Anda di halaman 1dari 14

Vol.1 No.

4 September 2020 799


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA PEPAYA CALINA IPB 9 DI KECAMATAN
PANYABUNGAN BARAT KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI
SUMATERA UTARA

Oleh
Muhammad Ardiansyah
Manajemen Bisnis Syariah, STAIN Mandailing Natal
Email: mardiansyah@stain-madina.ac.id

Abstrak
Pertanian merupakan sektor utama ekonomi masyarakat di Kecamatan Panyabungan Barat
Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, salah satu yang lagi populer dikalangan
petani saat ini adalah usaha budidaya pepaya calina IPB 9. Pada umumnya para petani belum
pernah melakukan analisa Keuntungan dari usaha budidaya pepaya calina IPB 9, mereka hanya
mendengar dan melihat hasil dari petani yang terlebih dahulu melakukan usaha budidaya pepaya
calina IPB 9 tanpa ada analisa perhitungan keuntungan langsung mengikuti jejak petani tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keuntungan usaha budidaya pepaya calina IPB 9 di
Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing Natal. Metode penentuan daerah penelitian
ini dilakukan secara sengaja atau metode purposive. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan
metode sensus yaitu mengamati individu dari suatu populasi, atau pengamatan keseluruhan dengan
populasi sebanyak 22 Petani secara keseluruhan petani dijadikan responden. Dari hasil penelitian
didapat rata-rata modal usaha budidaya pepaya calina IPB 9 per hektar dengan hasil panen yang
didapat selama 1 priode (36 bulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam 11 bulan sudah
Break Even Point (BEP) dan pay back priode didapat pada saat tanaman berumur 13 bulan dengan
nilai R/C Ratio sebesar 1,57. Dengan demikian untuk masa sekarang ini usaha budidaya pepaya
calina IPB 9 di Kecamatan Panyabungan Barat masih menguntungkan.
Kata Kunci: Break Even Point (BEP), Pay Back Priode, Pepaya Calina IPB 9 & Mandailing
Natal.

PENDAHULUAN (Carica papaya L.) merupakan buah yang dapat


Pertanian merupakan sektor utama dibudidayakan di daerah tropis asal Meksiko
ekonomi masyarakat di Indonesia hal ini Selatan, mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan
didasari oleh lahan pertanian yang luas, subur, banyak digemari masyarakat baik dalam
dan faktor iklim yang mendukung. Pemerintah maupun luar Indonesia (Sujiprihati dan Suketi
juga memberikan perhatian yang cukup besar 2014). Dimana pepaya ini merupakan hasil
dalam sektor pertanian ini. Salah satu pemuliaan tanaman dari pusat kajian buah-
pengembangan sektor pertanian saat ini adalah buahan tropika Institut Pertanian Bogor (
budidaya tanaman buah-buahan tropika. Salah PKBT)– IPB dengan nama IPB 9 atau Calina.
satunya budidaya pepaya Calina IPB 9. Menurut Isnawan, (2011), pepaya California
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba merupakan jenis pepaya yang memiliki
dari famili Caracecae dan merupakan komoditi keunggulan antara lain, buahnya tidak terlalu
hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis besar dengan ukuran ukuran buah pepaya antara
yang tinggi. Salah satu prasyarat perkembangan 0,8-2 kg/buah, berkulit tebal, halus dan
budidaya pepaya adalah penggunaan varietas mengkilat, berbentuk lonjong, buah matangnya
unggul dan benih yang bermutu varietas pepaya berwarna kuning, rasanya manis, dan daging
yang bisa meningkatkatkan hasil produksi, buahnya kenyal. Menurut (Purnadi,
yaitu Pepaya Calina IPB 9. Buah pepaya Widhiandono, & Darmawan, 2017) Tanaman
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
800 Vol.1 No.4 September 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
pepaya kalifornia relatif mudah ditanam, minim Panyabungan Barat itu Usaha Budidaya Pepaya
hama penyakit, harga bibit yang murah, waktu Calina IPB 9 itu menyebar ke seluruh Desa di
tanam sampai berbuah juga sangat singkat yaitu Kecamatan Panyabungan Barat dan Kecamatan
sekitar 7 bulan serta tanaman dapat berbuah lain di Kabupaten Mandailing Natal.
selama 3 tahun (36 bulan). Suyanti, Setyadjit, Pada umumnya para petani belum
dan Arif (2018) menambahkan bahwa buah pernah melakukan analisa Keuntungan dari
pepaya dipanen 163 hari setelah bunga mekar usaha budidaya pepaya Calina IPB 9, mereka
atau setelah kulit buahnya berwarna merah 25- hanya mendengar dan melihat hasil dari petani
30%. Kriteria kematangan pepaya dapat dilihat yang terlebih dahulu melakukan usaha
dari warna kulit pepaya, tekstur dan tingkat budidaya pepaya Calina IPB 9 tanpa ada analisa
kemanisannya. Perlakuan perbedaan waktu perhitungan Keuntungan langsung mengikuti
panen dapat memberikan analisis bahwa waktu jejak petani tersebut. Dengan dasar yang tidak
pemanenan akan mempengaruhi tingkat jelas petani-petani yang hanya langsung ikut
kematangan buah. Pepaya memiliki tujuh stadia tanpa membuat analisa perhitungan akan
kematangan buah, yaitu matang fisiologis terancam kerugian. Hal ini sangat berisiko
(mature green), semburat kuning (colour mengingat kebutuhan ekonomi yang semakin
break), 25% kuning (quarter ripe), 50% kuning banyak sementara pemasukan semakin minim
(halp ripe), 75% kuning (ripe), 100% kuning akan menyebabkan tingkat kemiskinan dari
(full ripe), dan terlalu matang (over ripe). Panen petani akan bertambah. Petani tersebut tidak
yang tepat yaitu buah pepaya yang sudah tua mempunya waktu dan metode yang jelas untuk
dengan kondisi buah 95% berwarna hijau, dapat melakukan analisis terhadap keuntungan
disertai semburat warna kuning diantara tengah Usaha Budidaya Calina IPB 9. Maka dari itulah
dan ujung pepaya. Penampakan luar buah penulis tertarik untuk melakukan penelitian
kelihatan mengkal, tetapi apabila dibelah dengan judul: “Keuntungan Usaha Budidaya
bagian dalamnya sudah menunjukkan warna Pepaya Calina IPB 9 di Kecamatan
merah kekuningan (Sujiprihati dan Suketi, Panyabungan Barat Kabupaten Mandailing
2014). Sehingga buah pepaya ini sangat Natal Provinsi Sumatera Utara” yang
menjanjikan untuk dijadikan buah ekspor bertujuan untuk mengetahui keuntungan usaha
mengingat Indonesia merupakan salah satu budidaya Pepaya Calina IPB 9 di Kecamatan
negara importir buah tropika selain itu Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing
Tanaman ini dapat tumbuh subur sepanjang Natal. Hal ini akan berguna untuk petani yang
tahun (tanpa mengenal musim) di Indonesia. belum mempunyai keberanian atau ragu untuk
Dengan menanam pepaya california atau Calina beralih ke Usaha Budidaya Pepaya Calina IPB
IPB 9 diharapkan bisa meningkatkan 9 untuk mengetahui tentang analisa keuntungan
pendapatan petani. Pepaya Calin IPB 9 mulai & Break Even Point (BEP) dan bagi petani yang
diminati Petani di Kecamatan Panyabungan sudah melakukan Usaha Budidaya pepaya
Barat dikarenakan harga getah pohon karet Calina IPB 9 menjadikan penelitian ini sebagai
yang terus melemah dan tidak menguntungkan referensi untuk mencapai Break Even Point
lagi, membuat para petani harus memutar otak (BEP).
dan melihat petani lain yang sukses mencoba
terlebih dahulu melakukan usaha budidaya METODE PENELITIAN
pepaya Calina IPB 9 di Desa Runding, Waktu dan Lokasi Penelitian
Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Penelitian dilakukan pada bulan
Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Januari- Juli tahun 2020, dan lokasi penelitian
Dari salah satu Desa yang ada di Kecamatan berada di wilayah Kecamatan Panyabungan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.4 September 2020 801
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Barat kabupaten Mandailing Natal provinsi 1. Analisis Biaya Produksi
Sumatera Utara. Kecamatan Panyabungan Analisi biaya produksi adalah semua
Barat berada pada geografis di dataran dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani dala
ketinggian di atas permukaan laut 200-700 proses produksi (dalam hal ini meliputi
Meter, dengan Luas 87,22 km². Penentuan biaya tetap dan biaya variabel)
daerah penelitian dilakuakan secara sengaja a. Biaya Total (Total Cost=TC)
atau puposive. Lokasi penelitian disajikan Biaya yang dikeluarkan dalam usaha
dalam Gambar 1 budidaya untuk satukali proses produksi
Gambar 1. Lokasi penelitian di Kec. meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Panyabungan Barat, Mandailing Natal Penjumlahan kedua biaya ini disebut
biaya total atau total cost. digunakan
rumus sebagai berikut :

TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Cost (Jumlah Biaya)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya tidak tetap)
b. Biaya Tetap (Fixed Cost=FC)
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya
tidak dipengaruhi besarnya produksi.
Berapapun tingkat output yang
dihasilkan, besarnya selalu sama. (Shinta
(Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, A, 2011;83).
ensiklopedia bebas) Biaya tetap yaitu merupakan biaya yang
Pengumpulan dan Analisis Data diperlukan pada saat awal pembayaran
Penelitian ini merupakan studi kasus yang terdiri dari sewa lahan, bunga
dimana responden dipilih secara acak, dengan pinjaman yang berupa uang, pajak, biaya
jumlah responden 20 orang yang merupakan peralatan, biaya penyusutan alat,
Petani Peapaya Calina IPB 9 di kecamatan bangunan, barang investasi lainnya.
Panyabungan Barat. Menurut Arikunto (2012) Penyusutan ini merupakan pengganti
metode survai merupakan metode formal untuk kerugian alat pengurangan nilai yang
memperoleh informasi yang sama atau sejenis disebabkan karena waktu dan cara
dari berbagai kelompok atau orang yang penggunaan dari semua modal tetap.
terutama ditempuh dengan Observasi dan Besarnya biaya tetap ini tidak berubah
wawancara. Observasi yaitu dalam jumlahnya meskipun jumlah output pada
pengumpulan dan perhitungan data peneliti proses produksi berubah-ubah, bahkan
melakukan pengamatan langsung pada objek pada saat tidak berproduksi biaya tetap ini
yang diteliti, Wawancara (interview) dengan tetap ada.
angket (daftar pertanyaan) atau melalui FC = TC-VC
wawancara. Data dikumpulkan dengan c. Biaya Tidak Tetap / Biaya Berubah
wawancara dan Data yang dikumpulkan adalah Total (Total Variabel Cost= TVC)
seluruh biaya (meliputi persiapan lahan, Biaya tidak tetap yaitu biaya yang
penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan) dibutuhkan pada saat proses produksi
dan pendapatan (hasil produksi pepaya) dari berlangsung dan bersifat Variabel atau
budidaya pepaya Analisis usaha pada penelitian dapat berubah-ubah sesuai dengan hasil
ini dengan cara analisis Pay Back Periode. produksi yang di hasilkan. Semakin
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
802 Vol.1 No.4 September 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
banyak Produksi yang dihasilkan, maka keberapa (kapankah) seluruh biaya usaha
semakin besar pula biaya yang harus budidaya pepaya Calina IPB 9 dapat kembali
dikeluarkan. Biaya tidak tetap yang (Arifin, 2005). Seluruh petani pepaya menjual
diperhitungkan Semakin besar jumlah produksinya secara bertahap atau perperiodik.
output, semakin besar biaya variabel yang Dan untuk mengetahui kapan biaya produksi
dikeluarkan. (Shinta A, 2011;84). Contoh usaha budidaya pepaya dapat kembali dengan
biaya tidak tetap : Biaya bibit Pepaya, cara menggunakan tabel pay back periode.
