Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Galung Tropika, 4 (1) Januari 2015, hlmn.

19-27 ISSN Online 2407-6279


ISSN Cetak 2302-4178

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KISAMPANG (MELICOPE


DENHAMII) DALAM KONSENTRASI RENDAH TERHADAP
PERKEMBANGAN STADIUM LARVA-PUPA AEDES AEGYPTI L.

The Influence of The Leaf Extract Kisampang (Melicope denhamii) in Low


Concentration on The Stadium Larva of Aedes aegypti

Aminah Hajah Thaha


Email: aminah.hajahthaha@gmail.com
Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin,
Makassar

ABSTRAK

Salah satu upaya untuk mengurangi penyebaran vektor Dengue Hemmorhagic


Fever (DHF) yaitu dengan penggunaan insektisida botani yang dapat mempengaruhi lama
perkembangan dan tingkat kematian pradewasa Aedes aegypti L. Tanaman Kisampang
(Melicope denhamii) merupakan salah satu alternatif untuk pencegahan DBD. Tanaman ini
mengandung zat-zat aktif yaitu alkaloid dengan komponen utama evodiamine,
rutaecarpine, minyak atsiri (essential oil), saponin, tanin, dan flavanoid serta senyawa lain
yang diduga mempengaruhi tahap perkembangan serangga. Melalui penelitian ini
diharapkan bahwa Kisampang dalam konsentrasi yang lebih rendah dari penelitian-
penelitian sebelumnya. Ini mampu mempengaruhi tahapan perkembangan dan tingkat
kematian nyamuk Aedes aegypti L. sehingga tanaman ini masih dapat berpotensi sebagai
insektisida botani. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan vektor nyamuk
hingga mencapai tingkat dimana penularan virus epidemik tidak terjadi lagi, sehingga
tercapai peningkatan kesehatan masyarakat dan peningkatan produktifitas ternak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian juvenil hormon asal ekstrak
daun Kisampang (Melicope denhamii) terhadap perkembangan pradewasa nyamuk Aedes
aegypti L. pada konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100 ppm dalam pelarut
aquades, metanol dan etanol, lima kali ulangan untuk masing-masing konsentrasi dan
pelarut. Pengamatan dilakukan setiap 8 jam sekali. Hasil analisis uji statistik ANOVA
dilanjutkan dengan uji Duncan. Ekstrak daun Kisampang (Melicope denhamii)
mengandung zat-zat yang bersifat Juvenil Hormon (JH) sehingga berpengaruh terhadap
konsentrasi Juvenil Hormon (JH) dalam tubuh Aedes aegypti L, terlihat dari perkembangan
waktu yang abnormal dengan adanya penambahan dan pengurangan waktu meskipun tidak
memperlihatkan nilai signifikan. Tingkat kematian pada stadium larva dan pupa
disebabkan efek insektisida daun Kisampang yang lebih besar dibandingkan efek JH pada
tanaman tersebut. Berdasarkan persentase rata-rata keberhasilan larva dan pupa menjadi
dewasa melalui interaksi antara daun Kisampang dan pelarut. Pelarut metanol dan etanol
persentase tersebut semakin kecil seiring dengan meningkatnya konsentrasi daun
Kisampang dalam pelarut. Meskipun demikian nyamuk yang telah mencapai stadium
dewasa secara otomatis telah terpapar ekstrak daun Kisampang yang berarti secara
fisiologis tubuh nyamuk tersebut telah tergangggu (abnormalitas).
Kata Kunci: ekstrak daun, kisampang, konsentrasi rendah, Aedes aegypti
20 Thaha

