Bab I Modul Bi
Bab I Modul Bi
BAB I
SIKAP POSITIF BERBAHASA,
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA,
DAN RAGAM BAHASA
1. Pendahuluan
Mata Kuliah Bahasa Indonsia untuk Perguruan Tinggi sebagai
mata kuliah umum membahas materi disesuaikan dengan penggunaan
bahasa Indonesia secara praktis. Materi yang akan dibahas di dalam
mata kuliah ini yaitu: tentang Pengantar Kuliah; Kedudukan dan Fungsi
Bahasa Indonesia; Ragam Bahasa Indonesia; Penerapan Kaidah Ejaan;
Diksi atau Pilihan Kata; Kesalahan Berbahasa; Kalimat dalam Bahasa
Indonesia; Paragraf dalam Bahasa Indonesia; dan Penulisan Karya
Ilmiah.
Materi yang disajikan di dalam buku ini telah disesuikan dengan
kebutuhan mahasiswa pada aspek pemahaman dan aspek penggunaan
bahasa Indonesia secara praktis terutama sekali dalam penyusunan
karya tulis ilmiah sebagai tugas terstruktur yang diberikan para dosen
baik berupa laporan buku, makalah, atau kertas kerja. Ketika mahasiswa
mengerjakan tugas terstruktur tersebut, maka materi kuliah bahasa
Indonesia memfasilitasi mahasiswa pada penulisannya dengan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penggunaan bahasa Indonesia yang dikatakan baik maksudnya
yaitu bahasa Indonesia yang digunakan mahasiswa sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia, sedangkan penggunaan bahasa Indonesia
yang dikatakan benar artinya bahwa maknanya telah sesuai dengan
yang dimaksud tulisan itu sendiri. Jadi, mahasiswa dalam menggunakan
bahasa Indonesia baik konteks lisan maupun pada konteks tulisan harus
benar dari aspek kaidah berbahasa dan baik dari aspek maknanya.
Urutan materi dalam mata kuliah bahasa Indonesia ini beralur
dari pemahaman dan penggunaan aspek bahasa Indonesia yang
2
4. Kegiatan Belajar 1
4.1 Sikap Positif tentang Bahasa Indonesia
Secara garis besar ada dua tujuan yang diharapkan dapat dicapai
mahasiswa saat mengikuti kuliah bahasa Indonesia yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Tujuan umum dari mata kuliah bahasa Indonesia di
Perguruan Tinggi seperti diungkapkan oleh Arifin (1987) bahwa bahasa
Indonesia dijadikan mata kulaih dasar umum di setiap perguruan tinggi
dengan tujuan agar para mahasiswa memiliki sikap secara positif
terhadap bahasa Indonesia.
3
bahasa Indonesia memiliki nilai yang lebih baik. Tidak usah malu lagi kita
menggunakan bahasa Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Justru pada forum Internasional sekalipun, maka sebaiknya
pejabat negara kita menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini
dimaksudkan bahwa kita bangga memiliki bahasa nasional.
Tidak semua negara memiliki bahasa nasional yang cikal
bakalnya diangkat dari bahasa daerah yang ada di negara tersebut.
Banyak negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
nasionalnya. Indonesia sangat bersyukur dan bangga dengan bahasa
nasional yaitu bahasa Indonesia yang diangkat dari kesepakan para
pemuda bahwa bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia.
Ada tiga alasan penting mengapa bahasa Melayu dijadikan dasar
dalam menentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu
sebagai berikut.
a. Bahasa Melayu memiliki penutur bahasa yang sangat banyak tidak
hanya Indonesia saja tetapi nusantara termasuk Malaysia.
b. Luas daerah pemakaiannya luas sampai nusantara.
c. Kaidah yang digunakan dalam bahasa Melayu lebih sederhana dan
mudah untuk dipelajari.
Sebagai lambang identitas nasional, maka bahasa Indonesia kita
sebaik menjunjung tinggi selain bendera dan lambang negara. Di dalam
praktiknya fungsi bahasa ini sebaiknya memiliki identitas tersendiri
sehingga serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lainnya. Bahasa
Indonesia memiliki identitasnya apabila masyarakat pemakainya
melakukan pembinaan dan pengembangan sehingga bahasa Indonesia
bersih dari pengaruh negatif dari unsur-unsur bahasa lain.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat penghubung antarwarga,
antardaerah, dan antarsuku bangsa. Dengan adanya bahasa nasional,
maka kita dapat berkomunikasi dengan seluruh warga negara Indonesia
sehingga kesalahpahaman sebagai akibat dari latar bekakang sosial
budaya dan bahasa daerah yang berbeda tidak akan terjadi. Komunikasi
6
dianatara mereka cukup baik dan lancar. Kita patut bangga dengan
lahirnya bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia untuk bepergian ke
semua daerah di Indonesia tidak akan tersandung karena kita dapat
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasinya.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat yang memungkinkan
terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar
belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda pula menjadi
kesatuan kebangsaan yang utuh. Oleh karena itu, dalam hubungan ini
bahasa Indonesia memungkinkan untuk menjalin keserasian dan kesatuan
dengan tidak perlu meninggalkan indentitas kedaerahannya. Dengan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kita dapat meletakkan
kepentingan nasinal di atas kepentingan daerah dan kepentingan golongan.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, maka
bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut.
a. Bahasa resmi kenegaraan.
b. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan.
c. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
d. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia digunakan
pada konteks upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara
lisan maupun dalam bentuk tulisan. Selain itu termasuk juga penulisan
dokumen-dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat yang ditulis
oleh pemerintah dan bada-badan kenegaraan lainnya serta pidato-pidato
kenegaraan.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan mulai pendidikan prasekolah, pendidikan dasar dan
menengah, dan pendidikan di perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Hal
ini berarti bahwa penyelenggaraan pembelajaran pada jenjang sekolah
tersebut menggunakan bahasa Indonesia kecuali di daerah-daerah
tertentu seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makasar
7
ditulis seluruhnya menjadi bahasa tulis begitu pula sebaliknya. Hal ini
menyangkut masing-masing ragam tersebut memiliki aturan yang
berbeda.
