Anda di halaman 1dari 3

Nama : Istikha Nurfazhilah

NIM : 48401190008

Prodi : Farmasi (semester II)

Mata Kuliah : Spesialit dan Alat Kesehatan

Soal

Bagaimana regulasi tentang distribusi obat bebas dan obat bebas terbatas?

Lembar jawab Ujian Tengah Semester

Sistem distribusi obat bebas dan obat bebas terbatas yang ideal menurut SK
Menkes No.3987/A/SK/73 adalah distribusi dari distributor ke sarana
penyaluran/pedagang besar farmasi (PBF), kemudian dari PBF akan didistribusikan ke
sarana pelayanan seperti Apotek, Instalansi farmasi, Praktek bersama dan toko obat.
Dalam hal ini obat bebas dan obat bebas terbatas harus didistribusikan ke sarana-sarana
pelayanan farmasi yang telah memiliki izin untuk menyimpan obat-obatan untuk dijual
secara eceran ditempat tertentu dan telah mempekerjakan seorang tenaga farmasis
seperti apoteker ataupun asisten apoteker sebagai penanggung jawab teknis farmasi
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:1331/Menkes/Sk/X/2002).
Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen(pasien)
mengenai terjaminnya mutu obat yang sampai ketangan pasien, serta dapat melakukan
advokasi terhadap pasien dengan memberikan segala informasi terkait obat yang
dikonsumsi(cara pemerian, efek samping, interaksi obat, dll).

Dilain pihak, dalam survai lapangan yang dilakukan di Denpasar ditemukan


banyak kasus obat bebas dan obat bebas terbatas dijual di warung-warung kecil sekitar
permukiman masyarakat, mini market, ataupun supermarket, dimana tempat-tempat
tersebut tidak memiliki izin untuk mendistribusikan obat serta tidak mempekerjakan
tenaga farmasi sebagai penanggung jawab teknis farmasi. Warung atau supermarket
adalah toko yang dirancang untuk melayani kebutuhan konsumen seperti pakaian,
produk-produk perawatan rumah tangga serta makanan dan minuman dan suplemen
makanan. Di Indonesia suplemen makanan dimasukkan dalam golongan makanan dan
bukan obat (Peraturan Menteri Kesehatan No.329/Menkes/Per/XII/76). Dalam hal
distribusi obat dan makanan, maka seharusnya warung, mini market, dan supermarkest
hanya dapat menjual makanan termasuk suplemen makanan dan tidak menjual obat-
obatan baik obat bebas maupun obat bebas terbatas.

Berikut ini adalah sarana yang memperbolehkan mendistribusikan obat bebas dan obat
bebas terbatas :

 Sarana Distribusi Obat Pedagang Besar Farmasi (PBF)


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 yang telah
diperbaharui dengan Keputusan Menteri kesehatan RI
No.1191/Menkes/SK/IX/2002 tentang Pedagang Besar Farmasi. Pedagang Besar
Farmasi adalah badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan UU yang
berlaku.
 Sarana Distribusi Obat di Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer 922/Menkes/Per/X/1993
diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian. Apotek
yaitu suatu tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
 Sarana Distribusi Obat melalui Toko Obat Berizin
Toko Obat Berizin menurut Permenkes RI Nomor 167/Kab/B.VII/1972, tanggal 28
Agustus 1972 diperbaharui dengan keputusan Menteri Kesehatan
No.1331/Menkes/SK/X/2002 diberikan batasan penanaman dengan sebutan
Pedagang Eceran Obat (PEO) Berizin. Pedagang Obat Eceran Berizin adalah orang
atau badan hukum Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat bebas dan
obat bebas terbatas (daftar “W”) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu
sebagaimana tercantum dalam surat izin.
Daftar Pustaka

https://slideplayer.info/slide/12111135

http://gelgel-wirasuta.blogspot.com/2010/01/penataan-distribusi-obat-bebas-dan.html?
m=1

http://www.bphn.go.id/data/documents/15pmkes003.

https://id.scribd.com

https://jdih.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai