Anda di halaman 1dari 7

Nama : Novita Nurul Hidayah

Nim : P07131219022

Prodi : DIV Gizi Reg A Tk II

Resume

KONSELING ASI SAAT BENCANA

Konseling menyusui merupakan salah satu upaya yang dapat diambil oleh
pemerintah dalam tujuh tindakan untuk mendorong kemajuan dalam menyusui
yaitu dengan meningkatkan akses ibu ke konseling menyusui terampil di fasilitas
kesehatan. Adanya kebutuhan untuk mendengarkan dan menerima pendapat ibu
tanpa penilaian dan membantu ibu untuk membuat pilihan terbaik berdasarkan
informasi dan saran yang relevan yang diberikan oleh konselor laktasi dan kegiatan
ini dapat menjadi motivasi bagi ibu menyusui, maka kegiatan konseling menyusui
ini diharapkan dapat mendukung ibu untuk selalu tetap menjaga ASI diberikan
secara eksklusif.

Konseling menyusui mencakup penjelasan kepada ibu tentang manfaat


menyusui dan bagaimana hal itu dapat dimulai dari saat bayi lahir hingga usia 2
tahun, dimana tertuang pada program dari 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui yaitu memberi informasi kepada ibu hamil tentang manfaat dan
manajemen menyusui, bagaimana melakukan inisiasi menyusu dini, memberikan
cara menyusui dan cara mempertahankannya, tidak memberikan selain ASI
(kecuali atas indikasi medis), melaksanakan rawat gabung, mendorong menyusui
sesuai permintaan dan jangan memberikan dot atau kempeng. Konseling dapat
diberikan oleh petugas kesehatan dan teman sebaya yang telah dilatih sebagai
konselor dan dapat menggunakan media apa pun.

Bencana dapat menyebabkan dampak yang besar bagi masyarakat yang


mengalaminya. Mereka harus mengungsi atau pindah ke tempat lain, tinggal
berdesak-desakan, kelaparan, kekurangan air bersih, sanitasi kurang baik, dan
beban kerja sistem pelayanan kesehatan yang sangat tinggi. Keadaan tersebut
meningkatkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak kecil. Dalam situasi
tersebut, bayi yang tidak disusui mempunyai risiko tinggi terkena penyakit. Selain
itu tidak adanya dukungan, sumber makanan, dan pengetahuan akan bagaimana
cara pemberian makan pada bayi dan anak dalam keadaan darurat, ikut
berkontribusi meningkatkan risiko timbulnya penyakit.

Dalam keadaan bencana atau situasi darurat perlindungan yang diberikan


oleh air susu ibu (ASI) menjadi sangat penting karena merupakan langkah cepat
dan tepat yang dapat menyelamatkan jiwa bayi. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa anak yang tidakdisusui dan hidup di daerah yang rawan penyakit dan
lingkungan tidak higienis mempunyai risiko antara 6-25 kali lebih tinggi untuk
meninggal karena diare, dibanding anak yang disusui. Menyusui bayi secara
eksklusif sangat menguntungkan, karena aman dan produksinya terjamin, serta
tidak terpajan air yang terkontaminasi kuman dan parasit yang dapat menyebabkan
penyakit.

Langkah-langkah yang tepat diperlukan agar pemberian ASI atau proses


menyusui tetap terjaga dan berkelanjutan, serta bayi dan anak mendapat asupan
makanan dengan optimal. Rasa aman dan hangat yang didapatkan dengan
menyusui merupakan hal penting bagi ibu dan bayinya dalam situasi kacau yang
ditimbulkan suatu bencana. Risiko yang disebabkan oleh pemberian makan dengan
botol dan susu formula meningkat secara dramatis pada keadaan ini, karena
higiene yang buruk, populasi padat penduduk, dan terbatasnya air dan sumber
energi. ASI dapat merupakan satusatunya jenis makanan bayi dan anak yang aman
dan masih dapat terus tersedia.

Menepis mitos

Pada keadaan gempa berkembang beberapa pendapat umum di masyarakat, antara


lain:

 Dalam keadaan stres, -- ibu tidak dapat menyusui


 Ibu yang malnutrisi tidak dapat memproduksi cukup ASI
 ASI yang sudah berhenti tidak dapat diusahakan untuk diproduksi kembali
 Promosi menyusui secara umum sudah cukup sering dilakukan
 Pemberian makanan/ minuman pengganti ASI (susu formula dan/ atau cairan
lainnya) merupakan tindakan yang diperlukan pada keadaan bencana.

Ibu malnutrisi dapat menghasilkan cukup ASI

Pada umumnya ibu dapat memproduksi ASI yang cukup untuk bayinya dan
sangat jarang ditemukan ibu yang tidak memproduksi ASI secara cukup. Oleh
karena itu, sangat perlu dibedakan produksi ASI yang memang kurang atau hanya
persepsi saja bahwa produksi ASI kurang. Produksi ASI relatif tidak terpengaruh
jumlah dan kualitasnya, kecuali pada ibu yang mengalami malnutrisi berat.
Keadaan ini hanya ditemukan pada 1% ibu. Bila ibu malnutrisi, yang menderita
atau mengalami malnutrisi adalah ibunya bukan bayinya, sehingga yang
memerlukan bantuan adalah ibunya. Cara yang tepat untuk mengatasi hal ini
adalah dengan memberi makan ibunya, bukan bayinya. Ibu akan lebih tahan
terhadap bahaya kuman -kuman yang menyebabkan penyakit.
Ibu yang sudah tidak menyusui dapat memproduksi ASI kembali

Ibu yang telah berhenti menyusui dapat mengeluarkan dan memproduksi


ASI kembali, yang disebut sebagai relaktasi. Relaktasi ini dapat diusahakan dengan
merangsang puting dan pengeluaran ASI. Rangsangan puting didapatkan melalui
hisapan bayi atau anak yang lebih besar, atau memerah ASI dengan tangan dan/
atau pompa. Proses ini biasanya memerlukan waktu, dapat beberapa hari atau
bahkan beberapa minggu. Ibu sangat memerlukan dukungan moril, selain itu
asupan makanan dan air yang cukup, serta dilindungi dari kondisi stres. Bayinya
tentu saja memerlukan asupan makanan dengan cara yang paling tidak
membahayakannya sampai ASI diproduksi kembali.

Ibu menyusui memerlukan bantuan khusus

Berdasarkan pengalaman di lapangan pada berbagai program pengembangan


masyarakat, diketahui bahwa sebagian besar praktisi kesehatan mempunyai
pengetahuan yang kurang tentang manajemen laktasi. Pengalaman ini dijumpai
pula pada program-program di keadaan bencana. Dalam situasi bencana, ibu
mengalami situasi yang buruk dan berisiko tinggi mengalami masalah dalam
menyusui. Masalah yang paling sering ditemukan adalah persepsi bahwa produksi
ASI kurang, yang makin dipicu oleh stress karena keadaan bencananya sendiri.

Pengganti ASI (susu formula) tidak selalu diperlukan

Memberikan pengganti ASI pada bayi dan anak kecil yang ditemukan pada
keadaan bencana merupakan tindakan yang sangat berisiko. Tindakan tersebut
sebaiknya dilakukan hanya dengan pertimbangan matang dan kesadaran penuh
akan masalah - masalah yang dapat ditimbulkannya. Pengganti ASI seharusnya:

 Dibatasi pemakaiannya pada situasi tertentu saja dalam keadaan bencana


 Diyakini akan tersedia terus selama waktu bencana
 Disertai dengan perawatan kesehatan tambahan, air, sumber energi, dan tata
laksana diare
 Mencakup pula rencana untuk memantapkan kembali pemberian makan
yang optimal di luar situasi bencana

Cara pemberian makan bayi dan anak saat bencana

Berdasarkan hal- hal yang disebutkan sebelumnya, maka cara pemberian makan
optimal pada bayi dan anak saat keadaan bencana, adalah sebagai berikut :

 Inisiasi menyusu dini, yang dilakukan dalam 1 jam pertama kelahiran


 Posisi dan pelekatan yang efektif saat menyusui
 Pemberian makan yang sering dan sesuai kebutuhan sampai bayi berusia 6
bulan
 Menyusui secara eksklusif sampai 6 bulan
 Terus menyusui setelah mulai memberi makanan pendamping ASI di usia 6
bulan
 Terus menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau lebih
 Meningkatkan frekuensi menyusui dan tetap memberi makan selama sakit
 Meningkatkan frekuensi menyusui setelah sembuh dari sakit untuk
mempercepat proses penyembuhan dan kejar tumbuh.

Langkah-langkah praktis saat bencana

Situasi saat bencana biasanya membingungkan dan kacau balau. Sangatlah


penting dilakukan penilaian untuk menentukan siapa yang memerlukan apa sebagai
langkah awal. Untuk melindungi dan mendukung menyusui langkah awal yang
perlu dilakukan adalah menentukan bayi yang menyusu atau yang seharusnya
menyusu dan selanjutnya mencatat bayi-bayi yang terpisah dari ibunya sementara
waktu atau selamanya (piatu)

Dukungan menyusui

Dukungan menyusui diberikan pada ibu yang mempunyai anak, atau ibu
yang tidak mempunyai anak (terpisah dari anaknya) dan mau menjadi ibu susuan
pada bayi yang terpisah dari ibunya, dan proses menyusui pada ibu-ibu tersebut
masih berjalan dengan baik. 

Saat bencana ibu-ibu ini rentan untuk mengalami masalah selama menyusui,
antara lain: tidak percaya diri dan merasa ASInya kurang, merasa ASInya kurang
baik lagi mutunya, karena si ibu sendiri kurang makan, dan meminta makanan
pengganti ASI untuk tambahan menyusui, pelekatan buruk.

Dukungan atau bantuan menyusui yang dapat diberikan adalah berupa bantuan
menyusui dasar dan lanjut. Bantuan dasar menyusui meliputi :

Memastikan bayi menyusu dengan dengan efektif

 Membangun rasa percaya diri ibu dan membantu ASInya agar mengalir
 Meningkatkan produksi ASI
 Mendorong ibu untuk memberi makan sesuai usia anaknya.

Dukungan di atas merupakan bantuan dasar, namun dukungan tersebut tidak


meyelesaikan semua masalah menyusui. Beberapa ibu memerlukan tingkat
perawatan lebih lanjut dan ketrampilan tambahan, seperti :

 Cara memerah ASI dengan tangan.


 Bagaimana menggunakan alat bantu menyusui dan teknik alat bantu
menyusui lainnya.
 Metoda perawatan kangguru
 Perawatan pemulihan pada kasus ibu yang mengalami trauma.

Stres tidak menghalangi ibu untuk memproduksi ASI. Namun ibu yang
mengalami trauma dan depresi mempunyai kesulitan untuk merespons bayi
mereka, merasa tidak pasti ASI nya keluar dan lancar, dan kehilangan percaya diri.
Perawatan ditujukan untuk memulihkan keseimbangan mental ibu. Dukungan yang
diberikan pada mereka diusahakan semaksimal mungkin sampai pendekatan agama
dan kebudayaan ibu, dan membantu agar mau menyusui kembali.

Cara pendekatannya dilakukan dengan berbicara pada ibu dan keluarganya, dan
mencari orang yang dekat dengan ibu untuk mendampingi sehingga ibu merasa
nyaman. Sedapat mungkin bayi tetap dipertahankan kontak kulit dengan ibu, dan
diharapkan ibu tenang dan mau menerima keberadaan anaknya. Bantuan dasar
menyusui tetap diberikan agar ibu memulai menyusui kembali. Memang pada
beberapa kasus di awal dukungan diperlukan pemberian susu formula dengan
cangkir, bahkan pada kasus yang berat dapat dipertimbangkan penggunaan obat
penenang yang aman bagi menyusui untuk sementara waktu.

Pertolongan lanjut menyusui diberikan pada bayi berat lahir rendah (BBLR),
bayi yang terlihat kurus, berat badan rendah, bayi yang menolak menyusui, ibu
yang malnutrisi, dan ibu yang mengalami trauma, krisis emosinal atau menolak
bayinya. Selain itu pertolongan lanjut juga diperlukan pada beberapa kondisi
payudara.

Anda mungkin juga menyukai