Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana Menulis Rumusan Masalah dalam Proposal Penelitian?

Perumusan masalah, atau proses merumuskan masalah, sangat penting dalam proposal penelitian.
Terdapat tiga pokok penting dalam sebuah proposal penelitian:

1. Pokok tentang masalah penelitian.


2. Pokok tentang ‘state of the art’ atau posisi ilmiah penelitian.
3. Pokok tentang metode penelitian.
Ketiga pokok ini dijelaskan dalam bagian yang berbeda-beda. Pokok tentang masalah penelitian
dijelaskan dalam: Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. Pokok
tentang ‘state of the art’ atau posisi ilmiah penelitian dijelaskan dalam Bab Tinjauan Pustaka. Pokok
tentang metode dijelaskan dalam Bab Metode Penelitian. Tulisan singkat ini akan membahas pokok
pertama, tentang masalah penelitian.

Dalam pokok pertama ini (masalah penelitian), hal paling utama yang harus dijelaskan adalah
bagaimanaalur pikir dan argumentasi peneliti hingga bisa menemukan atau merumuskan masalah
penelitian tertentu. Asumsi dasarnya, tidak mungkin masalah penelitian lahir dan ditemukan begitu saja,
pasti ada konteks yang menyertainya.

Terdapat beberapa bab mengenai masalah penelitian:

1. Latar Belakang
2. Perumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
Keempat bab tersebut bergerak dari konteks umum yang luas, menuju hal yang spesifik (rumusan
masalah dan tujuan penelitian), kembali kepada konteks umum berupa manfaat penelitian secara luas. 

1.   Latar Belakang

Latar belakang berisi tiga hal: deksripsi fenomena yang akan dikaji, urgensi serta kelayakan meneliti
fenomena tersebut. Pada prinsipnya, ketiga hal tersebut harus ada dalam latar belakang. Memang,
biasanya ketiganya dijelaskan secara urut, mulai dari deskripsi fenomena, urgensi, lalu kelayakan.
Namun, sebenarnya tidak harus dengan urutan tersebut, yang penting adalah alur penulisan yang
sistematis dan nyaman dibaca.

Perlu ditambahkan, penjelasan ketiga hal tersebut menyatu dalam Bab Latar Belakang, tidak perlu dibuat
subbab fenomena, subbab urgensi, ataupun subbab kelayakan.

a.       Fenomena yang akan diteliti

Sebuah penelitian dilakukan dalam rangka menjawab keingintahuan peneliti untuk mengungkapkan suatu
gejala atau fenomena yang belum terjelaskan, atau suatu fenomena yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya. Latar belakang menjelaskan fenomena tersebut. Dengan kata lain, peneliti harus mampu
menjelaskan fenomena yang akan diteliti serta konteks yang melingkupinya, misalnya konteks sosial,
budaya, ekonomi atau sejarah. Tentu saja, tidak semua konteks perlu dipaparkan, hanya konteks-konteks
yang relevan dengan masalah penelitian saja yang dijelaskan.
b.        Urgensi meneliti fenomena tersebut

Penelitian hanya bisa dilakukan terhadap fenomena yang penting, dalam arti bagi masyarakat luas, tidak
hanya penting secara personal bagi peneliti. Dalam bagian ini, peneliti harus mampu mengungkapkan
mengapa fenomena tersebut penting untuk dikaji.

c.    Kelayakan meneliti fenomena tersebut

Setelah mengungkap urgensi penelitian, peneliti harus mampu menjelaskan bahwa untuk mengungkap
fenomena yang akan dikaji memang membutuhkan langkah-langkah yang runtut, sistematis dan logis.
Singkatnya, untuk menjelaskan fenomena tersebut secara meyakinkan harus dilakukan penelitian.

Kelemahan umum yang harus dihindari dalam penulisan latar belakang ini adalah: 1). Penjelasan yang
terlalu melebar dan tidak relevan, 2). Penjelasan yang tidak sistematis, seringkali berputar-putar atau
banyak pengulangan yang tidak perlu.

2.    Perumusan Masalah

Bagian ini menguraikan fokus penelitian. Biasanya disajikan dengan alur berikut ini:

a.   Ringkasan fenomena

Peneliti mengungkapkan kembali fenomena yang akan dikaji secara ringkas. Jadi, semacam ringkasan
dari latar belakang, cukup satu atau dua paragraf. Penjelasan ini berfungsi sebagai penghubung antara
Bab Latar Belakang dengan Bab Perumusan Masalah, sekaligus sebagai pengantar untuk memasuki
fokus penelitian.

b.   Fokus penelitian

Peneliti tidak mungkin mengkaji sebuah fenomena secara menyeluruh, terkecuali dalam penelitian
tertentu yang advance atau dilakukan oleh sebuah tim. Maka, peneliti harus menentukan fokus penelitian,
sisi atau dimensi apa yang akan diteliti dari fenomena yang telah dijelaskan. Jika diperlukan, peneliti bisa
menjelaskan asumsi dan lingkup yang menjadi batasan dari fokus penelitian.

c.   Pembatasan-pembatasan  objek kajian

Penelitian pasti mempunyai objek kajian yang spesifik. Penentuan objek kajian ini tidak bisa semena-
mena, sebaliknya harus berdasar argumentasi yang kuat.

Dalam penelitian lapangan, baik kuantitatif maupun kualitatif, penelitian pasti dilakukan terhadap
kelompok masyarakat tertentu (lokasi penelitan). Biasanya, subjek dan lokasi penelitian sudah diungkap
sejak awal di Bab Latar Belakang, bagian ini menegaskan subjek atau lokasi penelitian dan argumentasi
mengapa memilih subjek atau lokasi tersebut.

Dalam penelitian teks, bagian ini menjelaskan teks atau media yang akan dianalisis serta
argumentasinya. Teks atau media yang akan dianalisis bisa saja sejak awal sudah disinggung di Bab
Latar Belakang, namun bagian ini menegaskan serta menyajikan argumentasi mengapa memilih teks
atau media tersebut. Jika yang dianalisis adalah isi media, pasti ada pembatasan kategori isi media yang
akan dianalisis (misal: tajuk rencana, headline, cover atau lainnya), maka peneliti harus menjelaskan hal
tersebut berikut argumentasinya. Jika ada pembatasan isu-isu khusus yang akan dianalisis, peneliti juga
harus menjelaskan secara eksplisit berikut argumentasinya.

d.   Rumusan masalah
Dalam setiap proposal penelitian pasti ada rumusan masalah yang tegas (research problem statement),
biasanya dinyatakan dengan sebuah kalimat tanya. Walaupun, sebenarnya bisa juga dinyatakan dengan
kalimat berita.

3.    Tujuan Penelitian

Dalam bab ini, peneliti memberikan pernyataan singkat dan jelas mengenai tujuan penelitian. Sebuah
penelitian (ilmu sosial) dapat bertujuan:

1. Menguraikan atau mendeskripsikan suatu fenomena.


2. Membuktikan suatu hal.
3. Membuat suatu prototipe/model sosial.
Tujuan penelitian harus konsisten dengan rumusan masalah. Biasanya, tujuan penelitian berupa
pengubahan bentuk kalimat dari rumusan masalah. Jika rumusan masalah dinyatakan dengan kalimat
tanya, maka tujuan penelitian mengubahnya menjadi kalimat berita (pernyataan).

4.    Manfaat Penelitian

Dalam bagian ini, peneliti harus menguraikan manfaat atau kontribusi yang bisa diberikan dari penelitian
yang dilakukan. Manfaat ini mencakup dua hal:

1. Manfaat teoritis, artinya manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan ataupun


pengembangan metode keilmuan tertentu.
2. Manfaat praktis, artinya manfaat bagi lembaga atau masyarakat yang diteliti, atau bagi
para pengambil kebijakan yang terkait. Manfaat bisa berupa pemecahan masalah sosial
kemasyarakatan atau pengembangan kelembagaan.
Menulis manfaat sebenarnya cukup mudah jika memang peneliti mampu merumuskan manfaat dari
penelitian yang akan dilakukan. Pertanyaannya, siapa yang bisa mengambil manfaat atau keuntungan
dari penelitian yang dilakukan? Namun, terdapat sebuah kelemahan umum yang perlu dihindari: manfaat
yang dijelaskan sangat umum, tidak spesifik.

Anda mungkin juga menyukai