Biaya Pupuk, Biaya pestisida, Biaya upah 4. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya
tenaga kerja, Biaya tak terduga, dan, (RC/Ratio)
Biaya panen. Menurut Soekartawi (2006:85), biaya
usaha budidaya adalah semua pengeluaran yang
TVC = TC-TFC dipergunakan dalam usaha budidaya. Biaya
2. Analisis penerimaan usaha budidaya dibedakan menjadi dua yaitu
a. Pendapatan usaha budidaya biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap
Dengan diketahuinya jumlah penerimaan (Variabel Cost). Biaya tetap adalah biaya yang
usaha budidaya (TR) dan jumlah biaya besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya
usaha budidaya (TC). Maka dapat produksi yang akan dihasilkan, sedangkan
diketahui besarnya pendapatan yaitu baik biaya tidak tetap adalah biaya yang besar
keuntungan atau kerugian usaha tani. Jadi kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
pendapatan adalah selisih antara jumlah Untuk mengetahui usaha budidaya
penerimaan dengan jumlah biaya usaha menguntungkan atau tidak secara ekonomi
budidaya (Shinta A, 2011;88), dan bila dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah
dirumuskan sebagai berikut : atau analisi imbang antara total pendapatan
𝝅 = 𝐓𝐑 − 𝐓𝐂 dengan total biaya. R/C Ratio (Return cost
Keterangan : Ratio) merupakan perbandingan antara
𝜋 = Pendapatan penerimaan dengan biaya produksi, dengan
TR = Total Revenue (Jumlah Penerimaan) rumus sebagai berikut :
TC = Total Cost (Jumlah Biaya)
b. Peneriaan Usaha budidaya RC Ratio =
Penerimaan usaha budidaya adalah nilai
produksi yang diperoleh dalam suatu Keterangan :
usaha budidaya. Penerimaan atau Total TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
Revenue (TR) diperoleh dengan cara TC = Total Cost (Total Biaya)
mengalikan jumlah produksi dengan RC-Ratio = Return dan Cost Ratio
harga per unitnya, hal ini dituliskan
sebagai berikut : Adapun kriteria pengambilan keputusan
TR = P x Q menurut (Simatupang, 2002) dan (Rusastra,
Keterangan : 1996) didalam (Siregar dan sumaryanto 2003),
TR = Total penerimaan (Rp/ ha) yang mengemukakan bahwa beberapa peneliti
P = Harga hasil produksi (price) mengatakan usaha budidaya suatu komoditas
Q = Jumlah produksi (quantum) dapat bertahan dan dikatakan layak jika
3. Periode pembayaran kembali (Pay back penerimaan bersih bagi pengelola paling sedikit
periode) mencapai 20 % dari biaya yang dikeluarkan.
Pay back periode adalah priode waktu Proporsi atau nilai penerimaan dianggap sudah
untuk mengetahui kapan pada bulan atau tahun cukup mewakili seorang petani sebagai

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.4 September 2020 803
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
pengelola usaha. Berdasarkan pendapat modern karena mereka termasuk yang sudah
tersebut diatas maka rumus di atas uji mengenal teknologi inovasi. Apabila ada
kelayakannya dikatakan efisien jika : teknologi baru, petani muda lebih mudah
a. Jika R/C Ratio >1,2 : berarti usaha budidaya menerima informasi, mencari tahu lebih dalam
tersebut dikatakan efisien dan memberi lagi dan berani langsung mencoba menerapkan
keuntungan yang layak karena keuntungan teknologi baru walaupun belum pernah
paling sedikit 20% dari total biaya. mencoba sebelumnya. Rendahnya persentase
b. Jika 1<R/C Rasio<1,2 : berarti usaha kelompok yang berumur di atas 64 tahun, erat
budidaya menguntungkan namun belum kaitannya dengan aktivitas usaha tani yang
efisien dan belum layak lebih banyak memerlukan kemampuan fisik.
c. Jika R/C Rasio < 1 : berarti usaha budidaya Dengan demikian petani dalam kategori umur
tidak efisien, bahkan mengalami kerugian. produktif, memiliki kemampuan fisik yang
d. Jika R/C Rasio = 1 : Berarti usaha budidaya memadai akan memiliki tingkat produktivitas
mencapai titik impas (Break Event Point) lebih tinggi. Tingkat umur berpengaruh
tidak efisien, bahkan mengalami kerugian. 4. terhadap seseorang dalam berpikir dan
R/C Ratio = 1 : berarti usaha budidaya memutuskan sesuatu, termasuk tingkat adopsi
mencapai titik impas (Break Event Point) terhadap inovasi baru. Semakin muda umur
yaitu tidak untung dan juga tidak rugi. seseorang akan menentukan tingkat
keingintahuan terhadap sesuatu hal yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dianggap baru untuk mengembangkan potensi
Karakteristik Petani Responden Umur daerah mereka.
Berikut ini dapat dilihat umur Pendidikan
responden yang didapatkan pada saat penelitian Tingkat pendidikan baik formal
dilakukan. maupun non formal besar sekali pengaruhnya
Tabel 1. Umur Petani Responden terhadap penyerapan ide-ide baru, sebab
Tingkatan Jumlah pengaruh pendidikan terhadap seseorang akan
No. Presentase memberikan suatu wawasan yang luas,
Umur Jiwa
sehingga petani tidak mempunyai sifat yang
(tahun) (orang) (%) tidak terlalu tradisional. Jadi tingkat pendidikan
1 20-29 3 15,00 masyarakat merupakan salah satu aspek yang
2 30-39 9 45,00 mempengaruhi pola pikir seseorang dalam
3 40-49 6 30,00 menentukan keputusan menerima inovasi baru,
4 50-59 2 10,00 karena semakin tinggi tingkat pendidikan
Jumlah 20 100 seseorang diharapkan dapat berpikir lebih baik
Sumber data : Angket dan mudah menyerap inovasi pertanian yang
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui berkaitan dengan pengembangan usaha
jumlah responden terbanyak yang berumur 30 – budidayanya. Mereka yang berpendidikan
39 tahun (45,00%), umur 40 – 49 tahun tinggi adalah relatif lebih cepat dalam
(30,00%), umur 20 – 29 tahun sebesar (15%), melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula
dan umur 50 – 59 tahun (10,00%). Dari data sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah,
tersebut Petani yang tergolong umur 30 – 39 agak sulit dan memakan waktu yang relatif
tahun paling banyak jumlahnya karena lama untuk mengadakan perubahan.
merupakan golongan petani muda yang ingin
maju dalam mengembangkan pertanian di
daerah mereka dengan jiwa yang berani untuk
mencoba sesuatu hal yang baru dan lebih

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
804 Vol.1 No.4 September 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
dimana antara pemilik dan penggarap terjadi
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Pertani ikatan pengusahaan usaha budidaya dan
Tingkat pembagian produksi. Dalam sistem sewa,
No. Responden Presentase pemilik lahan menyediakan lahan sedangkan
Pendidikan
(orang) (%) penggarap menyediakan tenaga kerja dan
Sekolah semua modal produksi. Siapa yang
1 Dasar 1 5,00 menanggung sarana produksi dan bagaimana
2 SLTP 2 10,00 pembagian hasil produksi tergantung dari
tradisi setempat dan perjanjian sebelumnya
3 SLTA 7 35,00
dan bisa bagi hasil dengan hitungan 2/3 hasil
Diploma/
4 10 50,00 untuk penggarap dan 1/3 untuk yang punya
Sarjana
lahan. Sistem gadai merupakan pengalihan hak
Jumlah 20 100 garap kepada orang lain yang sifatnya lebih
Sumber: Angket sebagai jaminan atas pinjaman pemilik lahan
Berdasarkan data pada tabel 2 di atas terhadap penggarap. Dibandingkan dengan
dapat diketahui bahwa jumlah petani responden sewa, penetapan besarnya nilai lahan pada
yang menyelesaikan pendidikan diploma/ gadai tidaklah selugas sewa dan sangat
sarjana 50,00%, pendidikan Sekolah Lanjutan tergantung kepada lamanya pemilik lahan
Menengah Atas 35,00%, pendidikan Sekolah mampu mengembalikan pinjamannya. Pada
Lanjutan Tingkat Pertama 10,00%, dan hanya umumnya pemilik uang (dalam hal ini sebagai
5,00% yang menyelesaikan pendidikan dasar. penggarap atau yang mengusahakan lahan
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian tersebut) sebagai penentu harga. Sistem
ini di dominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah kombinasi merupakan sistem modifikasi
Lanjutan Menengah Atas dan Diploma/ bentuk pengusahaan lahan, seperti: pemilik-
Sarjana. Dengan demikian dapat dikatakan penyewa, pemilik-penyakap, pemilik-
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani penggadai, penyewa-penyakap, penyewa-
responden, semakin tinggi pula kemampuan penggadai, penyakap-penggadai dan lain
seseorang untuk berpikir dan mengambil sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, dapat
keputusan. disimpulkan bahwa sistem penguasaan lahan
Status Kepemilikan Lahan dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok
Status pengusahaan lahan dapat besar, yaitu :
dikategorikan menjadi empat bagian, yakni : 1. Petani yang mengusahakan lahan milik
1. Sistem sewa-menyewa sendiri,
2. Sistem bagi hasil 2. Petani yang mengusahakan lahan bukan
3. Sistem gadai milik sendiri, dan
4. Sistem kombinasi. 3. Gabungan dari keduanya.
Sistem sewa merupakan pengalihan hak garap Selain itu penguasaan lahan dan
kepada orang lain dengan imbalan yang pada pengusahaan lahan merupakan konsep yang
umumnya berupa uang tunai kepada pemilik berbeda. Penguasaan lahan merujuk pada
lahan. Besarnya tingkat sewa biasanya kewenangan seseorang dalam menguasai
ditentukan sesuai dengan harga pasar lahan lahannya yang diakibatkan karena memiliki,
setempat. Selanjutnya setelah transaksi sewa menyewa, sakap, gadai, dan pinjam.
terjadi maka pengelolaan atas lahan dan Sedangkan pengusahaan lahan merujuk pada
risikonya sepenuhnya menjadi tanggung jawab seberapa luas pemanfaatan/penggunaan lahan
penyewa. Sistem bagi hasil merupakan yang dikuasai oleh petani. Status kepemilikan
pengalihan hak garap kepada orang lain,
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.4 September 2020 805
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
lahan petani responden disajikan dalam tabel 3 oleh petani kepada pemilik lahan. Dari tabel
dibawah ini. 3 Kita ketahui 60,00% responden
Tabel 3. Status Kepemilikan Lahan merupakan petani yang mengusahakan lahan
Responden pertanian bukan milik sendiri/ sewa. Oleh
Tingkat sebab itu kita akan menghitung biaya sewa
No Responden Presentase lahan kedalam Biaya tetap. untuk Sewa
Pendidikan
(orang) (%) yang dikeluarkan oleh petani responden
adalah Rp. Rp.7.500.000 s/d 9.500.000/Ha.
1 Lahan sendiri 6 30,00
Dan kita rata kan Sewa Lahan Rp.
2 Lahan sewa 12 60,00
8.500.000/Ha.
3 Bagi hasil 2 10,00 Tabel 4. Biaya Tetap (Fixed Cost) Rata-rata
Jumlah 20 100 Usaha Budidaya pepaya Calina IPB 9 Per
Sumber : Data primer Ha
Dari data tabel 3 diatas menunjukkan Kebutu Harga
bahwa 12 petani responden (60,00%) Jumlah
No. Uraian han Satuan
(Rp)
merupakan petani yang mengusahakan lahan Per Ha (Rp)
pertanian bukan milik sendiri/ sewa, 6 petani 1 Peralatan
responden (30,00%) merupakan petani petani 450.00
1 Unit 450.000
yang mengusahan lahan pertanian milik sendiri Sprayer 0
dan 2 petani responden (10,00%) merupakan 100.00
2 Bh 200.000
petani yang mengusahakan bukan milik sendiri Cangkul 0
atau bagi hasil. 100.00
2 Bh 200.000
Analisa Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Skop 0
Usaha Tani Parang 2 Bh 80.000 160.000
Analisa biaya Pisau 1 Bh 40.000 40.000
Biaya produksi usaha budidaya pepaya Beko 450.00
1 Unit 450.000
Calina IPB 9 adalah biaya yang dikeluarkan Sorong 0
petani responden pepaya Calina IPB 9 selama Jumlah Total 1.500.000
proses produksi hingga menjadi produk buah Biaya
pepaya Calina IPB 9. Menurut (Soekartawi, 2 Sewa
2006;85). Biaya usaha budidaya meliputi biaya 8.500.00
8.500.000
tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap Lahan 1 Thn 0
(Variable cost). Biaya tetap (Fixed cost) 8.500.00
17.000.000
Lahan 2 Thn 0
meliputi pembukaan lahan, sewa lahan, selama
8.500.00
musim tanam usaha budidaya pepaya Calina. Lahan
3
Thn 0
25.500.000
Biaya tidak tetap (Variabel cost) meliputi biaya
Sumber : Data Primer
benih, biaya pupuk, biaya obat-obatan, dan
Dari tabel 4 diatas dapat kita ketahui
biaya tenaga kerja dll.
biaya rata-rata peralatan per Ha adalah Rp
1. Biaya tetap (Biaya investasi/Fixed 1.500.000 dan untuk rata-rata sewa yang
Cost=FC) dikeluarkan oleh petani responden selama 7
Biaya tetap dalam usaha budidaya
s/d 12 bulan sebesar Rp. 10.000.000, Biaya
pepaya Calina IPB 9 ini meliputi
tetap selama 1 priode produksi (36 Bulan)
peralatan/perlengkapan dan sewa lahan.
adalah Rp. 27.000.000.
Peralatan/perlengkapan dalam hal ini segala
jenis alat-alat pertanian yang dibutuhkan
untuk usaha budidaya pepaya Calina IPB 9.
Sewa Lahan adalah biaya yang dikeluarkan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
806 Vol.1 No.4 September 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
2. Biaya tidak tetap (Biaya eksploitasi sebesar Rp. 2.500.000 s/d Rp. 3.500.000/Ha.
/Variabel Cost=VC) Hal ini berbeda tergantung kesulitan
Di Daerah penelitian biaya variabel pembersihan oleh sebab itu dapat kita rata-
(biaya tidak tetap) untuk memproduksi ratakan Rp. 3.000.000/Ha. Pengolahan Lahan
tanaman pepaya Calina IPB 9 adalah biaya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan adalah Rp.
yang dialokasikan untuk membeli input 3.000.000 s/d 4.000.000 tergantung situasi
variabel seperti biaya tenaga kerja, pupuk, kondisi lahan dan kita rata-ratakan menjadi Rp.
bibit, dan, pestisida. Biaya Upah tenaga 3.500.000 dan biaya tenaga kerja untuk
kerja meliputi terbagi tiga tahap yatu : penanaman pepaya Calina IPB 9 Rata-rata Rp.
1. Tahap Awal dimana pada tahap ini 1.400.000 untuk 1.400 batang dan sudah
Biaya Pembukaan lahan, Biaya termasuk biaya penambalan yang mati pada
Pengolahan Lahan, dan Biaya saat tahap penanaman pertama dan total
Penanaman Pepaya. pembiayaan pada tahap awal ini adalah Rp.
2. Tahap Perawatan dimana Biaya 7.900.000. Pada tahap perawatan pada tabel 5
Perawatan yang dikeluarkan selama 1 kita dapat melihat biaya tenaga kerja perawatan
priode (36 Bulan) , perbulan dari 3 bulan sampai 36 bulan atau 1
3. Tahap Produksi dimana pada tahap ini masa priode produksi. Dengan total biaya
yang dikeluarkan Biaya Panen. Biaya perawatan adalah Rp. 65.500.000 selama 36
tenaga kerja dapat kita lihat pada Tabel. bulan. Pada tahap produksi atau panen
5 berhubung di lokasi penelitian biaya panen
Tabel 5. Biaya Tenaga Kerja (Biaya tidak yang menanggung adalah Pembeli maka biaya
tetap/ Variabel Cost) Rata-rata Usaha dianggap tidak ada.
Budidaya pepaya Calina IPB 9 Per Ha Untuk biaya rata-rata bibit, pupuk, dan
Masa
peptisida yang dikeluarkan petani pepaya
Kebutuhan Jumlah Calina IPB 9 Kecamatan Panyabungan Barat
No Uraian Waktu
(Rp/Ha) (Rp)
(Kali/Bln) Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada
1 Tahap Awal tabel 6 sebagai berikut :
Pembukaan 3.000.000 1 3.000.000
Tabel 6. Rata-Rata Biaya Variabel bibit,
pupuk, dan peptisida Perhektar Usaha
Pengolahan 3.500.000 1 3.500.000
budidaya Pepaya Calina IPB 9 di
Penanaman 1.400.000 1 1.400.000
Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten
Jumlah 7.900.000 Mandailing Natal
Tahap Harga
2 Kebutuhan Jumlah
Perawataan No Uraian Satua
Bulan 7 1.600.000 7 11.200.000 (Ha) (Rp)
n (Rp)
Bulan 9 1.600.000 9 14.400.000 1 Biaya sampai 7 bulan
Bulan 11 1.600.000 11 17.600.000
Bibit 1.800 Btg 5.000 9.000.000
Bulan 13 1.600.000 13 20.800.000 Pupuk
525 Kg
Bulan 36 1.600.000 36 57.600.000 ZA 3.500 1.837.500
Pupuk
Tahap 490 Kg
3 TSP 6.500 3.185.000
Produksi
Pupuk
Panen 0 29 0 357 Kg
KCL 7.000 2.499.000
Jumlah Total 36 Bulan ( 1 Priode) 65.500.000 Pupuk
2 Zak
SS 350.000 700.000
Sumber : Data Primer Kalsiu
30 Kg
Dari tabel 5 diatas menunjukkan tahap m 15.000 450.000
Awal Pembukaan Lahan biaya tenaga kerja
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.4 September 2020 807
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
20 Kg Convid
Borate 20.000 400.000 4 Bh
er 35.000 140.000
Delomi
20 Zak Gandas
t 25.000 500.000 4 Bh
il 30.000 120.000
Pupuk
Antoni
Kompo 450 Zak 2 Bh
k 55.000 110.000
s 10.000 4.500.000
Antrac
Pupuk 2 Bh
ol 50.000 100.000
Organi 20 Zak
k 125.000 2.500.000 Hantu 1 Btl 60.000 60.000
Regen 15 Btl 35.000 525.000 Ronda
1 Ltr
p 75.000 75.000
Lannat
15 Bh
e 35.000 525.000 Jumlah total 36.081.500
Termo 4
15 Btl Biaya sampai 13 bulan
stok 35.000 525.000
Pupuk
Convid 140 Kg
15 Bh ZA 3.500 490.000
er 35.000 525.000
Pupuk
Gandas 105 Kg
15 Bh TSP 6.500 682.500
il 30.000 450.000
Pupuk
Antoni 105 Kg
10 Bh KCL 7.000 735.000
k 55.000 550.000
Pupuk
Antrac 1 Zak
10 Bh SS 350.000 350.000
ol 50.000 500.000
Kalsiu
5 Btl 10 Kg
Hantu 60.000 300.000 m 15.000 150.000
Ronda 8 Kg
6 Ltr Borate 20.000 160.000
p 75.000 450.000
Regen 4 Btl 35.000 140.000
Jumlah total 29.921.500
Lannat
2 Biaya sampai 9 bulan 4 Bh
e 35.000 140.000
Pupuk Termo
140 Kg 4 Btl
ZA 3.500 490.000 stok 35.000 140.000
Pupuk Convid
105 Kg 4 Bh
TSP 6.500 682.500 er 35.000 140.000
Pupuk Gandas
105 Kg 4 Bh
KCL 7.000 735.000 il 30.000 120.000
Pupuk Antoni
1 Zak 2 Bh
SS 350.000 350.000 k 55.000 110.000
Kalsiu Antrac
10 Kg 2 Bh
m 15.000 150.000 ol 50.000 100.000
Borate 8 Kg 20.000 160.000 Hantu 1 Btl 60.000 60.000
Jumlah total 32.489.000 Ronda
1 Ltr
p 75.000 75.000
3 Biaya sampai 11 bulan Pupuk
Pupuk Kompo 450 Zak
140 Kg
ZA 3.500 490.000 s 10.000 4.500.000
Pupuk
105 Kg Jumlah total 44.174.000
TSP 6.500 682.500
Pupuk 5 Biaya sampai 36 bulan
105 Kg
KCL 7.000 735.000 Pupuk
1.540 Kg
Pupuk ZA 3.500 5.390.000
1 Zak
SS 350.000 350.000 Pupuk
1.155 Kg
Kalsiu TSP 6.500 7.507.500
10 Kg
m 15.000 150.000 Pupuk
1.155 Kg
8 Kg KCL 7.000 8.085.000
Borate 20.000 160.000
Pupuk
Regen 4 Btl 35.000 140.000 11 Zak
SS 350.000 3.850.000
Lannat Kalsiu
4 Bh 110 Kg
e 35.000 140.000 m 15.000 1.650.000
Termo 88 Kg
4 Btl Borate 20.000 1.760.000
stok 35.000 140.000

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
808 Vol.1 No.4 September 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Regen 44 Btl 35.000 1.540.000 Variabel Cost (Biaya tidak tetap) yaitu antara
Lannat
44 Bh lain biaya tenaga kerja, pupuk, bibit, dan,
e 35.000 1.540.000 pestisida. Untuk biaya rata-rata yang
Termo
44 Btl dikeluarkan oleh petani responden budidaya
stok 35.000 1.540.000
Convid
44 Bh
pepaya Calina IPB 9 dalam 9 bulan sebesar Rp.
er 35.000 1.540.000 54.789.000, selama 11 bulan sebesar Rp.
Gandas
il
44 Bh
30.000 1.320.000 61.581.500, selama 13 bulan Rp. 72.874.000,
Antoni dan Selama 36 bulan Rp. 153.691.500. Untuk
22 Bh
k 55.000 1.210.000 mendapat Biaya total (Total Cost =TC)
Antrac
ol
22 Bh
50.000 1.100.000
digunakan rumus :
11 Btl TC = FC + VC
Hantu 60.000 660.000
Ronda Jadi dapat kita hitung Biaya Total seperti
11 Ltr
p 75.000 825.000 pada tabel 7.
Pupuk Tabel 7. Rata-Rata Biaya Total (total cost
Kompo 450 Zak
s 10.000 4.500.000 =TC), Usaha budidaya Pepaya Calina IPB 9
Jumlah total 88.191.500
di Kecamatan Panyabungan Barat,
Sumber : Analisis Data Priemer Diolah Kabupaten Mandailing Natal
Berdasarkan tabel 6 tersebut, dapat No. Uraian Bln Jumlah (Rp)
diketahui bahwa rata-rata biaya bibit, pupuk, 1 Biaya tidak tetap
dan peptisida yang dikeluarkan petani pepaya (Variabel 49.021.500
Cost=VC)
Calina IPB 9 di Kecamatan Panyabungan Barat, 7
Kabupaten Mandailing Natal sampai 7 bulan Biaya tetap (Fixed 10.000.000
cost=FC)
dibutuhkan biaya sebesar Rp. 29.921.500,
Jumlah Total 59.021.500
sampai 9 bulan dibutuhkan biaya sebesar Rp.
2 Biaya tidak tetap
32.489.000, sampai 11 bulan dibutuhkan biaya (Variabel 54.789.000
sebesar Rp. 36.081.500, sampai 13 Bulan Cost=VC) 9
membutuhkan biaya sebesar Rp 44.174.000, Biaya tetap (Fixed 10.000.000
dan biaya rata-rata biaya bibit, pupuk, dan cost=FC)
peptisida yang dikeluarkan petani pepaya Jumlah Total 64.789.000
Calina IPB 9 untuk 1 priode musim tanam (36 3 Biaya tidak tetap
(Variabel
bulan) sebesar Rp. 88.191.500 . Untuk rata-rata Cost=VC) 61.581.500
11
perhektar lahan dibutuhkan bibit 1.800 batang,
Biaya tetap (Fixed
dengan jarak tanam antara tanaman satu dengan cost=FC) 25.500.000
yang lain 2 M antara bedengan satu dengan Jumlah Total 87.081.500
bedengan lain yaitu 3 M. (2 x 3 M) itu sudah 4 Biaya tidak tetap
termasuk penyulaman atau mengganti tanaman (Variabel 72.874.000
yang mati. Cost=VC) 13
3. Biaya total (total cost=TC) Biaya tetap (Fixed 18.500.000
cost=FC)
Untuk menghitung biaya total pertama
Jumlah Total 91.374.000
yang dilakukan yaitu menghitung biaya tetap,
5 Biaya tidak tetap
biaya tetap meliputi, peralatan/perlengkapan (Variabel 153.691.500
dan sewa lahan. Biaya tetap yang dibutuhkan Cost=VC) 36
untuk 12 bulan sebesar Rp. 10.000.000 dan Biaya tetap (Fixed 27.000.000
untuk 36 bulan sebesar Rp. 27.000.000. cost=FC)
selanjutnya kita menghitung biaya di total biaya Jumlah total 180.691.500

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.4 September 2020 809
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
4. Analisis Penerimaan Usaha budidaya 5. Analisis Pendapatan (π)
(TR) Usaha budidaya adalah suatu kegiatan
Penerimaan usaha ekonomi yang di tujukan untuk menghasilkan
budidaya adalah nilai produksi yang diperoleh output (penerimaan), dengan input fisik, tenaga
dalam suatu usaha budidaya. Menurut Shinta A kerja, dan modal sebagai korbanannya.
