Setelah itu, si Ustadz beralih ke dada ratanya gue. Menyesap nipple gue
yang membuat gue menggeliat geli dan bibir ini juga tanpa sadari
mengeram.
"Emmhh~~"
Mengeram, sambil mengigit bibir bawah agar erangan gue tidak pecah.
Dan itu akan sangat memalukan untuk seorang laki- laki mengeram, tapi
si Ustadz berkata lain; "Aku suka eranganmu" , Ucapanya setelah
melepaskan nipple dan menatap gue.
Gue yang ditatap dengan tatapan lain dari si Ustadz tergerak, meraih
tubuh si Ustadz untuk tidur diatas gue, dan gue juga menciumi bibirnya
secara bergairah, sama seperti yang dilakuin si Ustadz ke gue.
Kita saling berciuman, membuat sebuah decakan berisik di malam yang
sunyi.
Disela-sela ciuman kita, si Ustadz membuka bajunya sendiri dan
menampilkan tubuh indah, yang membuat gue menelan ludah kasar.
Setelah bajunya terbuka, si Ustadz kembali menciumi bibir gue, leher,
hingga dada gue pun tak luput dari jangkauannya. Dan dia juga secara
tak gue sadari sudah membuka celana gue.
Gue baru tersadar setelah merasakan paha gue dingin. Tapi si Ustadz
buru-buru membuatnya kembali hangat dengan menciumi paha gue.
Yang membuat gue duduk kembali dan menonton aksinya degan
keterkekjutan.
Walaupun celana gue udah terbuaka, tapi celana dalam gue masih utuh
di tempatnya.
Ini adalah momen pertama gue diperlakukan seperti ini oleh seseorang ,
sehingga gue gak tau harus bagaimana gue menanggapinya.
"Ustadz", Panggil gue. Karena saa tini gue bener-bener merasakan
sesutu yang sulit gue jelaskan.
Si Ustadz yang sedang menciumi paha gue, berhenti, lalu menatap ke
arah gue.
"Em"
"Ustadz, boleh gak gue melalukannya dengan mata tertutup"
Karena, sebenernya gue malu menyaksikan ini semua.
Si Ustadz mengangguk, lalu mengeluarkan slayer dari dalam saku
celananya, dan menutup mata gue menggunakan slayernya.
Dan saat ini hanya kegelapan yang gue lihat. Tapi di dalam kegelapan
ini tubuh gue lebih sensitif dengan sentuhan-sentuhan ringan.
Selah itu gue gak tau, apa yang dilakukan si Ustadz, tapi gue bisa
merasakan celana dalam gue merosot.
Gue tau, hal ini akan terjadi sehingga gue hanya pasrah yang akan
dilakukan si Ustad.
Setelah itu, gue merasakan bibir ini kembali dicium dengan diiringi
sesutau yang lain, yang gue rasakan. Seperti kaki ini tiba-tiba terangkat
dan menumpuk disuatu bagian yang terasa hangat. "Katanya, di awal
akan terasa sakit. Tapi setelah nya akan terasa lebih baik" , Bisik si
Ustadz dan gue hanya mengangguk.
Setelah gue mengangguk, gue merasakan benda asing yang terasa dingin
merayap kebagian bawah gue dan itubener-bener bikin gue gugup.
Lalu setelah itu gue merasakan sedikit rasa sakit dibagian bawah gue.
Apakah si Ustadz udah memulainya ? Apakah si Ustadz udah
memasukannya ? Karena ini udah terasa sakit, tapi gak begitu sakit.
Gue mengeram, menahan rasa sakit yang tidak begitu menyakitkan.
Gue belumt erbiasa dengan rasa aneh ini. Rasanya seperti ada sesuatu
yang mengorek-ngorek bagian bawah gue.
"Bagaimana ?" , Tanya siUstadz.
"Gak begitu sakit, Cuman masih aneh aja"
Setelah gue menjawab seperti itu, gue merasakan sesuatu yang lebih
sakit lagi, tapi tidak begitu sakit. Masih bisa gue tahan. Dan karnanya
gue mengeram lebih dalam lagi.
"Emmhh~~"
"Kalo yang ini bagaimana?"
"Gak terlalu sakit~h" , Jawab gue sambil merasakan sensani aneh yang
perlahan gue mulai terbiasa. Dan merasakan sesuatu kenyamanan di
sana.
Apakah ini yang disebut dosa ternikmat ?
Dan setelah gue menjawab seperti itu, tiba- tiba gue merasakan sesuatu
yang lebih lebih sakit dari pada yang tadi. Ini sakit banget.
Kenapa sakitnya berbeda-beda?Yah, sayang sekali mata gue tertutup jadi
gue gak tau kenapa dan si Ustadz juga gak ngasih tau. Dia cuman bilang;
"Apakah ini sakit?"
"Apakah sudah jauh lebih baik?"
Gue menahan jeritan, dengan mengigit bibir bawah, tapi benda hangat
mengambil alih bibir ini untuk tidak mengigit lagi.
Gue yang tau apa itu, menyesapnya, menumpahkan rasa sakit lewat
sebuah ciuman.
Dan benar saja, dengan berciuman gue gak begitu memikirkan rasa sakit
di bagian bawah gue. "Aku akan memulainya" , Ucap si Ustadz di sela-
sela ciumankita.
"Terus yang tadi apa?"
"Jari"
" ....."
Gue yang mendengar ucapan si Ustadz menjawabnya melalui
memperdalam ciuman. Karena gue tau, ini akan lebih menyakitkan dari
sebelumnya. Gue gak tau sebesar apa yang punya si Ustadz. Tapi gue
rasanya keknya lebih dari yang gue. Dan juga bagian bawah gue bener-
bener sakit.
Gue memeluk erat tubuh si Ustadz untuk mengalihkan rasa sakit.
Mengambil semua bibirnya si Ustadz, seakan gue akan memakannya.
Karena rasa sakit ini bener- bener bikin gue gak bisa berpikir dengan
baik. Mungkin bibirnya si Ustadz juga terluka, karena gue bisa
merasakan ironis darah di sela-sela ciuman bergairah kita. Dan bibir gue
juga udah gak karuan rasanya, tapi ini terasa nikmat.
Gue gak bisa memikirkan apapun saat ini, selain menuntut kesenangan
dari si Ustadz.
Di awal memang terasa sakit, tapi setelah berjalannya waktu, gue mulai
terbiasa dengan rasa sakit itu dan merasa yang kata orang, dosa
ternikmat.
Setelah gue merasa lebih baik, gue memberanikan membuka slayer yang
menutup mata gue.
Dan setelah slayer itu terlepas, hal pertama yang gue lihat adalah wajah
sexy si Ustadz yang sedang menambarak habis dinding terdalam tubuh
ini. Sehingga gue merasakan bagian bawah gue terasa penuh dan panas.
"Apakah ini jauh lebih baik"
sambil mengangguk.