Anda di halaman 1dari 21

NSPK

PRASARANA
WILAYAH & KOTA

OZHA ALMERO
31202000049
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Norma, Standar, Prosedur, dan
Kriteria (NSPK) Prasarana
Wilayah dan Kota

AIR BERSIH, LISTRIK, TELEKOMUNIKASI, SAMPAH, DRAINASE,


SANITASI, DAN JALAN
a. Definisi NPSK
Permen pupr 40/prt/m/2015 tentang pembentukan dan evaluasi produk hukum diKemen PUPR

• Norma yaitu pedoman atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan untuk penyelenggaraan
pemerintahan

• Standar yaitu acuan yang dipakai sebagai patokan dalam penyelenggaraan pemerintahan

• Prosedur yaitu metode atau tata cara untuk penyelenggaraan pemerintahan

• Kriteria yaitu ukuran yang dipergunakan sebagai dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan
serta memuat pengaturan rinci yang bersifat teknis dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
b. Hierarki NSPK
UU 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Pasal 7 ayat (1)
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah Provinsi; dan
6. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
7. Kekuatan hukum sesuai dengan hierarki di atas.
1. Air Minum
Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 Pasal 1 ayat 5 Air Minum adalah air yang melalui
pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum

PP 122 tahun 2015 tentang SPAM


Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan satu kesatuan sarana
dan prasarana penyediaan Air Minum
Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan
pengelolaan sarana dan prasarana yang mengikuti proses dasar manajemen untuk penyediaan
Air Minum kepada masyarakat
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan ketersediaan sarana dan
prasarana SPAM dalam rangka memenuhi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas Air Minum yang
meliputi pembangunan baru, peningkatan, dan perluasan
Pengelolaan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan kemanfaatan fungsi sarana
dan prasarana SPAM terbangun yang meliputi operasi dan pemeliharaan, perbaikan, peningkatan
sumber daya manusia, serta kelembagaan
2. Litsrik
Menurut UU No.30 Tahun 2009 Tenaga Kelistrikan Pasal 1 ayat 1

1. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan


tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.

2. Tenaga listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan
didistribusikan untuk segala macam keperluan, tetapi tidak meliputi listrik yang dipakai untuk
komunikasi, elektronika, atauisyarat.

3. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan tenaga listrik meliputi pembangkitan,
transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga listrik kepada konsumen.
Pembangunan ketenagalistrikan menganut asas:
a. manfaat;
b. efisiensi berkeadilan;
c. berkelanjutan;
d. optimalisasi ekonomi dalam pemanfaatan sumber
daya energi;
e. mengandalkan pada kemampuan sendiri;
f. kaidah usaha yang sehat;
g. keamanan dan keselamatan;
h. kelestarian fungsi lingkungan; dan
i. otonomi daerah.
Pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk
menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang
cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara adil dan merata sertamewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.
3. Telekomunikasi
Dalam UU No.36 Tahun 1999 Paragraf 15 Tentang Telekomunikasi

Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan atau penerimaan dari hasil informasi
dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik,
radio, atau sistem elektromagnetik lainnya
Pada UU No 11. Tahun 2020 Pasal 30 Ayat (2)

Peyelenggara telekomunikasi khusus yang menyelenggarakan jaringan dan atau jasa


telekomunikasi dapat melanjutkan penyelenggaraan jaringan dan atau jasa telekomunikasi
denganpertimbangan investasi yang telah dilakukannya dan kesinambungan pelayanan kepada
pengguna. Dalam hal ini penyelenggara telekomunikasi khusus yang bersangkutan wajib
memenuhi seluruh ketentuan yang berlaku bagi penyelenggaraan jaringan dan/atau asa
telekomunikasi
4. Sampah
UU No.18 Tahun 2008 yang mengatur tentang Pengelolaan Sampah

Dalam Pasal 1 ayat (1) sampai ayat (5)

1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusiadan/atau proses alam yang berbentuk padat.

2. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukanpengelolaan
khusus.

3. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.

4. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah.

5. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah.


Dalam UU 18 Tahun 2008 Pasal 3

Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan,


asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas
keamanan, dan asas nilai ekonomi.

Dalam UU 18 Tahun 2008 Pasal 4

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas


lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
5. Drainase
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 ayat
(2) sampai ayat (5)

2. Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan adalah upaya merencanakan, melaksanakan


konstruksi, mengoperasikan, memelihara, memantau, dan mengevaluasi sistem fisik dan non
fisik drainase perkotaan.

3. Sistem Drainase Perkotaan adalah satu kesatuan sistem teknis dan non teknis dari prasarana
dan Sarana Drainase perkotaan.
4. Prasarana Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah,
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungsi menyalurkan
kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima.

5. Sarana Drainase adalah Bangunan Pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut mengatur
dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati jalan, belokan daerah
curam, bangunan tersebut seperti gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan,
jembatan, tali-tali air, pompa, pintu air.
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:

a. mewujudkan Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan yang memenuhi persyaratan tertib


administrasi, ketentuan teknis, ramah lingkungan dan memenuhi keandalan pelayanan;

b. menciptakan lingkungan permukiman yang sehat dan bebas genangan; dan

c. meningkatkan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian air.


6. Sanitasi
Bab IV : PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR, UU 7/2004SDA.

• Pasal 40 (6) : Pengaturan dan pengembangan SPAM sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diselenggarakan secara terpadu dengan

pengembangan Prasarana dan Sarana Sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

21 ayat (2) huruf(d).


Kebijakan Pemerintah dalam menangani sanitasi

Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem setempatmaupun sistem
terpusat di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat

Strategi :

Peningkatan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem

setempat (on site) di perkotaan dan perdesaan melalui sistem komunal;

Peningkatan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem

terpusat(offsite) di kawasan perkotaan metropolitan dan besar.


7.Jalan
UU 38 tahun 2004 adalah UU yang mengatur tentang Jalan

•Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel
Dalam ketentuan umum UU 38 tahun 2004 tentang Jalan, ada beberapa Jalan yang berada
dalam lingkup pengaturan UU 38 tahun 2004 tentang Jalan ini adalah:

a) jalan umum yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan;

b) Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

c) jalan tol yang meliputi pengaturan, pembinaan, pengusahaan, dan pengawasan; dan jalan tol
adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional
yang penggunanya diwajibkan membayar tol.
Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan mengatur mengenai keseimbangan antara
hak perseorangan atas tanah dan keharusan pembangunan jalan untuk kepentingan umum. Oleh
karena itu, penggunaan tanah harus bermanfaat bagi masyarakat, negara, dan bagi pemegang
hak atas tanah. Tanah masyarakat yang terkena pembangunan jalan diberikan ganti kerugian
berdasarkan kesepakatan. Akan tetapi, apabila kesepakatan tidak tercapai, dilakukan
pencabutan hak atas tanah.
Sekian Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai