah dipersiapkan baginya. Hadiah suapan itu disembunyikan dengan begitu rapi,
dan begitu licik sehingga, jika bisa, ia akan menyembunyikannya dari hati nuraninya sendiri.
Hadiah suapan diterima dari pundi-pundi orang fasik (begitu sebagian orang membaca ayat ini).
Sebab jahatlah orang yang memberi suap, seperti juga orang yang menerimanya.
Betapa dahsyatnya suap itu. Suap itu begitu kuat sampai-sampai membengkokkan jalan
hukum. Jalan keadilan tidak saja terhambat, tetapi juga berubah menjadi ketidakadilan. Dan
kesalahan-kesalahan terbesar dilakukan dengan dalih berbuat benar. 58

Ayat 24-25

Kedua ayat ini berisi pengajaran mengenai orang yang berpengertian dan pertentang orang
bebal. Keduanya diikat oleh kata kunci "orang bebal" kalimat hikmat dua dan satu baris pada ayat
24 dan 25 berbentuk paralel antitesis Sintesis. Lewat kalimat yang antitesis, secara antitesis
dibandingkan pikiran tentang "orang berpengertian" dalam ayat 24a "mata orang bebal melayang
sampai ke ujung bumi" pada ayat 24b. melalui kalimat yang sintesis pikiran mengenai "anak bebal"
pada ayat 25a, lebih dikembangkan lagi melalui ulasan tentang 'kepedihan bagi ibu yang
melahirkan" dalam ayat 25b.

Di hadapan orang yang berpengertian ada hikmat (ay. 24a). Orang yang berpengertian
adalah orang memiliki hikmat, yang memahami sikap, kata-kata, dan perilaku dan arah kehidupan
yang benar dan yang mengarahkan kehidupannya ke arah yang benar. Lihat keterangan
sebelumnya mengenai orang yang berpengertian pada tafsiran Amsal 15:14. Kontras dengan ayat

57
Risnawaty Sinulingga, 271
58
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 365
24a: tetapi mata orang bebal melayang sampai ke ujung bumi (ay. 24b). Orang bebal, orang yang
bukan hanya bodoh, tidak pernah serius, bahkan menolak didikan hikmat. Orang ini tidak tahu apa
dan di mana ada hikmat. Oleh karena itu, ia tak mengetahui arah kehidupan yang benar yang harus
ditempuh, tidak tahu apa yang harus dicapai. Hidupnya dipenuhi dengan ketidakjelasan.
Penjelasan Iain mengenai masalah anak bebal diberikan dalam ayat 25. Masalah itu adalah duka
dan kepedihan yang harus dirasakan ayah dan ibunya. Lihat peringatan yang sama pada Amsal
17:21; 19:13; 29:15.59

(17:24)

1. Harus dipandang cerdas orang yang tidak hanya memiliki hikmat, tetapi juga yang siap
menggunakannya apabila ada kesempatan untuk itu. Dia menaruh hikmat di hadapannya (kjv),
seperti kemudi dan kompas untuk mengarahkan jalannya, dan pandangannya selalu tertuju
padanya, seperti orang yang sedang menulis tulisannya. Ia memilikinya di hadapan dia. Hikmat
itu tidak harus dicari, tetapi diam di dekatnya.
2. Orang yang pikirannya kacau, yang suka melantur dan melayang-layang ke mana-mana, tidak
akan pernah layak untuk melakukan pekerjaan yang mantap. Sungguh bodoh, dan tidak ada
gunanya, orang yang matanya melayang sampai ke ujung bumi, yang melihat ke sini, ke sana,
dan ke mana-mana, ke mana saja kecuali ke tempat seharusnya ia melihat, yang tidak dapat
menetapkan pikiran-pikirannya pada satu topik atau yang tidak berusaha mencapai satu tujuan
dengan cara yang tetap. Ketika pikirannya harus terpusat pada pelajaran dan pekerjaan, pikiran
itu dipenuhi dengan seribu satu macam hal yang asing dan tidak bersangkut paut.
(17:25)

1. Anak-anak yang jahat adalah penderitaan bagi kedua orangtua mereka. Mereka menimbulkan
amarah pada ayahnya (begitu yang diartikan oleh kata itu), karena meremehkan
kewenangannya, tetapi menimbulkan kepedihan dan kepahitan bagi ibunya, karena
menyalahgunakan kelembutannya. Oleh karena itu, ibu dan ayah, yang menderita bersama-
sama, harus saling menghibur untuk menguatkan satu sama lain di dalam penderitaan itu, dan
berusaha menjadikannya semudah mungkin. Sang ibu meredakan amarah sang ayah, dan sang
ayah meringankan kepedihan sang ibu.
2. Bahwa Salomo sering kali mengulangi kata-kata ini, mungkin karena itu terjadi pada dirinya
sendiri. Namun, bagaimanapun juga, hal itu biasa terjadi pada siapa saja. 60
Ayat 26

Ayat 26 berisi peringatan mengenai hukuman dan ketidakadilan. Kalimat hikmat dua baris
pada ayat ini berbentuk paralel antitesis. Pikiran mengenai "denda atas orang benar" pada ayat 26a
diletakkan secara "antitesis" dengan ulasan tentang "memukul orang mulia" pada ayat 26b.
Hukuman denda atas orang benar tidaklah baik (ay. 26a). Kemungkinan hukuman yang dimaksud

59
Risnawaty Sinulingga, 271-272
60
Oc.Pit,366
di sini berbentuk denda yang dijatuhkan dalam pengadilan (Ul. 22.19). R.N. Whybray
menyebutkan hukuman bentuk Iain dalam pengadilan Iain, yaitu pukulan (Ul.25:1-3). Hal ini tidak
layak bahkan tidak adil bila dilakukan terhadap orang benar, Yang sikap, kata-kata, maupun
perilakunya selalu didasarkan pada prinsip kebenaran dan keadilan. Hal ini juga bertentangan
dengan prosedur hukum yang didasarkan kepada kebenaran. Lihat penjelasan mengenai orang
benar dalam tafsiran Amsal 10:3, 7. Memukul orang-orang mulia pun tidak patut (ay. 26b). Orang
mulia dalam ayat ini adalah orang yang mulia statusnya. Istilah Ibrani yang dipergunakan untuk
kata "orang-orang mulia" dalam ayat ini adalah neclhîbhîm dan arti harfiahnya adalah "pangeran-
pangeran". Akan tetapi, dia ini juga berkarakter mulia karena "orang yang mulia" dalam ayat 26b
diletakkan dalam posisi paralel identik dengan "orang benar" pada ayat 26a. Lihat keterangan
mengenai hal ini dalam tafsiran yang diberikan bagi ayat 7. Sangatlah tidak patut, tidak adil, bila
atas orang yang mulia dalam status sosial dan karakter, dijatuhkan hukuman berbentuk denda
apalagi pukulan.61

Para hakim memastikan bahwa mereka tidak pernah mengenakan denda orang benar,
bahwa mereka tidak sekali pun menjadi kengerian bagi perbuatanperbuatan baik, sebab hal itu
berarti mereka menyalahgunakan kekuasaan mereka dan mengkhianati kepercayaan besar yang
sudah diberikan kepada mereka. Perbuatan itu salah, yakni, sangat jahat, dan akan berujung pada
hal-hal yang tidak baik, apa pun tujuan yang mereka ingin capai dalam melakukannya. Apabila
para raja menjadi penguasa-penguasa yang lalim dan penganiaya-penganiaya, takhta mereka tidak
akan berdiri dengan mudah atau teguh.

Rakyat memastikan bahwa mereka tidak mencari-cari kesalahan pada pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya, sebab sungguh jahat memukul orang mulia, dengan mencemarkan
pemerintahan mereka atau dengan sembunyi-sembunyi berusaha menyerang mereka, seperti yang
diperbuat oleh kesepuluh suku Israel yang memberontak dengan mencela Salomo karena
membebankan pajak yang sesungguhnya memang diperlukan. Sebagian orang membaca bagian
ini demikian, dan juga janganlah memukul orang mulia karena ia berbuat adil. Para hakim harus
berjaga-jaga agar tidak seorang pun yang berada di bawah penghakiman mereka menderita karena
berbuat baik. Juga orangtuajanganlah membangkitkan amarah di dalam hati anak-anak
merekadengan teguran-teguran yang tidak pada tempatnya. 62