ABSTRACT

One of many efforts to reduce the spread of a vector hemmorhagic dengue fever
(DHF) namely by the use of an botany insecticide of botany which can affect the
development and mortality rates of aedes aegypti premature l. Kisampang (Melicope
denhamii) is one of the alternative for the prevention of dengue fever. These plants
containing active substances which is an alkaloid with the main component for
evodiamine, rutaecarpine, the volatile oil) essential oil, saponin, tannin, and flavanoid as
well as other compound that allegedly affect stage of development insects. Through
research is expected that kisampang in lower concentration than previous studies. It
able to affecting the stage of development and the death rate of Aedes aegypti L. So that
these plants can still be potential as an insecticide botany. This effort is expected to reduce
mosquito vector density to reach the level of virus transmission of where the epidemic does
not happen again, so that achieved an increase in public health and livestock productivity
increase. This research aims to know the influence of the hormone origin juvenil leaves
extract Kisampang (Melicope denhamii) pra mature to the development of Aedes
aegypti
L. On the concentration of 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, and 100 ppm in a solvent
aquades, ethanol and methanol, five times for each test concentration and a solvent.
Observation is conducted every 8 hours once. The results of the analysis statistical tests
anova continued with duncan. Test. Extract leaves Kisampang (Melicope denhamii)
containing substances having the character of juvenil hormones (JH) so it influences
concentration juvenil hormones (JH) in the body of Aedes aegypti L, can be seen from the
development of abnormal time with the additional and a reduction in the time though not
show the value of significant. The death rate in stadium larva and pupa caused the effect of
an insecticide leaves Kisampang larger compared by JH on the effects of such a plant. The
death rate in the stadium the larva and pupa caused the effect of an insecticide leaves
Kisampang greater than the effect of JH at the plant. Based on the percentage of an
average of the success of the larva and pupa become adults through the interaction
between the leaves kisampang and solvent. Methanol solvent and ethanol this
percentage is getting smaller as increased concentration Kisampang leaves in a solvent.
Nevertheless mosquito that had reached stadium adult automatically have been exposed to
extract leaves kisampang which means that is physiologically the body of the mosquito has
disturbed ( abnormality).
Key words: leaves extract, kisampang, low concentration, Aedes aegypti

PENDAHULUAN (Russel 1996). Dengue Hemmorhagic


Fever (DHF)/Demam Berdarah Dengue
Serangga berperan sebagai vektor
(DBD) merupakan salah satu masalah
penularan berbagai macam penyakit.
kesehatan yang serius di Indonesia dan
Salah satu spesies serangga yang
patut mendapatkan perhatian dari kita
dianggap penting dan berbahaya adalah
semua karena jumlah penderita dan angka
nyamuk Aedes aegypti L. Spesies ini
kematian yang tinggi. DBD adalah
merupakan vektor penyakit Equine
demam virus akut secara mendadak dan
Enchepalitis,
terus menerus selama 2-7 hari yang
Septicaemia Haemorrhagica, Enzootic tanpa/disertai renjatan. Penyakit ini juga
Hepatitis, Fillariasis, dan Yellow Fever menyebabkan gangguan pada pembuluh
(Ross 1948), dan Dengue Hemmorhagic darah kapiler dan sistem pembekuan
Fever
darah sehingga terjadi manifestasi Penelitian ini dilaksanakan di
perdarahan seperti ptekia, epistaksis, dan Bagian Entomologi Departemen
perdarahan gusi. Selain itu juga terjadi Parasitologi dan Patologi, Fakultas
trombositopeni (100.000/μl atau kurang) Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
dan pembesaran hati (WHO 1975 dalam Bogor. Bahan yang digunakan dalam
Soedarmo 1988). Pada keadaan yang penelitian ini adalah daun Kisampang,
lebih parah bisa terjadi gangguan air, etanol, metanol, aquadest, air gula,
sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam pellet ikan, marmut, dan larva dari instar
keadaan shock akibat kebocoran plasma. III dari nyamuk Ae.aegypty L .
Keadaan ini disebut juga sebagai Dengue Sedangkan alat yang digunakan berupa
Shock Syndrome (DDS). Menurut Untung nampan plastik, kandang nyamuk, gelas
(2004), telah banyak usaha plastik 250 ml, blender, gelas arloji,
penanggulangan yang direkomendasikan spoid, pipet tetes, kandang jepit marmut,
dan dilakukan baik oleh pemerintah botol kecil, cawan petri, kertas, dan
maupun masyarakat, baik itu berupa timbangan (OHAUS GA 200).
pendekatan kimiawi, biologi, ataupun Metode Pemeliharaan Nyamuk.
lingkungan. Salah satu cara yang sedang Telur Ae. aegypti L. ditetaskan dalam
di upayakan oleh berbagai pihak adalah nampan plastik yang berisi air. Telur
penggunaan insektisida botani. Indonesia akan menetas menjadi larva instar I, II,
merupakan salah satu negara didunia III, dan IV, diberi cadangan makan hati
yang memiliki keanekaragaman hayati ayam. Larva yang telah menetas menjadi
yang cukup banyak, sehingga peluang pupa dipindahkan ke dalam gelas plastik
untuk memperoleh tanaman-tanaman yang berisi air dan dimasukkan ke dalam
yang berpotensi sebagai insektisida nabati kandang nyamuk. Nyamuk dewasa betina
menjadi lebih muda. Kisampang diberi makan berupa darah marmut,
merupakan salah satu tanaman yang dengan cara memasukkan marmut yang
dapat dijadikan sebagai alternatif telah dicukur punggungnya ke dalam
insektisida nabati. Melalui penelitian ini kandang jepit dan dimasukkan ke dalam
diharapkan bahwa tanaman Kisampang kandang nyamuk. Sedangkan nyamuk
dalam konsentrasi yang lebih rendah dari jantan diberi makanan berupa larutan
penelitian-penelitian sebelumnya, masih gula yang dimasukkan ke dalam botol
mampu mempengaruhi tahapan kecil yang dilengkapi kapas. Nyamuk
perkembangan dan tingkat kematian betina akan meletakkan telurnya pada
nyamuk Aedes aegypti L. Penelitian ini dinding bagian dalam gelas plastik yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh telah ditempeli kertas. Telur yang telah
pemberian ekstrak daun Kisampang menetas dan telah berkembang menjadi
(Melicope denhamii) sebagai penghasil larva instar III digunakan untuk
insektisida nabati dalam konsentrasi yang pengujian.
rendah terhadap perkembangan Pembuatan Ekstrak Daun
pradewasa nyamuk Aedes aegypti L. Kisampang. Daun Kisampang yang baru
dipetik dibersihkan dengan air sampai
METODE PENELITIAN
bersih, kemudian diangin-anginkan dan
ditimbang sebanyak 300 gram untuk dan 100 ppm) dengan lima ulangan
dicampurkan ke dalam pelarut yang pengamatan. Rancangan model yang
berbeda (aquades, metanol, dan etanol) digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan perbandingan percampuran 1 : 3 rancangan faktorial RAL (Rancangan
yang berarti tiap 1 gram daun Kisampang Acak Lengkap). Data–data tersebut
di campur dengan masing–masing 3 ml dianalisis secara statistik dengan
aquades, 3 ml metanol, dan 3 ml etanol. menggunakan uji Analisis Sidik Ragam
Daun yang telah ditimbang diblender dan (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji
disaring sehingga didapat ekstrak daun Multiple Range Test (Duncan).
Kisampang dalam ketiga pelarut. Ekstrak
dimasukkan ke dalam botol yang terpisah HASIL DAN PEMBAHASAN
dan didiamkan selama 24 jam.
Pengkuran berat kering ekstrak daun 1. Pengaruh Pemberian Ekstrak
Kisampang dengan menggunakan cawan Daun Kisampang (Melicope
petri. Cawan petri kosong ditimbang denhamii) Dalam Konsentrasi
Rendah Terhadap Lama
sebagai A gram dan dimasukkan 5 ml
Perkembangan Stadium Larva
ekstrak lalu dimasukkan dalam inkubator Menjadi Pupa Aedes aegypti L.
37OC. Setelah ekstrak mengering, cawan
Interaksi antara pelarut aquades,
petri ditimbang sebagai B gram.
metanol, dan etanol serta berbagai
Pengujian ini dilakukan dalam
konsentrasi yang telah dipaparkan ekstrak
gelas uji bervolume 240 ml. Setiap gelas
daun Kisampang, maka dilakukan
uji diisi air 200 ml (V2) dan X ml (V1)
analisis tiap pelarut pada berbagai tingkat
ekstrak daun Kisampang dalam pelarut
konsentrasi sebagaimana ditunjukkan
sesuai dengan konsentrasi yang
pada Tabel 1.
diinginkan, selanjutnya 20 ekor larva
Berdasarkan Tabel 1, secara
instar III dimasukkan ke dalam gelas uji
statistik diketahui bahwa lama
dan ditambahkan pelet ikan sebagai
perkembangan larva Aedes aegypti L.
persediaan makanan bagi larva.
pada seluruh konsentrasi pelarut aquades
Pengamatan yang dilakukan pada
tidak berbeda nyata dengan kontrol.
penelitian ini meliputi jumlah persentase
Begitu pula pelarut metanol kecuali pada
kematian larva, pupa, dan lama stadium
konsentrasi 80, 90, dan 100 ppm.
larva menjadi pupa maupun pupa menjadi
Sedangkan pelarut etanol pada seluruh
dewasa dengan tingkat konsentrasi yang
konsentrasi kecuali 100 ppm juga tidak
berbeda. Pengamatan dilakukan setiap 8
berbeda nyata dengan kontrol. Ekstrak
jam sekali sejak larva instar III
daun Kisampang juga berpengaruh
dikontakkan dengan larutan penguji.
terhadap lama perkembangan larva
Analisis Data diperoleh dari pengamatan
menjadi pupa. Hal ini terlihat pada
pada tiga perlakuan pelarut (aquades,
seluruh konsentrasi pelarut aquades,
metanol dan etanol). Masing-masing
pelarut metanol dengan konsentrasi 10,
pelarut mendapat 10 taraf perlakuan dosis
40, dan 50 ppm serta pelarut etanol
(10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50
dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50,
ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, 90 ppm
dan 60 ppm, waktu perkembangan larva
Tabel 1. Lama Perkembangan Larva Menjadi Pupa Antar Perlakuan Dosis Pada Tiap
Pelarut (Jam)
Pelarut
Konsentrasi (ppm)
Aquades Metanol Etanol
(fg) (ab)
100 37.65 54.69 57.14 (a)
(g) (abc)
90 35.51 49.17 47.64 (bcde)
80 37.83 (fg) 49.23 (abc) 40.95 (cdefg)
70 39.33 (efg) 48.71 (bcd) 40.56 (cdefg)
60 32.90 (g) 45.69 (cdef) 38.86 (fg)
50 33.55 (g) 38.30 (fg) 34.77 (g)
(fg) (fg)
40 37.02 36.94 35.95 (g)
30 34.25 (g) 41.63 (cdefg) 35.29 (g)
(fg) (cdefg)
20 37.69 42.17 35.23 (g)
(fg) (g)
10 37.93 36.01 35.93 (g)
Kontrol 40.36 (defg) 40.36 (defg) 40.36 (defg)
Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan uji beda nyata pada taraf 5%

menjadi pupa lebih cepat daripada Mordue et al. (1980) bahwa komponen
kontrol. Berbeda halnya dengan inilah yang akan mempengaruhi
perkembangan larva yang lebih lama perkembangan serangga yang normal dan
dibandingkan kontrol yang nampak pada cara kerjanya menyerupai Juvenil
pelarut metanol dengan konsentrasi 20, Hormon (JH) pada serangga.
30, 60, 70, 80, 90, dan 100 ppm serta Daya polaritas masing-masing
pelarut etanol dengan konsentrasi 70, 80, pelarut dan zat-zat aktif daun Kisampang
90, dan 100 ppm. juga mempengaruhi perkembangan larva
Adanya variasi lama menjadi pupa. Daya polaritas
perkembangan stadium larva Ae. menyebabkan terbentuknya ikatan antara
aegypti zat-zat aktif daun Kisampang dengan
L. dipengaruhi oleh ekstrak daun pelarut yang selanjutnya mempengaruhi
Kisampang yang memiliki daya kerja titer JH dalam tubuh larva Ae. aegypti L.
sebagai pengatur pertumbuhan serangga Dari Tabel 1 terlihat bahwa daya polaritas
(Insect Growth Regulators). Menurut

60
WAKTU (jam)

50

40

30

20

10

0
102030405060708090100
KONSENTRASI (ppm)
AQUADES METHANOL ETANOL KONTROL

Gambar 1. Lama Perkembangan Larva Menjadi Pupa Pada Tiap Pelarut.


pelarut aquades lebih kecil dibandingkan pada konsentrasi tinggi (pelarut metanol
pelarut metanol dan etanol, sehingga pada konsentrasi 80, 90, dan 100 ppm
kemampuan untuk melarutkan zat-zat serta pelarut etanol pada konsentrasi 100
aktif daun Kisampang lebih sedikit yang ppm) yang berbeda nyata dengan kontrol.
kemudian mempengaruhi titer JH dalam Dengan demikian diketahui bahwa efek
tubuh larva hingga mengalami deplesi JH dalam daun Kisampang dengan
dan merangsang terbentuknya pupa, kisaran konsentrasi 10 ppm hingga 100
dengan demikian perkembangan larva ppm pada ketiga pelarut tersebut sangat
menjadi pupa dipercepat dibandingkan sedikit sehingga efek JH yang diharapkan
waktu normal perkembangan larva tidak nyata terlihat.
menjadi pupa. Berbeda halnya dengan Berdasarkan penelitian sebelum-
perkembangan larva yang lebih lama nya dengan menggunakan daun
dibandingkan kontrol. Penambahan Kisampang terhadap nyamuk Culex
waktu dapat disebabkan adanya kerja quenquifasciatus L, diketahui bahwa
secara sinergis antara zat-zat aktif ekstrak adanya kemampuan hidup yang berbeda-
yang terlarut dan JH dalam tubuh larva beda dari masing-masing larva
sehingga konsentrasi JH dalam tubuh menyebabkan upaya mempertahankan
larva bertambah. Pelarut metanol dan hidup juga berbeda, baik dengan cara
etanol merupakan pelarut organik yang memperpanjang maupun mempercepat
baik untuk melarutkan sebagian besar perkembangan (Apriyansyah 2003).
zat-zat aktif tanaman terutama alkaloid
(Depdikbud 1988). 2. Persentase Kematian Larva Aedes
Meskipun terdapat perbedaan aegypti L.
lama perkembangan (jam) larva menjadi
pupa pada tiap pelarut yang berbeda Pemaparan ekstrak daun
Kisampang dalam ketiga pelarut juga
dengan kontrol tetapi secara statistik
berpengaruh terhadap kematian larva
konsentrasi-konsentrasi tersebut tidak Aedes aegypti L. dan dapat dilihat pada
berbeda nyata dengan kontrol. Hanya Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Kematian Larva Aedes aegypti L. (%).
Pelarut
Konsentrasi (ppm)
Aquades Metanol Etanol
100 0 c 8 bc
0 c
90 0 c 66 a
4 c
80 0 c 16 bc
0 c
70 0 c 0 c
0 c
60 0 c 22 bc
0 c
50 0 c 26 b
0 c
40 0 c 2 c
0 c
30 0 c 2 c
0 c
20 0 c 12 bc
0 c
10 0 c 0 c
0 c
Kontrol 0 c 0 c
0 c
Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan uji beda nyata pada taraf 5%
Tabel 2 memperlihatkan Interaksi antara toksisitas zat-zat aktif dalam daun
ekstrak daun Kisampang dengan pelarut, Kisampang dapat menyebabkan tingkat
dimana seluruh konsentrasi pada pelarut kematian larva yang rendah.
aquades dan pelarut etanol tidak berbeda Pada Gambar 2 terlihat bahwa
nyata dengan kontrol. Begitu pula halnya kematian larva meningkat dengan adanya
dengan pelarut metanol pada kecuali pada peningkatan konsentrasi. Kematian larva
konsentrasi 50 dan 90 ppm yang berbeda tertinggi terlihat pada pelarut metanol
nyata dengan kontrol. Kematian larva pada konsentrasi 90 ppm bahkan
(lebih besar dari kontrol) terlihat pada menyebabkan kematian larva lebih dari
pelarut metanol dengan konsentrasi 20, 50%. Dari penelitian terdahulu ekstrak
30, 40, 50, 60, 80, 90, dan 100 ppm serta daun Kisampang dalam pelarut metanol
pelarut etanol pada konsentrasi 90 ppm. mempunyai daya kerja yang tinggi
Pelarut aquades tidak menunjukkan terhadap kematian larva dibandingkan
kematian pada seluruh konsentrasi juga pelarut aquades dan etanol. Berdasarkan
pelarut metanol pada konsentrasi 10 dan penelitian Panus (2003), diperoleh LC50
70 ppm serta pelarut etanol konsentrasi terhadap larva Ae. aegypti L. dengan
10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 100 menggunakan ekstrak daun Kisampang
ppm. Kematian pada stadium larva ini dicapai pada konsentrasi 0,0421%.
disebabkan pengaruh JH pada tubuh Sedangkan pada penelitian Andesfha
serangga, yaitu tidak adanya kemampuan (2004) dengan menggunakan daun
untuk melakukan pupasi (Arjentinia Legundi (Vitex negundo) pada
2001). Adanya kinerja JH dari luar konsentrasi 10 ppm pelarut etanol dan
(eksogenus) yang bersifat analog dengan konsentrasi 40 ppm pelarut metanol
JH dalam tubuh serangga akan mulai menunjukkan kematian larva Ae.
menyebabkan ketidakseimbangan aegypti L. diatas 50 %. Begitu pula pada
fisiologis dan perubahan atau pergantian penelitian Manalu (2004), pada
metamorfosis yang kemudian konsentrasi 80 ppm mulai menunjukkan
menyebabkan kematian hewan kematian larva Ae. aegypti L. sebesar
(Cymborowski 1992). Sedangkan 50%. Dengan demikian diketahui bahwa
ketahanan dari tiap individu terhadap pada konsentrasi rendah daun Kisampang

35%
30%
25%
20%
WAKTU (jam)

15%
10%
5%
0%
102030405060708090100
KONSENTRASI (ppm)

AQUADES METHANOL ETANOL KONTROL

Gambar 2. Persentase Kematian Larva Aedes aegypti L.


masih berpengaruh terhadap kematian Selain itu saponin juga dianggap salah
larva Ae. aegypti L. satu zat yang dapat menyebabkan
Adanya akumulasi zat-zat aktif kematian larva karena sifat sapogenin
daun Kisampang yang dapat bersifat yang dapat menghemolisis darah,
toksik dalam tubuh larva juga dapat mengikat kolesterol, dan toksik pada
menyebabkan keracunan yang hewan berdarah dingin. Saponin dapat
mengakibatkan kematian pada larva. pula menurunkan tegangan permukaan
Semakin banyak zat yang berdaya kerja mukosa traktus digestivus sehingga
insektisida, semakin besar pula terjadi korosif dan selanjutnya kematian.
kemungkinan larva tersebut mengalami
keracunan. Menurut Sastrodihardjo KESIMPULAN DAN SARAN
(1979), zat-zat yang bersifat toksik ini
dapat masuk melalui beberapa bagian Kesimpulan dari penelitian ini
tubuh serangga yaitu, dinding tubuh, jalur adalah:
pernapasan, dan alat percernaan. 1. Ekstrak daun Kisampang (Melicope
Alkaloid merupakan salah satu zat denhamii) dalam ketiga pelarut
aktif yang diduga dapat menyebabkan (aquades, metanol, dan etanol)
kematian pada serangga dengan berpengaruh terhadap perkembangan
mempengaruhi sistem syaraf pusat larva-pupa Aedes aegypti L. yang
sehingga apabila terjadi toksisitas maka menyebabkan waktu perkembangan
larva akan mengalami kejang-kejang abnormal yaitu penambahan dan
yang berlanjut dengan kematian pengurangan waktu perkembangan
(Depdikbud 1988). Alkaloid pada larva dan pupa dibandingkan kontrol.
tanaman kisampang mengandung bahan 2. Zat-zat aktif daun Kisampang
aktif (komponen utama) evodiamine dan (Melicope denhamii) berpotensi
rutaecarpine. Evodiamine menyebabkan sebagai insektisida botani, hal ini
kehilangan produksi panas dan pada saat terlihat pada tingkat kematian
yang bersamaan menghilangkan energi stadium larva Aedes aegypti L
yang berada dalam makanan yang Saran dari penelitian ini adalah
selanjutnya berakibat pada kehilangan perlu penelitian lebih lanjut mengenai
berat badan (Anonim 2004). Sedangkan zat-zat yang bersifat insektisida maupun
rutaecarpine merupakan zat yang Juvenil Hormon (JH) yang berasal dari
menyebabkan hypotensi and vasorelaxasi ekstrak daun Kisampang (Melicope
(Wang 2002). denhamii) dalam pelarut terhadap
Minyak atsiri juga merupakan perkembangan stadium pradewasa
salah satu zat aktif yang terdapat pada nyamuk Aedes aegypti L. serta pengaruh
tanaman Kisampang yang menghasilkan pemaparan tersebut pada generasi
aroma yang cukup tajam sehingga selanjutnya dengan uji yang lebih
nyamuk tidak menyukai tanaman ini. spesifik.
Menurut Aminah (1995), minyak atsiri
pada daun urang aring bekerja sebagai DAFTAR PUSTAKA
larvasida pada nyamuk Ae. aegypti L.
Aminah NS. 1995. Evaluasi Tiga Jenis
Tumbuhan Sebagai Insektisida
dan Repelen Terhadap Nyamuk Russel RC. 1996. Departement of
Di Laboratorium [Tesis]. Bogor: Medical Entomology.
Program Pasca Sarjana, Institut http://www.medent.usyd.
Pertanian Bogor. edu.au./photos/aedes%
Anonim. 2004. Evodia Fruit (Evodia 20
rutaecarpa). aegypti htm # charac. [22 Juli
http://www.healthychoicesnm. 2004].
com/prod_thermozin.htm. [6 Sastrodihardjo S. 1979. Pengantar
Desember 2004]. Entomologi Terapan. Bandung:
Cymborowski B. 1992. Insect Penerbit ITB. hlm 20-21.
Endocrinology. Warsawa: Polish Soedarmo SSP. 1988. Demam Berdarah
Scientific Publishers. (Dengue) Pada Anak. Jakarta:
Depdikbud. 1988. Tetumbuhan Sebagai Universitas Indonesia Press.
Sumber Bahan Obat. Pusat Wang GJ et al. 2002. Rutaecarpine on
Penelitian Andalas. Calcium Channel Activities in
Mordue WGJ. Goldsworthy. J. Brady and Vascular Endothelial and
W. M. Blaney. 1980. Insect Smooth Muscle Cells1.
Physiology. London: Billing & http://jpet.aspetjournals.org/
Sons Ltd. hlm 34 – 52. cgi/content/full/289/3/1237. [6
Desember 2004].
Ross HH. 1982. A Text Book of
Entomology. Ed ke-4. New
York: John Wiley & Sons. Inc.
hlm 640-642.

Anda mungkin juga menyukai