(2011;83) penerimaan usaha adalah perkalian Penerimaan total adalah nilai produksi usaha
antara produksi yang dihasilkan dengan harga budidaya dalam jangka waktu tertentu.
jual. Pengeluaran total usaha budidaya adalah semua
Penerimaan usaha budidaya nilai input yang dikeluarkan dalam proses
pepaya Calina IPB 9 merupakan jumlah total produksi. Pendapatan usaha budidaya
uang yang diterima dari hasil penjualan pepaya merupakan selisih antara penerimaan dengan
oleh petani yang dinyatakan dalam rupiah. semua biaya yang dikeluarkan dan bila
dirumuskan sebagai berikut : π = TR – TC
Tanaman pepaya panennya Sehingga diperoleh pendapatan usaha
tidak serentak sesuai dengan kematangan buah budidaya pepaya Calina IPB 9 di Kecamatan
pepaya dan petani menjual produksinya dengan Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing
harga jual yang berbedabeda untuk mengetahui Natal sebagai berikut.
frekuensi panen dan penjualan bisa dilihat di Tabel 9. Rata-Rata Pendapatan (π) Usaha
tabel 8 dibawah ini sebagai berikut : budidaya Pepaya Calina IPB 9 di
Tabel 8. Rata-Rata Penerimaan Usaha Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten
budidaya Pepaya Calina IPB 9 di Mandailing Natal
Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Penerimaan Total Biaya
Pendapatan
Mandailing Natal Bln π
TR (Rp) TC (Rp)
Rata- (Rp)/Ha
Jumlah
No Bln rata Total (Rp) 7 2.750.000 59.021.500 -56.271.500
(Rp)
(Kg)/Ha
9 27.250.000 64.789.000 -37.539.000
1 7 1.100 2.750.000 2.750.000
11 83.500.000 71.581.500 11.918.500
2 8 s/d 9 9.800 24.500.000 27.250.000
13 143.500.000 91.374.000 52.126.000
10 s/d
3 22.500 56.250.000 83.500.000
11 24 396.000.000 135.436.500 260.563.500
12 s/d 36 601.500.000 180.691.500 420.808.500
4 24.000 60.000.000 143.500.000
13 Sumber : Analisis Data Priemer Diolah
14 s/d Dari tabel 9 di atas dapat disimpulkan
5 183.200 458.000.000 601.500.000
36
bahwa rata-rata pendapatan usaha budidaya
Sumber : Analisis Data Priemer Diolah pepaya Calina IPB 9 per Ha di Kecamatan
Jumlah rata-rata produksi buah pepaya Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing
california di Kecamatan Panyabungan Barat, Natal untuk 1 priode (36 bulan) adalah Rp.
Kabupaten Mandailing Natal perhektar dapat 420.808.500 untuk pendapatan tersebut
dilihat pada tabel 8 dan harga yang diterima diperoleh dari total penerimaan(TR) dikurangi
oleh petani pada Rp.2.000 per Kg sampai Rp. dengan total biaya (TC).
3.000 Per Kg oleh sebab itu kita ambil harga 6. Periode pembayaran kembali (Pay back
rata-rata Rp. 2.500 per Kg. Rp. 601.500.000 periode)
rata-rata total penerimaan petani pepaya Pay back periode adalah priode waktu
california di Kecamatan Panyabungan Barat, untuk mengetahui kapan pada bulan atau tahun
Kabupaten Mandailing Natal, pada priode 1 keberapa (kapankah) seluruh biaya usaha
musim tanam (36 bulan). budidaya pepaya Calina IPB 9 dapat kembali.
Seluruh petani pepaya menjual produksinya
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
810 Vol.1 No.4 September 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
tiap minggu atau perperiodik. Dan untuk sebelas bulan sudah mencapai BEP (atau
mengetahui kapan biaya produksi usaha mencapi titik impas)
budidaya pepaya dapat kembali. Kita bisa
melihat tabel 10 dibawah ini 7. Analisis Imbangan Biaya dan Penerimaan
Tabel 10. RC-Ratio (R/C Ratio)
Total Analisis ini digunakan untuk
Bl Penerimaa RC-
Biaya TC mengetahui rasio keuntungan antara
n n TR (Rp) Ratio
(Rp) penerimaan dengan pengeluaran. Suatu usaha
3=2.500 x dikatakan efisien secara ekonomis apabila rasio
1 2 4=2/3 output terhadap inputnya lebih menguntungkan
(2)
7 2.750.000 59.021.500 0,05 dari usaha lain. Return and Cost Ratio (R/C
9 27.250.000 64.789.000 0,42 Ratio) merupakan perbandingan antara lain
output dengan pengeluaran usahatani.
11 83.500.000 71.581.500 1,17
Rasio pendapatan terhadap biaya
143.500.00
merupakan perbandingan antara total
13 0 91.374.000 1,57
penerimaan yang diperoleh dari setiap satuan
396.000.00 135.436.50
uang yang dikeluarkan dalam proses produksi
24 0 0 2,92
usahatani.
601.500.00 180.691.50
R/C Ratio merupakan perbandingan
36 0 0 3,33
antara total penerimaan(TR) dengan total biaya
Sumber : Analisis Data Priemer Diolah (TC). Menurut (Simatupang 2002) dan
Dalam perhitungan pay back periode (Rusastra 1996) didalam (Siregar dan
akan di jelaskan dibawah ini sebagai berikut: sumaryanto 2003), mengemukakan bahwa
1. Pada tanaman umur 0-7 bulan petani beberapa peneliti mengatakan usahatani suatu
pepaya california masih menderita komoditas dapat bertahan dan dikatakan layak
kerugian karena TC>TR (total biaya yaitu jika penerimaan bersih bagi pengelola paling
Rp. 59.021.500> Penerimaan Rp. sedikit mencapai 20 % dari biaya yang
2.750.000) dikeluarkan. Proporsi atau nilai penerimaan
2. Pada tanaman umur 11 bulan petani dianggap sudah cukup mewakili seorang petani
sudah bisa mengembalikan modal atau sebagai pengelola usaha. Perhitungan RC Ratio
(BEP) dan usaha budidaya sudah usaha budidaya pepaya Calina IPB 9 di
memberikan keuntungan tapi Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten
keuntungannya belum layak karena R/C Mandailing Natal. akan di jelaskan di bawah ini
Ratio baru mencapai 1,17) pendapatan sebagai berikut :
untung Rp. 11.918.500 1. Total Penerimaan (TR). = Rp.
