E DENGAN PENYAKIT
GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT USU MEDAN
SUMATERA UTARA TAHUN 2021
OLEH :
KELOMPOK 2
Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
kelompok 2 dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Tn.E Dengan Penyakit
Gagal Ginjal Kronik di rumah sakit USU Medan Sumatera Utara” untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dalam menyelesaikan
Profesi Ners. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini banyak pihak yang
membantu penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
2. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, slaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ibu Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Prodi Keperawatan
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia dan
sekaligus Dosen Pembimbing Keperawatan Medikal Bedah
4. Bapak Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J Selaku Koordinator Profesi
Ners
5. Ibu Ns. Agnes Marbun, S.Kep, M.Kep Selaku Koordinator Keperawatan Medikal
Bedah
6. Ibu Ns. Lasmarina Sinurat, S.Kep, M.Kep Selaku Dosen Pembimbing
Keperawatan Medikal Bedah
7. Ibu Ns. Indah Septiani Pasaribu, S.Kep, selaku CI di ruang Hemodialisa RS USU
Medan
8. Serta terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara
Indonesia yang telah bersama-sama menyelesaikan tugas makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka
dari itu kami dari Kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Akhir kata Kelompok mengucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
1.4 Manfaat ................................................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis.......................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 7
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data World Health Organization (WHO), Chronic Kidney Disease
(CKD) atau penyakit ginjal kronik telah menyebabkan kematian pada 850.000
orang setiap tahunnya. Angka tersebut menunjukkan bahwa CKD menduduki
peringkat ke-12 tertinggi sebagai penyebab angka kematian dunia. Prevalensi
CKD di dunia menurut ESRD Patients (EndStage Renal Disease) pada tahun
2017 sebanyak 2.241.998 orang, tahun 2018 sebanyak 2.303.354 orang dan tahun
2019 sebanyak 2.372.697 orang. Dari data tersebut disimpulkan adanya
peningkatan angka kesakitan pasien penyakit ginjal kronik tiap tahunnya sebesar
3% (IRR, 2019).
Menurut Chronic Kidney Disease Fact Sheet tahun 2017, diperkirakan 30 juta
atau 15% orang dewasa di Amerika memiliki PGK. 48% dari mereka dengan
penurunan fungsi ginjal yang parah tetapi tanpa dialisis tidak sadar memiliki PGK.
Sebagian besar (96%) orang dengan kerusakan ginjal atau penurunan fungsi ginjal
yang tidak parah juga tidak sadar memiliki PGK. PGK diperkirakan lebih umum
terjadi pada wanita dibanding pria, dengan perbandingan 16% : 13%. Penyakit
ginjal tahap akhir dilaporkan terjadi karena 44% diabetes, 29% hipertensi, 20%
penyebab lain dan 7% tidak diketahui.
CKD merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan pada fungsi ginjal yang
berlangsung lambat dan dapat berujung kematian bila tidak segera ditangani.
Penderita CKD diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal untuk
memperpanjang usia harapan hidup pasien, salah satu terapi yang dapat dilakukan
yaitu hemodialisis (Muttaqin & Kumala Sari, 2011). Hemodialisis (HD)
merupakan terapi pengganti dari fungsi ginjal yang dilakukan 2-3 kali seminggu,
dengan rentang waktu tiap tindakan hemodialisa adalah 4-5 jam, yang bertujuan
untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein dan untuk mengoreksi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit (Lina dan Sari, 2016). Komplikasi
hemodialisis yang sering terjadi diantaranya ialah: hipotensi, kejang otot, mual
dan muntah, nyeri kepala, nyeri dada, nyeri pungung, gatal, demam, dan
menggigil (Jangkup dkk, 2015). Pada umumnya, proses hemodialisis di rumah
sakit dapat menimbulkan stres psikologis (kecemasan) dan fisik yang
mengganggu sistem neurologi seperti kelemahan, fatigue, penurunan konsentrasi,
disorientasi, tremor, seizures, kelemahan pada lengan, nyeri pada telapak kaki,
perubahan tingkah laku dan kecemasan (Julianty, Yustina dan Ardinata, 2015).
Penyakit ginjal kronis dapat mempengaruhi hampir setiap bagian dari tubuh.
Dampaknya antara lain retensi cairan, yang dapat menyebabkan pembengkakan di
lengan dan kaki, tekanan darah tinggi, atau cairan di paru-paru (edema paru),
hiperkalemia, penyakit kardiovaskular, tulang lemah dan
peningkatan risiko patah tulang, anemia, gairah seks menurun atau impotensi,
kerusakan sistem saraf pusat, penurunan respon kekebalan tubuh, perikarditis,
serta kerusakan permanen ginjal (penyakit ginjal stadium akhir), akhirnya
membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal untuk bertahan hidup (Sagita,
2019).
Masalah keperawatan yang biasanya muncul pada pasien dengan penyakit ginjal
adalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, penurunan
curah jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat, nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis, hipervolemi berhubungan dengan
penurunan haluaran urine, deficit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, perfusi
perifer tidak efektif berhubungan dengan perlemahan aliran darah keseluruh
tubuh, intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, dan gangguan
integritas kulit berhubungan dengan pruritus (NANDA, 2015)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn. E Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan : Chronic Kidney Disease (CKD) Diruang Hemodialisa
(HD) Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. E dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Chronic Kidney Disease (CKD)
Diruang Hemodialisa (HD) Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. E dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Chronic Kidney Disease (CKD)
Diruang Hemodialisa (HD) Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
3. Mampu menyusun rencana keperawatan keperawatan pada Tn. E
dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Chronic Kidney Disease (CKD)
Diruang Hemodialisa (HD) Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn. E dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Chronic Kidney Disease (CKD)
Diruang Hemodialisa (HD) Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan
Sistem Perkemihan : Chronic Kidney Disease (CKD) Diruang
Hemodialisa (HD) Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga dalam
penerapan asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD)
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam meningkatkan
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan pada pasien dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) khususnya di bidang keperawatan medikal bedah
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Etiologi memegang peranan penting dalam memperkirakan perjalananklinis
PGK dan penanggulangannya. Penyebab primer PGK juga akan mempengaruhi
manifestasi klinis yang akan sangat membantu diagnosa, contoh: gout akan
menyebabkan nefropati gout. Penyebab terbanyak PGK pada dewasa. ini adalah
nefropati DM, hipertensi, glomerulonefritis, penyakit ginjal herediter seperti
ginjal polikistik dan sindroma alport, uropati obstruksi, dan nefritis interstisial
(Irwan, 2016). Sedangkan di Indonesia, penyebab PGK terbanyak adalah
glomerulonefritis, infeksi saluran kemih (ISK), batu saluran kencing, nefropati
diabetik, nefrosklerosis hipertensi, ginjal polikistik, dsb (Irwan, 2016).
2.13 Manifestasi
Klinis Menurut Smeltzer & Bare dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner& Suddarth 2015, pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh
dipengaruhi oleh kondisi uremia, oleh karena itu pasien akan memperlihatkan
sejumlah tanda dan gejala. Keparahantanda dan gejala tergantung pada bagian
dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari adalah usia pasien.
Berikut merupakan tanda dan gejala gagal ginjal kronis.
1. Kardiovaskuler yaitu yang ditandai dengan adanya hipertensi, pitting edema
(kaki, tangan, sacrum), edema periorbital, friction rub pericardial, serta
pembesaran vena leher. Menurut Doenges (2014), hipervolemia ditandai
dengan penurunan output, oliguria, peningkatan tekanan darah, peningkatan
CVP (Central Venous Pressure), edema, peningkatan berat badan dalam
waktu singkat, edema pulmonal, perubahan pada status mental, kegelisahan,
penurunan hemoglobin/hematokrit, dan ketidakseimbangan elektrolit.
2. Integumen yaitu yang ditandai dengan warna kulit abu-abu mengkilat, kulit
kering dan bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh serta rambut
tipis dan kasar.
3. Pulmoner yaitu yang ditandai dengan krekels, sputum kental dan liat, napas
dangkal serta pernapasan kussmaul. Menurut penelitian Pradesya (2015)
salah satu kondisi patologis yang umum terjadi karena penyakit PGK yaitu
terjadinya edema paru yang disebabkan kombinasi penumpukan cairan
(karena kenaikan tekanan intravaskuler atau penurunan intravaskuler) pada
alveoli sehingga terjadi gangguan pertukaran gas secara progresif yang
mengakibatkan hipoksia yang dapat mengancam jiwa.
4. Gastrointestinal yaitu yang ditandai dengan napas berbau ammonia, ulserasi
dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual dan muntah, konstipasi dan
diare, serta perdarahan dari saluran GI. Menurut Kant dan Graubard (2010),
salah satu faktor yang mempengaruhi proses defekasi adalah asupan cairan.
Air memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai media eliminasi sisa
metabolisme. Hal ini didukung dengan teori Potter dan Perry (2006) yang
menyatakan bahwa salah satu fungsi air adalah sebagai penghancur makanan.
Sedangkan pasien PGK dibatasi asupan cairan, buah, dan sayurnya, sehingga
dapat terjadi konstipasi.
5. Neurologi yaitu yang ditandai dengan kelemahan dan keletihan, konfusi,
disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
serta perubahan perilaku.
6. Muskuloskletal yaitu yang ditandai dengan kram otot, kekuatan otot hilang,
fraktur tulang serta foot drop.
7. Reproduktif yaitu yang ditandai dengan amenore dan atrofi testikuler.
Selain itu, tanda dan gejala lain PGK menurut Suhardjono (2009) adalah
penurunan kadar hemoglobin. Anemia terjadi pada 80-90% pasien PGK,
terutama bila sudah mencapai stadium III. Anemia terutama disebabkan oleh
defisiensi Erythropoietic Stimulating Factors (ESF). Kemudian menurut
National Kidney Foundation (2002), dalam keadaan normal 90%
eritropoietin (EPO) dihasilkan di ginjal tepatnya oleh juxtaglomerulus dan
hanya 10% yang diproduksi di hati. Eritropoietin mempengaruhi produksi
eritrosit dengan merangsang proliferasi, diferensiasi dan maturasi prekursor
eritroid. Keadaan anemia ini terjadi karena defisiensi eritropoietin yang
dihasilkan oleh sel peritubular sebagai respon hipoksia lokal akibat
pengurangan parenkim ginjal fungsional. Lalu menurut Sukandar (2006),
faktor lain yang dapat menyebabkan anemia pada PGK adalah defisiensi
besi, defisiensi besi, defisiensi vitamin, penurunan masa hidup eritrosit yang
mengalami hemolisis, dan akibat perdarahan. Tanda dan gejala yang
ditunjukkan antara lain lemas, kelelahan, sakit kepala, masalah dengan
konsentrasi, pucat, pusing, kesulitan bernapas atau sesak napas, dan nyeri
dada.
2.1.4 Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth(2002),Slamet Suyono(2001) dan SylviaA. Price,
(2000) adalah sebagai berikut : Gagal ginjal merupakan suatu keadaanklinis
kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel dari berbagai
penyebabdiantaranya infeksi, penyakiy peradangan, penyakit
vaskular hipertensif,gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital dan
herediter, penyakitmetabolik (DM, Hipertiroidisme), Nefropati toksik
(penyalahgunaan analgesik),nefropati obstruktif(saluran kemih bagian atas dan
saluran kemih bagian bawah).
Pada saat fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
yangnormalnya di ekskresikan kedalam urine menjadi tertimbun didalam
darah,sehingga terjadinya uremia dan mempengaruhi sistem sistem tubuh,
akibatsemakin banyaknya tertimbun produk sampah metabolik, sehingga kerja
ginjalakan semakin berat. Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai
akibat dan
penurunan jumlah glomeruli yang dapat menyebabkan penurunan klirens. Substa
nsi darahyang seharusnya dibersihkan, tetapi ginjal tidak mampu untuk
memfiltrasinya.
2.1.7 Penatalaksanaan
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta,
derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal,
factor resiko untuk penurunan fungsi ginjal, dan factor risiko untuk penyakit
kardiovaskular.Penatalksanaan menurut Nurarif, Huda A. 2015 yaitu:
1. Terapi penyakit ginjal
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Penghambatan penurunan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6. Terapi pengganti ginjal dengan dialysis atau transplantasi jikatimbul gejala
dan tanda uremia
Sedangkan menurut Corwin dalam Buku Saku Patofisiologi Ed.3,2009
pengobatan perlu dimodifikasi seiring dengan perburukan penyakit, yaitu:
1. Untuk gagal ginjal stadium 1, 2, dan 3 tujuan pengobatan adalah
memperlambat kerusakan ginjal lebih lanjut, terutama dengan membatasi
aspan protein dan pemberian obat-obat anti hipertensi. Inhibitor enzim
pengubah-angiotensin (ACE) terutama membantu dalam memperlambat
perburukan.
2. Renal anemia management period, RAMP diajukan karena adanya hubungan
antara gagal jantung kongestif da anemia terkait dengan penyakit gagal ginjal
kronis. RAMP adalah batasan waktu setelah suatu awitan penyakit ginjal
kronis saat diagnosis dini dan pengobatan anemia
3. memperlambat progresi penyakit ginjal, memperlambat komplikasi
kardiovaskular, dan memperbaiki kualitas hidup. Pengobatan anemia
dilakukan dengan memberikan eritropoitein manusia rekombinan (rHuEPO).
Obat ini terbukti secara dramatis memperbaiki fungsi jantung secara
bermakna.
4. Pada stadium lanjut, terapi ditujukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
5. Pada penyakit stadium akhir, terapi berupa dialysis atau transplantasi ginjal
6. Pada semua stadium, pencegahan infeksi perlu dilakukan.
Hasil (SLKI)
Hasil (SLKI)
6. Warna kulit - Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
abnormal (mis.
pucat, kebiruan) - Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
7. Kesadaran
- Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
menurun
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
2 D.0009 Perfusi L.02011 Perfusi I.02079 Perawatan Sirkulasi
perifer tidak Observasi
efektif Perifer
- Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler,
berhubungan
dengan Ekspektasi: warna, suhu, ankle brachial index)
penurunan - Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi ( mis. Diabetes, perokok,
konsentrasi meningkat Kriteria
orang tua
hemoglobin. hasil:
- Denyut nadi
perifer
No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
Hasil (SLKI)
1. Edema membaik hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
2. Penyembuhan
luka lambat - Tekanan I.06195 Manajemen Sensasi Perifer
darah sistolik Observasi
3. Indeks membaik
ankle-brachial - Identifikasi penyebab perubahan sensasi
<0,90 - Tekanan darah - Identifikasi penggunaan alat pengikat, prosthesis, sepatu, dan pakaian
diastolik
4. Bruit femoralis membaik - Periksa perbedaan sensasi tajam dan tumpul
- Tekanan arteri - Periksa perbedaan sensasi panas dan dingin
rata-rata
- Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda
membaik
- Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
- Indeks
ankle-brachial - Monitor perubahan kulit
membaik
- Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena
Teraupetik
- Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas
atau dingin)
Edukasi
- Anjurkan penggunaan thermometer untuk menguji suhu air
- Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat memasak
- Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah
No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
- Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
3.1 Pengkajian
Terapeutik : - Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
Edukasi : - Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam
6 jam
- Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cronik Kidney Desease adalah suatu gangguan fungsi renal yang
progresifirreversible yang disebabkan oleh adanya penimbunan limbah
metabolik di dalamdarah, sehingga kemampuan tubuh tidak mampu
mengekskresikan sisa- sisa sampahmetabolisme dan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penyebab GGK termasuk
glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler(nefrosklerosis), proses
obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agennefrotik (amino
glikosida), penyakit endokrin (diabetes).
Manifestasi klinik menurut suyono (2001) adalah sebagai berikut :
sistemkardiovaskuler: hipertensi, pitting edema, edema periorbital,
pembesaran vena leher,friction sub pericardial. sistem pulmoner: krekel,
nafas dangkal, kusmaull, sputumkental dan liat. sistem gastrointestinal:
anoreksia, mual dan muntah, perdarahansaluran GI, ulserasi dan pardarahan
mulut, nafas berbau ammonia. sistemmusculoskeletal: kram otot.
4.2 Saran
a) Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta
upaya pencegahan penyakit Gagal Ginjal Kronik agar terciptanya kesehata
n masyarakat yang lebih baik.
b) Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Gagal Ginjal
Akutlebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari
penyakitGagal Ginjal Kronik.