Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh
Nim : 2018009072
Prodi : Agroteknologi
STUDI AGROTEKNOLOGI
2021
ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh jenis larutan
terhadap titik didih dan mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmotiknya.
Metode yang kami gunakan yaitu dengan merancang alat dan bahan untuk menegtahui titik
didih masing-masing larutan dan tekanan osmotic yang menggunakan botol sebagai media.
Hasil dari percobaan kami diperoleh nilai titik didih air murni yaitu 98oC, nilai titik didih
larutan garam dengan konsentrasi 0.2 M, 0.4 M dan 0.6 berturut-turut yaitu 95oC, 94oC dan
96 oC, sehingga mengalami kenaikan titik didih secara berturut-turut yaitu -3, -4 dan -2 oC.
Nilai titik didih larutan sukrosa dengan konsentrasi 0.2 M, 0.4 M dan 0.6 berturut-turut
yaitu 94oC, 93oC dan 94oC, sehingga mengalami kenaikan titik didih secara berturut-turut
yaitu -4, -5 dan -4 oC.. Pada percobaan kedua diperoleh nilai tekanan osmotic pada
konsentrasi 0%, 5% dan 40% secara berturt-turut yaitu 0 atm, 42,04 atm dan 336,42 atm.
Diharapkan pada percobaan selanjutnya praktikan dapat lebih teliti saat mengamati proses
pelarutannya dan lebih terampil dalam penggunaan alat dan melakuakn perhitungan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam kehidupan kita dapat menemukan campuran dari berbagai zat, baik campuran
yang sifatnya homogen maupun heterogen. Zat-zat yang bercampur tadi dapat menghasilkan
senyawa maupun larutan. Larutan merupakan sistem homogen yang terdiri dari zat terlarut
dan zat pelarut. Larutan yang terbentuk antara zat terlarut yang tidak mudah menguap dengan
pelarut akan memmpunyai sifat yang berbeda dengan pelarut murninya. Salah satu sifat
larutan dapat dilihat dari kemampuannya dalam menghantarkan listrik. Larutan yang dapat
mengahantarkan listrik disebut larutan elektrolit yang berupa ion-ion sedangkan larutan yang
tidak dapat menghantarkan listrik disebut sebagai larutatan non elektrolit dan berupa molekul.
Selain itu terdapat pula sifat suatu larutan yang bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Sifat
tersebut dikenal dengan sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan sendiri terdiri dari
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan peristiwa osmosis.
Sifat koligatif merupakan sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh konsentrasi zat
terlarut, namun bagaimana jika terdapat suatu larutan dengan konsentrasi sama namun jenis
zat terlarutnya atau sifat larutannya yang berbeda. Misalnya larutan gula dan garam ataupun
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Untuk mengetahuinya maka dilakukan kegiatan
praktikum ini dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh jenis zat terhadap sifat
koligatif larutan utamanya terhadap titik didih dan tekanan osmosinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh jenis larutan terhadap titik didihnya?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmosis?
C. Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh jenis larutan terhadap titik didihnya
2. Untuk megetahui pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmosis
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah kami berhipotesis bahwa :
1. Jika jenis larutan berbeda maka titik didih larutan berbeda
2. Jika konsentrasi larutan semakin tinggi maka tekanan osmosis semakin besar
BAB II
KAJIAN TEORI
Molalitas
Penjumlahan penurunan titik beku atau kenaikan titik didih menggunakan
konsentrasi satuan molal. Molalitas dilambangakan m, pada sebuah larutan nilai pada
partikel larutan per kilogram pada pelarut. Persamaan ini untuk molaritas, tetapi satuan
untuk molaritas mengacu pada massa pelarutnya bukan volume larutan.
mol larutan
Molaritas (m)=
Kg pelarut
Jadi, i harus bernilai 1 untuk semua nonelektrolit, untuk elektrolit kuat seperti NaCl
dan KNO3 bernilai 2. Pada kenyatannya sifat koligatif larutan elektrolit biasanya lebih
kecil daripada yang diperhitungkan karena pada konsentrasi yang lebih tinggi, gaya
elektrostatik berpengaruh. Sehingga kation dan anion saling tarik-menarik. Satu kation
dan satu anion yang terikat oleh gaya elektrostatik dinamakan pasangan ion (ion
pair). Pembentukan satu pasangan ion menurunkan jumlah partikel dalam lautan
sebanyak satu, mengakibatkan berkurangnya sifat koligatif.
1. Pada tekanan tetap, kenaikan titik didih dan penurunana titik beku suatu larutan
encer berbanding lurus dengan konsentrasi massa.
2. Larutan encer semua zat terlarut tidak mengion, dalam pelarut yang sama
dengan konsentrasi molal yang sama, mempunyai titik didih atau titik beku
sama, pada tekanan yang sama.
Tabel 2.1. Konstanta kenaikan titk didih (Kb) dan penurunan titk beku (Kf)
Jika sel darah merah ditempatkan pada larutan yang bukan isotonik,
perbedaan tekanan osmotik di dalam dan di luar sel sangat drastis mengubah
volume sel tersebut. Ketika sel darah merah ditempatkan pada larutan hipotonik,
yang memiliki konsentrasi zat terlarut yang rendah (hipo artinya “lebih rendah”),
air mengalir ke sel dengan osmosis. Pertambahan cairan itu menyebabkan sel
semakin menggembung dan kemungkinan akan pecah, proses itu disebut hemolisis.
Proses yang sama akan terjadi ketika kamu meletakkan makanan kering seperti
kismis atau buah kering di dalam air. Air akan masuk kedalam sel, dan makanan
akan berbentuk bulat dan mengembang.
BAB III
METODE PERCOBAAN
B. Rancangan Percobaan
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Menimbang mentimun
sebesar 4,76 g sebanyak
tiga
Dimasukkan ke dalam
Ditutup dengan
larutan NaCl 5% dan
plastik selama 35
40%, serta aquades
menit
Menimbang massa
sesudah perendaman
NaCl
Kegiatan 2
1. Variabel manipulasi : Konsentrasi larutan NaCl
Definisi Operasional : Pada percobaan ini kami menggunakan
konsentrasi larutan NaCl 5%, 40%, dan 0%
(aquades murni).
2. Variabel kontrol : Massa, volume, waktu, dan suhu
Definisi Operasional : Pada percobaan ini kami menggunakan massa
mentimun 4,76 gr, volume larutan masing-masing
sebanyak 50 mL, waktu perendaman selama ± 35
menit, dan suhu ruangan sebesar ±26°.
3. Variabel respon : Perubahan massa mentimun, tekanan osmotik
Definisi Operasional : Hasil dari percobaan ini adalah perubahan massa
mentimun, dan dari perubahan massa mentimun
tersebut kita dapat mengetahui pengaruh terhadap
tekanan osmotiknya.
2. Kegiatan 2 :
a. Menyiapakan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Menimbang 3 potong mentimun di atas neraca digital masing-masing dengan
massa 4,76 gr.
c. Memasukkan ke dalam tiga gelas yang berisi masing-masing aquades, larutan
NaCl 5%, dan larutan NaCl 40%.
d. Menutup menggunakan plastic dan karet gelang selama 35 menit.
e. Menimbang massa mentimun setelah direndam.
f. Mencatat perubahan massa mentimun pada tabel hasil percobaan.
• Alur Percobaan
Kegiatan 1
Air
- Dipanaskan
hingga mendidih,
suhu konstan
Titik Didih
Sukrosa NaCl
Rendaman potongan
mentimun
Perubahan massa
potongan mentimun
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Dari praktikum yang telah kami lakukan, kami mendapatkan data sebagai berikut :
1. Kegiatan 1
Tabel 4.1. Pengaruh Jenis Zat terhadap Titik Didih
Konsentrasi
No. Jenis Zat (T1 ± 1) 0C (T2 ± 1) (0C)
(M)
1. Air murni 0 26 98
2. Garam (NaCl) 0.2 26 95
0.4 26 94
0.6 26 96
3. Sukrosa 0.2 26 94
0.4 26 93
0.6 26 94
Keterangan :
T2 = Titik didih (Tb)
Zat pelarut 50 mL
2. Kegiatan 2
Tabel 4.2. Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap Tekanan Osmotik
No. Konsentarsi (%) (M1 ± 0,01) g (M2± 0,01) g
1. 0 4.76 5.35
2. 5 4.76 4.12
3. 40 4.76 4.09
B. Analisis
• Kegiatan 1
Praktikum pertama dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis zat terhadap
titik didih. Pada praktikum ini digunakan air murni, larutan sukrosa dan larutan
garam dengan konsentrasi yang berbeda. Dengan volume zat pelarut setiap larutan
sama yaitu 50 mL. Air murni yang memiliki konsentrasi 0 M, dan untuk larutan
sukrosa dan garam digunakan konsentrasi masing-masing 0.2 M, 0.4 M, dan 0.6
M.
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, larutan garam (NaCl)
dengan konsentrasi 0.2 M memiliki titik didih 95oC, konsentrasi 0.4 M memiliki
titik didih 94 oC, dan konsentrasi 0.6 M memiliki titk didih 96 oC. Untuk larutan
sukrosa dengan konsentrasi 0.2 M memiliki titik didih 94oC, konsentrasi 0.4 M
memiliki titik didih 93oC, dan konsentrasi 0.6 M memiliki titk didih 94 oC.
• Kegiatan 2
Praktikum kedua dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaCl
terhadap tekanan osmotik. Praktikum ini menggunakan mentimun sebanyak tiga
potong dengan massa yaitu 4.76 gram, yang selanjutnya dimasukkan ke dalam
larutan NaCl 5% dan 40% serta aquades 0%. Kemudian didiamkan selama 30
menit.
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan diketahui bahwa
mentimun yang dimasukkan dalam air murni 0% massanya bertambah menjadi
5.35 gram. Sedangkan pada larutan NaCl 5% massa mentimun berkurang menjadi
4.12 gram dan pada larutan NaCl 40% massa mentimun berkurang menjadi 4.09
gram.
C. Pembahasan
• Kegiatan 1
Berdasarkan data yang kami peroleh dari praktikum dapat membuktikan
bahwa jenis larutan berpengaruh terhadap titik didihnya. Larutan garam
mempunyai titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan sukrosa
untuk setiap konsentrasinya. Titik didih larutan garam lebih tinggi dari pada
larutan sukrosa karena larutan garam merupakan jenis larutan elektrolit dan
larutan sukrosa merupakan larutan non elektrolit. Dimana larutan elektrolit
memiliki nilai sifat koligatif larutan yang lebih besar daripada larutan non
elektrolit. Karena banyaknya partikel zat terlarut hasil ionisasi larutan elektrolit
yang dirumuskan dengan factor Van Hoff. Namun pada konsentrasi 0.4 M larutan
garam maupun larutan sukrosa titik didihnya lebih rendah dibandingkan dengan
titik didih larutan garam maupun larutan sukrosa dengan konsentrasi 0.2 M. Hal
tersebut dikarenakan kurang teliti dan terampilnya pengamat dalam membaca
termometer.
Tabel 4.1 Nilai kenaikan titik didih secara praktikum dan matematis
No. Jenis Konsentrasi ∆Tb (oC) ∆Tb (oC)
larutan (M) (Tb lar - Tb pel) (Kb . m . i)
Berdasarkan data percobaan yang telah kami lakukan, diketahui bahwa titik
didih larutan garam maupun larutan sukrosa untuk setiap konsentrasi lebih rendah
jika dibandingkan dengan titik didih pelarut. Titik didih suatu larutan dapat lebih
tinggi ataupun lebih rendah dari titik didih pelarut, bergantung pada kemudahan
zat terlarut tersebut menguap. Selain itu, pada saat praktikum suhu dalam ruangan
dan tekanan yang tidak dapat di control, penggunaan thermometer secara
bergantian dan keadaan thermometer yang tidak dapat dalam keadaan statis.
Data tersebut menunjukkan bahwa pada larutan garam dengan konsentrasi
0.2 M, 0.4 M dan 0.6 mengalami kenaikan titik didih secara berturut-turut yaitu -
3, -4 dan -2 oC. Hal tersebut berbeda dengan kenaikan titik didih yang kami
peroleh dengan perhitungan secara matematis kami memperoleh kenaikan titik
didih secara berturut-turut yaitu 0.2052 oC, 0.4104 oC, dan 0.6156 oC. Dan nilai
titik didihnya secara berturut-turut yaitu 98.2052 oC, 98.4014 oC, dan 98.6156 oC.
Pada larutan sukrosa kenaikan titik didih yang kami peroleh dari
konsentrasi larutan 0.2 M, 0.4 M dan 0.6 M, secara berturut-turut yaitu -4, -5 dan
-4 (oC). Hal tersebut juga berbeda dengan kenaikan titik didih yang kami peroleh
dengan perhitungan secara matematis, kenaikan titik didih yang kami peroleh
secara berturut-turut yaitu 0.1206 oC , 0.2052 oC dan 0.3078 oC. Dan nilai titik
didihnya secara berturut-turut yaitu 98.1026 oC, 98.2052 oC, dan 98.3078 oC.
Hasil percobaan kami belum sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
titik didih larutan akan lebih tinggi daripada titik didih pelarut.
95
94
Larutan Garam
93
Larutan Gula
92
91
0,2 0,4 0,6
Konsentrasi (M)
Grafik tersebut menunjukkan bahwa larutan garam memiliki nilai titik didih
lebih tinggi daripada larutan sukrosa.
• Kegiatan 2
Berdasarkan analisis data yang telah kami lakukan, hasil yang kami
dapatkan yaitu untuk massa mentimun yang direndam dalam aquades dengan
konsentrasi 0 % terjadi penambahan massa yaitu sebesar 0.59 gram. Hal tersebut
dapat terjadi karena ketika mentimun dan air murni didiamkan dalam waktu 30
menit air dari luar akan masuk kedalam, perbedaan konsentrasi antara mentimun
dan aquades yang mempengaruhi peristiwa tersebut. Ketika konsentrasi dalam
mentimun lebih tinggi, potensial air dalam mentimun lebih rendah maka air akan
bergerak/berdifusi menembus membrane semipermeable masuk kedalam
mentimun sehingga massa mentimun bertambah untuk menyeimbangkan tekanan
diantara keduanya. Nilai tekanan osmotik yang kami peroleh melalui perhitungan
secara matematis yaitu 0 atm.
Untuk mentimun yang dimasukkan dalam lautan NaCl dengan konsentrasi
5% dan 40% mengakibatkan massa mentimun berkurang berturut-turut menjadi
0.64 gram dan 0.67 gram. Ketika mentimun dimasukkan dalam larutan yang
hipertonis maka akan terjadi proses osmosis diantara keduanya untuk
menyeimbangkan tekanan. Konsentrasi larutan lebih tinggi daripada konsentrasi
pada mentimun, maka akan terjadi pergerakan air dari dalam mentimun yang
memiliki nilai potensial air lebih tinggi menuju lingkungan. Tekanan osmotik
bergantung pada konsentrasi dari partikel zat pelarut di larutan itu sendiri.
Semakin besar jumlah partikel terlarut, maka semakin tinggi tekanan osmotik.
Nilai tekanan osmotik yang kami peroleh untuk mentimun yang kami rendam
dalam 5% larutan NaCl yaitu 42,04 atm dan yang direndam pada 40% larutan
NaCl yaitu 336,42 atm. Nilai tekanan osmotic lebih besar pada mentimun yang
direndam dengan 40% larutan NaCl, hal tersebut dapat terjadi karena secara
matematis nilai tekanan osmoti berbanding lurus dengan nilai konsentrasi
(molaritas). Sehingga semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar nilai
tekanan osmotiknya.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat dismipulkan bahwa jenis
zat antara garam dan sukrosa berpengaruh dalam kenaikan titik didihnya, selain itu
dipengaruhi oleh tingkat keelektrolitan suatu larutan. Pada percobaan kedua diperoleh
kesimpulan bahwa konsentrasi larutan berpengaruh pada tekana osmotik, semakin
besar konsentrasi maka semakin tinggi nilai tekanan osmotiknya.
B. SARAN
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, praktikan lebih terampil dalam
penggunaan alat, terutama dalam pembacaan dan cara memegang termometer. Pada
saat praktikum sifat koligatif selanjutnya dapat digunakan statif sebagai alat yang
dikontrol untuk peletakan termometer, agar nilai yang diperoleh lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Larutan. Bandung : PT
Citra Aditya Bakti
Chang, Raymond. 2007. Kimia Dasar Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Erlangga
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC