Siti Amalia Karyanto (1) , Putri Ayu Hamdani (2) , Rachmah Islachah Agustina(3) ,
Aninda Via Ristanti (4), M. Adi Ramadhiansyah(5) , Novanda Ardyanzah6)
1-6
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN, UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA
E-mail: s.amalia63@yahoo.com
7
DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN KKN-PPM, UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA
E-mail: @gmail.com
ABSTRAK
Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) tidak hanya sebagai bumbu masakan dan
obat, tetapi jika ditekuni dengan sepenuh hati akan memberi nilai kepuasan, bahkan sebagai
penopang kehidupan. keluarga yang telah memanfaatkan tanaman obat sejak lama di Desa
Kemantren, Kecamatan Tulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan TOGA
memerlukan pengetahuan, perjuangan untuk mengembangkan TOGA dan keinginan-
keinginan. Pengetahuan diperoleh tidak hanya dari warisan keluarga dan membaca tetapi
dapat ditingkatkan dengan adanya pujian dan jalinan kerja, baik dengan Dinas Kesehatan
atau teman seprofesi. Perjuangan pengembangan TOGA dimulai dengan tahap jamu
gendong, mengikuti pameran, dan pembuatan jamu instan. Pemanfaatan TOGA akan
memberikan nilai ekonomis, nilai keindahan, dan nilai kepuasan.
Lokasi yang digunakan untuk Kegiatan Toga Instan dilaksanakan di Rumah Bapak RT
05 RW 02 Desa Kemantren, Kecamatan Tulangan. Penelitihan ini diharapkan agar
masyarakat desa tulangan mengetahui manfaat toga instan.
PENDAHULUAN
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang
berkhasiat sebagai obat. Obat adalah suatu bahan atau panduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah
dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia. Obat dapat bersifat sebagai obat jika sesuai dengan dosis dan waktu yang tepat. Obat
juga bersifat racun bagi tubuh. Hal ini menyebabkan pemberian obat kurang dapat
menyembuhkan karena salah penggunaan dan dosis yang tidak tepat. Banyak masyarakat
yang masih belum paham akan pemanfaatan tanaman obat keluarga. Masyarakat sering salah
dalam menentukan bahan baku dalam pembuatan obat tradisional dan tidak mengerti cara
untuk mengolah bahan tersebut. Ini dapat menyebabkan efek samping yang berbeda bagi tiap
orang jika dosis obat diberikan secara berlebihan. Semakin banyak masyarakat yang menaruh
perhatian terhadap penggunaan obat yang rasional demi kepentingan keluarga. Menurut
(WHO, 1992), penggunaan obat rasional mensyaratkan pasien menerima pengobatan yang
sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dengan dosis yang tepat, jangka waktu pemberian obat
yang benar, dan mendapatkan harga obat yang paling murah. Untuk bayi terutama bayi usia
balita, dianjurkan untuk tidak memberikan obat bebas tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan
kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah
dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem pendukung keputusan bertujuan
untuk menyediakan informasi, membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada
pengguna informasi agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih baik.
LANDASAN TEORI
A. Tanaman Obat Keluaga (TOGA)
Kegiatan menanami pekarangan dengan tananam obat dikenal dengan nama toga.
Program yang dahulu dinamai apoetik hidup ini tengah digunakan oleh pemerintah indonesia.
Istilah toga lebih mengacu kepada penataan pekarangan. Jadi tidak berarti tanaman yang
hanya tanaman hias yang berkhasiat obat. Tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau
bumbu dapur, tananam pagar, tanaman buah, tanaman sayur, atau bahkan tananam liar pun
dapat ditata di pekarangan sebagai toga. Selain sebagai bahan obat bagi anggota keluarga
yang sakit, tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk aneka keperluan sesuai dengan
kegunaan lainnya.
Toga adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Tanaman obat keluarga pada
hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan
untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi
keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya
dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Untuk memperoleh pengobatan yang ideal seorang pengobat herbal harus pandai dan cermat
dalam membuat formula tanaman obat. Formula yang digunakan dalam pengobatan haruslah
sesuai dengan kondisi pasien yang berobat.kondisi pasien sangat berkaitan dengan dosis dan
tingkat keberhasilan dalan pengobatan herbal.
Tanaman obat keluarga pada dasarnya adalah tanaman yang ditanam di halaman
rumah, kebun ataupun sebidang tanah yang dimanfaatkan sebagai budidaya tanaman yang
berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan.
Tanaman obat keluarga juga berfungsi sebagai pemanfaatan lingkungan di sekitar rumah dan
kebun. Di era sekarang semakin banyak keluarga yang sadar betul apa manfaat dari tanaman
obat itu sendiri. Kalau kita kaji lebih dalam sungguh banyak sekali khasiat dari tanaman obat
keluarga tersebut. Banyak pula jenis nya. Sebagai contoh kumis kucing, sambiloto, lidah
kucing dan lidah buaya. Tentunya tanaman obat ini sudah banyak di ketahui khasiatnya.
Mulai dari kumis kucing yang berkhasiat sebagai obat pada penyakit pada saluran kencing
seperti infeksi ginjal, infeksi kandung kemih, kencing batu dan encok atau kita bisa juga
menanam tanaman pengusir nyamuk. Yang dimaksud dengan TOGA adalah Taman Obat
Keluarga. Kata “Taman” menunjukakan adanya suatu usaha untuk meningkatkan nilai
estetika tanaman dalam hal ini tanaman obat dengan adanya pengaturan yang sesuai dengan
potensi lahan dan enak dipandang mata. Sedangkan kata “Keluarga” menunjukkan “taman
obat” ini berfungsi untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga dan dibuat di
lingkungan keluarga, yaitu di pekarangan rumah, dapat juga di pekarangan sekolah atau
kantor. Pekarangan biasanya memiliki luas lahan terbatas, maka jenis tanaman obat sebaiknya
dipilih yang penting dan bermanfaat untuk keperluan menjaga kesehatan keluarga sehari –
hari.
Dewasa ini obat-obatan modern sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Obat-obatan itu dalam berbagai bentuk sudah dijual bebas dan mudah sekali didapatkan
dengan harga yang relatif terjangkau seluruh lapisan masyarakat. Akhir-akhir ini trend
pengobatan modern cenderung kembali ke tanaman obat yang digunakan secara
tradisional.Ada beberapa alasan yang mendasari kecendrungan ini. Misalnya,tanaman obat
yang digunakan secara tepat, tidak atau kurang menimbulkan efek samping dibandingkan
dengan obat-obatan modern terutaman yang dibuat dari bahan sintesis. Alasan lain,obat-
obatan tradisional juga lebih tepat untuk digunakan sebagai penyakit atau untuk menjaga
kesehatan. Tanaman obat merupakan salah satu sumber daya yang sudah ada sejak dahulu
kala dimanfaatkan oleh nenek moyang kita dalam upaya mengatasi masalah kesehatan dengan
menjadikan berbagai ramuan bahan tanaman obat. Oleh karena itu pemanfaatan tanaman obat
keluarga (TOGA) perlu dikembangkan dan disebar luaskan di masyarakat terutama untuk ibu-
ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga sangat berperan dalam masalah kesehatan, sehingga
apabila anggota keluarga ada yang sakit maka ibu rumah tanggalah yang melakukan
pencegahan pertama dalam mengatasi masalah kesehatan. Namun dewasa ini banyak
kecenderungan perubahan sikap konsumen dalam masalah mengkonsumsi obatobatan untuk
kesehatan. Kesehatan bagi kelangsungan hidup kita sangat penting sekali, karena tanpa
kesehatan kita tidak dapat melakukan berbagai aktivitas yang dapat mempertahankan hidup di
dunia ini.
Khalayak Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat di Desa Kemantren, Kecamatan Tulangan,
Kabupaten Sidoarjo. Masyarakat diharapkan mempunyai semangat dan gairah dalam
mengembangkan tanaman obatan keluarga.
Metoda Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan dilapangan meliputi:
1. Memberikan penyuluhan dan pelatihan.
2. Mengenalkan budaya akan tanaman hijau dan obatan tradisional.
Alat:
Parutan
Saringan
Sendok
Wajan
Kompor
Sutil Kayu
Jampel
Langkah-Langkah Pembuatan:
1. Timbang jahe ½ kg.
2. Jahe di cuci dan bagian yang busuk dibuang.
3. Kemudian jahe dihancurkan atau di parut.
4. Jahe yang sudah dihancurkan ditambah dengan air 500 ml, kemudian disaring
sehingga terpisah antara cairan dengan ampasnya.
5. Cairan yang dihasilkan diendapkan selama semalam. Kemudian cairan yang sudah di
endapkan dipisahkan dari endapannya.
6. Larutan yang sudah dipisah dari endapannya dimasukkan dalam wajan dan ditambah
dengan gula.
7. Masak dengan api sedang sambil diaduk.
8. Lakukan pengadukan sampai sempurna. Larutan akan mendidih dan menimbulkan
busa.
9. Ketika busa mulai turun, dan larutan berubah menjadi serbuk, matikan api dan
pengadukan dilakukan terus menerus dan semakin cepat.
10. Kemudian jahe instan yang dihasilkan karena masih menggumpal di blender dan di
ayak agar menghasilkan jahe instan yang sempurna.
11. Setelah proses pengayakan selesai, jahe instan di diamkan sampai dingin.
12. Setelah dingin jahe instan siap dikemas.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Dalimartha Setiawan. 2008. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Hepatitis.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Santoso. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Cetakan I.
Turana Yuda. 2003. Seberapa Besar Manfaat Pengobatan Alternatif. Jakarta: EGC
Ahyari Agus. 1992. Manajemen Produksi. Jilid 1. Yogyakarta: Buffa, E
Anwar, A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan : Tinjauan Kritis.
Bogor: P4Wpress