FALSAFAH,ETIKA,PRINSIP
PERAN PENYULUHAN
Falsafah Penyuluhan
Pengertian
Arti kata Falsafah (KBBI)anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling
dasar yang dimiliki oleh orang atau masyarakat; pandangan hidup;
Pang S. Asngari (2001) bahwa falsafah itu memberikan arah dan merupakan
pedoman bagi suksesnya kegiatan yang dilaksanakan. Selanjutnya
dikemukakan bahwa filosofi dalam bahasa Yunani, berarti cinta akan
kebenaran (love of wisdom). Untuk memperoleh kebenaran tersebut perlulah
disusun informasi secara tertib dan sistematik. Peranan metode ilmiah
melandasi sistematika penyusunan informasi tersebut.
Butt (1961) dalam Mardikanto (1993) mengartikan falsafah sebagai landasan
pemikiran.
Sedangkan Dahama dan Bhatnagar (1980), mengartikan falsafah sebagai
landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala
sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam praktek.
Kesley dan Hearne (1955) dalam Mardikanto (1993) menyatakan bahwa
falsafah penyuluhan harus berpijak kepada pentingnya pengembangan
individu di dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya. Karena
itu, ia mengemukakan bahwa : falsafah penyuluhan adalah bekerja bersama
masyarkat untuk membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkatnya
sebagai manusia.
Falsafah Penyuluhan
Pengertian
Paradigma baru ini memang perlu, bukan untuk mengubah prinsip-prinsip penyuluhan tetapi untuk mampu
merespon tantangan-tantangan baru yang muncul dari situasi baru itu. Paradigma baru itu adalah sebagai
berikut :
1. Jasa Informasi
Bertani adalah profesi para petani, dalam keadaan bagaimanapun petani akan
tetap bertani (kecuali dia pindah profesi) dan selalu berusaha dapat bertani
dengan lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu yang mereka perlukan adalah
informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya;
2. Lokalitas.
Akibat dari adanya desentralisasi dan kemudian otonomi daerah, penyuluhan
pertanian harus lebih memusatkan perhatian pada kebutuhan pertanian dan
petani di daerah kerjanya masing-masing.
3. Berorientasi agribisnis.
Usahatani adalah bisnis, karena semua petani melakukan usahatani dengan motif
mendapatkan keuntungan. Kebutuhan keluarga petani pada saat ini telah sangat
berkembang dibandingkan beberapa tahun sebelumnya;
Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian (Slamet, 2001
Paradigma baru ini memang perlu, bukan untuk mengubah prinsip-prinsip penyuluhan tetapi
untuk mampu merespon tantangan-tantangan baru yang muncul dari situasi baru itu. Paradigma
baru itu adalah sebagai berikut :
4. Pendekatan Kelompok.
Materi-materi penyuluhan pertanian seperti dibahas pada butir-butir di atas disajikan
kepada para petani tidak dengan pendekatan individual, tetapi melalui pendekatan
individual.
Kepentingan petani harus selalu menjadi titik pusat perhatian penyuluhan pertanian,
Paradigma baru ini memang perlu, bukan untuk mengubah prinsip-prinsip penyuluhan tetapi untuk mampu merespon tantangan-
tantangan baru yang muncul dari situasi baru itu. Paradigma baru itu adalah sebagai berikut :
6. Pendekatan humanistik-egaliter.
Agar berhasil baik penyuluhan pertanian harus disajikan kepada petani dengan menempatkan petani dalam kedudukan
yang sejajar dengan penyuluhnya, dan diperlakukan secara humanistik dalam arti mereka dihadapi sebagai manusia
yang memiliki kepentingan, kebutuhan, pendapat, pengalaman, kemampuan, harga diri, dan martabat;
7) Profesionalism.
Penyuluhan pertanian di masa depan harus dapat dilaksanakan secara profesional dalam arti penyuluhan itu tepat dan
benar secara teknis, sosial, budaya dan politik serta efektif karena direncanakan;
8) Akuntabilitas.
Akuntabilitas atau pertanggung-jawaban, maksudnya setiap hal yang dilakukan dalam rangka penyuluhan pertanian
harus difikirkan, direncanakan, dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar proses dan hasilnya dapat
dipertanggung-jawabkan;
9) Memuaskan Petani.
Apapun yang dilakukan dalam penyuluhan pertanian haruslah membuah-kan rasa puas pada para petani yang bersangkutan dan
Paradigma penyuluhan
tercantum pada Pasal 2
UU 16 tahun 2006
“Penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi, manfaat,
kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerja sama,
partisipatif, kemitraan, berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan,
dan bertanggung gugat”.