Anda di halaman 1dari 16

PENATALAKSANAAN ANAK YANG BERISIKO TINGGI TERPAPAR COVID-19

Dosen Pembimbing:

Windha Widyastuti, MNS

Disusun Oleh :

Diana Kristin (201902010035)

Kelas 2A D3 Keperawatan
Semeseter 4

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dalam penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Dalam
penyusunan Makalah ini, penulis mengalami berbagai kendala dan kesulitan, namun berkat
Rahmat Allah SWT yang disertai kesabaran, ketekunan, dan usaha serta bantuan dari
berbagai pihak yang telah tulus ikhlas baik fasilitas tenaga dan pikiran sehingga makalah
yang berjudul “PENATALAKSANAAN ANAK YANG BERISIKO TINGGI
TERPAPAR COVID-19” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif diharapkan, demi terciptanya tujuanyang
ingin dicapai. Atas bantuan dan kritikan seta saran dari semua pihak, maka penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekalongan, 28 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULAUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan .........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Covid-19....................................................................................
B. Tatalaksana anak yang terpapar covid-19....................................................
C. Pencegahan covid-19 pada anak..................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh coronavirus yang baru muncul yang pertama dikenali muncul di
Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Pengurutan genetika virus ini
mengindikasikan bahwa virus ini berjenis betacoronavirus yang terkait erat dengan
virus SARS.
Meskipun sebagian besar orang yang terjangkit COVID-19 hanya mengalami
penyakit yang ringan atau tanpa komplikasi, sekitar 14% menderita penyakit parah
yang memerlukan perawatan rumah sakit dan dukungan oksigen, dan 5% perlu
dimasukkan ke unit perawatan intensif. Dalam kasus-kasus parah, COVID-19 dapat
diperburuk dengan sindrom gawat pernapasan akut (ARDS), sepsis dan septic shock,
gagal multiorgan, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut. Usia lanjut dan
penyakit penyerta dilaporkan menjadi faktor risiko kematian, dan analisis
multivariabel baru mengonfirmasi usia lanjut, skor SOFA (Sequential Organ Failure
Assessment) dan d- dimer > 1 µg/L saat masuk fasilitas dikaitkan dengan tingkat
kematian yang lebih tinggi. Studi ini juga mengamati durasi median deteksi RNA
viral selama 20,0 hari (IQR 17,0-24,0) pada penyintas, tetapi virus COVID-19 masih
dapat terdeteksi hingga kematian pada bukan penyintas. Durasi shedding virus
terlama yang diamati pada penyintas adalah 37 hari.
Dari panduan berdasarkan bukti yang dikembangkan oleh panel multidisiplin
penyedia pelayanan kesehatan yang berpengalaman dalam bidang tatalaksana klinis
pasien COVID-19 dan infeksi virus lain, seperti SARS dan MERS, serta sepsis dan
ARDS, panduan ini menjadi dasar perawatan suportif yang dioptimalisasi untuk
memastikan kemungkinan bertahan hidup sebaik mungkin serta memungkinkan
dilakukannya perbandingan yang dapat dipercaya antara intervensi-intervensi
terapeutik yang masih diteliti dalam uji acak terkendali (RCT).
Masih belum banyak tersedia data presentasi klinis COVID-19 dalam kelompok-
kelompok tertentu, seperti anak- anak dan perempuan hamil. Gejala-gejala COVID-19
pada anak-anak biasanya tidak separah orang dewasa dan umumnya berupa batuk dan
demam, dan telah diamati terjadinya koinfeksi. Laporan kasus anak-anak
terkonfirmasi COVID-19 relatif sedikit; kasus-kasus tersebut mengalami penyakit
ringan. Saat ini masih belum diketahui perbedaan manifestasi klinis COVID-19 pada
pasien perempuan hamil dan perempuan tidak hamil atau orang dewasa berusia
reproduktif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Covid-19?
2. Bagaimana tatalaksana anak yang terpapar covid-19?
3. Bagaimana pencegahan covid-19 pada anak ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian covid-19
2. Untuk mengetahui tatalaksana anak yang terpapar covid-19
3. Untuk mengetahui pencegahan covid-19 pada anak

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian covid-19
Coronavirus atau disebut juga dengan virus corona merupakan keluarga besar
virus yang mengakibatkan terjadinya infeksi saluran pernafasan atas ringan hingga
sedang, seperti penyakit flu.
B. Tatalaksana anak yang terpapar covid-19
a. Klasifikasi Klinis

Klasifikasi Definisi
Tanpa Gejala Hasil uji SARS-CoV-2 positif tanpa
ada tanda dan gejala klinis.
Ringan Gejala infeksi saluran napas atas seperti
demam, fatigue, mialgia, batuk, nyeri
tenggorokan, pilek, dan bersin.
Beberapa kasus mungkin tidak disertai
demam, dan lainnya mengalami gejala
saluran pencernaan seperti mual,
muntah, nyeri perut, diare, atau gejala
non-respiratori lainnya.
Sedang Gejala dan tanda klinis pneumonia.
Demam, batuk, takipnu*, dapat disertai
ronki atau wheezing pada auskultasi
paru tanpa distres napas dan
hipoksemia.
*Takipnu= Frekuensi napas <2 bulan:
≥60x/menit, 2–11 bulan:
≥50x/menit, 1–5 tahun: ≥40x/menit, >5
tahun: ≥30x/menit
Berat  Gejala dan tanda klinis pneumonia
berat berupa napas cuping hidung,
sianosis, retraksi subkostal,
desaturasi (saturasi oksigen<92%).
 Adanya tanda dan gejala bahaya
umum seperti kejang, penurunan
kesadaran, muntah profuse, tidak
dapat minum, dengan atau tanpa
gejala respiratori.
Kritis Pasien mengalami perburukan dengan
cepat menjadi acute respiratory distress
syndrome (ARDS) atau gagal napas
atau terjadi syok, ensefalopati,
kerusakan miokard atau gagal jantung,
koagulopati, gangguan ginjal akut, dan
disfungsi organ multipel atau
manifestasi sepsis lainnya. Kriteria
gagal napas dengan pediatric acute
respiratory distress syndrome (PARDS)
dapat dilihat pada gambar di bawah.
Multisystem Anak dan remaja 0-19 tahun yang
inflammatory syndrome mengalami demam 3 hari
DAN disertai dua dari:
 Ruam atau konjungtivitis bilateral
non purulenta atau tanda inflamasi
mukokutaneus pada mulut, tangan
dan kaki
 Hipotensi atau syok
 Gambaran disfungsi miokardium,
perikarditis, vaskulitis,
abnormalitas koroner (terdiri atas
kelainan pada ekokardiografi,
peningkatan Troponin/NT-proBNP)
 Bukti adanya koagulopati (dengan
peningkatan PT, APTT, D- dimer)
 Gejala gastrointestinal akut (diare,
muntah, atau nyeri perut)
DAN
Peningkatan marker inflamasi seperti
LED, CRP atau procalcitonin
DAN
Tidak ada penyebab keterlibatan
etiologi bakteri yang menyebabkan
inflamasi meliputi sepsis bakteri,
sindrom syok karena Stafilokokkus atau
Streptokokkus
DAN
Terdapat bukti COVID-19 (berupa RT-
PCR, positif tes antigen atau positif
serologi) atau kemungkinan besar
kontak dengan pasien COVID-19

b. Pemberian antivirus potensial, hidroksiklorokuin dan anti- inflamasi untuk


infeksi COVID-19
Terapi definitif untuk COVID-19 masih belum diketahui, tidak ada obat yang
efikasi dan keamanannya terbukti. Beberapa terapi masih dalam evaluasi
(terutama pada dewasa), penggunaan pada kasus COVID-19 pada anak masih
dalam penelitian. Pemberian antivirus maupun hiroksiklorokuin harus
mempertimbangkan derajat beratnya penyakit, komorbid dan persetujuan orang
tua. Dosis pemberian antivirus potensial dan durasi pemberiannya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Agen Dosis dan Durasi untuk Keterangan


anak
Remdesivir Dosis anak dan Tersedia melalui
dewasa(verifikasi dosis permintaankhusus untuk
dan preparat dengan anak-anak (per 14 April
pabrik) 2010).
 <40 kg: 5 mg/kg IV Anak usia >12 tahun
loading dose pada sedang melakukan uji
hari ke-1; diikuti 2,5 coba klinis di lokasi
mg/kg IV tiap 24 tertentu (NCT04292730
jam dan NCT04292899)
 ≥40 kg: 200 mg IV
loading dose pada BPOM:
hari ke-1; diikuti 100 Anak >12 tahun dengan
mg IV tiap 24 jam BB ≥40 kg yang
Durasi yang memerlukan ventilasi
direkomendasikan mekanik invasif dengan
 Hingga 10 hari, dosis hari ke-1 200 mg
durasi 5 hari IV, hari ke‐2 sd ke-9
dianjurkan untuk 100mg IV, selama 30‐
respon cepat (durasi 120 menit.
5 atau 10 hari masih
dinilai dalam uji
coba klinis).
IVIG Pada pasien yang
menunjukan gejala
seperti Kawasaki: 2
g/kgBB dosis tunggal
diinfus 8- 12 jam
Pada pasien tanpa gejala
seperti Kawasaki: 1
g/kgBB dosis tunggal
diinfus 8-12 jam.
Hidrokortison 2-4 mg/kg tiap 6 jam IV Diberikan untuk syok
maksimal 100 mg per resisten katekolamin
dosis.
Deksametason 0,3 mg per kgBB per Dosis rendah
haridiberikan tiap 12
jam (bagi dua dosis)
Metilpredniso Ion 30 mg per kgBB per Untuk klinis yang tidak
dosis, selama 1-3 hari, respons dengan IVIG
lakukan tapering off 1,6 atau MIS-C tipe
mg per kgBB per hari macrophage activation
dibagi tiap 8 jam selama syndrome atau cytokine
5 hari atau sampai bebas release storm
demam.
Tocilizumb <30 kg: 12 mg/kg dosis Jika tidak ada perbaikan
tunggalIV klinis dapat diulang 12
>30 kg: 8 mg/kg dosis jam kemudian
(maksimal 800 mg) IV

c. Pemantauan derajat keparahan pasien pada kasus anak dengan Covid-19


a) Pemantauan derajat keparahan pasien yang disepakati oleh pakar intensif
anak adalah nilai rasio SpO2/FiO2 (SF ratio)
b) Pada pasien dengan tunjangan pernapasan non-invasif dapat digunakan
indeks saturasi oksigen (Oxygen Saturation Index/OSI)
c) Pada pasien dengan ventilasi mekanik invasif dapat dihitung indeks
oksigenasi (Oxygenation Index/OI)
d) Kadar FiO2 disesuaikan untuk mencapai target saturasi perifer atau SpO2<
97% agar validitas penghitungan SF rasio dan OSI dapat dijaga
e) Prediksi perburukan pirau intrapulmonal dapat dilakukan dengan menghitung
dan memantau AaDO2
f) Kriteria P-ARDS yang digunakan sesuai dengan kriteria Pediatric Acute
Lung Injury Conference Consensus (PALICC).
d. Indikasi dan prinsip penggunaan NIV atau HFNC pada kasus anak dengan
Covid-19
a) Anak dengan klinis sesak (RR >+2 SD sesuai usia) dengan atau tanpa
peningkatan usaha nafas atau work of breathing
b) Memerlukan suplementasi oksigen untuk mempertahankan SpO2 > 88% dan
OI (oxygenation index) < 4 atau OSI < 5
c) Terdapat infiltrat baru yang konsisten dengan gambaran penyakit paru akut
1. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) atau Bilevel non-
invasive ventilation (NIV)
1) Rekomendasi tunjangan pernapasan awal pada pasien dengan SF
rasio sebesar 221 – 264. CPAP dan NIV Bilevel lebih dianjurkan
oleh karena tekanan jalan napas akan lebih terjamin dibandingkan
dengan pemberian High Flow Nasal Cannula (HFNC)
2) Jika SF rasio < 221, intubasi jangan ditunda
3) Jika tidak terjadi perbaikan oksigenasi (target SpO2 92-97%
dengan FiO2< 0.6) dalam pemantauan 60-90 menit, atau ROX
index< 5, lakukan intubasi
4) Interface yang digunakan pada CPAP/NIV dianjurkan helmet,
guna mengurangi kebocoran atau leak yang terjadi. Jika tidak
tersedia, dapat digunakan sungkup non-vented oro-nasal atau full-
face yang disambungkan dengan sirkuit double-limb atau single-
limb dengan filter
5) Lakukan titrasi tekanan sesuai respons pasien (target oksigenasi
atau peningkatan upaya bernapas)
6) Penggunaan CPAP dan NIV berisiko untuk terjadinya kontaminasi
aerosol terutama jika ada kebocoran. Penggunaan alat pelindung
diri (APD) yang memadai mutlak harus dipenuhi jika merawat
pasien infeksi COVID-19 dengan CPAP/NIV
2. High Flow Nasal Cannula (HFNC)
1) High Flow Nasal Cannula (HFNC) dapat dipergunakan jika
CPAP/NIV tidak tersedia, pada pasien dengan SF rasio > 264
dengan pemberian FiO2 0.35-0.4
2) HFNC juga berisiko menyebabkan kontaminasi aerosol, karena
tingkat kebocoran / leak yang tinggi.
3) Jika target oksigenasi (SpO2> 92 – 94 % dengan FiO2< 0.4) tidak
membaik dalam waktu 30 – 60 menit, segera intubasi
e. Tindakan intubasi trakeal emergensi pada anak dengan Covid-19
Jika diperlukan tindakan intubasi, perhatikan hal-hal berikut:
a) Pencegahan infeksi adalah prioritas utama: semua tim yang terlibat harus
menggunakan APD sesuai standar dan tindakan dilakukan di ruang dengan
tekanan negatif
b) Jalur komunikasi harus tersedia untuk tim di dalam ruangan dan tim di luar
ruangan
c) Pastikan sudah tersedia checklist intubasi dan daftar peran masing-masing
staf. Dalam melakukan intubasi minimalisasi petugas yang ada di ruang
intubasi. Staf yang melakukan intubasi terdiri dari 3 orang, yaitu:
1. Intubator atau operator airway dilakukan oleh dokter yang paling
berpengalaman dalam mengintubasi dan berperan untuk mengintubasi
pasien dalam upaya pertama
2. Asisten airway bertugas membantu intubator membuka jalan napas,
memastiakan jalan napas patent dan memberikan bantuan pernapasan.
3. Asisten pemberi obat-obatan, bertugas memberikan obat- obatan
selama proses intubasi dan melakukan moitoring atau pengawasan
terhadap tindakan intubasi maupun kondisi pasien.
d) Periksa monitor, akses IV, instrumen, obat-obatan, ventilator dan
e) suction
f) Pertimbangkan penggunaan video laryngoscope
g) Pertimbangkan tahanan krikoid/rapid sequence intubation (RSI)
h) Hindari ventilasi sungkup manual jika tidak diperlukan
i) Jika diperlukan, gunakan teknik 2 orang, dengan oksigen aliranrendah dan
batasi pemberian tekanan
j) Pastikan filter tersedia antara face mask dan bag
k) Intubasi dan konfirmasi dengan monitor kapnografi kontinu dan pemeriksaan
visual kembang dada (hindari penggunaan stetoskop)
1. Jika menggunakan video laryngoscope - gunakan disposable blade
2. Bila pelumpuh otot telah diberikan, segera intubasi
3. Masukkan ETT hingga kedalaman yang ditentukan dan kembangkan
cuff untuk menutup jalan nafas sebelum memulai ventilasi. Catat
kedalaman ETT
4. Pasang NGT untuk dekompresi lambung sehingga tidak mengganggu
ventilasi paru
5. Hindari melepas sambungan sirkuit; tekan dan putar semua konektor
untuk mengunci. Klem selang endotrakeal saat melepas sambungan
6. Gunakan algoritma gagal intubasi (CICV) jika terjadi kesulitan
7. Beri instruksi sederhana dan gunakan closed loop communication
8. Jika status pasien COVID-19 belum dikonfirmasi, aspirasi trakea
untuk pemeriksaan virologi dilakukan dengan closed suction
9. Buang alat sekali pakai dengan aman setelah digunakan
10. Dekontaminasi alat yang dapat digunakan ulang sesuai instruksi.
Setelah meninggalkan ruangan, lepas APD dengan teliti
11. Bersihkan ruangan 20 menit setelah intubasi (atau tindakan yang
menghasilkan aerosol terakhir)
12. Simpan peralatan terkait lainnya di luar ruangan sampai dibutuhkan.
f. Algoritma Tatalaksana ARDS Pada Anak dengan Infeksi Covid 19
( Adaptasi dengan persetujuan komite consensus PEMVECC 2020)
A. Gunakan APD
 Batasi jumlah petugas

1
Mulai RJP
 Vertikal dengan O2, gunakan bag-mask
Dengan filter dan hindari kebocoran, jika tidak
Tersedia dunakan sungkup nonrebrearhing
 Persiapan intubasi
Ya Tidak
Apakah irama jantung shockable?
2 9
VF/pVT Asistole/PEA
shock 3
A. Perioritaskan intubasi/Lanjutkan RJP
 Hentikan kompresi dada sementara untuk intubasi
 Jika intubasi tertunda, pertimbangan sipraglottic airway
atau bag-mask dengan filter dan hindari kebocoran
 Hubungkan pada ventilator dengan filter jika memungkinkan
10
RJP 2 menit RJP 2 menit
Akse IV/10 Akses IV/10
Epinerfi setiap 3-5 menit
Tidak Ya
Apakah irama jantung shockable? Apakah irama jantung shockable?
Ya Tidak
shock 5 11 RJP 2 menit
6 RJP 2 menit Atasi etiologi yang reversible
Epinerfin setiap 3-5 menit Tidak Ya
Apakah irama jantung shockable?
Apakah irama jantung shockable?
Ya
shock 7
RJP 2 menit
8 Amiodarone atau Lidokain
Atasi etilogi yang reversible

Jika tidak ada tanda ROSC, lanjutkan ke no 10 atau 11 Lanjutkan


12 Jika ROSC, lanjutkan kew perawatan pasca henti jantung no 5 atau 7

C. Pencegahan covid-19 pada anak


a. Mengoptimalkan penggunaan APD secara efisien dan maksimal dengan cara:
a) Untuk meminimalkan penggunaan APD: telemedicine, barrier
menggunakan jendela kaca/plastik di area triase, meja pendaftaran, dan
farmasi
b) Kurangi waktu kontak antara tenaga kesehatan dan pasien COVID-19
dengan cara melaksanakan beberapa aktivitas bersamaan pada saat masuk
keruangan pasien (memeriksa tanda vital, memberikan makan dan obat
dalam waktu bersamaan)
b. Penggunaan APD harus berdasarkan risiko paparan, tenaga kesehatan yang
berkontak langsung dengan pasien dan melakukan pengambilan sampel harus
menggunakan gaun/apron, sarung tangan, pelindung mata dan masker (pada
kondisi berisiko terjadinya aerosol gunakan masker N-95)
c. Penggunaan masker yang sama untuk memeriksa beberapa pasien yang berbeda
dengan diagnosis yang sama dapat dilakukan, tetapi penggunaan lebih dari 4 jam
dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan sebaiknya dihindari
d. Di area publik, apabila terdapat individu dengan gejala infeksi saluran nafas akut,
atau individu yang merawat pasien dalam pemantauan COVID-19 dirumah, maka
harus menggunakan masker. Pada individu tanpa gejala penyakit, penggunaan
masker tipe apapun tidak direkomendasikan.

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Coronavirus atau disebut juga dengan virus corona merupakan keluarga besar
virus yang mengakibatkan terjadinya infeksi saluran pernafasan atas ringan hingga
sedang, seperti penyakit flu.
Terapi definitif untuk COVID-19 masih belum diketahui, tidak ada obat yang
efikasi dan keamanannya terbukti. Beberapa terapi masih dalam evaluasi (terutama
pada dewasa), penggunaan pada kasus COVID-19 pada anak masih dalam penelitian.
Pemberian antivirus maupun hiroksiklorokuin harus mempertimbangkan derajat
beratnya penyakit, komorbid dan persetujuan orang tua.
Pencegahan pada anak yaitu, Mengoptimalkan penggunaan APD secara
efisien dan maksimal, Penggunaan APD harus berdasarkan risiko paparan, tenaga
kesehatan yang berkontak langsung dengan pasien dan melakukan pengambilan
sampel harus menggunakan gaun/apron, sarung tangan, pelindung mata dan masker,
Penggunaan masker yang sama untuk memeriksa beberapa pasien yang berbeda
dengan diagnosis yang sama dapat dilakukan, tetapi penggunaan lebih dari 4 jam
dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan sebaiknya dihindari, dan di area publik,
apabila terdapat individu dengan gejala infeksi saluran nafas akut, atau individu yang
merawat pasien dalam pemantauan COVID-19 dirumah, maka harus menggunakan
masker.
B. Saran
Untuk Mahasiswa atau pembaca, makalah ini diharapkan dapat menjadi
pembelajaran mata kuliah Keperawatan Anak, tetapi penulis menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
dapat memperbaiki makalah “PENATALAKSANAAN ANAK YANG BERISIKO
TINGGI TERPAPAR COVID-19” yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/tatalaksana-klinis-suspek-
penyakit-covid-1935867f18642845f1a1b8fa0a0081efcb.pdf?sfvrsn=abae3a22_2

https://covid19.go.id/p/protokol/panduan-klinis-tata-laksana-covid-19-pada-anak

https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus
https://ww.papdi.or.id

Anda mungkin juga menyukai