Kelompok 5 - Audit Energi - UAS Konservasi Energi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

TUGAS AKHIR SEMESTER

KONSERVASI ENERGI
TKF4608 – 2 SKS

AUDIT ENERGI STASIUN YOGYAKARTA

Ismu Rijal Fahmi (17/410182/TK/45539)


Davidika Argo Selo Buwono (17/413545/TK/45985)
Albert Ilham Rumaidinillah (18/424989/TK/46684)

Tanggal Ujian: 15 Mei 2020

PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2020
ABSTRAK

Sektor gedung komersial menggunakan 60-70% energi listrik dari total energi yang
dikonsumsinya. Salah satu gedung yang menggunakan energi listrik dalam jumlah banyak
adalah Gedung Stasiun Yogyakarta. Gedung tersebut mengonsumsi energi listrik sebesar
20.840,520 kWh dalam satu bulan dengan biaya Rp23.231.761. Dalam penulisan ini,
dipaparkan hasil audit, rekomendasi penghematan energi, jumlah energi yang dihemat, dan
penghematan ekonomi yang dapat dilakukan di Gedung Stasiun Yogyakarta. Target IKE
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
gedung tersebut sebesar 4,4 untuk ruangan AC dan 0,7 untuk ruangan nonAC.
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
Berdasarkan audit energi awal, IKE gedung bernilai 4,81 untuk ruangan AC dan 0,71
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
untuk ruangan nonAC. Untuk itu, dilakukan audit energi akhir agar IKE memenuhi
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑊𝑊ℎ/𝑚𝑚2
target. Setelah dilakukan audit energi, IKE menjadi bernilai 4,258 untuk ruangan AC
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
dan 0,675 untuk ruangan nonAC. Penghematan energi yang dapat dilakukan sebesar
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

10,310% atau 2.148,72 kWh/bulan yang bernilai Rp2.395.264 setiap bulan.

Kata kunci: konservasi energi, audit energi, Stasiun Yogyakarta

1 LATAR BELAKANG

Energi listrik telah menjadi kebutuhan dasar manusia modern. Semua sektor kehidupan
manusia telah menggunakan energi listrik sebagai sumber energinya. Energi listrik bahkan
mendominasi konsumsi energi di sektor rumah tangga dan gedung komersial [1]. Sektor
gedung komersial yang terdiri atas perkantoran, perhotelan, restoran, rumah sakit, stasiun, dan
jasa lainnya menggunakan sekitar 5 MTOE atau 60-70% energi listrik dari total konsumsi
energi [1]. Profil konsumsi energi tahun 2018 di sektor gedung komersial dan prediksinya di
tahun 2050 ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1. Profil konsumsi energi tahun 2018 di sektor gedung komersial dan prediksinya di tahun
2050 [1].

Mengingat besarnya penggunaan listrik di sektor gedung komersial tersebut, audit energi
listrik pada bangunan komersial menjadi penting untuk memastikan terlaksananya konservasi
energi. Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan
sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya [2]. Audit
energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi
serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna sumber energi dan pengguna energi
dalam rangka konservasi energi [3].

Salah satu gedung yang menggunakan energi listrik dalam jumlah banyak adalah Gedung
Stasiun Yogyakarta. Berdasarkan penelitian sebelumnya, gedung tersebut mengonsumsi energi
listrik sebesar 20.840,520 kWh dalam satu bulan [4]. Dalam penelitian tersebut belum
dipaparkan rekomendasi penghematan energi dan jumlah energi yang dihemat secara detail.
Penelitian tersebut juga belum menyertakan penghematan ekonomi yang dapat dilakukan. Oleh
karena itu, dalam penulisan ini, dipaparkan hasil audit, rekomendasi penghematan energi,
jumlah energi yang dihemat, dan penghematan ekonomi yang dapat dilakukan di Gedung
Stasiun Yogyakarta.

2 DASAR TEORI

2.1 Profil Konsumsi Energi di Gedung

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan bertambahnya gedung-gedung di


Indonesia, penerapan efisiensi energi di gedung-gedung yang sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) menjadi hal yang sangat penting. Pada umumnya gedung di negara tropis
seperti Indonesia paling banyak menggunakan energi untuk sistem tata udara (45-70%), sistem
tata cahaya (10-20%), lift dan eskalator (2-7%) serta alat-alat kantor dan elektronik (2-10%).
Gedung yang boros energi bukan hanya menyebabkan biaya operasional menjadi tinggi, namun
juga dapat merusak lingkungan. Tipe-tipe gedung yang masih boros energi meliputi
perkantoran, gedung pemerintah, pusat perbelanjaan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan
dan perhotelan.

Upaya meningkatkan efisiensi energi di gedung biasanya dilakukan melalui peningkatan


performa gedung (perbaikan sistem operasional dan pemeliharaan gedung). Secara teknis,
untuk dapat mengetahui cara perbaikan performa sebuah gedung, perlu dilakukan audit energi.
Ruang lingkup audit energi meliputi identifikasi dan analisis secara keseluruhan terhadap
masalah-masalah efisiensi energi pada gedung seperti sistem operasional Heating, Ventilating,
and Air Conditioning (HVAC), tingkat kenyamanan dan pemeliharaan gedung. Langkah-
langkah yang biasa diterapkan untuk meningkatkan efisiensi energi di gedung adalah
retrofitting pada bangunan gedung, upgrade teknologi peralatan, dan pembiasaan perilaku
hemat energi bagi para penghuni gedung. Retrofitting merupakan proses merombak ulang atau
sebagian dari sebuah gedung guna meningkatkan performanya. Upgrade teknologi dilakukan
dengan mengganti teknologi yang lebih hemat energi pada gedung yang sudah ada dan dapat
menghemat lebih dari 10% biaya energi. Perilaku hemat energi yang dapat dilakukan para
penghuni gedung misalnya mengubah pengaturan komputer untuk selalu berada dalam kondisi
standby mode saat tidak digunakan, mencabut kabel listrik dari stop kontak saat peralatan tidak
digunakan atau menggunakan smart power strip untuk seluruh peralatan elektronik.

Langkah-langkah di atas meskipun tergolong sebagai investasi biaya rendah, namun


dapat memberikan potensi keuntungan berupa pengurangan biaya energi listrik yang
ditunjukkan oleh Tabel 1.
Tabel 1. Potensi penghematan energi pada bangunan gedung [5]

Menurut Kementerian ESDM (2012) kegiatan efisiensi energi listrik pada bangunan
gedung dapat difokuskan pada sistem Air Conditioning (AC), house keeping, utilitas, dan
sistem penerangan [5]. Potensi penghematan dari masing-masing sistem disajikan pada
Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Potensi penghematan energi [5]

2.2 Efikasi Lampu

Efikasi lampu adalah rasio intensitas cahaya keluaran lampu terhadap daya yang
dikonsumsinya [6]. Semakin tinggi nilai efikasi suatu lampu, semakin efisien lampu tersebut.
Efikasi lampu berbeda-beda bergantung pada jenisnya. Tabel 2 menunjukkan efikasi lampu
berdasarkannya jenisnya.
Tabel 2. Efikasi lampu berdasarkan jenisnya [7] [8].

Jenis Lampu Efikasi (lumen/W)


Pijar 9,7
TL (Tube Lamp) Fluorescent 50,8
CFL (Compact Fluorescent) 59,494
LED 217,8
Intensitas cahaya yang dihasilkan oleh suatu lampu dapat diketahui melalui persamaan
berikut.

𝐿𝐿 = 𝜀𝜀 × 𝑃𝑃…………………………………….(1)

Di mana L adalah intensitas cahaya yang dihasilkan lampu (lumen), ε adalah efikasi lampu
(lumen/W), dan P adalah daya lampu (W).

2.3 Pengaturan Suhu di Stasiun Yogyakarta

Suhu di Stasiun Yogyakarta diatur agar tetap di bawah batas nyaman secara termal. Di
stasiun, kenyamanan termal dicapai ketika suhu di bawah atau sama dengan 27°C [9]. Suhu di
stasiun sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan di sekitarnya. Stasiun Yogyakarta terletak di
koordinat 7°47’21” lintang selatan dan 110°21’48” bujur timur atau 7,789 lintang selatan dan
110,363 bujur timur [10]. Berdasarkan koordinat tersebut, dapat diketahui suhu rata-rata
lingkungan stasiun tiap jam dalam satu hari yang dihitung dari data dalam rentang waktu 2007
s.d. 2016. Suhu rata-rata tersebut ditunjukkan oleh Gambar 3.
Gambar 3. Profil rata-rata suhu harian lingkungan Stasiun Yogyakarta pada tahun 2007 s.d. 2016
[11].

2.4 Konservasi Energi

Konservasi adalah usaha penurunan sejumlah energi yang dikonsumsi melalui cara-cara
ekonomis dan eliminasi pemborosan [12]. Sementara itu, konservasi energi menurut PP 70
Tahun 2009 adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu untuk melestarikan sumber daya
energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Konservasi energi juga
dapat diartikan sebagai meminimalkan penggunaan energi tanpa mengurangi efisiensi
penggunaannya [13].

Konservasi energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dengan
menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang
menggunakan energi, di mana manfaat yang sama tetap diperoleh. Tujuan konservasi energi
adalah untuk memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa sumber energi, melalui
kebijakan pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien dan rasional. Konservasi
energi juga dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan dan
kenyamanan.

Upaya konservasi energi diterapkan pada seluruh pemanfaatan energi sampai dengan
pemanfaatan akhir dengan menggunakan teknologi yang efisien dan membudayakan pola
hidup hemat energi [14]. Upaya konservasi energi biasa dilakukan dengan diterapkannya
manajemen energi. Manajemen energi didefinisikan sebagai pendekatan sistematis dan terpadu
untuk melaksanakan pemanfaatan sumber daya energi secara efektif, efisien, dan rasional tanpa
mengurangi kuantitas maupun kualitas fungsi utama gedung. Langkah pelaksanaan manajemen
energi yang paling awal adalah audit energi. Dengan audit energi, dapat diperkirakan energi
yang akan dikonsumsi sehingga dapat diketahui penghematan yang bisa dilakukan [15].

2.5 Audit Energi

Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi
pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk penghematannya. Audit Energi
bertujuan mengetahui "Potret Penggunaan Energi" dan mencari upaya peningkatan efisiensi
penggunaan energi.
Berdasarkan skema Gambar 4, audit energi dapat dibagi menjadi 3 kegiatan utama
sebagai berikut:
a) Audit Energi Awal
Pada prinsipnya, audit energi awal dapat dilakukan oleh pemilik/pengelola
bangunan gedung yang bersangkutan berdasarkan data rekening pembayaran energi yang
dikeluarkan dan pengamatan visual. Kegiatan audit energi awal meliputi pengumpulan
data energi bangunan gedung dengan data yang tersedia tanpa memerlukan pengukuran,
seperti data dimensi bangunan dan rekening pengeluaran biaya energi bangunan.
b) Audit Energi Rinci
Audit energi rinci dilakukan apabila nilai IKE lebih besar dari nilai target yang
ditentukan. Tujuan dari audit energi rinci adalah mengetahui profil penggunaan energi
pada bangunan gedung, sehingga dapat diketahui peralatan pengguna energi yang
pemakaian energinya dapat dihemat.
c) Implementasi & Monitoring
Implementasi dari rekomendasi penghematan energi dapat dilakukan ketika
peluang penghematan sudah diketahui. Implementasi dapat dilakukan dengan cara
peningkatan efisiensi energi tanpa biaya (perubahan prosedur), perbaikan dengan
investasi kecil, dan perbaikan dengan investasi besar [16].
Gambar 4. Alur audit energi [16].

Manfaat melakukan audit energi dan upaya penghematan energi tidak hanya pada
timbulnya penggunaan energi yang lebih optimal, namun adanya efek sustainability itu
sendiri juga telah menjadi manfaat. Dengan upaya-upaya tersebut, akan terbentuk suatu sikap
mental dan budaya untuk selalu menggunakan energi dan sumber daya energi secara lebih
bijaksana seiring berjalannya waktu. Budaya penghematan, apabila diterapkan dalam jangka
waktu yang lama, akan sangat berpengaruh dalam upaya penghematan konsumsi energi.

2.6 Intensitas Konsumsi Energi

Intensitas konsumsi energi (IKE) adalah besar nilai pemakaian energi untuk setiap satuan
luas bangunan dalam waktu setahun. Nilai pemakaian energi yang digunakan adalah energi
listrik. Nilai IKE ini diperoleh dari audit awal energi listrik pada suatu fasilitas instansi yang
bersangkutan [17]. IKE dapat dihitung melalui Persamaan 1 [16].
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = …………………….…(2)
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

Nilai IKE dapat dihitung dengan memperhatikan data perhitungan yang mencakup:
2
1) Rincian luas bangunan gedung dan luas total bangunan gedung (m ).
2) Konsumsi energi bangunan gedung per tahun (kWh/bulan) .
2
3) IKE bangunan gedung (kWh/m ) per tahun.
4) Biaya energi listrik bangunan gedung (Rp/kWh)

Standar kriteria nilai IKE dapat diketahui dari Permen ESDM no. 13 Tahun 2012 [3].
Kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 3. Standar kriteria IKE [3].

𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌/𝒎𝒎𝟐𝟐 𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌/𝒎𝒎𝟐𝟐
Kriteria Dengan AC ( ) Tanpa AC ( )
𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃 𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃

Sangat Efisien <8,5 <3,4


Efisien 8,5 – 14 3,4 – 5,6
Cukup Efisien 14 – 18,5 5,6 – 7,4
Boros >18,5 >7,4

3 METODOLOGI PELAKSANAAN

Audit energi listrik pada Stasiun Yogyakarta dapat dilakukan sesuai dengan SNI 03-
6196-2000 (prosedur audit energi pada bangunan gedung). Skema dari prosedur ini dapat
dilihat pada Gambar 2. Sesuai dengan kebutuhan audit energi awal yang menjadi langkah awal
prosedur audit, maka dibutuhkan data historis penggunaan energi pada tahun 2017 dan data
luas lantai bangunan yang akan diaudit. Pada penulisan ini digunakan data sekunder yang
berasal dari observasi lapangan peneliti sebelumnya. Data sekunder diambil pada tanggal 23
Mei dan 3 Juni 2017 di Stasiun Yogyakarta.

Dalam melakukan audit energi, penulis perlu menentukan target IKE. Pada penelitian ini,
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
penulis mengasumsi target IKE untuk ruangan AC sebesar 4,4 dan ruangan nonAC
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
sebesar 0,7 . Target tersebut dipilih karena nilai tersebut termasuk pada kriteria sangat
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

efisien pada Tabel 2. Setelah ditentukan target, maka perlu dilakukan perhitungan IKE dengan
data sebelum penghematan yang dilakukan pada Bab 4. Jika didapati IKE di bawah target,
maka perlu dilakukan audit energi rinci yang memuat rekomendasi upaya penghematan.

Pada upaya penghematan energi ini, digunakan asumsi tingkat kenyamanan gedung telah
terpenuhi, sehingga tingkat kenyamanan cukup dipertahankan. Oleh karena ketiadaan data
suhu aktual di stasiun, penggolongan kategori nyaman termal didasarkan pada suhu lingkungan
stasiun, dengan asumsi suhu lingkungan stasiun sangat mempengaruhi suhu aktual stasiun.
Besar biaya pengeluaran listrik pada stasiun diasumsikan sebesar Rp1.114,74/kWh. Harga ini
sesuai dengan ketentuan harga listrik golongan traksi tahun 2017 s.d. 2020. Stasiun yang
merupakan pelanggan golongan traksi, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang transportasi
umum [18]. Golongan traksi menerapkan golongan harga listrik golongan bangunan bisnis
besar (B-3/TM) dengan batas daya >200 kVA [19] [20].

Setelah dilaksanakan proses audit energi rinci, maka didapati besar IKE yang lebih
hemat. Besar IKE ini akan dibandingkan dengan target IKE yang telah ditentukan sebelumnya.
Besar IKE yang lebih hemat akan menghasilkan pengeluaran listrik yang lebih hemat pula.
Jumlah pengeluaran listrik sebelum penghematan dan setelah penghematan akan dibandingkan
sebagai dorongan agar dilakukan implementasi.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Stasiun Yogyakarta

Stasiun Yogyakarta (YK) atau umum disebut Stasiun Tugu merupakan stasiun kereta
api kelas besar yang terletak di Kota Yogyakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian 113
meter di atas permukaan laut ini merupakan stasiun terbesar yang berada dalam pengelolaan
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta. Stasiun ini beserta rel KA
terletak di 2 kecematan, sisi barat dan pintu selatan berada di Jl. Pasar Kembang, Kelurahan
Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen serta sisi pintu timur berada di Jl. Margo Utomo 1,
Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis. Stasiun ini melayani pemberangkatan dan kedatangan
hampir semua kelas kereta api (KA), kecuali KA kelas ekonomi subsidi. [21]
Gambar 5. Denah Stasiun Yogyakarta [22].

Stasiun ini terbagi menjadi dua emplasemen, yaitu emplasemen utara dan selatan.
Emplasemen utara memiliki lima jalur dengan jalur 5 sebagai sepur lurus pertama dan
emplasemen selatan memiliki tiga jalur dengan jalur 3 sebagai sepur lurus kedua. Gambar 3
merupakan denah Stasiun Yogyakarta beserta pembagian 4 wilayah audit data sekunder, yaitu
reservasi tiket (a), pintu selatan (b), jalur kereta (c), dan pintu utara (d). Luas wilayah Stasiun
Yogyakarta dapat diketahui dengan perhitungan skala pada peta. Data tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.

Tabel 4. Luas wilayah Stasiun Yogyakarta

Wilayah Audit Luas (m2)


Reservasi Tiket 442,899
Pintu Selatan 843,896
Jalur Kereta 5.474,049
Pintu Utara 2.235,326
Total 8.996,17

4.2 Audit Energi Awal

Audit energi awal di Stasiun Yogyakarta dilakukan dengan pengumpulan data historis
energi (data yang diperoleh tanpa hasil pengukuran) serta data-data bangunan dan luasan
areanya. Data historis energi didapatkan berdasarkan data rekening pembayaran energi yang
dikeluarkan dan pengamatan visual. Sedangkan untuk data-data bangunan dan luasan area
sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya.
Dari proses audit energi awal didapatkan dua data yang dibutuhkan, yaitu daftar peralatan
yang digunakan dan historis penggunaan energi listrik. Berdasarkan data tersebut akan
diketahui Gambaran siklus pemanfaatan energi serta jumlah pemakaian energi listrik selama
setahun (𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢). Biaya konsumsi energi bangunan (𝑅𝑅𝑅𝑅/𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ) dan Intensitas Konsumsi
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
Energi (IKE) bangunan gedung per tahun ( ) juga akan diketahui. Apabila standar IKE
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

belum terpenuhi maka pelaksanaan audit energi akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu
audit energi akhir.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh data penggunaan
energi listrik pada Stasiun Yogyakarta yang ditunjukkan oleh Tabel 5 s.d. Tabel 8:

Tabel 5. Data penggunaan energi listrik pada Stasiun Yogyakarta bagian Reservasi Tiket [4].

Lokasi : Reservasi Tiket


Waktu
N Juml Daya Total Energi
Nama Komponen Pemakaian
o. ah (W) Daya (W) (Wh)
(Jam)
TL (Tube Lamp)
1 16 60 960 12 11.520
Fluorescent
CFL (Compact
2 2 30 60 12 720
Fluorescent Lamp)
3 AC 4 700 2.800 8 22.400
4 Speaker 6 20 120 24 2.880
5 Komputer 8 170 1.360 12 16.320
6 Microphone 6 10 60 24 1.440
7 Printer 3 30 90 12 1.080
8 Ticket Machine 2 400 800 24 19.200
9 Ticket Machine Kecil 1 100 100 7 700
10 Layar Monitor 1 80 80 24 1.920
11 Pompa Air 1 100 100 6 600
12 Acces Point 1 20 20 24 480
13 Komunikasi 1000 1000 1000
TOTAL 7.550 80.260
Tabel 6. Data penggunaan energi listrik pada Stasiun Yogyakarta bagian Pintu Selatan [4].

Lokasi : Pintu Selatan


Waktu
N Juml Daya Total Energi
Nama Komponen Pemakaian
o. ah (W) Daya (W) (Wh)
(Jam)
TL (Tube Lamp)
1 51 60 3.060 12 36.720
Fluorescent
CFL (Compact
2 26 30 780 12 9.360
Fluorescent Lamp)
3 AC 2 1000 2.000 8 16.000
4 Kipas Angin Besar 3 103 309 12 3.708
5 Speaker 5 20 100 24 2.400
6 Komputer 7 170 1.190 12 14.280
7 Microphone 3 10 30 24 720
8 Printer 3 30 90 12 1.080
9 Layar Monitor 3 80 240 24 5.760
Petunjuk Informasi
10 4 15 60 24 1.440
Elektronik
11 Pompa Air 1 100 100 6 600
12 Acces Point 1 20 20 24 480
13 Kulkas 1 120 120 24 2.880
14 Kulkas Minuman 8 140 1.120 24 26.880
15 Rice Cooker Besar 2 500 1.000 8 8.000
16 Rice Cooker kecil 2 350 700 8 5.600
17 Dispenser 2 450 900 8 7.200
18 Heater Ayam Goreng 2 50 100 8 800
19 Frezeer 2 117 234 24 5.616
20 Coffe Maker 1 1450 1.450 8 11.600
21 Komunikasi 1000 1.000 1.000
TOTAL 14.603 162.124
Tabel 7. Data penggunaan energi listrik pada Stasiun Yogyakarta bagian Pintu Utara [4].

Lokasi : Pintu Utara


Waktu
N Juml Daya Total Energi
Nama Komponen Pemakaian
o. ah (W) Daya (W) (Wh)
(Jam)
TL (Tube Lamp)
1 5 60 300 12 3.600
Fluorescent
CFL (Compact
2 10 30 300 12 3.600
Fluorescent Lamp)
3 Lampu LED 108 15 1.620 12 19.440
4 Lampu LED Besar 35 90 3.150 12 37.800
5 Lampu Hias 12 15 180 12 2.160
6 AC 13 700 9.100 8 72.800
7 Kipas Angin Besar 3 103 309 8 2.472
8 Speaker 35 20 700 24 16.800
9 Komputer 7 170 1.190 12 14.280
10 Charger Center 4 20 80 24 1.920
11 Microphone 3 10 30 24 720
12 Printer 3 30 90 12 1.080
13 ATM 7 400 2.800 24 67.200
14 TV 12 80 960 6 5.760
15 Layar Monitor 3 80 240 24 5.760
Petunjuk Informasi
16 31 15 465 24 11.160
Elektronik
17 Pompa Air 4 250 1.000 6 6.000
18 Sensor 5 5 25 24 600
19 Acces Point 5 20 100 24 2.400
20 Jam Besar 2 5 10 24 240
21 Kursi Pijat 12 220 2.640 4 10.560
22 Coffe Maker 2 1.450 2.900 4 11.600
23 Kulkas 8 120 960 24 23.040
24 Komunikasi 1 1.000 1.000 1 1.000
TOTAL 30.149 321.992

Tabel 8. Data penggunaan energi listrik pada Stasiun Yogyakarta bagian Rel Kereta [4].

Lokasi : Rel Kereta


N Juml Daya Total Daya Waktu Energi
Nama Komponen
o. ah (W) (W) Pemakaian (Jam) (Wh)
TL (Tube Lamp)
1 10 60 600 12 7.200
Fluorescent
2 Lampu LED 47 15 705 12 8.460
3 Lampu LED Besar 40 90 3.600 12 43.200
4 Kipas Angin Besar 8 103 824 12 9.888
5 Speaker 24 20 480 24 11.520
6 Komputer 12 170 2.040 12 24.480
7 Charger Center 4 20 80 24 1.920
8 Microphone 2 10 20 0 0
9 TV 1 80 80 6 480
10 Layar Monitor 6 80 480 24 11.520
Petunjuk Informasi
11 6 15 90 24 2.160
Elektronik
12 Pompa Air Besar 2 1.000 2.000 4 8.000
13 Acces Point 1 20 20 24 480
14 Komunikasi 1 1.000 1.000 1 1.000
TOTAL 12.019 130.308

Persentase penggunaan energi listrik pada masing-masing wilayah di Stasiun Yogyakarta


dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu pencahayaan, pengondisian ruang (AC dan kipas
angin), fasilitas penumpang kereta, dan kebutuhan internal stasiun kereta. Pada kenyataannya
masing-masing wilayah tidak semua memiliki klasifikasi tersebut, hal ini mengacu pada fungsi
wilayah. Representasi penggunaan energi listrik pada masing-masing bagian di Stasiun
Yogyakarta disajikan pada Gambar 6 s.d. Gambar 10.
Persentase Penggunaan Energi Listrik
di Reservasi Tiket

1%
15%

56% 28%

Pencahayaan Pengkondisian udara


Fasilitas penumpang kereta Kebutuhan internal stasiun

Gambar 6. Persentase penggunaan energi listrik di Reservasi Tiket.

Persentase Penggunaan Energi Listrik


di Pintu Selatan

28%

43%

12%

17%

Pencahayaan Pengkondisian udara Fasilitas penumpang kereta Kebutuhan internal stasiun

Gambar 7. Persentase penggunaan energi listrik di Pintu Selatan.


Persentase Penggunaan Energi Listrik
di Rel Kereta

1%

45%
46%

8%

Pencahayaan Pengkondisian udara


Pendukung kebutuhan lainnya Kebutuhan internal stasiun

Gambar 8. Persentase penggunaan energi listrik di Rel KeretaPenggunaan Energi Listrik di Rel
Kereta.

Persentase Penggunaan Energi Listrik


di Pintu Utara

14%
21%

23%
42%

Pencahayaan Pengkondisian udara


Fasilitas penumpang kereta Kebutuhan internal stasiun

Gambar 9. Persentase penggunaan energi listrik di Pintu UtaraPenggunaan Energi Listrik di Pintu
Utara.
Persentase Penggunaan Energi Listrik
di Stasiun Yogyakarta

17%
27%

38% 18%

Pencahayaan Pengkondisian udara


Pendukung kebutuhan lainnya Kebutuhan internal stasiun

Gambar 10. Persentase penggunaan energi listrikPenggunaan Energi Listrik di Stasiun Yogyakarta.

Berdasarkan hasil data di atas, jumlah total konsumsi energi di Stasiun Yogyakarta
ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Total konsumsi energi di Stasiun Yogyakarta.

Lokasi kWh/Hari kWh/Bulan


Reservasi Tiket 80,260 2.407,800
Pintu Selatan 162,124 4.863,720
Pintu Utara 321,992 9.659,760
Rel Kereta 130,308 3.909,240
TOTAL 694,684 20.840,520

Apabila sudah diketahui sebelumnya, bahwa besar biaya pengeluaran listrik pada
stasiun sebesar Rp 1.114,74/kWh dan total konsumsi energi stasiun selama satu per bulan
sebesar Rp20.840,520. Maka biaya rata-rata tagihan listrik per bulan yang harus dikeluarkan
pihak stasiun adalah sebesar Rp23.231.761,26 per bulan.

4.3 Perhitungan IKE Awal

𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung per bulan ( ) dapat dihitung
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

jika luasan total area dan total konsumsi energi per bulannya diketahui. Setelah itu, IKE
dihitung dengan mengategorikannya menjadi IKE gedung dengan AC dan IKE gedung tanpa
AC. Konsumsi energi per hari dan per bulan untuk gedung dengan AC serta tanpa AC di
Stasiun Yogyakarta dapat ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Konsumsi energi per hari dan per bulan untuk gedung dengan AC serta tanpa AC di
Stasiun Yogyakarta.

Gedung Lokasi kWh/Hari kWh/Bulan


Reservasi Tiket 80,260 2.407,800
dengan Pintu Selatan 162,124 4.863,720
AC Pintu Utara 321,992 9.659,760
TOTAL 564,376 16.931,280
Rel Kereta 130,308 3.909,240
tanpa AC
TOTAL 130,308 3.909,240

Sementara itu, untuk luas total area gedung dengan AC dan tanpa AC di Stasiun
Yogyakarta dapat ditunjukkan oleh Tabel 11.

Tabel 11.Luas total area gedung dengan AC dan tanpa AC di Stasiun Yogyakarta.

Gedung Lokasi Luas (𝒎𝒎𝟐𝟐 )


Reservasi Tiket 442,899
dengan Pintu Selatan 843,896
AC Pintu Utara 2.235,326
TOTAL 3.522,121
Rel Kereta 5.474,049
tanpa AC
TOTAL 5.474,049

Setelah diketahui untuk gedung dengan AC memiliki luasan total sebesar 3.522,121 𝑚𝑚2
dan total konsumsi energi per bulan sebesar 16.931,280 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏. Sedangkan untuk gedung
tanpa AC memiliki luasan total sebesar 5.474,049 𝑚𝑚2 dan total konsumsi energi per bulan
sebesar 3.909,240 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏. Maka Intensitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung per
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
bulan ( ) dapat dihitung sebagai berikut:
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

1. IKE pada gedung dengan AC


Hasil perhitungan IKE-nya adalah,
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 ( )
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 = 16.931,280 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝐿𝐿𝐿𝐿𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 (𝑚𝑚2 ) 3.522,121 𝑚𝑚2
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
= 4,81
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
2. IKE pada gedung tanpa AC
Hasil perhitungan IKE-nya adalah,
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 ( )
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 = 3.909,240 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑏𝑏𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑛𝑛𝑎𝑎𝑎𝑎 (𝑚𝑚2 ) 5.474,049 𝑚𝑚2
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
= 0,71
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

Dari hasil nilai IKE tersebut, dapat dilakukan justifikasi nilai berdasarkan standar IKE
yang bersumber dari Permen ESDM no. 13 Tahun 2012. Untuk gedung dengan AC dari hasil
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
perhitungan didapatkan nilai IKE sebesar 4,81 . Sedangkan untuk gedung tanpa AC
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
dari hasil perhitungan didapatkan nilai IKE sebesar 0,71 . Berdasarkan standar kriteria
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

nilai IKE tersebut dapat dikatakan bahwa nilai IKE gedung dengan AC dan gedung tanpa AC
Stasiun Yogyakarta keduanya masuk dalam kriteria sangat efesien.

Apabila dilakukan justifikasi nilai IKE berdasarkan dengan target IKE, yaitu untuk
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
ruangan AC sebesar 4,4 dan ruangan non-AC sebesar 0,7 , IKE belum
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

memenuhi target, sehingga proses audit energi awal harus dilanjutkan dengan proses audit
energi akhir.

4.4 Audit Energi Akhir

Berdasarkan hasil kegiatan audit energi awal, diketahui bahwa terdapat peluang
penghematan energi sebagai berikut.

4.4.1 Penghematan Energi Tanpa Biaya


Penghematan energi tanpa biaya yang dapat dilakukan di Stasiun Yogyakarta adalah
pengubahan jam operasi AC dan kipas angin. Oleh karena ketiadaan data hasil pengukuran
temperatur aktual Stasiun Yogyakarta, pengoperasian kipas angin dan AC didasarkan pada
suhu lingkungan Stasiun Yogyakarta.
Setelah audit dilakukan, disarankan bahwa kipas angin hanya dinyalakan ketika suhu di
stasiun melebihi atau sama dengan 26°C. Sementara itu, AC disarankan hanya dinyalakan
ketika suhu di stasiun melebihi atau sama dengan 27°C. Dengan demikian, Jam operasi kipas
diubah yang awalnya 12 jam menjadi 10 jam dan jam operasi AC diubah yang awalnya 8 jam
menjadi 7 jam. Hal tersebut didasarkan pada Gambar 3 bahwa temperatur di stasiun melebihi
atau sama dengan 26°C pada pukul 07.00 s.d. 17.00 WIB dan melebihi atau sama dengan 27°C
pada pukul 08.00 s.d. 15.00 WIB.

Pengubahan jam operasi seluruh kipas (14 buah) dengan konfigurasi di atas memberikan
penghematan energi sebesar 0,415% atau 86,52 kWh/bulan dan penghematan ekonomi sebesar
Rp96.447/bulan. Sementara itu, penghematan yang ditimbulkan oleh perubahan waktu operasi
AC ditunjukkan oleh Tabel 12.

Tabel 12. Penghematan yang ditimbulkan oleh perubahan waktu operasi AC.

Pengurangan Daya Penghematan Energi Penghematan


Penempatan
Jumlah Waktu Operasi Satuan Ekonomi
AC (kWh/Bulan) (%)
(Jam) (W) (Rp/Bulan)
AC
Reservasi 4 700 84 0,403 93.638
Tiket
AC Pintu 1
2 1000 60 0,288 66.884
Selatan
AC Pintu
13 700 273 1,310 304.324
Utara
Total Penghematan AC 417 2,001 464.847
4.4.2 Penghematan Energi dengan Biaya
Penghematan energi dengan biaya yang dapat di lakukan di Stasiun Yogyakarta adalah
mengganti jenis lampu TL Fluorescent dan lampu CFL dengan lampu LED. Hal ini disebabkan
oleh lampu LED memiliki efikasi yang lebih tinggi daripada lampu TL Fluorescent dan lampu
CFL, sehingga untuk menghasilkan kualitas pencahayaan yang sama, daya listrik yang
dibutuhkan dapat lebih kecil.

Berdasarkan Persamaan 1 dan Tabel 5 s.d. Tabel 8, diketahui bahwa lampu TL Fluorescent
dan lampu CFL menghasilkan intensitas cahaya berturut-turut sebesar 1784,82 lumen dan 3048
lumen. Sementara itu, untuk menghasilkan intensitas cahaya yang sama, daya lampu LED yang
dibutuhkan untuk menggantikan lampu TL Fluorescent (LED A) dan untuk menggantikan
lampu CFL (LED B) berturut-turut sebesar 8,195 W dan 13,994 W. Untuk menyesuaikan
dengan ketersediaan lampu di pasar, LED A yang dipilih adalah LED Alfa 9 W Putih dan LED
B yang dipilih adalah LED Philips 14 W Putih. Harga kedua lampu tersebut berturut-turut
adalah Rp19.000 dan Rp45.900 [23] [24].

Untuk mengganti keseluruhan lampu CFL yang ada di stasiun (38 buah), diperlukan biaya
Rp722.000. Dengan waktu operasi yang sama (12 jam), penghematan energi yang dapat
dilakukan sebesar 1,378% atau 287,28 kWh/bulan. Untuk mengganti keseluruhan lampu TL
Fluorescent yang ada di stasiun (82 buah), diperlukan biaya Rp3.763.800. Dengan waktu
operasi yang sama (12 jam), penghematan energi yang dapat dilakukan sebesar 6,516% atau
1.357,92 kWh/bulan. Total penghematan energi yang dihasilkan oleh penggantian lampu
adalah sebesar 7,894% atau 1.645,20 kWh/bulan dengan penghematan ekonomi sebesar
Rp1.833.970 setiap bulan.

Dengan biaya penggantian lampu sebesar Rp3.763.800 dan penghematan ekonomi sebesar
Rp1.833.970 setiap bulan, maka biaya penggantian tersebut akan terbayar lunas oleh
penghematan selama 2 bulan 13 hari.

4.5 Penghematan Total

Rekomendasi yang telah diuraikan di atas menghasilkan penghematan yang ditunjukkan


oleh Tabel 13.
Tabel 13. Rangkuman penghematan yang dapat dilakukan setelah audit energi akhir.

Penghematan Energi Penghematan


Biaya
Kategori Rekomendasi Ekonomi
(kWh/Bulan) (%) (Rp)
(Rp/Bulan)
Penggantian
lampu CFL 287,28 1,378 722.000 320.243
dengan LED
Pencahayaan Penggantian
lampu TL
1.357,92 6,516 3.763.800 1.513.728
Fluorescent
dengan LED
Pengubahan
waktu operasi 86,52 0,415 - 96.447
Pengondisian kipas angin
Termal Pengubahan
waktu operasi 417 2,001 - 464.847
AC
Total 2.148,72 10,310 4.485.800 2.395.264
Apabila semua rekomendasi tersebut dijalankan, biaya penggantian lampu dapat terbayar
lunas oleh penghematan energi selama 1 bulan 26 hari.

4.6 Perhitungan IKE Akhir

4.6.1 IKE Gedung Tanpa AC



IKE di gedung tanpa AC setelah semua rekomendasi audit energi dijalankan (𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
dalam kWh/m2/bulan) dapat dihitung melalui persamaan 3 dan 4.

′ 𝐸𝐸𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 −𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = ……………………………….(3)
𝐴𝐴𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁

Di mana,

𝑇𝑇𝑇𝑇𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐾𝐾𝐾𝐾𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = � × 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑇𝑇𝑇𝑇 + × 𝑃𝑃𝑃𝑃𝐾𝐾𝐾𝐾 �………................(4)
𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝐾𝐾

Dengan ENAC adalah penggunaan energi awal di gedung tanpa AC (kWh/bulan), PENAC adalah
penghematan energi di gedung tanpa AC (kWh/bulan), TLNAC adalah jumlah lampu TL
Fluorescent yang diganti dengan lampu LED di gedung tanpa AC, TL adalah jumlah lampu TL
Fluorescent keseluruhan yang diganti dengan lampu LED, PETL adalah penghematan energi
yang dihasilkan oleh penggantian keseluruhan lampu TL Fluorescent (kWh/bulan), KANAC
adalah jumlah kipas angin di gedung tanpa AC yang diubah waktu operasinya, KA adalah
jumlah kipas angin keseluruhan yang diubah waktu operasinya, PEKA adalah penghematan
energi yang dihasilkan oleh pengubahan waktu operasi seluruh kipas angin (kWh/bulan), dan
ANAC adalah luas lantai gedung tanpa AC (m2).

Dengan demikian,

10 8
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁𝐴𝐴𝐴𝐴 = 10 × 1.357,92 + × 86,52 = 215,04
82 14


3.909,240 − 215,04
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = = 0,675
5.474,049

Nilai IKE di gedung tanpa AC (rel kereta) setelah rekomendasi audit energi dijalankan tersebut
di bawah 3,4 kWh/m2/bulan sehingga, penggunaan energi di gedung tersebut tergolong sangat
efisien.

4.6.2 IKE Gedung Dengan AC



IKE di gedung dengan AC setelah semua rekomendasi audit energi dijalankan (𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐴𝐴𝐴𝐴
dalam kWh/m2/bulan) dapat dihitung melalui persamaan 5 dan 6.

′ 𝐸𝐸𝐴𝐴𝐴𝐴 −𝑃𝑃𝑃𝑃𝐴𝐴𝐴𝐴
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐴𝐴𝐴𝐴 = …………………………...………(5)
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴

Di mana,

𝑃𝑃𝑃𝑃𝐴𝐴𝐴𝐴 = 𝑃𝑃𝑃𝑃 − 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 …………………………...……(6)

Dengan EAC adalah penggunaan energi awal di gedung dengan AC (kWh/bulan), PEAC adalah
penghematan energi di gedung dengan AC (kWh/bulan), PE adalah penghematan energi di
keseluruhan stasiun, dan AAC adalah luas lantai gedung dengan AC (m2).

Dengan demikian,

𝑃𝑃𝐸𝐸𝐴𝐴𝐴𝐴 = 2.148,72 − 215,04 = 1.933,68


16.931,280 − 1.933,68
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐴𝐴𝐴𝐴 = = 4,258
3.522,121
Nilai IKE di gedung dengan AC (reservasi tiket, pintu selatan, dan pintu utara) setelah
rekomendasi audit energi dijalankan tersebut di bawah 8,5 kWh/m2/bulan, sehingga
penggunaan energi di gedung tersebut tergolong sangat efisien.

5 KESIMPULAN

Stasiun Yogyakarta merupakan gedung stasiun yang mengonsumsi energi listrik sebesar
20.840,520 kWh setiap bulannya. Dengan harga listrik sebesar Rp1.114,7/kWh, pihak stasiun
harus membayar uang sejumlah Rp23.231.761. Meskipun IKE Stasiun Yogyakarta telah
tergolong sangat efisien, masih ada peluang penghematan listrik yang dapat dilakukan. Peluang
penghematan listrik tersebut adalah penggantian jenis lampu dan pengubahan waktu operasi
kipas angin dan AC. Apabila penghematan tersebut dilakukan, konsumsi energi di Stasiun
Yogyakarta dapat dikurangi sebesar 10,310% atau 2.148,72 kWh/bulan. IKE gedung tanpa AC
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
dan dengan AC pun berkurang menjadi 0,675 dan 4,258 . Penghematan
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏

ekonomi yang ditimbulkan oleh penghematan energi tersebut adalah Rp2.395.264 setiap bulan.

6 DAFTAR PUSTAKA

[1] Suharyati, S. H. Pambudi dan J. L. W. I. Pratiwi, “Outlook Energi Indonesia 2019,”


Dewan Energi Nasional, 2019.
[2] Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79
Tahun 2014 Tentang Kebijakan Energi Nasional,” Pemerintah Republik Indonesia,
Jakarta, 2014.
[3] Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, “Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 Tentang
Manajemen Energi,” Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta, 2012.
[4] Anonim, “Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Stasiun Kota Yogyakarta 7 Juni 2017,”
Stasiun Kota Yogyakarta, Yogyakarta, 2018.
[5] H. Berchmans, S. Suaib, I. Agustina dan R. Panjaitan, Panduan Penghematan Energi di
Gedung Pemerintah, Jakarta, 12.
[6] BRE Research Group, “Lamp Efficacy,” Designing Buildings Wiki, 2019. [Online].
Available: https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Lamp_efficacy. [Diakses 2 Mei
2020].
[7] B. B. Agam, Yuhardi dan T. Prihandono, “Pengaruh Jenis dan Bentuk Lampu Terhadap
Intensitas Pencahayaan dan Energi Buangan Melalui Perhitungan Nilai Efikasi
Luminus,” Jurnal Pendidikan Fisika, vol. 3, no. 4, pp. 384-389, 2015.
[8] R. W. Rahmariadi, U. Wibawa dan R. N. Hasanah, “Pengaruh Perbedaan Jenis Lampu
Terhadap Efikasi Cahaya, Faktor Daya, dan Biaya Energi Listrik pada Bangunan Rumah
Tangga,” Jurnal Mahasiswa TEUB, vol. 4, no. 2, 2016.
[9] N. Hastrina, “Stasiun Intermoda di Tangerang,” Universitas Diponegoro, Semarang,
2017.
[10] G. Earth, “Stasiun Yogyakarta,” Google, 2020. [Online]. Available:
https://earth.google.com/web/search/stasiun+kota+yogyakarta/@-
7.7892485,110.363471,118.43386232a,11515.6946821d,35y,0h,0t,0r/data=Cn0aUxJN
CiUweDJlN2E1ODI1YjBlMjcyZDM6MHg5ZGQ5ZTUxNjkxZTBjNDEzGRCrP8Iw
KB_AIdeC3htDl1tAKhJTdGFzaXVuIFlvZ3lha2FydGEYAiABIiYKJAmoF. [Diakses
2 Mei 2020].
[11] EU Science Hub, “Photovoltaic Geographical Information System,” European
Commission, 2019. [Online]. Available:
https://re.jrc.ec.europa.eu/pvg_tools/en/tools.html#TMY. [Diakses 2 Mei 2020].
[12] N. John, M. R dan S. C. Rajappan, Energy Saving Mechanism Using Variable Frequency
Drives, vol.3, no.3, IJETAE, 2013.
[13] D. Wulfinghoff, The modern history of energy conservation: Anoverview for
information professionals, Glob. Environ. Probl. Policies., 2007.
[14] P. S. Pramonohadi, Konservasi Energi di Indonesia, pp. 1–3, 2006.
[15] H. Edy, Energi Eficiency standard dan Labelling in Indonesia, Tokyo: International
Cooporation for energy Efficiency Standard and Labelling Policy, 2009.
[16] BSNI, SNI 03-6196: Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung, Jakarta: Badan
Standar Nasional Indonesia, 2000, p. 14.
[17] D. S. Pasisarha, “Evaluasi IKE Listrik Melalui Audit Awal Energi Listrik di Kampus
Polines,” pp. 1-7, 2010.
[18] PT PLN (Persero), “Traksi,” PT PLN (Persero), 2020. [Online]. Available:
https://web.pln.co.id/pelanggan/tarif-tenaga-listrik/traksi. [Diakses 4 Mei 2020].
[19] PT PLN (Persero), “Penetapan Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (Tariff Adjustment)
Bulan Februari & Maret 2017,” Januari 2017. [Online]. Available:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/cb/Tariff_adjustment_PLN_maret
_2017.jpg. [Diakses 4 Mei 2020].
[20] Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, “Tarif Listrik Triwulan I 2020 Tetap,”
2 Januari 2020. [Online]. Available: https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-
berita/tarif-listrik-triwulan-i-2020-tetap. [Diakses 4 Mei 2020].
[21] Anonim, “Stasiun Yogyakarta,” Wikipedia, 12 Mei 2020. [Online]. Available:
https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Yogyakarta#cite_ref-5. [Diakses 15 Mei 2020].
[22] Google Maps, “Stasiun Yogyakarta Maps,” Google, [Online]. Available:
https://www.google.com/maps/place/7%C2%B047'21.1%22S+110%C2%B021'50.8%
22E/@-7.7892737,110.3625224,302m/data=!3m1!1e3!4m5!3m4!1s0x0:0x0!8m2!3d-
7.7892!4d110.3641?hl=en. [Diakses 2020].
[23] Tokopedia, “Lampu 9 Watt,” Tokopedia, 2020. [Online]. Available:
https://www.tokopedia.com/find/lampu-9-watt. [Diakses 2 Mei 2020].
[24] Bukalapak, “Lampu LED Philips 14 Watt,” Bukalapak, 2020. [Online]. Available:
https://www.bukalapak.com/products/s/lampu-led-philips-14-watt. [Diakses 2 Mei
2020].
[25] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 13 Tahun 2012, Jakarta:
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012.

Anda mungkin juga menyukai