Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
P07131219022
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
dari mata kuliah Pendidikan Gizi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa Saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan khususnya kepada dosen
pembimbing Nunung Sri Mulyani, S. Gz, M. Biomed
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
saya, Saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
A. Definisi Alergi
Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi oleh imunoglobulin E (IgE)
yang spesifik terhadap alergen tertentu yang berikatan dengan sel mast atau sel basofil. Ketika
antigen terikat, terjadi silang molekul IgE, sel mast manusia dirangsang untuk berdegranulasi dan
melepaskan histamin, leukotrein, kinin, Plateletes Activating Factor (PAF), dan mediator lain
dari hipersensitivitas, dimana histamin merupakan penyebab utama berbagai macam alergi.
Reaksi hipersensitivitas terjadi akibat aktivitas berlebihan oleh antigen atau gangguan
mekanisme yang akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik. Reaksi timbul akibat
paparan terhadap bahan yang pada umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam
lingkungan. Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dibagi dalam 4 tipe, yaitu tipe I,
II, III, dan IV, dimana hipersensitivitas tipe I merupakan reaksi hipersensitivitas anafilaktik atau
reaksi alergi.
Alergi makanan adalah reaksi sistem imun yang terjadi setelah mengonsumsi beberapa
makanan tertentu. Bahkan sebagian kecil dari makanan dapat memicu tanda dan gejala alergi
seperti masalah pencernaan, gatal-gatal atau saluran napas bengkak. Pada beberapa orang, alergi
makanan dapat menyebabkan gejala yang parah atau reaksi yang mengancam jiwa yang dikenal
sebagai sebagai syok. Alergi makanan berefek pada 6-8% pada anak dibawah umur 3 tahun dan
lebih dari 3% pada orang dewasa. Sangat mudah untuk membedakan alergi makanan dengan
reaksi yang lebih umum yang dikenal sebagai intoleransi makanan. Intoleransi makanan
merupakan reaksi tubuh yang tidak terlalu serius dan tidak melibatkan sistem imun.
Ikan
Kacang
Kacang pohon
Telur
Susu sapi
Gandum
Kedelai
Faktor Risiko
Riwayat keluarga. Seseorang akan memiliki risiko tinggi terhadap alergi makanan jika asma,
eksim, gatal-gatal atau alergi seperti demam serbuk sari sangat umum terjadi dalam keluarga.
Alergi lain. Jika seseorang alergi pada 1 makanan, orang tersebut akan memiliki risiko tinggi
menjadi alergi terhadap hal lain. Sama dengan jika seseorang memiliki 1 tipe reaksi alergi seperti
demam serbuk sari atau eksim, orang tersebut akan memilki risiko tinggi terkena alergi makanan.
Usia. Alergi makanan lebih umum terjadi pada anak, terutama bayi dan anak kecil. Ketika
tumbuh dewasa, sistem pencernaan akan ikut berkembang sehingga penyerapan terhadap
makanan atau komponen makanan yang memicu alergi akan berkurang.
Asma. Asma dan alergi makanan sering terjadi bersamaan. Ketika mereka terjadi bersamaan
gejala menjadi lebih parah.
Alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menganggap protein di dalam
makanan tertentu sebagai ancaman bagi tubuh. Guna meresponsnya, tubuh melepaskan antibodi
yang disebut imunoglobulin E (IgE), guna menetralisir pemicu alergi (alergen) di dalam
makanan tersebut.
Ketika seseorang kembali mengonsumsi makanan tersebut meski hanya sedikit, IgE akan
merangsang tubuh untuk mengeluarkan senyawa kimia yang disebut histamin ke aliran darah.
Histamin inilah yang menyebabkan timbulnya gejala alergi.
Alergi makanan biasanya berlangsung sejak masa kanak-kanak, tetapi kadang juga baru
muncul ketika seseorang sudah dewasa. Makanan yang menyebabkan alergi cenderung berbeda
pada orang dewasa dan anak-anak.
C. Patofisiologi
Patofisiologi alergi terjadi akibat pengaruh mediator pada organ target. Mediator tersebut
dibagi dalam dua kelompok, yaitu mediator yang sudah ada dalam granula sel mast (performed
mediator) dan mediator yang terbentuk kemudian (newly fored mediator). Menurut asalnya
mediator ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu mediator dari sel mast atau basofil (mediator
primer), dan mediator dari sel lain akibat stimulasi oleh mediator primer (mediator sekunder).
Mekanisme alergi terjadi akibat induksi IgE yang spesifik terhadap alergen tertentu
berikatan dengan mediator alergi yaitu sel mast. Reaksi alergi dimulai dengan cross-linking dua
atau lebih IgE yang terikat pada sel mast atau basofil dengan alergen. Rangsang ini meneruskan
sinyal untuk mengaktifkan sistem 12 nukleotida siklik yang meninggikan rasio cGMP terhadap
cAMP dan masuknya ion Ca++ ke dalam sel. Peristiwa ini akan menyebabkan pelepasan
mediator lain.
Mediator yang telah ada di dalam granula sel mast diantaranya histamin, eosinophil
chemotactic factor of anaphylactic (ECF-A), dan neutrophil chemotactic factor (NCF). Histamin
memiliki peranan penting pada fase awal setelah kontak dengan alergen (terutama pada mata,
hidung, dan kulit). Histamin dapat menyebabkan hidung tersumbat, berair, sesak napas, dan kulit
gatal. Histamin menyebabkan kontraksi otot polos bronkus dan menyebabkan bronkokonstriksi.
Pada sistem vaskular menyebabkan dilatasi venula kecil, sedangkan pada pembuluh darah yang
lebih besar konstriksi karena kontraksi otot polos. Histamin meninggikan permeabilitas kapiler
dan venula pasca kapiler. Perubahan vaskular menyebabkan respons wheal-flare (triple respons
dari Lewis) dan jika terjadi secara sistemik dapat menyebabkan hipotensi, urtikaria, dan
angioderma. Pada traktus gastrointestinal, histamin menaikkan sekresi mukosa lambung dan
apabila pelepasan histamin terjadi secara sistemik, aktivitas otot polos usus dapat meningkat dan
menyebabkan diare dan hipermotilitas.
Lakukan langkah-langkah berikut ini guna mencegah reaksi akibat alergi makanan:
Baca kandungan apa saja yang terdapat pada tiap kemasan makanan yang hendak
dikonsumsi.
Bawa makanan ringan bebas alergi jika ingin ke luar rumah. Hal ini akan membantu bila
Anda sulit menemukan makanan bebas alergi
Bila ingin makan di restoran, beritahu pelayan atau juru masak tentang makanan apa saja
yang tidak boleh dikonsumsi.
Pastikan makanan yang dibeli di luar tidak diolah dan disajikan di tempat yang
sebelumnya digunakan untuk mengolah makanan pemicu alergi.
Pada bayi, pengenalan makanan penyebab alergi, seperti kacang, sejak dini dapat
menurunkan risiko terjadinya alergi makanan tersebut di kemudian hari.
Cara terbaik untuk mengatasi alergi makanan adalah dengan secara ketat menghindari makanan
penyebab reaksi. Reaksi ringan sering kali mereda tanpa pengobatan. Namun untuk
menghilangkan ruam, antihistamin dapat membantu mengurangi rasa gatal dan meredakan
hidung tersumbat, serta gejala lain.
Untuk gejala yang lebih serius, kortikosteroid, seperti prednison, akan membantu mengurangi
pembengkakan. Dalam situasi yang genting (mengancam keselamatan jiwa), injeksi epinefrin
dapat mengembalikan kondisi dengan cepat.
Selain mengonsumsi obat yang diresepkan dokter, sebaiknya Anda menjauhi makanan pemicu
alergi. Anda juga dapat bertanya kepada dokter makanan bergizi apa yang bisa menggantikan
fungsi dari makanan pemicu alergi. Dengan begitu, kecukupan nutrisi akan tetap terpenuhi,
meski Anda alergi makanan. Bawalah selalu obat alergi ke mana pun Anda pergi. Saat membeli
makanan atau minuman kemasan, Anda juga mesti rajin membaca komposisinya agar tidak
“kecolongan” mengalami alergi.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12113/5.BAB%20I.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
http://repository.maranatha.edu/1505/3/0210135_Chapter1.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46310/3/Julita_Ashrifah_R_22010111130077_Lap.KTI_Bab2.pdf
https://www.sehatq.com/penyakit/alergi-makanan
https://www.alodokter.com/alergi-makanan
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3623820/kenali-tanda-dan-cara-mengatasi-alergi-
makanan