Perbedaan dari kedua ragam bahasa lisan dengan ragam bahasa
tulisan dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Ragam bahasa lisan sangat membutuhkan orang lain yang diajak
berbicara, sedangkan ragam bahasa tulis tidak harus ada orang lain.
b. Ragam bahasa lisan tidak perlu lengkap fungsi bahasanya seperti
subjek dan predikatnya atau kaidah bahasa tetapi mimik dari
pembicara itulah yang terpenting.
Misalnya:
Orang yang bertanya menyapa kita.
“Neng, mau kemana?” (1)
“Ke Bandung.” (2)
Kalimat di atas, dilihat dari fungsi kalimatnya kurang lengkap tidak
ada predikat untuk kalimat (1) dan tidak ada subjek dan predikat untuk
kalimat (2). Di dalam ragam bahasa lisan lebih dipentingkan
komunikatifnya daripada gramatikalnya. Hal ini sangat berbeda dengan
bahasa tulis, harus lengkap gramatikalnya mengingat tidak terjadi tatap
muka dengan pembecanya.
c. Ragam bahasa lisan sangat diperlukan kondisi, situasi, ruang, dan
waktu, sedangkan ragam bahasa tulisan tidak terikat hal itu. Bahasa
lisan minimal empat aspek komunikasi itu terpenuhi yakni; dengan
siapa berbicara, apa yang dibicarakannya, kapan waktunya, dan
dimana tempatnya. Hal inilah yang menyebabkan ragam bahasa lisan
mudah dipahami atau komunikatif. Lain halnya dengan ragam bahasa
tulisan. Bahasa tulisan sangat diperlukan kaidah dan kelengkapan
fungsi kalimat agar apa yang disampaikan lebih jelas. Misalnya
bahasa tulis yang dituangkan penulis buku pada sebuah buku di
negara lain dapat dipahami oleh pembaca di negara yang berbeda.
9
Begitu pula buku yang ditulis beberapa tahun lalu masih dapat
dipahami oleh pembaca yang ada pada generasi sekarang.
d. Ragam bahasa lisan lebih dipengaruhi oleh intonasi naik atau turun,
sedangkan bahasa tulisan dperlukan tanda baca, huruf kapital, dan
huruf miring.
Berikut perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1
Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulisan
No Ragam Penggunaa
. Bahasa n
Bentuk Kata Kosakata Struktur Kalimat
1. Bahasa nabrak kasih tahu Rencana itu saya
Lisan pohon sudah sampaikan.
a. Kemantapan Dinamis
Mantap yaitu ragam bahasa yang telah sesuai dengan kaidah
bahasa. Berdasarkan kemantapan bahasa kara rajin dibubuhi pe-
menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat
mantaf, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis sama artinya dengan tidak kaku atau tidak statis. Bahasa
baku tidak statis. Kata langganan mempunyai dua makna yaitu orang
yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam kaitan ini,
tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan disebut
pelanggan.
b. Cendekia
Ragam baku bersifar cendekia artinya bahwa ragam baku dapat
dpakai pada forum resmi. Pewujud ragam baku adalah orang yang
terpelajar. Hal ini sangat dimungkinkan oleh pembinaan dan
pengaembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan
formal atau sekolah.
Selain itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran
apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Selanjutnya,
ragam baku dapat pula menjelaskan dalam pikiran pendengar atau
pembaca.
Misalnya:
Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual.
Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep
ganda, yaitu rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh.
Kalimat tersebut tidak memberikan informasi yang jelas, sehingga
sebaiknya diubah menjadi kalimatnya seperti berikut.
1) Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.
2) Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.
c. Seragam
11
Rangkuman
Sikap positif tentang bahasa Indonesia memiliki tiga indikator yaitu
kesetiaan berbahasa Indonesia, kebanggaan berbahasa Indonesia, dan
kesadaran berbahasa Indonesia. Kesetiaan berbahasa Indonesia yaitu
mendorong praja senantiasa memelihara bahasa nasional dan apabila
perlu mencegah adanya pengaruh bahasa asing. Kebanggan berbahasa
Indonesia yaitu mendorong praja mengutamakan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sebagai lambang identitas bangsanya. Kesadaran
akan adanya norma bahasa Indonesia yaitu mendorong praja
14
Tes Formatif
Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan tepat!
1) Jelaskan mengapa kita harus memiliki sikap positif kepada bahasa
Indonesia?
2) Jelaskan perbedaan bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional dan sebagai bahasa negara?
3) Mengapa bahasa Indonesia itu mengenal ragam bahasa?
15
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan Tasai, S. Amran. (1999). Cermat Berbahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Alwi, Hasan, dkk. (1989). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka