Anda di halaman 1dari 14

Makalah Kasus Dan Solusi

Dalam Perlindungan Konsumen


Oleh:
Salsabil Cecarani
(2002126383)

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Prodi: Akuntansi

1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada saya
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul kasus dan solusi dalam Perlindungan Konsuman tepat waktu.

Makalah Perlindungan Konusmen disusun guna memenuhi tugas ibuk Rika Lestari, SH, M. pada
mata kuliah Hukum Bisnis di Universitas Riau Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang kasus dalam perlindungan konsumen dan
solusinya.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen hokum bisnis. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Duri, 30 oktober 2020


Salsabil Cecarani

2
Daftar isi

Kata Pengantar..............................................................................................................................2
Daftar isi.........................................................................................................................................3
Bab 1...............................................................................................................................................4
Pendahuluan.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................5
Bab 2...............................................................................................................................................6
Pembahasan..................................................................................................................................6
A. Pengertian Perlindungan Konsumen.................................................................................6
B. Asas Dan Tujuan Perlindungan Hukum............................................................................8
C. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Perlindungan Konsumen..............................................9
D. Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku Usaha.......................................................10
E. Sengketa Konsumen........................................................................................................12
F. Badan dan Lembaga Perlindungan Konsumen dan Swadaya Masyarakat.....................13
Bab 3.............................................................................................................................................15
Penutupan...................................................................................................................................15
Kesimpulan.............................................................................................................................15

3
Bab 1
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan ini tidak akan
pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak
konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah
perlindungan konsumen perlu diperhatikan.

Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama. Pada era
globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam produk
barang/pelayanan jasa yang dipasarkankepada konsumen di tanah air, baik melalui promosi,
iklan, maupun penawaran barang secara langsung.

Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang/jasa yang diinginkan, konsumen hanya akan
menjadi objek eksploitas dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Tanpa disadari,
konsumen menerima begitu saja barang/jasa yang dikonsumsinya.

Perkembangan perekonomian, perdagangan, dan perindustrian yang kian hari kian meningkat
telah memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada konsumen karena ada beragam variasi
produk barang dan jasa yang bias dikonsumsi. Perkembangan globalisasi dan perdagangan besar
didukung oleh teknologi informasi dan telekomunikasi yang memberikan ruang gerak yang
sangat bebas dalam setiap transaksi perdagangan, sehingga barang/jasa yang dipasarkan bisa
dengan mudah dikonsumsi.

Permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya sekedar bagaimana memilih barang, tetapi
jauh lebih kompleks dari itu yang menyangkut pada kesadaran semua pihak, baik pengusaha,
pemerintah maupun konsumen itu sendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen.
Pengusaha menyadari bahwa mereka harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang
dan jasa yang berkualitas, aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang
berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan undang-undang

4
serta peraturan-peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan berpindahnya barang dan jasa
dari pengusaha ke konsumen. Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan
serta undang-undang tersebut dengan baik.

Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen yang


direncanakan adalah untuk meningakatkan martabat dan kesadaran konsumen, dan secara tidak
langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh
rasa tanggung jawab. Yang perlu disadari oleh konsumen adalah mereka mempunyai hak yang
dilindungi oleh undang-undang perlindungan konsumen sehingga dapat melakukan sasial kontrol
terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan pemerintah. Dengan lahirnya undang-undang
No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan upaya perlindungan konsumen di
indonesia dapat lebih diperhatikan.

Pada penulisan makalah ini kita akan membahas mengenai bagaimana perlindungan terhadap
konsumen serta apa saja hak dan kewajiban konsumen. Dalam makalah ini kami juga akan
menjelaskan tentang prinsip ,asas-asas dan tujuan perlindungan konsumen yang mungkin akan
berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa/I dimasa yang akan datang.

5
B. Rumusan Masalah
Menurut Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UU Perlindungan Konsumen), faktor utama yang menjadi penyebab eksploitasi
terhadap konsumen sering terjadi adalah masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen akan
haknya. Tentunya, hal tersebut terkait erat dengan rendahnya pendidikan konsumen.

Selain kurangnya tingkat kesadaran konsumen akan hak-hak dan kewajibanya yang terkait
dengan tingkat pendidikannya yang rendah,pemerintah selaku penentu
kebijakan,perumus,pelaksana sekaligus pengawas atas jalanya peraturan yang telah dibuat
sepertinya masih kurang serius dalam menjalankan kewajibannya.

Produsen yang yang mencari keuntungan pun masih membandel dengan menghalalkan segala
cara untuk memaksimalkan laba yang diperoleh tanpa memperhatikan undang-undang yang
berlaku serta keselamatan konsumennya.

6
Bab 2
Pembahasan
A. Pengertian Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen adalah perangkat hukum yang diciptakan untuk melindungi dan
terpenuhinya hak konsumen. Sebagai contoh, para penjual diwajibkan menunjukkan tanda harga
sebagai tanda pemberitahuan kepada konsumen.

Dalam Undang-undang republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen,
konsumen didefinisikan sebagai “setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, oranglain, maupun makhluk yang lain
dan tidak untuk diperdagangkan. Pendapat lain merumuskan bahwa konsumen adalah setiap
individu atau kelompok yang menjadi pembeli atau pemakai akhir dari kepemilikan khusus,
produk atau pelayanan dan kegiatan tanpa memperhatikan apakah dia pedagang, pemasok,
produsen pribadi atau public, atau berbuat sendiri ataukah secara kolektif.

Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia menjelaskan bahwa hak konsumen


diantaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi
barang dan atau jasa; hak untuk memilih jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk diperlakukan atau
dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi,
ganti rugi dan atau penggantian, apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan sebagainya.

Terdapat beberapa ketentuan-ketentuan umum dalam undang-undang mengenai perlindungan


konsumen yaitu sebagai berikut :

a. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
b. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat.
c. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

7
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang hukum.
d. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak
maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
e. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi
masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
f. Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang atau
jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang atau jasa yang akan dan sedang
diperdagangkan.
g. Impor barang adalah kegiatan memasukkan barang kedalam daerah.
h. Impor jasa adalah kegiatan penyediaan jasa asing untuk digunakan didalam wilayah
republik Indonesia.
i. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat adalah lembaga non pemerintah
yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani
perlindungan konsumen.
j. Klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang
dituangkan dalam suatu dokumen atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh
konsumen.
k. Badan penyelesaian sengketa konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan
menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.
l. Badan perlindungan konsumen nasional adalah badan yang dibentuk untuk membantu
upaya pengembangan perlindungan konsumen.
m. Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
barang perdagangan.

8
B. Pengertian konsumen
Konsumen secara harfiah memiliki arti, orang atau perusahaan yang membeli barang tertentu
atau menggunakan jasa tertentu, atau sesuatu atau sese orang yang menggunakan suatu
persediaan atau sejumlah barang. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan
atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan dari pengertian
tersebut, yang dimaksud konsumen orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan jasa.

C. Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku Usaha


1. Hak Dan Kewajiban Konsumen
Hak konsumen sebagaimana dikemukakan pada pasal 4 Undang-Undang Perlidungan
Konsumen antara lain:
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa.
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

9
Kewajiban konsumen antara lain:

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau


pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen.

Kewajiban Pelaku Bianis antara lain sebagai berikut :

a. bertikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.


b. Melakukan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaika, dan pemeliharaan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif ; pelaku usaha dilarang membeda-bedakan konsumen dalam memberikan
pelayanan; pelaku usaha dilarang membeda-bedakan mutu pelayanan kepada konsumen.
d. Menjamin mutu barang atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang atau jasa yang berlaku.
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji atau mencoba barang atau jasa
tertentu serta memberi jaminan dan garansi .
f. Memberi kompensasi , ganti rugi atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian, dan manfaat barang atau jasa yang diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi ganti rugi atau penggantian apabila berang atau jasa yang diterima
atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Dengan terbitnya Undang-Undang tersebut maka diharapkan kepada para pelaku usaha untuk
melakukan peningkatan dan pelayanan sehingga konsumen tidak merasa dirugikan. Yang
penting dalam hal ini adalah bagaimana sikap produsen agar memberikan hak-hak konsumen
yang pantas di peroleh. Disamping itu juga agar konsumen menyadari apa yang menjadi
kewajibannya. Disini dimaksudkan agar kedua belah pihak saling memperhatikan hak dan
kewajiban masing-masing. Apa yang menjadi hak dari konsumen maka kewajiban bagi
produsen dan sebaliknya.

10
D. Sengketa Konsumen
Dalam Undang-Undang perlindungan konsumen memang tidak ada dijumpai tentang definisi
atau pengertian dari Sengketa konsumen. Namun dalam beberapa pasal di tentukan adanya
larangan bagi pelaku usaha yang apabila dilakukan dapat merugikan konsumen. Larangan yang
dilakukan pelaku usaha inilah yang bisa menjadi sengketa konsumen.

Larangan bagi pelaku usaha yersebut ditentuken mulai pasal 8 sampai pasal 18 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen sebagai berikut :

Pasal 8 (Delapan) :

1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut
ukuran yang sebenarnya.
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau
penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut.
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau
promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.
g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan
yang paling baik atas barang tersebut.
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang
dicantumkan dalam label.
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang,
ukuran, berat / isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang
menurut ketentuan harus di pasang/dibuat.
11
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa
Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

E. Badan dan Lembaga Perlindungan Konsumen dan Swadaya


Masyarakat
Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuk Badan Perlindungan
Konsumen Nasional yang berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan
bertanggung jawab kepada Presiden. (pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001
tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional).

Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai fungsi memberikan saran dan


pertimbangan kepada Pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di
Indonesia. Untuk melaksanakan fungsi tersebut Badan Perlindungan Konsumen Nasional
mempunyai tugas :

1. Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka penyusunan


kebijaksanaan di bidang perlindungan konsumen.
2. Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perudang-undangan yang
berlaku dibidang perlindungan konsumen.
3. Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut keselamatan
konsumen.
4. Mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.[13]
5. Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen ddan
memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen.
6. Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat, lembaga
perlindungan swadaya masyarakat, atau pelaku usaha.
7. Melakukan survey yang menyanngkut kebutuhan konsumen. (vide Paasal 3ayat 2
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen
nasional).

12
Badan Perlindungan Konsumen Nasional terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang
wakil ketua merangkap anggota, serta sekurang-kurangnya 15 orang dan sebanyak-banyaknya
25 orang anggota yang mewakili semua unsur, yaitu dari unsur :

1. Pemerintah
2. Pelaku Usaha
3. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
4. Akademisi
5. Tenaga Ahli.

Adapun Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga non


pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani
perlindungan konsumen.

Tugas lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat meliputi kegiatan :

1. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban
dan kehati-hatian konsumen dalam mengonsumsi barang dan jasa.
2. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya, bekerjasama dengan
instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen.
3. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau
pengaduan konsumen.
4. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan
perlindungan konsumen

13
Bab 3
Penutupan
Kesimpulan
Kesadran konsumen bahwa mereka memiliki hak, kewajiban serta perlindungan hukum
atas mereka harus diberdayakan dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang layak
atas mereka, mengingat factor utama perlakuan yang semena-mena oleh produsen kepada
konsumen adalah kurangnya kesadaran serta pengetahuan konsumen akan hak-hak serta
kewajiban mereka.

Pemerintah sebagai perancang, pelaksana serta pengawas atas jalannya hukum dan UU tentang
perlindungan konsumen harus benar-benar memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi
pada kegiatan produksi dan konsumsi ini agar tujuan para produsen untuk mencari laba berjalan
dengan lancer tanpa ada pihak yang dirugikan, demikian juga dengan konsumen yang memiliki
tujuan untuk memaksimalkan kepuasan jangan sampai mereka dirugikan karena kesalahan yang
yang diakibatkan dari proses produksi yang tidak sesuai dengan standar berproduksi yang sudah
tertera dalam hukum dan UU yang telah dibaut oleh pemerintah.

Kesadaran produsen akan hak-hak konsumen juga sangat dibutuhkan agar tercipta harmonisasi
tujuan antara produsen yang ingin memperoleh laba tanpa membahayakan konsumen yang ingin
memiliki kepuasan maksimum.

14

Anda mungkin juga menyukai