Latar Belakang
1. UUD 1945
2. Ketetapan Mejelis Permusyawaratan Rakyat
3. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
B. Rumusan Masalah
Apa yang melatarbelakangi perubahan pembentukan dari TAP MPR menjadi
Perundang-Undangan?
C. Tujuan Penulisan
Untuk memahami hal yang melatarbelakangi perubahan pembentukan dari
TAP MPR menjadi Perundang-Undangan.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Jimly Asshiddiqie, “ Perihal Undang-Undang”, PT. RajaGrafindo Persada, Cetakan ke 2, Jakarta,2010,
halaman 33.
eksekutif maupun di dalam kekuasaan yudikatif. Perubahan tersebut sebagai wujud
pelaksanaan gagasan check and balances antar pelaksana ketiga macam kekuasaan
negara. Jika sebelumAmandemen ketiga UUD 1945, MPR berkedudukan sebagai
lembagatertinggi negara (supreme) yang melaksanakan kedaulatan rakyatsepenuhnya,
maka pada Amandemen ketiga UUD 1945 kedudukan MPR tidak lagi sebagai
lembaga tertinggi negara, melainkan sebagai lembaganegara yang sama seperti
lembaga negara lainnya.
Akan tetapi, terlepas dari persoalan itu, MPR masa kini dan mendatang masih tetap
dapat mengeluarkan produk hukum berupa Peraturan Tata Tertib MPR dan Produk
Ketetapan MPRS dari pengertian yang berbeda dari sebelumnya. Ketetapan MPRS
dalam pegertiannya sebagai produk hukum yang mengikat untuk umum, seperti
sebelumnya, memang tidak dikenal lagi. Namun, sampai sekarang masih terdapat
beberapa produk Ketetapan MPR atau MPRS yang masih berlaku mengikat sebagai
peraturan yang mengikat untuk umum.
Hal ini, dapat dilihat dari Ketetapan MPR terakhir yang meninjau kembali seluruh
Ketetapan MPR dan Ketetapan MPRS sejak tahun 1966 sampai dengan 2002, yaitu
ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang peninjauan kembali Ketetapan MPRS sejak
tahun 1966 sampai 2002. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003, adalah Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat tentang Peninjauan Terhadap Menteri dan Status
Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan Tahun
2002.2
Perubahan tersebut antara lain Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar (Pasal 1 ayat (2) UUD 1945) dan pengurangan
wewenang Majelis Pemusyawaratan Rakyat sehingga tinggal berwenang mengubah
dan menetapkan Undang-Undang Dasar (Pasal 3 ayat (2) UUD 1945),
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar (Pasal 3 ayat (3) UUD 1945).3
3
Pudjosewojo, Kusumadi. 2004. Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
4
Amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
bersifat mengatur yang kedudukannya berada dibawah UUD, tetapi mempunyai
status hukum di atas UU.
Dalam ketetapan No. I/MPR/2003, MPR sendiri juga menentukan adanya sebelas
ketetapan MPRS yang tetap berlaku sampai dengan terbentuknya undang-undang
yang mengatur materi-materi ketetapan-ketetapan tersebut. Artinya, sebelas ketetapan
MPRS itu ditundukkan derajatnya oleh MPR sendiri, sehingga dapat diubah oleh atau
dengan undang-undang. Jika demikian halnya, maka lembaga negara yang berwenang
yang membahas undang-undang ada pada empat lembaga, yaitu:
a. DPR
b. Presiden
c. DPD
d. Mahkamah Konstitusi
BAB III
KESIMPULAN
Sebelum dilakukan atas perubahan UUD 1945, MPR dikonstruksikan sebagai wadah
penjelma seluruh rakyat yang berdaulat, tempat kemana Presiden harus tunduk dan
mempertanggungjawabkan segala pelaksanaan konstitusionalnya.
Tujuan pembentukan Ketetapan MPR tersebut adalah untuk meninjau materi dan
status hukum setiap TAP MPRS dan TAP MPR untuk saat ini dan masa yag akan
datang, serta untuk memberi kepastian hukum.