Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERSEPSI SENSORI ( KATARAK )


MAKALAH

OLEH :
KELOMPOK II

1. NANCY IRENE D. LATUPUTTY


2. PRICILIA P. PATTIASINA
3. QUEEN E. G. TAHALEA
4. TIKA PRATIWI
5. WA UTIANA
6. YOCE SAIJA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSEPSI SENSORI ( KATARAK )
MAKALAH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. NANCY IRENE D. LATUPUTTY
2. PRICILIA P. PATTIASINA
3. QUEEN E G . TAHALEA
4. TIKA PRATIWI
5. WA UTIANA
6. YOCE SAIJA

Makalah ini telah di setujui


Tanggal, oktober 2020

Mengetahui
Dosen Mata Kuliah KMB III

Ns. La RakhmatWabula, S.Kep.,M.Kep


NIDN. 1203029002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atassegala rahmat serta karunia-Nya,
sehinggapenelitidapatmenyelesaikanmakalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori( Katarak )”

Peneliti menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak ,oleh
sebab itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

Ns. La Rakhmat Wabula,S.Kep.,M.Kep, selakuDosen Mata Kuliah yang telah memberikan


bimbingan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.

Teman teman sejawat seangkatan dan seperjuangan yang telahmemberikan bantuan dan
motivasi.

Ambon, oktober 2020


DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………...........
LEMBARAN PERSETUJUAN……………….…………….............
KATA PENGANTAR……….………………………………...........
DAFTAR ISI…………………………………………………….......
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….........
1.1 LatarBelakang…………………………………................
1.2 RumusanMasalah……………………………...................
1.3 TujuanPenulisan……………………………….................
1.3.1 TujuanUmum…………………......................................
1.3.2 TujuanKhusus………………………….........................
1.4 ManfaatPenulisan……………………………...................
1.4.1 ManfaatTeoritis………………………….......................
1.4.2 ManfaatPraktis..………………………..........................
BAB II TINJAUANTEORI…..………………………………........
2.1 KonsepTeoriPenyakit....................................................
2.1.1Definisi…………………………..........................
2.1.2Etiologi…………………………..........................
2.1.3 ManifestasiKlinis………………..........................
2.1.4 Patofisiologi (WOC)……………..........................
2.1.5 PemeriksaanDiagnostik…...……..........................
1 Laboratorium…………………………………
2 Radiologi……………………………………..
2.1.6 Penatalaksanaan…...……………..........................
1 Medis………………………………………….
2 Keperawatan………………………………….
2.2 KonsepAsuhanKeperawatanpadaPasiendenganGangguanSistem
(PersepsiSensori): (Katarak)……………….....................................................
2.2.1Pengkajian…………………………..........................
1Keluhanutama………………………………….
2Riwayatpenyakitsekarang……………………..
3Riwayatpenyakitdahulu………..........................
4Pemeriksaan per system (Range Of System)……
aB1 (Breathing)………………………………..
bB2 (Blood)……………………………………
cB3 (Brain)……………………………………
dB4 (Bladder)…………………………………
eB5 (Bowel)…………………………………..
fB6 (Bone)…………………………………….
5 PemeriksaanDiagnostik………………………..
aLaboratorium……………………………………
bRadiologi………………………………………..
2.2.2 DiagnosaKeperawatan……………..........................
2.2.3Intervensi Keperawatan…………………………….
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..
BAB I
Pendahuluan
1.1 LatarBelakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas,
2016). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga
pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah
usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik
(seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2016). Berdasarkan studi
potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini
meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2016).

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan
kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang
paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat
delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri
berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan
paling utama yaitu sebesar 52%.

Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi, ada
banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain
adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan dengan
radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta
karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit
sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penyakit Katarak bisa menyerang manusia ?
2.      Bagaimana awal terjadinya penyakit Katarak ?
3.      Bagaimana cara pengobatan penyakit Katarak ?

1.3   Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1.      Perawat dan pembaca dapat mengetahui definisi penyakit Katarak.
2.      Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana jenis-jenis penyakit Katarak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.    Perawat dan  pembaca dapat mengetahui bagaimana gejala dan tanda-tanda penyakt
katarak
2.      Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana penyebab penyakit Katarak.
3.      Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana pengobatan penyakit Katarak.
1.4 Manfaat Penulis
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. untuk menambah pengetahuan ,pegalaman,dan meningkatkan kemampuan penulis dalam
menganalisa suatu permasalahan melalui penelitian.
2. Hasil tulisan ini di harapkan dapat menjadi sebuah literatur dan memperkaya kepustakaan
bagi fakultas kesehatan .
3. Hasil tulisan ini di harapkan dapat di jadikan sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih
lanjud terkait penyakit katarak.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan dan informasi tambahan mengenai factor resiko kejadian katarak
sehingga memperhatikan gaya hidup dan memelihara kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Defenisi
  Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga dapat
terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah
trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
       Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjuan akibat lensa yang
keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya ( Ilyas,2016 cit Anas
Tamsuri, 2016 : 54 ).

2.1.2 Etiologi
Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain:
a.       Trauma
b.      Terpapar substansi toksik
c.       Penyakit predisposisi
d.      Genetik dan gangguan perkembangan
e.       Iinfeksi virus di masa pertumbuhan janin
f.       Usia
Penuaan merupakan penyebab utama dari katarak (95 %) dan 5 % disebsbkan kerusakan
congenital, trauma,keracunan atau penyakjit sistemik.
Derajat kerusakan yang disebabkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas
( kepadatan) dari kekeruhan selain karena umur ,pekerjaan gaya hidup dan tempat tinggal
seseorang.
Menurut etiologinya katarak dibagi menjadi :
1.  katarak seni.le ( 95 %) .
katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun).
Menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65– 74 tahun dan 45
% pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat ktarak diduga terjadi pada semua orang pada usia
70 tahun.
Ada 4 stadium antara lain :
a  Katarak insipien : stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian lensa yang
masih jernih.
b.Katarak intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratip menyerap air.
c. Katarak matur : katarak yang telah menegani seluruh bagian lensa. Katarak ini dapat
diopperasi.
d. Katarak hepermatur : katarak mengalami proses degenerasi lanjut keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa mnegecil, berwarna kuning dan keringf sertya terdapat lipatan kapsul lensa
(Jounole zin kendor). Jika berlanjut diserrtai kapsul yang tebal menyebabkan kortek yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar sehingga berbentuk seperti sekantong susu dengan
nucleus yang terbenam yang disebut katarak Morgageeeni.

2.  Katarak congenital
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir ( bayi kurang dari 3 bulan).
Katarak congenital digolongkan dalam :
a.Katarak kapsulo lentikuler
Merupakan katarak pada kapsul dan kortek.
b. Katarak lentikuler: merupakan kekeruhan lensa yang tidak mengenai kapsul.
Katarak congenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3 bln sampai 9 tahun
katarak juvenil .

3. Katarak traumatic : terjadi karena cedera pada mata, seperti trauma tajam/trauma tumpul,
adanya benda asing pada intra okuler,X Rays yang berlebihan atau bahan radio aktif. Waktu
untuk perkembangan katarak traumatic dapat bervariasi dari jam sampai tahun.

4.  Katarak toksik : Setelah terpapar bahan kimia atau substansi tertentu


( korticostirot,Klorpromasin/torasin,miotik,agen untuk pengobatan glaucoma).

5. Katarak asosiasi : penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid,Downs sindrom dan


dermatitis atopic dapat menjadi predisposisi bagi individu untuk perkembangan katarak.
Pada penyakit DM, kelebihan glukosa pada lensa secara kimia dapat mengurangi alcoholnya
yang disebut L-Sorbitol. Kapsul lensa impermiabel terhadap gula,alcohol dan melindungi dari
pelepasan. Dalam usaha untuk mengenbalikan pada tingkat osmolaritas yang normal lensa
diletakan pada air (newell, 2016)

6. Katarak komplikata : Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata lain (kelainan
okuler). Penyakit intra okuler tersebut termasuk retinitis pigmentosa, glaucoma dan retina
detachement. Katarak ini biasanya unilateral.

2.1.3 Manifestasi Klinis


  Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.  Biasanya klien melaporkan penurunan
ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang
diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.  Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.  Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.  Hasilnya adalah pendangan
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari.  Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

2.1.4 Patofisiologi
       Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia diatas 70 tahun, dapat
diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat juga diakibatkan oleh
kelainan konginental, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Secara kimiawi, pembentukan
katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang
kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan
kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Lensa yang mengalami katarak tidak
mengandung glutation. Usaha mempercepat atau memperlambat perubahan kimiawi ini dengan
cara pengobatan belum berhasil dan penyebab maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir –
akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak
senil, tampak lebih nyata. Penyelidikan epidemiologi mennjukan bahwa di daerah – daerah yang
spanjan g tahun selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia 65
tahun atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang mempengaruhi
efek terhadap lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan, lensa diganti
dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular. ( Anas Tamsuri, 2011 : 55 –
56 )

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Laboratorium
 Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
2. Radiologi
USG,Foto Rontgen dan Fluoroskopi.
2.1.6 Penatalaksanaan
1 .Medis
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
ICCE yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960
hanya itulah teknik operasi yg tersedia. Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya.
Keuntungan dari prosedur adalah kemudahan proses ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata
beresiko tinggi mengalami retinal detachment dan mengangkat struktur penyokong untuk
penanaman lensa intraokuler. Salah satu teknik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa
dibekukan dengan probe super dingin dan kemudian diangkat.

2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)


Terdiri dari 2 macam yakni:
a.  Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual
setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan
lebih lama.
b.  Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan
getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat
diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal
atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa
menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruh
dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang
telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan
sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru
dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual
dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi.
Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan
lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat
keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat
maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular
terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk
itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali
menjadi jelas.

2. Keperawatan
Perawat harus memiliki kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan tindakan mandiri
maupun kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lain.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem (Persepsi Sensori)
(Katarak)
2.2.1 Pengkajian

1. Keluhan Utama
DS : Klien mengatakan penglihatan kabur seperti berawan padahal sudah menggunakan
kacamata plus satu dan mines 2,5 pada orbita dextra dan sinistra.
DO : Hasil pemeriksaan fisik dengan optamoskopi bagian kornea ada selaput putih
Vital sign : TD 1400/90 mmHg ,N 84X/m , S 37,4 , R 24X/m

2. Riwayat Penyakit Sekarang


·   Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
·  Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
·   Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
·  Perubahan daya lihat warna.
·  Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
·   Lampu dan matahari sangat mengganggu.
·    Sering meminta ganti resep kaca mata.
·    Lihat ganda.
·   Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
·    Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


  Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti :
·       DM
       Hipertensi
·      Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.

4. Pemeriksaan Per System (Range of System)


a. B1(Breathing)
Dalam Batas Normal
b. B2(Blood)
Nadi dan suhu dalam batas normal
c. B3(Brain)
Gangguan penglihatan kabur/tidak jelas,sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer,kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa
di ruang gelap.
Penglihatan berawan atau kabur,tampak lingkaran cahaya atau pelangi di sekitar sinar,perubahan
kaca mata,pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,foto pobia ( glukoma akut).
Gejala tersebut di tandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil(katarak),
pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan
peningkatan air mata).
d. B4 (Bladder)
Gejala: Pengeluaran urin normal
e. B5 (Bowel)
Gejala: mual muntah(glukoma akut).
f. B6 (Bone)
Gejala : perubahan aktifitas atau hobi biasanya sehubungan dengan gangguan penglihatan

5 .Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
 Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
2. Radiologi
USG,Foto Rontgen dan Fluoroskopi.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b/d gangguan penerima sensori/status organ indera,
lingkungan secara terapeutik dibatasi.
2.  Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan-kehilangan
vitreus, pandangan kabur
3.  Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan

2.2.3 Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


o keperawatan keperawatan
1 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri
sensori- keperawatan selama 3x24jam 1)    Kaji 1)    Kebutuhan tiap
perseptual: diharapkan dapat meningkatkan ketajaman peng- individu dan pilihan
penglihatan ketajaman penglihatan dalam lihatan, catat intervensi bervariasi
b/d batas situasi individu dengan apakah satu atau sebab kehilangan
gangguan Kriteria Hasil : dua mata penglihatan terjadi
penerima -     Mengenal gangguan sensori terlibat. lambat dan progresif.
sensori/statu dan berkompensasi terhadap 2)    Memberikan
s organ perubahan. peningkatan
indera, -    Mengidentifikasi/memperba 2)    Orientasika kenyamanan dan
lingkungan iki potensial bahaya dalam n klien tehadap kekeluargaan,
secara lingkungan. lingkungan. menurun-kan cemas
terapeutik dan disorientasi pasca
dibatasi. operasi.
3)    Terbangun dalam
lingkungan yang tidak
di kenal dan
3)    Observasi mengalami
tanda-tanda keterbatasan
disorientasi. penglihatan dapat
mengakibatkan
kebingungan terhadap
orang tua .
4)    Memberikan
rangsang sensori tepat
terhadap isolasi dan
menurunkan bingung.
4)    Pendekatan 5)    Perubahan
dari sisi yang tak ketajaman dan
dioperasi, bicara kedalaman persepsi
dengan dapat menyebabkan
menyentuh. bingung penglihatan
5)    Ingatkan dan meningkatkan
klien resiko cedera sampai
menggunakan pasien belajar untuk
kacamata mengkompensasi.
katarak yang 6)    Memungkinkan
tujuannya pasien melihat objek
memperbesar lebih mudah dan
kurang lebih 25 memudahkan
persen, panggilan untuk
penglihatan pertolongan bila
perifer hilang diperlukan.
dan buta titik
mungkin ada.
6)    Letakkan
barang yang
dibutuhkan/posis
i bel pemanggil
dalam
jangkauan/posisi
yang tidak
dioperasi.

2.  Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan Mandiri: Mandiri:


berhubunga keperawatan selama 3x24jam 1)    Diskusikan 1)    Membantu
n dengan diharapkan tidak terjadi cedera apa yang terjadi mengurangi rasa takut
kerusakan dengan criteria hasil: pada dan meningkatkan
fungsi -     Menyatakan pemahaman pascaoperasi kerja sama dalam
sensori faktor yang terlibat dalam tentang nyeri, pembatasan yang
penglihatan- kemungkinan cedera. pembatasan diperlukan.
kehilangan -     Mengubah lingkungan aktivitas, 2)    Menurunkan
vitreus, sesuai indikasi untuk penampilan, tekanan pada mata
pandangan meningkatkan keamanan. balutan mata. yang sakit,
kabur 2)    Beri pasien meminimalkan risiko
posisi bersandar, perdarahan atau stress
kepala tinggi, pada jahitan/jahitan
atau miring ke terbuka.
sisi yang tak 3)    Menurunkan
sakit sesuai stress pada area
keinginan. operasi/menurunkan
TIO.

3)    Batasi
aktivitas seperti 4)    Memerlukan
menggerakkan sedikit regangan
kepala tiba-tiba, daripada penggunaan
menggaruk pispot, yang dapat
mata, meningkatkan TIO.
membongkok. 5)    Meningkatkan
4)    Ambulasi relaksasi dan koping,
dengan bantuan; menurunkan TIO.
berikan kamar
mandi khusus
bila sembuh
dengan anastesi.
5)    Anjurkan 6)    Digunakan untuk
menggunakan melindungi dari cedera
teknik kecelakaan dan
manajemen stres menurunkan gerakan
contoh, mata.
bimbingan 7)    Menunjukkan
imajinasi, prolaps iris atau
visualisasi, nafas rupture luka
dalam, dan disebabkan oleh
latihan relaksasi. kerusakan jahitan atau
6)    Pertahankan tekanan mata.
perlindungan
mata sesuaiKolaborasi:
indikasi. 8)    Mual/muntah
dapat meningkatkan
TIO. Memerlukan
7)    Observasi tindakan segera untuk
pembekakan mencegah cedera
luka, bilik okuler.
anterior kempis, Diberikan untuk
pupil berbentuk menurunkan TIO bila
buah pir. terjadi
peningkatan.Membata
Kolaborasi: si kerja enzim pada
8)    Berikan produksi akueus
obat sesuai humor
indikasi:
Antiemetic,
contoh
proklorperazin
(Compazine),
Asetazolamid

3 Kecemasan Setelah dilakukan asuhan 1)    Kaji tingkat 1)    Derajat


b/d kurang keperawatan 2x24 jam kecemasan kecemasan akan
terpapar diaharapkan kecemasan px pasien dan catat dipengaruhi
terhadap berkurang dengan criteria hasil: adanya tanda- bagaimana informasi
informasi -     Pasien mengungkapkan dan tanda verbal dan tersebut diterima oleh
tentang mendiskusikan rasa nonverbal. individu.
prosedur cemas/takutnya.
tindakan -     Pasien tampak rileks tidak 2)    Beri 2)    Mengungkapkan
pembedahan tegang dan melaporkan kesempatan rasa takut secara
kecemasannya berkurang pasien untuk terbuka dimana rasa
sampai pada tingkat dapat mengungkapkan takut dapat ditujukan.
diatasi. isi pikiran dan
-     Pasien dapat perasaan 3)    Mengetahui
mengungkapkan pemahaman takutnya. respon fisiologis yang
mengenai informasi 3)    Observasi ditimbulkan akibat
pembedahan yang diterima. tanda vital dan kecemasan.
peningkatan 4)    Meningkatkan
respon fisik pengetahuan pasien
pasien. dalam rangka
mengurangi
4)    Beri kecemasan dan
penjelasan kooperatif.
pasien tentang
prosedur 5)    Mengurangi
tindakan operasi, kecemasan dan
harapan dan meningkatkan
akibatnya. pengetahuan.

6)    Mengurangi
5)    Beri perasaan takut dan
penjelasan dan cemas.
suport pada
pasien pada
setiap
melakukan
prosedur
tindakan
6)    Lakukan
orientasi dan
perkenalan
pasien terhadap
ruangan,
petugas, dan
peralatan yang
akan digunakan.

Anda mungkin juga menyukai