Kelompok 5 - Audit Energi - UAS Konservasi Energi
Kelompok 5 - Audit Energi - UAS Konservasi Energi
Kelompok 5 - Audit Energi - UAS Konservasi Energi
KONSERVASI ENERGI
TKF4608 – 2 SKS
2020
ABSTRAK
Sektor gedung komersial menggunakan 60-70% energi listrik dari total energi yang
dikonsumsinya. Salah satu gedung yang menggunakan energi listrik dalam jumlah banyak
adalah Gedung Stasiun Yogyakarta. Gedung tersebut mengonsumsi energi listrik sebesar
20.840,520 kWh dalam satu bulan dengan biaya Rp23.231.761. Dalam penulisan ini,
dipaparkan hasil audit, rekomendasi penghematan energi, jumlah energi yang dihemat, dan
penghematan ekonomi yang dapat dilakukan di Gedung Stasiun Yogyakarta. Target IKE
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
gedung tersebut sebesar 4,4 untuk ruangan AC dan 0,7 untuk ruangan nonAC.
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
Berdasarkan audit energi awal, IKE gedung bernilai 4,81 untuk ruangan AC dan 0,71
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
untuk ruangan nonAC. Untuk itu, dilakukan audit energi akhir agar IKE memenuhi
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑊𝑊ℎ/𝑚𝑚2
target. Setelah dilakukan audit energi, IKE menjadi bernilai 4,258 untuk ruangan AC
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
dan 0,675 untuk ruangan nonAC. Penghematan energi yang dapat dilakukan sebesar
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
1 LATAR BELAKANG
Energi listrik telah menjadi kebutuhan dasar manusia modern. Semua sektor kehidupan
manusia telah menggunakan energi listrik sebagai sumber energinya. Energi listrik bahkan
mendominasi konsumsi energi di sektor rumah tangga dan gedung komersial [1]. Sektor
gedung komersial yang terdiri atas perkantoran, perhotelan, restoran, rumah sakit, stasiun, dan
jasa lainnya menggunakan sekitar 5 MTOE atau 60-70% energi listrik dari total konsumsi
energi [1]. Profil konsumsi energi tahun 2018 di sektor gedung komersial dan prediksinya di
tahun 2050 ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar 1. Profil konsumsi energi tahun 2018 di sektor gedung komersial dan prediksinya di tahun
2050 [1].
Mengingat besarnya penggunaan listrik di sektor gedung komersial tersebut, audit energi
listrik pada bangunan komersial menjadi penting untuk memastikan terlaksananya konservasi
energi. Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan
sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya [2]. Audit
energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi
serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna sumber energi dan pengguna energi
dalam rangka konservasi energi [3].
Salah satu gedung yang menggunakan energi listrik dalam jumlah banyak adalah Gedung
Stasiun Yogyakarta. Berdasarkan penelitian sebelumnya, gedung tersebut mengonsumsi energi
listrik sebesar 20.840,520 kWh dalam satu bulan [4]. Dalam penelitian tersebut belum
dipaparkan rekomendasi penghematan energi dan jumlah energi yang dihemat secara detail.
Penelitian tersebut juga belum menyertakan penghematan ekonomi yang dapat dilakukan. Oleh
karena itu, dalam penulisan ini, dipaparkan hasil audit, rekomendasi penghematan energi,
jumlah energi yang dihemat, dan penghematan ekonomi yang dapat dilakukan di Gedung
Stasiun Yogyakarta.
2 DASAR TEORI
Menurut Kementerian ESDM (2012) kegiatan efisiensi energi listrik pada bangunan
gedung dapat difokuskan pada sistem Air Conditioning (AC), house keeping, utilitas, dan
sistem penerangan [5]. Potensi penghematan dari masing-masing sistem disajikan pada
Gambar 2 berikut.
Efikasi lampu adalah rasio intensitas cahaya keluaran lampu terhadap daya yang
dikonsumsinya [6]. Semakin tinggi nilai efikasi suatu lampu, semakin efisien lampu tersebut.
Efikasi lampu berbeda-beda bergantung pada jenisnya. Tabel 2 menunjukkan efikasi lampu
berdasarkannya jenisnya.
Tabel 2. Efikasi lampu berdasarkan jenisnya [7] [8].
𝐿𝐿 = 𝜀𝜀 × 𝑃𝑃…………………………………….(1)
Di mana L adalah intensitas cahaya yang dihasilkan lampu (lumen), ε adalah efikasi lampu
(lumen/W), dan P adalah daya lampu (W).
Suhu di Stasiun Yogyakarta diatur agar tetap di bawah batas nyaman secara termal. Di
stasiun, kenyamanan termal dicapai ketika suhu di bawah atau sama dengan 27°C [9]. Suhu di
stasiun sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan di sekitarnya. Stasiun Yogyakarta terletak di
koordinat 7°47’21” lintang selatan dan 110°21’48” bujur timur atau 7,789 lintang selatan dan
110,363 bujur timur [10]. Berdasarkan koordinat tersebut, dapat diketahui suhu rata-rata
lingkungan stasiun tiap jam dalam satu hari yang dihitung dari data dalam rentang waktu 2007
s.d. 2016. Suhu rata-rata tersebut ditunjukkan oleh Gambar 3.
Gambar 3. Profil rata-rata suhu harian lingkungan Stasiun Yogyakarta pada tahun 2007 s.d. 2016
[11].
Konservasi adalah usaha penurunan sejumlah energi yang dikonsumsi melalui cara-cara
ekonomis dan eliminasi pemborosan [12]. Sementara itu, konservasi energi menurut PP 70
Tahun 2009 adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu untuk melestarikan sumber daya
energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Konservasi energi juga
dapat diartikan sebagai meminimalkan penggunaan energi tanpa mengurangi efisiensi
penggunaannya [13].
Konservasi energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dengan
menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang
menggunakan energi, di mana manfaat yang sama tetap diperoleh. Tujuan konservasi energi
adalah untuk memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa sumber energi, melalui
kebijakan pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien dan rasional. Konservasi
energi juga dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan dan
kenyamanan.
Upaya konservasi energi diterapkan pada seluruh pemanfaatan energi sampai dengan
pemanfaatan akhir dengan menggunakan teknologi yang efisien dan membudayakan pola
hidup hemat energi [14]. Upaya konservasi energi biasa dilakukan dengan diterapkannya
manajemen energi. Manajemen energi didefinisikan sebagai pendekatan sistematis dan terpadu
untuk melaksanakan pemanfaatan sumber daya energi secara efektif, efisien, dan rasional tanpa
mengurangi kuantitas maupun kualitas fungsi utama gedung. Langkah pelaksanaan manajemen
energi yang paling awal adalah audit energi. Dengan audit energi, dapat diperkirakan energi
yang akan dikonsumsi sehingga dapat diketahui penghematan yang bisa dilakukan [15].
Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi
pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk penghematannya. Audit Energi
bertujuan mengetahui "Potret Penggunaan Energi" dan mencari upaya peningkatan efisiensi
penggunaan energi.
Berdasarkan skema Gambar 4, audit energi dapat dibagi menjadi 3 kegiatan utama
sebagai berikut:
a) Audit Energi Awal
Pada prinsipnya, audit energi awal dapat dilakukan oleh pemilik/pengelola
bangunan gedung yang bersangkutan berdasarkan data rekening pembayaran energi yang
dikeluarkan dan pengamatan visual. Kegiatan audit energi awal meliputi pengumpulan
data energi bangunan gedung dengan data yang tersedia tanpa memerlukan pengukuran,
seperti data dimensi bangunan dan rekening pengeluaran biaya energi bangunan.
b) Audit Energi Rinci
Audit energi rinci dilakukan apabila nilai IKE lebih besar dari nilai target yang
ditentukan. Tujuan dari audit energi rinci adalah mengetahui profil penggunaan energi
pada bangunan gedung, sehingga dapat diketahui peralatan pengguna energi yang
pemakaian energinya dapat dihemat.
c) Implementasi & Monitoring
Implementasi dari rekomendasi penghematan energi dapat dilakukan ketika
peluang penghematan sudah diketahui. Implementasi dapat dilakukan dengan cara
peningkatan efisiensi energi tanpa biaya (perubahan prosedur), perbaikan dengan
investasi kecil, dan perbaikan dengan investasi besar [16].
Gambar 4. Alur audit energi [16].
Manfaat melakukan audit energi dan upaya penghematan energi tidak hanya pada
timbulnya penggunaan energi yang lebih optimal, namun adanya efek sustainability itu
sendiri juga telah menjadi manfaat. Dengan upaya-upaya tersebut, akan terbentuk suatu sikap
mental dan budaya untuk selalu menggunakan energi dan sumber daya energi secara lebih
bijaksana seiring berjalannya waktu. Budaya penghematan, apabila diterapkan dalam jangka
waktu yang lama, akan sangat berpengaruh dalam upaya penghematan konsumsi energi.
Intensitas konsumsi energi (IKE) adalah besar nilai pemakaian energi untuk setiap satuan
luas bangunan dalam waktu setahun. Nilai pemakaian energi yang digunakan adalah energi
listrik. Nilai IKE ini diperoleh dari audit awal energi listrik pada suatu fasilitas instansi yang
bersangkutan [17]. IKE dapat dihitung melalui Persamaan 1 [16].
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = …………………….…(2)
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
Nilai IKE dapat dihitung dengan memperhatikan data perhitungan yang mencakup:
2
1) Rincian luas bangunan gedung dan luas total bangunan gedung (m ).
2) Konsumsi energi bangunan gedung per tahun (kWh/bulan) .
2
3) IKE bangunan gedung (kWh/m ) per tahun.
4) Biaya energi listrik bangunan gedung (Rp/kWh)
Standar kriteria nilai IKE dapat diketahui dari Permen ESDM no. 13 Tahun 2012 [3].
Kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌/𝒎𝒎𝟐𝟐 𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌𝒌/𝒎𝒎𝟐𝟐
Kriteria Dengan AC ( ) Tanpa AC ( )
𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃 𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃𝒃
3 METODOLOGI PELAKSANAAN
Audit energi listrik pada Stasiun Yogyakarta dapat dilakukan sesuai dengan SNI 03-
6196-2000 (prosedur audit energi pada bangunan gedung). Skema dari prosedur ini dapat
dilihat pada Gambar 2. Sesuai dengan kebutuhan audit energi awal yang menjadi langkah awal
prosedur audit, maka dibutuhkan data historis penggunaan energi pada tahun 2017 dan data
luas lantai bangunan yang akan diaudit. Pada penulisan ini digunakan data sekunder yang
berasal dari observasi lapangan peneliti sebelumnya. Data sekunder diambil pada tanggal 23
Mei dan 3 Juni 2017 di Stasiun Yogyakarta.
Dalam melakukan audit energi, penulis perlu menentukan target IKE. Pada penelitian ini,
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
penulis mengasumsi target IKE untuk ruangan AC sebesar 4,4 dan ruangan nonAC
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
sebesar 0,7 . Target tersebut dipilih karena nilai tersebut termasuk pada kriteria sangat
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
efisien pada Tabel 2. Setelah ditentukan target, maka perlu dilakukan perhitungan IKE dengan
data sebelum penghematan yang dilakukan pada Bab 4. Jika didapati IKE di bawah target,
maka perlu dilakukan audit energi rinci yang memuat rekomendasi upaya penghematan.
Pada upaya penghematan energi ini, digunakan asumsi tingkat kenyamanan gedung telah
terpenuhi, sehingga tingkat kenyamanan cukup dipertahankan. Oleh karena ketiadaan data
suhu aktual di stasiun, penggolongan kategori nyaman termal didasarkan pada suhu lingkungan
stasiun, dengan asumsi suhu lingkungan stasiun sangat mempengaruhi suhu aktual stasiun.
Besar biaya pengeluaran listrik pada stasiun diasumsikan sebesar Rp1.114,74/kWh. Harga ini
sesuai dengan ketentuan harga listrik golongan traksi tahun 2017 s.d. 2020. Stasiun yang
merupakan pelanggan golongan traksi, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang transportasi
umum [18]. Golongan traksi menerapkan golongan harga listrik golongan bangunan bisnis
besar (B-3/TM) dengan batas daya >200 kVA [19] [20].
Setelah dilaksanakan proses audit energi rinci, maka didapati besar IKE yang lebih
hemat. Besar IKE ini akan dibandingkan dengan target IKE yang telah ditentukan sebelumnya.
Besar IKE yang lebih hemat akan menghasilkan pengeluaran listrik yang lebih hemat pula.
Jumlah pengeluaran listrik sebelum penghematan dan setelah penghematan akan dibandingkan
sebagai dorongan agar dilakukan implementasi.
Stasiun Yogyakarta (YK) atau umum disebut Stasiun Tugu merupakan stasiun kereta
api kelas besar yang terletak di Kota Yogyakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian 113
meter di atas permukaan laut ini merupakan stasiun terbesar yang berada dalam pengelolaan
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta. Stasiun ini beserta rel KA
terletak di 2 kecematan, sisi barat dan pintu selatan berada di Jl. Pasar Kembang, Kelurahan
Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen serta sisi pintu timur berada di Jl. Margo Utomo 1,
Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis. Stasiun ini melayani pemberangkatan dan kedatangan
hampir semua kelas kereta api (KA), kecuali KA kelas ekonomi subsidi. [21]
Gambar 5. Denah Stasiun Yogyakarta [22].
Stasiun ini terbagi menjadi dua emplasemen, yaitu emplasemen utara dan selatan.
Emplasemen utara memiliki lima jalur dengan jalur 5 sebagai sepur lurus pertama dan
emplasemen selatan memiliki tiga jalur dengan jalur 3 sebagai sepur lurus kedua. Gambar 3
merupakan denah Stasiun Yogyakarta beserta pembagian 4 wilayah audit data sekunder, yaitu
reservasi tiket (a), pintu selatan (b), jalur kereta (c), dan pintu utara (d). Luas wilayah Stasiun
Yogyakarta dapat diketahui dengan perhitungan skala pada peta. Data tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.
Audit energi awal di Stasiun Yogyakarta dilakukan dengan pengumpulan data historis
energi (data yang diperoleh tanpa hasil pengukuran) serta data-data bangunan dan luasan
areanya. Data historis energi didapatkan berdasarkan data rekening pembayaran energi yang
dikeluarkan dan pengamatan visual. Sedangkan untuk data-data bangunan dan luasan area
sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya.
Dari proses audit energi awal didapatkan dua data yang dibutuhkan, yaitu daftar peralatan
yang digunakan dan historis penggunaan energi listrik. Berdasarkan data tersebut akan
diketahui Gambaran siklus pemanfaatan energi serta jumlah pemakaian energi listrik selama
setahun (𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢). Biaya konsumsi energi bangunan (𝑅𝑅𝑅𝑅/𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ) dan Intensitas Konsumsi
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
Energi (IKE) bangunan gedung per tahun ( ) juga akan diketahui. Apabila standar IKE
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
belum terpenuhi maka pelaksanaan audit energi akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu
audit energi akhir.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan diperoleh data penggunaan
energi listrik pada Stasiun Yogyakarta yang ditunjukkan oleh Tabel 5 s.d. Tabel 8:
Tabel 5. Data penggunaan energi listrik pada Stasiun Yogyakarta bagian Reservasi Tiket [4].
Tabel 8. Data penggunaan energi listrik pada Stasiun Yogyakarta bagian Rel Kereta [4].
1%
15%
56% 28%
28%
43%
12%
17%
1%
45%
46%
8%
Gambar 8. Persentase penggunaan energi listrik di Rel KeretaPenggunaan Energi Listrik di Rel
Kereta.
14%
21%
23%
42%
Gambar 9. Persentase penggunaan energi listrik di Pintu UtaraPenggunaan Energi Listrik di Pintu
Utara.
Persentase Penggunaan Energi Listrik
di Stasiun Yogyakarta
17%
27%
38% 18%
Gambar 10. Persentase penggunaan energi listrikPenggunaan Energi Listrik di Stasiun Yogyakarta.
Berdasarkan hasil data di atas, jumlah total konsumsi energi di Stasiun Yogyakarta
ditunjukkan pada Tabel 9.
Apabila sudah diketahui sebelumnya, bahwa besar biaya pengeluaran listrik pada
stasiun sebesar Rp 1.114,74/kWh dan total konsumsi energi stasiun selama satu per bulan
sebesar Rp20.840,520. Maka biaya rata-rata tagihan listrik per bulan yang harus dikeluarkan
pihak stasiun adalah sebesar Rp23.231.761,26 per bulan.
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung per bulan ( ) dapat dihitung
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
jika luasan total area dan total konsumsi energi per bulannya diketahui. Setelah itu, IKE
dihitung dengan mengategorikannya menjadi IKE gedung dengan AC dan IKE gedung tanpa
AC. Konsumsi energi per hari dan per bulan untuk gedung dengan AC serta tanpa AC di
Stasiun Yogyakarta dapat ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Konsumsi energi per hari dan per bulan untuk gedung dengan AC serta tanpa AC di
Stasiun Yogyakarta.
Sementara itu, untuk luas total area gedung dengan AC dan tanpa AC di Stasiun
Yogyakarta dapat ditunjukkan oleh Tabel 11.
Tabel 11.Luas total area gedung dengan AC dan tanpa AC di Stasiun Yogyakarta.
Setelah diketahui untuk gedung dengan AC memiliki luasan total sebesar 3.522,121 𝑚𝑚2
dan total konsumsi energi per bulan sebesar 16.931,280 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏. Sedangkan untuk gedung
tanpa AC memiliki luasan total sebesar 5.474,049 𝑚𝑚2 dan total konsumsi energi per bulan
sebesar 3.909,240 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏. Maka Intensitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung per
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
bulan ( ) dapat dihitung sebagai berikut:
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
Dari hasil nilai IKE tersebut, dapat dilakukan justifikasi nilai berdasarkan standar IKE
yang bersumber dari Permen ESDM no. 13 Tahun 2012. Untuk gedung dengan AC dari hasil
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
perhitungan didapatkan nilai IKE sebesar 4,81 . Sedangkan untuk gedung tanpa AC
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
dari hasil perhitungan didapatkan nilai IKE sebesar 0,71 . Berdasarkan standar kriteria
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
nilai IKE tersebut dapat dikatakan bahwa nilai IKE gedung dengan AC dan gedung tanpa AC
Stasiun Yogyakarta keduanya masuk dalam kriteria sangat efesien.
Apabila dilakukan justifikasi nilai IKE berdasarkan dengan target IKE, yaitu untuk
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
ruangan AC sebesar 4,4 dan ruangan non-AC sebesar 0,7 , IKE belum
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
memenuhi target, sehingga proses audit energi awal harus dilanjutkan dengan proses audit
energi akhir.
Berdasarkan hasil kegiatan audit energi awal, diketahui bahwa terdapat peluang
penghematan energi sebagai berikut.
Pengubahan jam operasi seluruh kipas (14 buah) dengan konfigurasi di atas memberikan
penghematan energi sebesar 0,415% atau 86,52 kWh/bulan dan penghematan ekonomi sebesar
Rp96.447/bulan. Sementara itu, penghematan yang ditimbulkan oleh perubahan waktu operasi
AC ditunjukkan oleh Tabel 12.
Tabel 12. Penghematan yang ditimbulkan oleh perubahan waktu operasi AC.
Berdasarkan Persamaan 1 dan Tabel 5 s.d. Tabel 8, diketahui bahwa lampu TL Fluorescent
dan lampu CFL menghasilkan intensitas cahaya berturut-turut sebesar 1784,82 lumen dan 3048
lumen. Sementara itu, untuk menghasilkan intensitas cahaya yang sama, daya lampu LED yang
dibutuhkan untuk menggantikan lampu TL Fluorescent (LED A) dan untuk menggantikan
lampu CFL (LED B) berturut-turut sebesar 8,195 W dan 13,994 W. Untuk menyesuaikan
dengan ketersediaan lampu di pasar, LED A yang dipilih adalah LED Alfa 9 W Putih dan LED
B yang dipilih adalah LED Philips 14 W Putih. Harga kedua lampu tersebut berturut-turut
adalah Rp19.000 dan Rp45.900 [23] [24].
Untuk mengganti keseluruhan lampu CFL yang ada di stasiun (38 buah), diperlukan biaya
Rp722.000. Dengan waktu operasi yang sama (12 jam), penghematan energi yang dapat
dilakukan sebesar 1,378% atau 287,28 kWh/bulan. Untuk mengganti keseluruhan lampu TL
Fluorescent yang ada di stasiun (82 buah), diperlukan biaya Rp3.763.800. Dengan waktu
operasi yang sama (12 jam), penghematan energi yang dapat dilakukan sebesar 6,516% atau
1.357,92 kWh/bulan. Total penghematan energi yang dihasilkan oleh penggantian lampu
adalah sebesar 7,894% atau 1.645,20 kWh/bulan dengan penghematan ekonomi sebesar
Rp1.833.970 setiap bulan.
Dengan biaya penggantian lampu sebesar Rp3.763.800 dan penghematan ekonomi sebesar
Rp1.833.970 setiap bulan, maka biaya penggantian tersebut akan terbayar lunas oleh
penghematan selama 2 bulan 13 hari.
′ 𝐸𝐸𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 −𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = ……………………………….(3)
𝐴𝐴𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
Di mana,
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐾𝐾𝐾𝐾𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = � × 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑇𝑇𝑇𝑇 + × 𝑃𝑃𝑃𝑃𝐾𝐾𝐾𝐾 �………................(4)
𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝐾𝐾
Dengan ENAC adalah penggunaan energi awal di gedung tanpa AC (kWh/bulan), PENAC adalah
penghematan energi di gedung tanpa AC (kWh/bulan), TLNAC adalah jumlah lampu TL
Fluorescent yang diganti dengan lampu LED di gedung tanpa AC, TL adalah jumlah lampu TL
Fluorescent keseluruhan yang diganti dengan lampu LED, PETL adalah penghematan energi
yang dihasilkan oleh penggantian keseluruhan lampu TL Fluorescent (kWh/bulan), KANAC
adalah jumlah kipas angin di gedung tanpa AC yang diubah waktu operasinya, KA adalah
jumlah kipas angin keseluruhan yang diubah waktu operasinya, PEKA adalah penghematan
energi yang dihasilkan oleh pengubahan waktu operasi seluruh kipas angin (kWh/bulan), dan
ANAC adalah luas lantai gedung tanpa AC (m2).
Dengan demikian,
10 8
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑁𝑁𝐴𝐴𝐴𝐴 = 10 × 1.357,92 + × 86,52 = 215,04
82 14
′
3.909,240 − 215,04
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = = 0,675
5.474,049
Nilai IKE di gedung tanpa AC (rel kereta) setelah rekomendasi audit energi dijalankan tersebut
di bawah 3,4 kWh/m2/bulan sehingga, penggunaan energi di gedung tersebut tergolong sangat
efisien.
′ 𝐸𝐸𝐴𝐴𝐴𝐴 −𝑃𝑃𝑃𝑃𝐴𝐴𝐴𝐴
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐴𝐴𝐴𝐴 = …………………………...………(5)
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
Di mana,
Dengan EAC adalah penggunaan energi awal di gedung dengan AC (kWh/bulan), PEAC adalah
penghematan energi di gedung dengan AC (kWh/bulan), PE adalah penghematan energi di
keseluruhan stasiun, dan AAC adalah luas lantai gedung dengan AC (m2).
Dengan demikian,
′
16.931,280 − 1.933,68
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐴𝐴𝐴𝐴 = = 4,258
3.522,121
Nilai IKE di gedung dengan AC (reservasi tiket, pintu selatan, dan pintu utara) setelah
rekomendasi audit energi dijalankan tersebut di bawah 8,5 kWh/m2/bulan, sehingga
penggunaan energi di gedung tersebut tergolong sangat efisien.
5 KESIMPULAN
Stasiun Yogyakarta merupakan gedung stasiun yang mengonsumsi energi listrik sebesar
20.840,520 kWh setiap bulannya. Dengan harga listrik sebesar Rp1.114,7/kWh, pihak stasiun
harus membayar uang sejumlah Rp23.231.761. Meskipun IKE Stasiun Yogyakarta telah
tergolong sangat efisien, masih ada peluang penghematan listrik yang dapat dilakukan. Peluang
penghematan listrik tersebut adalah penggantian jenis lampu dan pengubahan waktu operasi
kipas angin dan AC. Apabila penghematan tersebut dilakukan, konsumsi energi di Stasiun
Yogyakarta dapat dikurangi sebesar 10,310% atau 2.148,72 kWh/bulan. IKE gedung tanpa AC
𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ/𝑚𝑚2
dan dengan AC pun berkurang menjadi 0,675 dan 4,258 . Penghematan
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏
ekonomi yang ditimbulkan oleh penghematan energi tersebut adalah Rp2.395.264 setiap bulan.
6 DAFTAR PUSTAKA