Ayat 27-28

Pada kedua ayat ini ditemukan pengajaran tentang kemampuan menahan diri di dalam
berkata-kata. Bentuk kalimat pada kedua ayat ini adalah campuran antara paralel identik dan
paralel emblematis. Pikiran tentang "orang yang menahan perkataan" dalam ayat 27a diletakkan
secara identik dengan kalimat mengenai "orang yang berkepala dingin" pada ayat 27b. Pikiran
mengenai "orang bodoh yang disangka bijak" dalam ayat 28a, lebih dikembangkan lagi dalam
ulasan ten tang "orang yang berkepala dingin" pada ayat 28b. Kata-kata kunci yang mengikat

61
Risnawaty Sinulingga, 272-273
62
Mathhew Henry, Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum, 2013), 367
kedua ayat ini adalah pengetahuan. Kata kunci tersebut dipergunakan secara beragam dalam
perikop ini ("berpengetahuan", "berpengertian", dan 'bijak"). Tema yang diusulkan bagi perikop
ini adalah "Menahan perkataan itu bijak"

(ay. 27) : Ayat ini berisi pengajaran mengenai kemampuan menahan perkataan dan sikap hidup
berkepala dingin. Orang yang menahan perkataannya adalah orang yang berpengetahuan (ay. 27a).
Dengan situasi seperti apapun orang ini mampu mengontrol diri dalam berkata-kata. Dengan kata-
kata yang sedikit, ia membuat orang Iain mampu memahami apa yang sedang ia pikirkan. Dengan
kata-kata Yang dapat dikontrol, ia tidak mengungkapkan apa yang tidak seharusnya dibeberkan.
Istilah Ibrani pada ayat ini untuk berpengetahuan adalah yôdhëdâ'ath. Yang dalam ayat ini
bermakna "orang yang memiliki pengetahuan sesuai dengan norma yang berlaku, pengetahuan
moral, teknis dan praktis. Orang yang seperti ini adalah orang yang mempunyai hikmat, memiliki
pertimbangan yang bagus. Pengajaran ini bukan mau menolak keramah-tamahan, melainkan
berupa degatan atas kata-kata yang banyak, tetapi tidak dipertimbangkan lebih dahulu baik.
Pengajaran yang sama ditemukan dalam Amsal 10:19. Sejalan dengan ayat 27a, dikatakan: "orang
yang berkepala dingin adalah orang yang berpengertian” (ay. 27b). Kata Ibrani yang dipakai untuk
kepala dingin adalah qarrûah, yang dimaksud sama dengan yang dikemukakan dałam ayat 27a,
orang garmi adalah orang yang emosinya tidak meledak-ledak, yang dapat mengontrol diri lam
berkata-kata. Orang ini adalah orang yang berpengertian. Lihat penjelasan sebelumnya mengenai
orang yang berpengertian dałam tafsiran Amsal 15:14 Pengajaran pada ayat 27a diulangi kembali
dałam ayat 27b untuk memberikan tekanan.

(ay. 28) : Peringatan tentang menahan diri dałam berkata-kata dilanjutkan dałam ayat 28. Juga
orang bodoh disangka bijak kalau ia berdiam diri (ay. 28a), kalau ia mengatupkan bibirnya (ay.
28b). Seperti sering kali disebutkan sebelumya bahwa dałam Kitab Amsal sedikit berkata-kata,
menjadi ciri-ciri orang yang berhikmat. Maka kalau orang bodoh berdiam diri, kebodohannya jadi
sembunyi, dia pun akan disangka bijak. Sementara itu banyak berkata-kata identik dengan orang
bodoh (Ams. 15:2; 12:23). Pengajaran ini memiliki kesamaan dengan pikiran dan pengajaran
dałamliteratur hikmat Mesir, yang memben peringatan mengenai orang berkepala panas. Orang
seperti ini akan mendapatkan malapetaka karena ia kurang bisa mengontrol diri. Dałam pengajaran
ini, orang yang bodoh dimaksud yang tidak bisa mengontrol diri dibandingkan orang yang tak
banyak bicara karena ia memiliki karakteristik kontrol diri. Pengajaran tentang menahan diri dałam
berkata-kata dipergunakan untuk akhiri perikop ini. Penekanan akan pentingnya berdiam diri atau
bisa diri dałam berkata-kata, yang dipergunakan menjadi penutup suatu pengajaran hikmat, sejak
masa yang sangat kuno sudah dikenal di Mesir. 63

Dua cara seseorang dapat menunjukkan dirinya sebagai orang bijak:64

1. Dengan temperamen yang baik dan manis serta ketenangan pikiran: orang yang berpengertian
berkepala dingin, mempunyai jiwa yang berharga (itulah kata yang digunakan. Orang demikian

63
Risnawaty Sinulingga, 273-274
64
Oc.Pit, 367-368
memperhatikan baik-baik jiwanya, agar menjadi sebagaimana mestinya, dan dengan begitu
menjaganya tetap sehat, tenang pada dirinya sendiri dan menyenangkan bagi orang lain. Roh
yang penuh anugerah adalah roh yang mulia. Roh seperti ini menjadikan orang menyenangkan,
lebih baik dari tetangganya. Ia berjiwa dingin (begitu sebagian orang membacanya), tidak
panas karena amarah, dan juga tidak berang dan mengamuk oleh desakan perasaan yang rusak,
tetapi tetap tenang dan diam. Kepala yang dingin dan hati yang hangat adalah perpaduan yang
mengagumkan.
2. Dengan mengekang lidahnya baik-baik.Orang bijak akan sedikit mengeluarkan kata-kata,
karena takut salah berbicara: orang yang berpengetahuan, dan yang bertujuan untuk berbuat
baik dengannya,akan berhati-hati ketika ia berbicara, dan akan berbicara langsung pada pokok
permasalahannya. Ia akan sedikit berbicara supaya bisa mengambil waktu untuk menimbang-
nimbang. Ia menahan perkataannya, karena perkataan itu lebih baik ditahan daripada
dikeluarkan dengan cara tidak baik. Hal ini biasanya dipandang sebagai petunjuk pasti akan
adanya hikmat, yaitu bahwa orang bodoh bisa disangka bijak seandainya ia cukup cerdik untuk
mengekang lidahnya, untuk mendengar, melihat, dan sedikit berkata-kata. Jika orang bodoh
berdiam diri, orang yang baik hati akan menyangka dia bijak, karena tidak ada yang
bertentangan yang kelihatan. Kalau ia diam, ia dikira sedang mencermati apa yang dikatakan
orang lain, belajar dari pengalaman, dan bertanya-tanya dalam hati apa yang hendak
dikatakannya, agar ia bisa mengatakan hal-hal yang bersangkut paut.Lihatlah betapa
mudahnya mendapat pujian dari orang lain dan memperdaya mereka. Tetapi apabila orang
bodoh berdiam diri, Allah tahu hatinya, dan tahu kebodohan yang bersarang di sana. Bagi-Nya
pikiran adalah perkataan, dan oleh sebab itu tidak mungkin Dia keliru dalampenghakiman-Nya
atas manusia.
TEOLOGI NASKAH

• Tuhan Allah menyatakan bahwa diriNya adalah Tuhan yang tidak akan membiarkan
domba-dombanya untuk terus hidup di tengah-tengah kesesatan ataupun kegelapan yang
bersifat duniawi.
• Tuhan Allah menghendaki agar kehidupan kita terus dikelilingi dengan hikmat yang yang
terus melakukan setiap ketetapan-ketetapan sekaligus perintah yang Tuhan telah nyatakan
untuk kita manusia dapat lakukan di tengah dunia ini.
• Tuhan Allah adalah Tuhan yang selalu menuntun dan melindungi orang-orang yang terus
berharap sekaligus yang percaya kepada Tuhan Allah.
• Tuhan akan terus memberikan keselamatan, perlindungan, kehormatan kepada orang-
orang yang mengalami penindasan, penderitaan oleh orang-orang yang berbuat jahat,
memicu pertengkaran, tidak berakal budi, orang yang bebal.
• Tuhan akan membalaskan, menghardik dan memberikan teguran kepada orang-orang yang
durhaka, orang-orang yang melakukan pelanggaran, orang-orang pendusta, orang-orang
yang melakukan segala sesuatu tanpa memiliki akal budi dan hikmat Allah.
• Tuhan Allah adalah Tuhan yang selalu menyertai dan membimbing seluruh umatnya agar
supaya tidak berjalan ke arah yang tidak benar dan terus hidup dalam kebenaran Allah
sehingga keselamatan dan penyertaan Tuhan selalu bersama dengan kita.
• Allah adalah sumber hikmat bagi setiap manusia, agar tetap hidup berkenan di hadapanNya
• Allah tidak menghendaki orang yang jahat, fasik, bebal dan orang-orang bodoh
• Allah menghendaki orang yang hidunya benar di hadapan Tuhan
REFLEKSI TEOLOGIS

Dalam Amsal 17 : 1-28 memberikan nasihat sekaligus didikan yang tidak hanya untuk anak
muda tetapi untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Allah, mengenai hidup benar di
hadapan Allah. Melalui Salomo, Tuhan Allah menyatakan bahwa Ia menghendaki agar kehidupan
semua umat yang percaya terus di kelilingi dengan hikmat yang terus melakukan ketetapan dan
perintah Tuhan Allah ditengah-tengah kehidupan. Dengan hikmat dan akal budi yang berasal dari
Tuhan kita di mampukan untuk melakukan apa yang di kehendaki Tuhan Allah. Karena ketika kita
sebagai manusia tidak melakukan perintah-Nya seperti, berperilaku bebal, pendusta maka, Tuhan
akan menghardik dan memberikan teguran. Tetapi sebaliknya ketika kita melakukan kehendak-
Nya maka Tuhan akan memberikan keselamatan, perlindungan, kehormatan kepadan kita.
Melalui nasihat dan didikan dalam perikop ini nyatalah Tuhan Allah adalah Tuhan yang
tidak membiarkan domba-domba-Nya hidup di tengah-tengah kesesatan dan kegelapan duniawi.
Hal ini pun berhubungan dengan keadaan dan kondisi yang kita hadapi saat ini dengan berbagai
macam tantangan dan pergumulan hidup yang dapat membuat kita goyah, bahkan sampai
melakukan perilaku bebal seperti masa bodoh dengan keadaan, mementingkan diri sendiri, ingin
menang sendiri, tidak menggunakan hikmat dalam mengambil keputusan dan berbagai hal bodoh
lainnya yang merugikan diri sendiri bahkan pun dengan orang lain.
Berkaitan dengan realita pandemi Covid19 saat ini, banyak kehidupan orang percaya
diselimuti ketakutan, kekhawatiran yang berdampak pada iman orang percaya yang menjadi lemah
bahkan sering menyalahkan Tuhan.
Melalui perikop ini, pengamsal mau mengajak dan menyadarkan kita sebagai umat-Nya
untuk selalu hidup benar di hadapan Tuhan, tidak goyah dengan situasi apapun serta menjauhi
perilaku-perilaku layaknya orang bebal. Oleh karena itu tugas kita sebagai umat-Nya selalu
meminta hikmat kepada Tuhan Allah dalam melakukan setiap tugas, kerja dan pelayanan kita.
Karena Allah adalah satu-satunya sumber hikmat bagi orang percaya baik dulu, sekarang dan
sampai selamanya.
DAFTAR PUSTAKA

Alkipedia

Alkitab Sabda, SIapa yang menulis kitab-kitab puisi Amsal dan Mazmur ?

https://alkitab.sabda.org/article.php?no=97&type=12 (diakses Senin, 04 Oktober 2021,

16.40)

Blommendaal, J. Pengantar Kepada Perjanjian Lama, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia , 2018 )

Douglas, J. D. 1997. Ensiklopedi Alkitab : A-L, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih

Henry, Mathhew. Tafsiran Mathhew Henry KITAB AMSAL, (Surabaya : Penerbit Momentum,

2013)

Hill, Andrew E. & John H.Walton. Survei Perjanjian Lama, ( Malang: Gandum Mas, 1996)

LAI, Alkitab Edisi Studi (LAI, Jl. Salemba Raya 12, Jakarta 10430)

Lasor, W.S. dkk. Pengantar Perjanjian Lama 2 : Sastra dan Nubuat , (Jakarta : BPK Gunung Mulia,

2016)

Ludji, Barnabas. Pemahaman Dasar Perjanjian Lama , (Bandung: Bina Media Informasi , 2009)

Saragih, Agus Jetron. Kitab Ilahi, (Medan: Penerbit Bina Media Perintis, 2016 )

Sinulingga, Risnawaty. Tafsiran Alkitab : Amsal 10:1-22:16, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012)

Anda mungkin juga menyukai