Anda di halaman 1dari 14

PEMICU 1 BLOK 15

“GIGI DEPANKU BERLUBANG”

OLEH:

FANNY ANGGRIANI LUBIS

NIM. 190600017

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Karies gigi umumnya dikenal sebagai kerusakan gigi yang terjadi jika gigi mengalami
pembusukan yang disebabkan oleh karbohidrat yang bersumber dari suatu makanan
sehingga dapat difermentasikan oleh bakteri menjadi asam. Karies gigi merupakan suatu
proses terjadinya kerusakan pada permukaan gigi yang disebabkan karena adanya sisa
sisa makanan yang menempel pada gigi sehingga terjadi pengapuran gigi dan gigi
menjadi keropos hingga berlubang. Karies gigi termasuk penyakit terbanyak diderita oleh
anak-anak dan dewasa. Karies juga termasuk sebagai penyakit multi Faktorial karena
disebabkan oleh beberapa faktor. Empat faktor utama seperti mikroorganisme, substrat,
host dan waktu berperan aktif dalam proses terjadinya Karies. Faktor resiko Karies adalah
hubungan sebab akibat terjadinya Karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor
resiko adalah penggunaan fluor, oral Hygiene, jumlah bakteri, Saliva kebiasaan makan,
kondisi kesehatan umum, serta faktor risiko demografi atau faktor modifikasi karies
seperti umur, jenis kelamin, riwayat sosial.
Restorasi atau penambalan gigi biasanya dibutuhkan untuk memperbaiki struktur gigi
yang rusak baik karena bakteri maupun karena adanya defek atau kelainan pada gigi
tersebut. Tujuan dari restorasi adalah membantu mengembalikan bentuk, fungsi dan
estetik gigi.

1.2.Deskripsi Topik
Seorang perempuan berusia 19 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan ingin
memperbaiki gigi depan yang berlubang dan terasa ngilu ketika minum dingin. Dari
anamnesis diketahui rasa ngilu pada giginya sejak 1 minggu yang lalu dan lidahnya yang
terasa tebal. Pasien sering mengonsumsi air lemon setiap hari dan malas membersihkan
mulutnya. Pemeriksaan objektif terlihat gigi 21 adanya karies dengan kedalaman
mencapai dentin dalam pada bagian mesial dan mencapai insisal. Pada gigi 13, 14, 15, 23,
24, 25 dijumpai lesi non karies. Tes vitalitas dengan EPT (+), perkusi (-), palpasi (-).
Pemeriksaan saliva diketahui hidrasi saliva tanpa stimulasi 40 detik, laju alir saliva
stimulasi 4 ml/5 menit, pH saliva 6. Pasien menggosok gigi hanya 1 kali sehari pada pagi
hari dan diet gula 1 kali sehari. Terlihat adanya lapisan pseudomembran putih yang dapat
dikerok pada sepertiga posterior lidahnya.
1.3.Pertanyaan
1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan dan diagnosis gigi 21 berdasarkan Mount & Home
dan ICDAS dari keluhan yang dirasakan pada pasien tersebut! (Konservasi Gigi)
2. Jelaskan etiologi dari gigi 21 dan kelainan pada lidah pasien tersebut!(Konservasi
Gigi dan IPM)
3. Jelaskan bagaimana ergonomi yang baik untuk perawatan gigi 21 tersebut!
(Konservasi Gigi)
4. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat pada gigi 21 untuk mendapatkan
kembali kontur dan titik kontak yang baik! (Konservasi Gigi)
5. Jelaskan bagaimana cara mengevaluasi bahwa restorasi gigi 21 tersebut telah
dilakukan penumpatan dengan benar! (Konservasi Gigi)
6. Jelaskan pemeriksaan dan diagnosis dari kelainan pada lidah pasien tersebut!(IPM)
7. Jelaskan etiologi dari kelainan pada lidah pasien tersebut! (IPM)
8. Jelaskan perawatan kelainan pada lidah pasien tersebut!(IPM)
9. Jelaskan bagaimana pemeriksaan oklusi untuk mendapatkan oklusi yang harmonis
setelah perawatan pada gigi 21 tersebut!(Prostodonsia)
10. Jelaskan bagaimana prognosis dari gigi 21 dan kelainan pada lidah pasien tersebut!
(Konservasi Gigi dan IPM)

1.4.Learning Issues
1. Kelainan struktur jaringan keras gigi
2. Kelainan lidah
3. Tehnik manipulasi bahan tumpatan
4. Ergonomi
5. Oklusi
BAB II

PEMBAHASAN

1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan dan diagnosis gigi 21 berdasarkan Mount &


Home dan ICDAS dari keluhan yang dirasakan pada pasien tersebut!
(Konservasi Gigi)
 Klasifikasi karies menurut G.J Mount and WR.Hume : 1
Berdasarkan site (lokasi) 1
a. Site 1 : karies terletak pada pit dan fissure.
b. Site 2 :karies terletak di area kontak gigi (proksimal), baik anterior maupun
posterior.
c. Site 3 :karies terletak di daerah servikal, termasuk enamel/permukaan akar
yang terbuka.

Berdasarkan size (ukuran) 1


a. Size 0 : lesi dini.
b. Size 1 : kavitas minimal, belum melibatkan dentin.
c. Size 2: Adanya keterlibatan dentin. Perawatan dengan preparasi kavitas
dimana gigi tersebut masih kuat untuk mendukung.
d. Size 3 : kavitas yang berukuran lebih besar, sehingga preparasi kavitas di
perluas agar restorasi dapat digunakan untuk melindungi struktur gigi yang
tersisa dari retak/patah.
e. Size 4 : sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur gigi seperti
cups/sudut insisal.

Dari klasifikasi Mount dan Home karies pasien bersasarkan site/lokasinya dan
size/ukurannya ialah site 2 size 3. 1

 Klasifikasi karies menurut ICDAS (International Caries Detection and


Assessment System):1
a. 0 : gigi yang sehat.
b. 1 : Perubahan awal pada email yang tampak secara visual. Biasa dilihat
dengan cara mengeringkan permukaan gigi, dan tampak adanya lesi putih di
gigi.
c. 2 : Perubahan pada email yang jelas tampak secara visual. Terlihat lesi putih
pada gigi, walau gigi masih dalam keadaan basah.
d. 3 : Kerusakan email, tanpa keterlibatan dentin.
e. 4 : Terdapat bayangan dentin (tidak kavitas pada dentin). Karies pada tahap ini
sudah menuju dentin, berada pada perbatasan dentin dan email (Dentino
Enamel Junction).
f. 5 : Kavitas karies yang tampak jelas dan juga terlihatnya dentin (Karies sudah
mencapai dentin).
g. 6 : Karies dentin yang sudah sangat meluas (melibatkan pulpa) (Sebastian dan
Johnson, 2015).

Berdasarkan klasifikasi ICDAS, karies pasien digolongkan menjadi ICDAS 5. 1

2. Jelaskan etiologi dari gigi 21 dan kelainan pada lidah pasien


tersebut!(Konservasi Gigi dan IPM)
 Etiologi karies
Faktor penyebab karies gigi terdiri dari penyebab dalam individu dan
penyebab luar individu. Faktor dalam penyebab karies gigi adalah faktor di dalam
mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi antara lain
host, mikroorganisme, substrat, dan waktu. Sedangkan faktor luar individu adalah
status ekonomi, keluarga, pekerjaan, fasilitas kesehatan gigi dan pendidikan
kesehatan gigi yang pernah diterima. 2
1) Mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan faktor paling penting dalam
proses awal terjadinya karies. Mereka memfermentasi karbohidrat untuk
memproduksi asam. Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri
produk- produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi
bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui
serangkaian tahapan. Asam terbentuk dari hasil fermentasi sakar diet oleh
bakteri di dalam plak gigi. Sumber utamanya adalah glukosa yang masuk
dalam plak gigi, sedangkan kuantitatif, sumber utama glukosa adalah sukrosa.
Penyebab utama terbentuknya asam tadi adalah S. Mutans serotipe c yang
terdapat di dalam plak karena kuman ini memetabolisme sukrosa menjadi
asam lebih cepat dibandingkan kuman lain.
2) Host. Terbentuknya karies gigi diawali dengan terdapatnya plak yang
mengandung bakteri pada gigi. Oleh karena itu kawasan gigi yang
memudahkan pelekatan plak sangat memungkinkan diserang karies. Kawasan-
kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah: a. Pit dan fisur pada
permukaan oklusal molar dan premolar; pit bukal molar dan pit palatal insisif.
b. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak. c.
Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva. d.
Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya
plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodonsium. e. Tepi
tumpatan terutama yang kurang atau mengeper. f. Permukaman gigi yang
berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.
3) Substrat. Penelitian menunjukkan bahwa makanan dan minuman yang
bersifat fermentasi karbohidrat lebih signifikan memproduksi asam, diikuti
oleh demineralisasi email. Tidak semua karbohidrat benar-benar kariogenik.
Produksi polisakarida ekstraseluler dari sukrosa lebih cepat dibandingkan
dengan glukosa, fruktosa, dan laktosa. Sukrosa merupakan gula yang paling
kariogenik, walaupun gula lain juga berpotensi kariogenik.
4) Waktu. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral
selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies
tersebut terdiri dari saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan
atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk
menghentikan penyakit ini
 Etiologi coated tongue
Etiologi coated tongue tidak diketahui secara jelas, namun terdapat beberapa
faktor predisposisi. Faktor predisposisi coated tongue pada pasien tersebut adalah
kebersihan rongga mulut yang buruk yang dilihat dari perilaku pasien malas
menjaga oral hygiene sehingga dengan mudah debris makanan menumpuk pada
lidah pasien dan menyebabkan coated tongue. 3

3. Jelaskan bagaimana ergonomi yang baik untuk perawatan gigi 21 tersebut!


(Konservasi Gigi)
 Aplikasi dalam posisi 4
Posisi ini baik berupa posisi dari pasien maupun posisi dari dokter gigi. Posisi
pasien yang ideal adalah posisi supine. Kursi diatur sehingga pasien hampir sejajar
dengan lantai dan punggung kursi sedikit dinaikkan. Kepala pasien harus berada
dekat puncak sandaran kursi. Posisi pasien pada perawatan kwandran kiri dan
kanan rahang atas harus sehorizontal mungkin. Posisi operator bervariasi
tergantung pada sisi mana instrumentasi dilakukan. Posisi operator dikaitakan
dengan arah jarum jam, dimana tempat kerja disekitar pasien dibagi menjadi 4
area berbeda dengan kepala pasien sebagai pusatnya. jam 12 terletak tepat di
belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah
jam 2 sampai jam 4 disebut Assisten's Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut
Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operator's Zone
sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi. Untuk posisi operator dengan tangan
kanan (right handed dentist) posisi sesuai dengan clock concept normal yang
diajarkan yaitu pada Posisi pukul 8-12, sedangkan untuk operator dengan tangan
kidal (left handed dentist) posisi yang dianjurkan merupakan kebalikan dari posisi
normal.
 Aplikasi dalam penggunaan kekuatan dalam praktik 4
Hal dalam praktik dokter gigi yang sering memicu terjadiny MSDS adalah
penggunaan kekuatan yang berlebih, pengulangan gerakan tertentu dan terlalu
berlebihan dalam bekerja. Untuk itu, dianjurkan untuk tidak terlalu memberikan
kekuatan yang berlebih dalam melakukan tindakan, misalnya pada saat
mempreparasi gigi jangan menekan alat terlalu kuat.
 Aplikasi dalam desain instrument
Instrument didesain senyaman mungkin bagi dokter gigi. Desain yang tepat
membantu mengurangi penggunaan kekuatan yang berlebih saat tindakan dan
membantu menjaga tangan tetap pada posisi netralnya. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam desain ini adalah bentuk, berat instrument, kemudahan
dalam pemakaian dan perawatannya. 4
Cara memegang instrumen tangan atau instrumen rotatori adalah modified pen
grasp. Cara alat dipegang adalah dengan menggunakan jari tengah, jari telunjuk,
dan ibu jari. Jari telunjuk dan ibu jari berada berdekatan dengan gagang alat pada
sisi yang berseberangan, sedangkan jari tengah berada di atas leher alat. Jari
telunjuk ditekuk pada ruas kedua dan berada di atas jari tengah pada sisi yang
sama dari alat. Ibu jari ditempatkan di antara telunjuk dan jari tengah pada sisi
yang berseberangan. Dengan posisi ketiga jari yang demikian didapatkan efek
tripod yang akan mencegah terputarnya alat secara tak terkontrol pada waktu
tekanan dilepaskan sewaktu instrumentasi. Selain itu, keuntungan dari cara
pemegangan instrumen ini adalah dimungkinkan sensasi taktil oleh jari tengah
yang diletakkan di atas leher alat. 4

4. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat pada gigi 21 untuk


mendapatkan kembali kontur dan titik kontak yang baik! (Konservasi Gigi)
Sebelum dilakukan tahapan penumpatan terlebih dahulu lakukan pembersihan
jaringan Karies dan preparasi Kavitas. Pembersihan jaringan Karias ini harus
dilakukan hingga mendapatkan dentin yang sehat, pada bagian enamel yang tidak
didukung dentin yang sehat harus dibuang karena dapat mempersulit penentuan warna
dan memungkinkan terjadinya kebocoran tepi. Setelah pembersihan karies, dilakukan
pembuatan level pada tepi Kavitas pada permukaan Palatal dan labial lalu setelah itu
lakukan tahapan penumpatan dengan penumpatan yang dilakukan satu persatu (teknik
layering) yaitu selapis demi selapis sesuai dengan lapisan lapisan warna yang telah
ditentukan.5
Dilakukan konturing setelah penumpatan selesai dilakukan. Konturing pada
bagian labial digunakan tapered fissure bur dengan cincin kuning atau super fine,
pada bagian palatal digunakan pear shaped burr dengan cincin kuning untuk
menghaluskan kontur dibagian palatal. Untuk menghaluskan kontur pada bagian
servikal digunakan sand paper stripe. Penggunaan sand paper stripe dilakukan pada
permukaan yang lebih kasar dahulu, setelah didapatkan kontur yang diinginkan,
dilakukan pemolesan menggunakan sand paper stripe halus dengan warna coklat
muda.
Setelah itu lakukan tahapan pemolesan menggunakan abrasive disk yang
disesuaikan dengan urutan kekasaran dari disc tersebut. Terdapat 4 tingkat kekasaran
pada disc ini, yaitu hitam, biru tua, biru muda, dan putih sesuai dengan tahapan dari
permukaan yang paling kasar ke halus. Pemolesan dilakukan dalam keadaan kering
menggunakan bur dengan kecepatan rendah menggunakan mandril khusus.
Pemolesan dilakukan mengikuti kontur dari permukaan gigi yang telah dibuat, pada
tahap meggunakan cincin warna hitam harus dilakukan tanpa penekanan pada
permukaan restorasi, karena dapat menghilangkan kontur yang telah dibentuk.
Pemolesan diakhiri dengan penggunaan brush dengan pumish (AstroBrush,
Ivoclar),penggunaan brush ini menggunakan bur dengan kecepatan rendah dan
dilakukan sedikit penekanan hingga mendapatkan permukaan restorasi yang
mengkilap dan terbebas dari debu pasca pemolesan menggunakan abrasive disc. 5

Adhidarma T, Untara TE, Iskandar B. Restorasi Estetik Resin Komposit dengan


Color Modifier pada Gigi Insisivus Sentralis Maksila Hipopalsia Enamel Kavitas
Kelas IV. MIKGI 2011; 62-4.

5. Jelaskan bagaimana cara mengevaluasi bahwa restorasi gigi 21 tersebut telah


dilakukan penumpatan dengan benar! (Konservasi Gigi)
Evaluasi secara radiografis, hal yang pertama kali diperlukan dalam evaluasi
ini ialah mengevaluasi terlebuh dahulu mutu dari radiograf itu sendiri. Karena akan
sulit menginterpretasi bahan restorasi jika mutu radiograf buruk. Evaluasi Restorasi
dengan cara ini dilakukan setelah evaluasi restorasi secara klinis. Evaluasi secara
radiografis ini menitikberatkan pada beberapa poin restorasi, indirect, yaitu: 6
1. Readidensitas
Restorasi estetik umumnya bersifat radiolusen atau sedikit radiopak, sehingga
tidak semua elemen pada restorasi estetik dapat dievaluasi dengan cara ini
2. Over/under conturing
Evaluasi pada poin ini ialah apakah restorasi tersebut membentuk kontur
yangbsesuai dengan gigi atau malah membentuk kontur yang berlebih ata bahkan
kurang dari kontur gigi yang direstorasi tersebut
3. Overganging
Overhanging yaitu kelebihan restorasi yang menimbulkan step pada sisi proksimal
di perbatasan gigi asli dengan restorasi yang data mengakibatkan penyakit
periodontal
4. Adaptasi restorasi terhadap kavitas
Hak ini juga perlu dievaluasi karena restorasi yang tidak dapat berdaptasi dengan
kavitas dapat menyisakan ruang untuk bakteri membentuk lagi karies sekunder
yang sangat merugikan pasien.

Melakukan pengecekan secara fisik. Evaluasi dengan cara ini tidak bisa pula
dilepaskan dari evaluasi dengan cara melihat, evaluasi ini dan evaluasi dengan cara
melihat merupakan dua hal yang saling menguatkan hasil dari evaluasi restorasi.
Evaluasi dengan melakukan pengecekkan secara fisik yang dimaksud ialah
pengecekkan dengan menggunakan tangan dengan instrumen. Instrumen yang biasa
dipakai dalam evaluasi ini ialah dengan memakai sonde. Setiao setelah melakukan
penumpatan, perlu mengecek: 6
1. Tekstur penumpatan (halus atau setara dengan gigi sebelahnya)
2. Perbatasan antara tumpatan dengan gigi asli (overhanging dan under contour)
3. Memeriksa keseluruhan kontur. Jika sudah terdapat keharmonisan dengan struktur
gigi yang masih ada, gigi sebelahnya dan gigi sejenis oada sisi berlawanan, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan oklusi.
4. Pemeriksaan oklusi. Pemeriksaan oklusi menggunakan articulating paper atau
articulating ribbon. Setelah terlihat adanya kontak yang prematur, dilakukan
pengambilan dengan dengan polistone yang berbentuk round, kemudian
dihaluskan kembalu denagn disk fine grit atau finishing strip. 6

Ariningrum R. Pertimbangan-pertimbangan yang Mendasari Segi Estetik pada


Tumpatan Komposit Gigi Anterior. JKGUI 2001; 8(3): 33.

6. Jelaskan pemeriksaan dan diagnosis dari kelainan pada lidah pasien


tersebut!(IPM)
Diagnosis dilakukan berdasarkan pemeriksaan klinis dan riwayat penyakit
yang diderita secara menyeluruh serta riwayat dari kebiasaan pasien. Di skenario tidak
disebutkan bahwa pasien memiliki penyakit sistemik atau ada riwayat mengonsumsi
obat-obatan maka diagnosisnya kemungkinan tidak kandidiasis pseudomembran.
Diagnosis pada kelainan lidah pasien yang mungkin jika dilihat dari gambaran klinis
yaitu warna, ketebalan, distribusi serta riwayat kebersihan rongga mulut pasien yang
buruk sehingga dapat memicu terjadinya penumpukan debris pada dorsal lidah pasien
maka diagnosis yang dapat ditegakkan ialah coated tongue. 2

7. Jelaskan perawatan kelainan pada lidah pasien tersebut!(IPM)


Penatalaksanaan coated tongue diawali dengan mengidentifikasi kemungkinan
faktor predisposisi, seperti kebersihan rongga mulut yang buruk, xerostomia, dan
penggunaan obat-obatan. Penatalaksanaan coated tongue tidak memerlukan obat-
obatan. Menyikat lidah dan menjaga kebersihan mulut dengan benar harus dilakukan
secara rutin. Penting untuk menekankan kepada pasien bahwa proses ini sepenuhnya
dapat diatasi. Umumnya penatalaksanaan yang paling efektif untuk coated tongue
adalah penggunaan pembersih lidah setiap hari. Pembersih lidah ini bertujuan untuk
menghilangkan sel keratin yang mati di permukaan dorsal lidah. Selain membersihkan
lidah, memberikan instruksi kepada pasien menjaga oral hygiene juga dapat
membantu mengurangi coated tongue. 2
8. Jelaskan bagaimana pemeriksaan oklusi untuk mendapatkan oklusi yang
harmonis setelah perawatan pada gigi 21 tersebut!(Prostodonsia)
Pemeriksaan Oklusi: 7
a) Restorasi harus harmonis pada posterior guidance
b) Restorasi harus harmonis dengan envelope of function
c) Restorasi harus tepat pada neutral zone
o Pemeriksaan oklusi dapat dilakukan menggunakan kertas Artikulasi
o Shim Stock atau miller strip juga dapat membantu menentukan kontak
oklusal yang ada
o Keringkan permukaan gigi untuk memudahkan pemeriksaan
o Gunakan kertas bertanda biru untuk memeriksa oklusi dinamis/Eksentrik
o Gunakan kertas bertanda merah untuk memeriksa Oklusi statis/ Sentrik.

Efek bila tambalan terlalu tinggi :


a) Gigi menjadi sakit saat mengunyah
b) Kondilus/Disc Dearrengement
c) Gigi menjadi aus
d) Perubahan degenerative arthritic TMJ
e) Obat pengunyahan menjadi spasme

Dallmer,ariyani. J prima medical. Hubungan derajat keparahan kelainan


periodontal dengan traumatic oklusi pada pemakai gigi tiruan sebagian lepasa di
RSGM USU. Vol 1, No. 1 April 2018.
9. Jelaskan bagaimana prognosis dari gigi 21 dan kelainan pada lidah pasien
tersebut! (Konservasi Gigi dan IPM)
 Prognosis dari karies gigi umumnya baik apabila karies gigi ditangani dengan
cepat, pasien mau meningkatkan OH dengan membiasakan diri menggosok gigi
rutin dengan pasta gigi berisi fluoride dan pemeriksaan rutin ke dokter gigi dapat
mencegah terjadinya karies gigi. 8
 Prognosis dari coated tongue sangat baik karena penatalaksanaan pada pasien
tersebut yang paling efektif adalah penggunaan permbersih lidah tiap hari yang
bertujuan untuk menghilangkan debris makanan dan sel keratin yang mati di
permukaan dorsal lidah serta menjaga oral hygiene juga dapat membantu
mengurangi coated tongue. 2
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan klasifikasi ICDAS, karies pasien digolongkan menjadi ICDAS 5. Yaitu


karies yang kavitasnya sudah tampak jelas dan terlihatnya dentin, biasa ini disebut dengan
karies dentin. Prosedur perawatannya terlebih dahulu dilakukan dengan pembersihan jaringan
Karies dan preparasi Kavitas. Pembersihan jaringan Karias ini harus dilakukan hingga
mendapatkan dentin yang sehat, pada bagian enamel yang tidak didukung dentin yang sehat
harus dibuang karena dapat mempersulit penentuan warna dan memungkinkan terjadinya
kebocoran tepi. Setelah pembersihan karies, dilakukan pembuatan level pada tepi Kavitas
pada permukaan Palatal dan labial lalu setelah itu lakukan tahapan penumpatan dengan
penumpatan yang dilakukan satu persatu (teknik layering) yaitu selapis demi selapis sesuai
dengan lapisan lapisan warna yang telah ditentukan. Dilakukan konturing setelah penumpatan
selesai dilakukan. Setelah itu lakukan tahapan pemolesan. Pemolesan dilakukan mengikuti
kontur dari permukaan gigi yang telah dibuat.

Diagnosis pada kelainan lidah pasien yang mungkin jika dilihat dari gambaran klinis
yaitu warna, ketebalan, distribusi serta riwayat kebersihan rongga mulut pasien yang buruk
sehingga dapat memicu terjadinya penumpukan debris pada dorsal lidah pasien maka
diagnosis yang dapat ditegakkan ialah coated tongue.

Penatalaksanaan coated tongue tidak memerlukan obat-obatan. Menyikat lidah dan


menjaga kebersihan mulut dengan benar harus dilakukan secara rutin. Penting untuk
menekankan kepada pasien bahwa proses ini sepenuhnya dapat diatasi. Umumnya
penatalaksanaan yang paling efektif untuk coated tongue adalah penggunaan pembersih lidah
setiap hari. Pembersih lidah ini bertujuan untuk menghilangkan sel keratin yang mati di
permukaan dorsal lidah. Selain membersihkan lidah, memberikan instruksi kepada pasien
menjaga oral hygiene juga dapat membantu mengurangi coated tongue.
Daftar Pustaka

1. Berdasarkan klasifikasi ICDAS, karies pasien digolongkan menjadi ICDAS 5.


Klasifikasi Karies.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21386/6.%20BAB%20II.
pdf?sequence=7&isAllowed=y (17 Agustus 2021).
2. Listrianah, Zainur RA, Hisata LS. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama
Permanen Pada Siswa – Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018.
JPP 2018; 13(2): 139-40.
3. Oloan R. Prevalensi Coated Tongue pada Lansia di Puskesmas Pancur Batu.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/14346/140600124.pdf?seq
uence=1&isAllowed=y (18 Agustus 2021).
4. Lanny IS. Ergonomi Kedokteran Gigi.
https://www.scribd.com/doc/182647779/ERGONOMI-KONSER-docx (18
Agustus 2021).
5. Adhidarma T, Untara TE, Iskandar B. Restorasi Estetik Resin Komposit dengan
Color Modifier pada Gigi Insisivus Sentralis Maksila Hipopalsia Enamel Kavitas
Kelas IV. MIKGI 2011; 62-4.
6. Ariningrum R. Pertimbangan-pertimbangan yang Mendasari Segi Estetik pada
Tumpatan Komposit Gigi Anterior. JKGUI 2001; 8(3): 33.
7. Dallmer,ariyani. J prima medical. Hubungan derajat keparahan kelainan
periodontal dengan traumatic oklusi pada pemakai gigi tiruan sebagian lepasa di
RSGM USU. Vol 1, No. 1 April 2018.
8. Albertus A. Prognosis Karies Gigi.
https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-gigi-dan-mulut/karies-
gigi/prognosis (17 Agustus 2021).

Anda mungkin juga menyukai