3. Untuk tanaman berumur 13 bulan usaha 143.500.000
budidaya efisien (menguntungkan dan 2. Total Biaya. (TC) =Rp. 91.374.000
layak untuk diusahakan karna R/C = 1,57 3. R/C Rasio = 1,57
(R/C Ratio > 1,3) atau sudah memberikan 4. Pay back priode Pada bulan ke tiga belas
keuntungan sebesar Rp 52.126.000 Untuk Melihat nilai R/C Ratio sebesar 1,57
lebih jelasnya bisa dilihat di tabel 9 dan maka dapat diartikan bahwa setiap penggunaan
tabel 10. biaya sebesar 1 satuan nilai maka diperoleh
Dengan demikian dari perhitungan Pay penerimaan sebesar 1,57 satuan nilai. Dan
back priode usaha budidaya pepaya Calina IPB untuk R/C Rasio 1 priode (36 Bulan) Usaha
9 di Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten budidaya pepaya Calina IPB 9 adalah 3,33 dan
Mandailing Natal pada umur tanaman ke
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.4 September 2020 811
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
rata-rata Pendapatan π adalah Rp. 420.808.500 5. Pada pay back priode tanaman berumur 13
untuk per Ha. dengan demikian dari bulan yang memberikan keuntungan layak
perhitungan R/C Ratio usaha budidaya pepaya (efisien) dengan R/C Ratio sebesar 1,57.
Calina IPB 9 di Kecamatan Panyabungan Barat, Diatas RC Ratio kaidahnya yaitu R/C Ratio
Kabupaten Mandailing Natal diatas, berarti >1,2
usahatani efisien atau menguntungkan dan 6. Pada umur tanaman ke 13 bulan Nilai dari
layak untuk diusahakan sesuai dengan kriteria R/C Ratio sebesar 1,57 maka dapat diartikan
dalam usahatani bila R/C Ratio > 1,2. bahwa setiap penggunaan biaya sebesar 1
satuan nilai maka diperoleh penerimaan
PENUTUP sebesar 1,57 satuan nilai dengan demikian
Kesimpulan dari perhitungan R/C Ratio usahatani pepaya
Berdasarkan hasil kesimpulan dan hasil Calina IPB 9 di Kecamatan Panyabungan
analisa pada usaha budidaya pepaya Calina IPB Barat Kabupaten Mandailing Natal diatas,
9 di Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten berarti usahatani efisien atau
Mandailing Natal dapat disimpulkan sebagai menguntungkan dan layak untuk
berikut : diusahakan.
1. Rata-rata total biaya atau Total Cost (TC), Saran
untuk satu hektar lahan tanaman pepaya Untuk mencapai hasil yang maksimal
california di Kecamatan Panyabungan Barat, diperlukan pemupukan dan perawatan yang
Kabupaten Mandailing Natal untuk 1 priode rutin terutama dimusim penghujan, jangan
(36 bulan) adalah sebesar Rp. 180.691.500; sampai ada genangan air karena akar pepaya
2. Jumlah produksi rata-rata di tingkat petani akan mengalami pembusukan dan pepaya akan
Kecamatan Panyabungan Barat pada mati kalau dibiarkan.
tanaman umur 7 bulan sebanyak 1.100
tanaman pada umur 8 s/d 9 bulan sebanyak DAFTAR PUSTAKA
9.800 Kg tanaman umur 10 s/d 11 bulan [1] Arifin, 2005. Teori Keuangan dan Pasar
sebesar 22.500 Kg dan jumlah Modal. Yogyakarta: Ekosinia.
keseluruhan(1 Priode adalah 240.600 Kg. [2] Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian
Dengan harga buah pepaya Calina IPB 9 per Suatu Pendekatan Praktek,
Kg dipasaran pada adalah sebesar Rp.2.000 Jakarta :Rieneka Cipta, Cet III.
s/d Rp.3.000 maka diperoleh jumlah [3] Isnawan Y, 2011. Budidaya Pepaya
penerimaan yaitu sebesar Rp. 601.500.000; California.
3. Pendapatan usahatani pepaya california di http://epetani.pertanian.go.id/budidaya/
Kecamatan Panyabungan Barat Kabupaten budidayapepayacalifornia-8481 [21
pada 1 priode (36 bulan) adalah sebesar Rp. Agustus 2014].
420.808.500; [4] Purnadi, P., Widhiandono, H., &
4. Pay Back Preode (PBP) usahatani pepaya Darmawan, A. (2017). Penyuluhan
california usahatani pepaya california di kewirausahaan dan cara penanaman
Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten pepaya california pada lahan kosong untuk
Mandailing Natal pada saat tanaman umur meningkatkan kesejahteraan buruh tani.
11 bulan sudah melebihi BEP dan sudah Media Ekonomi, 17(1).
memberikan keuntungan yaitu sebesar Rp. [5] Shinta A, 2011. Ilmu Usaha budidaya,
11.918.500 atau 1,17 karena untuk ukuran (Malang: Penerbit UB - Press).
kelayakan menurut Simatupang (2002) dan [6] Siregar Masdjidin dan Sumaryanto,
Rusatara (1996) dalam Siregar Masdjidin (2003), Analisis Daya Saing Usahatani
dan Sumaryanto (2003) adalah 1,2 dari biaya kedelai di DAS Brantas,Pusat Penelitian
yang dikeluarkan; dan Pengembangan Sosial Ekonomi
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
812 Vol.1 No.4 September 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Pertanian,Deptan,Jurnal Agroekonomi
volume 21 nomor 1, Bogor.
[7] Soekartawi, 2006. Analisis Usaha
budidaya. Jakarta. Universitas Indonesia.
[8] Sumaryanto, Wahida dan M. Siregar. 2003.
Determinan Efisiensi Teknis Usaha
budidaya di Lahan Sawah Irigasi. Jurnal
Agro Ekonomi, 21 (1):72-96.
[9] Sujiprihati S, Suketi K. 2014. Budidaya
Pepaya Unggul. Ed ke-3. Penebar
Swadaya, Jakarta.
[10] Szulecka, J., Obidzinski, K., & Dermawan,
A. (2016). Corporate–society engagement
in plantation forestry in Indonesia:
Evolving approaches and their
implications. Forest Policy and
Economics, 62, 19-29.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai