Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH STUDY ISLAM III

”AQIDAH ISLAM”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

AFIFAH KHAIRATUNNISA WAHYU ADELA

FANI CORNELIA AGUNG WILLYANTO

AISYAH MISRAN

DOSEN PEMBIMBING : HENGKY JANUARDI, SH. MH

PRODI S1 KEPERAWATAN TINGKAT III.A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi salah
satu tugas mata kuliah Study islam dengan judul Aqidah Islam Disamping itu, kami
sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, kami memahami jika naskah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
dari itu kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di
waktu yang akan datang.

Bukittinggi, 30 Maret 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................... 1
C. TUJUAN ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AQIDAH .............................................................. 3


B. LANDASAN FILOSOFI AQIDAH ............................................... 5
C. FUNGSI DAN PERANAN AQIDAH ............................................ 5
D. RUANG LINGKUP AQIDAH ....................................................... 8
E. KAIDAH AQIDAH ....................................................................... 12
F. MANFAAT AQIDAH ................................................................... 14

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ............................................................................. 15
B. SARAN ......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

i
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aqidah merupakan jalan untuk membangun pondasi pengetahuan awal mengenai
agama islam. Aqidah juga untuk mengetahui akan eksistensi Allah dan tujuan kehidupan
yang diberikan serta aturan-aturan yang mesti dipatuhi dan larangan-larangan yang harus
dijauhi. Aqidah seharusnya diberikan sejak awal perkembangan manusia dimulai. Sebab
dari sinilah manusia mulai mempunyai pegangan dan pedoman yang dapat
mengarahkannya dalam mengarungi amanat yakni kehidupan di dunia.
Aqidah juga berarti pokok-pokok keimanan seseorang yang telah di tetapkan oleh
Allah Swt, dan kita sebagai seorang manusia atau hamba Allah sangat wajib meyakininya
sehingga layak di sebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Akan tetapi bukan berarti
bahwa keimanan seseorang itu ditanamkan dari dalam diri seseorang tersebut secara
dogmatis, karena keimanan sesorang itu harus melalui proses dalil-dalil aqli.
Dikarenankan dengan akal manusia yang sangat terbatas, maka juga tidak semua hal yang
diimani itu dapat di lihat oleh indra manusia dan tidak dapat di jangkau dengan akal
manusia.
Aqidah yang ada dalam tubuh manusia itu ibarat kepalanya. Oleh karena itu
apabila suatu umat sudah rusak, maka bagian yang harus dirubah terlebih dahulu adalah
aqidahnya, apalagi ini adalah menyangkut sebuah kebahagiaan di dunia dan di akhirat
.Keberhasilan seseorang dalam menggapai dunia dan akhirat disebabkan karena aqidah
atau keyakinan yang melekat pada jiwanya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Aqidah ?
2. Bagaimana Landasan Filosofi Aqidah ?
3. Bagaimana Fungsi dan peranan aqidah?
4. Bagaimana Ruang lingkup aqidah?
5. Bagaimana Kaidah aqidah?
6. Bagaimana Manfaat Aqidah?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian Aqidah
2. Untuk mengetahui Landasan Filosofi Aqidah
3. Untuk mengetahui Fungsi dan peranan aqidah
4. Untuk mengetahui Ruang lingkup aqidah
5. Untuk mengetahui Kaidah aqidah
6. Untuk mengetahui Manfaat Aqidah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AQIDAH
Secara etimologis Aqidah ( ‫ ) عقيدة‬menurut bahasa Arab berasal dari ‘aqoda-
ya’qidu-‘aqidan-‘aqidatan yang artinya ikatan atau perjanjian. . Kata al-‘aqdu yang
berarti ikatan, at-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkamu
yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabtu bi quwwah yang berarti mengikat
dengan kuat.
Sedangkan secara terminologi, ‘aqa’id ialah jamak dari „aqidah (credo), artinya
kepercayaan. Yaitu sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat
jiwa tenang tentram kepadanya, dan yang menjadi kepercayaan/keyakinan yang bersih
dari bimbang dan ragu.
Defenisi Aqidah menurut para ahli :
1. Menurut Hasan al-Banna :
‫العقائد هي األمور التى يجب أن يصدق بها قلبك وتطمئن اليها نفسك وتكون يقينا عندك ال يمازجه ريب واليخالطه شك‬
Artinya : “Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh

hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak


bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”

Hasan menyatakan bahwa aqidah bermakna simpulan, yakni kepercayaan yang


tersimpul di hati. Aqidah secara bahasa ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam
kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya.

2. Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy :

‫ ويثنى عليها‬,‫ يعقد عليها اإلنسان قلبه‬,‫ والسمع والفطرة‬,‫العقيدة هي مجموعة من قضايا الحق البدهية المسلمة بالعقل‬
‫ قاطعا بوجودها وثبوتها اليرى خالفها أنه يصح أو يكون أبدا‬,‫صدره جازما بصحتها‬

3
Artinya : “Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu
dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya
secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”

3. Machnun Husein
Aqidah adalah kepercayaan yang timbul dari pengetahuan dan keyakinan. Dan
orang yang “mengetahui” dan menempatkan kembali kepercayaan kuat akan Keesaan
Allah, sifatsifat-Nya, hukum-hukum-Nya, petunjuk wahyu dan aturan-aturan hukum
Ilahi mengenai pahala dan siksa, disebut mu’min (orang beriman). Keimanan ini
selamanya akan membimbing orang bersangkutan kepada kehidupan yang penuh
dengan kepatuhan dan penyerahan kepada Kehendak Allah, dan orang yang menjalani.

4. Abdul Azzam
Menyatakan bahwa akidah adalah ikatan perjanjian dan buhul tali yang sangat kuat
yang terpatri (berurat akar) serta tertanam di lembah hati yang paling dalam

5. Ulama-iulama fiqh
Mendefinisikan akidah sebagai berikut: Akidah ialah sesuatu yang diyakini dan
dipegang teguh, sukar sekali untuk diubah. Ia beriman berdasarkan dalil-dalil yang
sesuai dengan kenyataan, seperti beriman kepada Allah Swt. para Malaikat Allah,
Kitab-kitab Allah, dan Rasul-rasul Allah, adanya kadar baik dan buruk, dan adanya hari
akhir.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aqidah
adalah perkara-perkara yang wajib diyakini kebenarannya, yang mana hal tersebut dapat
diterima oleh manusia dan dapat menentramkan jiwa manusia serta tidak ada keraguan
didalamnya.

4
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah
dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa
pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Maka, aqidah yang benar merupakan
landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal.

B. LANDASAN FILOSOFI AQIDAH


Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an
dan Sunnah.
Allah mengutus (Rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia. Pesan Allah itu ditulis dalam Al-Kitab (Al-Qur’an). Allah
menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal
adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha
Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati. Yang menerima
hikmah-hikmai inilah yang disebut “Hukuman” atau “Filosof”

C. FUNGSI DAN PERAN AQIDAH


Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi
bangunan semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi
yang dibuat. Kalau pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk, tidak ada
bangunan tanpa pondasi. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat pasti akan
melaksanakan ibadah yang tertib dan memiliki akhlak yang mulia. Ibadah seseorang tidak
akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak dilandasi dengan aqidah.
Aqidah sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka keberadaan aqidah
Islam sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam sistem teologi agama ini
diyakini bahwa sikap, perbuatan dan perubahan yang terjadi dalam perilaku dan aktivitas
seseorang sangat dipengaruhi oleh sistem teologi atau aqidah yang dianutnya. Untuk itu
signifikansi akidah dalam kehidupan seseorang muslim dapat dilihat paling tidak dalam
tujuh hal, yaitu :

5
1. Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam.
Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainnya, yaitu syari’ah
(hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu, pengamalan ajaran Islam
lainya seperti shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak) dan seterusnya, dapat diamalkan
di atas keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan dasar, pengamalan ajaran agama tidak
akan memiliki makna apa-apa.
2. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai modal
awal mencapai kebahagiaan di akhirat
Hal ini secara fungsional terwujud dengan adanya keyakinan terhadap kehidupan
kelak di hari kemudian dan setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatannya di
dunia, Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah
kita tersebut tidak akan diterima.
3. Akidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari keyakinan-keyakinan yang
menyimpang, seperti bid’ah, khurafat, dan penyelewengan-penyelewengan lainya.
4. Menuntun dan mengembangkan dasar ke Tuhanan yang dimiliki manusia sejak
lahir
Akidah islam berfungsi untuk menetapkan seseorang sebagai muslim atau non
muslim. Begitu pentingnya kajian akidah islam hingga bidang ini telah menjadi
perbincangan serius dikalangan para ahli sejak zaman awal Islam sampai hari ini,
termasuk di Indonesia. Di dalam apresiasinya, kajian mengenai bidang ini melahirkan
beberapa aliran, seperti Muktazilah, Asy’ariyah, Murjiah, Syiah, Khawarij, Qadariyah,
Jabbariyah dan lain-lain. Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah
oleh karenanya disebut sebagai titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas
dasar itu maka aqidah memiliki peran yang sangat penting di dalam memunculkan
semangat peningkatan kualitas hidup seseorang.
5. Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan.
Sebab manusia yang di dalam dirinya tertanam akidah atau keyakinan yang kuat,
akan selalu merasa optimis dan merasa akan berhasil dalam segala usahanya.

6
Keyakinan ini didorong oleh keyakinan yang lain bahwa allah sangat dekat
padanya, bahkan selalu menyertainya dalam usaha dan aktivitas- aktivitasnya. Sementara
bagi orang yang tidak memiliki akidah yang benar dan kuat tidak akan memilki
keyakinan yang kuat, jiwanya akan menjadi gersang dan hampa, dan selalu diliputi
keraguan dalam bertindak. Sehingga jika tertimpa sedikit cobaan dan rintangan, ia
menjadi gelisah, keluh kesah, yang sering kali berakhir dengan putus asa, karena ia tidak
memiliki pegangan batin yang kuat di luar kemampuanya
6. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan.
Disiplin dimaksud, seperti disebut oleh Yusuf Qardhawiy, adalah kepatuhan dan
ketaatan dalam mengikuti semua ketentuan dan tata tertib yang berlaku, termasuk hukum
alam (sunnah Allah) dengan kesadaran dan tanggung jawab. Akidah yang mantap akan
mampu menempatkan diri seseorang sebagai makhluk berdisiplin tinggi dalam
kehidupannya. Disiplin adalah kata kunci untuk keberhasilan. Karena itu bila seseorang
muslim ingin berhasil, ia harus berdisplin. Tanpa disiplin, tidak mungkin seseorang dapat
meraih kesuksesannya. Dalam konteks peningkatan kualitas hidup displin sangat dituntut
terutama: Disiplin dalam waktu. Artinya, tertib dan teratur dalam memanfaatkannya
dalam penanganan kerja maupun dalammelakukan ibadah mahdhah.
Disiplin dalam bekerja. Artinya, seorang muslim yang berakidah menyadari
bahwa ia harus bekerja, sebagaipelaksanaan tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah.
Dan agar kerjanya berhasil baik, diperlukan sikap displin. Sebab penangan kerja dengan
kedisplinan akan menghasilkan sesuatu secara maksimal dan membahagiakan.
7. Aqidah Berpengaruh Dalam Peningkatan Etos Kerja.
Sebab seseorang yang memilki keyakinan yang mantap akan selalu berupaya
keras untuk keberhasilan kerjanya, sebagai bagian dari pemenuhan kataatanya pada
Allah. Dengan demikian melalui aqidahnya akan tersembul etos kerja yang baik.

Aqidah sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim


memiliki fungsi dan peranan yang sangat besar dalam hidupnya antara lain :

7
1. Menopang seluruh perilaku, membentuk dan memberi corak dan warna
kehidupannya dalam hubungannya dengan makhluk lain dan hubungannya dengan
Tuhan.

2. Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam


pengabdian dan penyerahan dirinya secara utuh kepada Dzat Yang Maha Besar.

3. Dengan iman seorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam


pengawasan Allah semata.

4. Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non Islami (sekuler).

5. Mengikhlaskan niat hanya kepada Allah.

6. Membebaskan akal dan pikiran dari kekeliruan yang timbul karena jiwa yang
kosong dari aqidah.

7. Memperoleh ketenangan jiwa.

8. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada


Allah dan bermu’amallah dengan orang lain.

9. Menuntun orang untuk berbuat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya


dengansungguh-sungguh.

D. RUANG LINGKUP AQIDAH


Pembahasan akidah mencakup :
1. Illahiyyat (ketuhanan). Yaitu yang memuat pembahasan yang berhubungan dengan
Illah (Tuhan, Allah) dari segi sifat-sifat- Nya, nama-nama-Nya, dan af‟al Allah.
Juga dipertalikan dengan itu semua yang wajib dipercayai oleh hamba terhadap
Tuhan.
2. Nubuwwat (kenabian). Yaitu yang membahas tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Nabi dan Rasul mengenai sifat-sifat mereka, kema‟shum-an
mereka, tugas mereka, dan kebutuhan akan keputusan mereka. Dihubungkan
dengan itu sesuatu yang bertalian dengan pari wali, mukjizat, karamah, dan kitab-
kitab samawi.

8
3. Ruhaniyyat (kerohanian). Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam bukan materi (metafisika) seperti jin, malaikat, setan,
iblis, dan ruh.
4. Sam‟iyyat (masalah-masalah yang hanya didengar dari syara‟). Yaitu pembahasan
yang berhubungan dengan kehidupan di alam barzakh, kehidupan di alam akhirat,
keadaan alam kubur, tanda-tanda hari kiamat, ba‟ts (kebangkitan dari kubur),
mah}syar (tempat berkumpul), hisab (perhitungan), dan jaza‟ (pembalasan).

Ruang lingkup „aqidah dapat diperinci sebagaimana yang dikenal sebagai rukun
iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat (termasuk didalamnya: jin, setan, dan iblis),
kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para utusanNya, Nabi dan Rasul, hari akhir,
dan takdir Allah.

1. Beriman kepada Allah


Beriman kepada Allah mengandung pengertian percaya dan meyakini akan sifat-
sifat-Nya yang sempurna dan terpuji. Dasar-dasar kepercayaan ini digariskan-Nya
melalui rasul-Nya, baik langsung dengan wahyu atau dengan sabda rasul.
Iman kepada Allah mengandung empat unsure :
a. Beriman akan adanya Allah.
Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan pertama, adanya dalil
fitrah, bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan tanpa harus
didahului dengan berfikir dan mempelajari sebelumnya. Fitrah ini tidak akan
berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang mengubah hatinya.
Kedua, adanya dalil ‘aqli bahwa semua makhluk di dunia ini tidak muncul
begitu saja secara kebetulan, akan tetapi segala sesuatu yang wujud pasti ada yang
mewujudkan yang tidak lain adalah Allah, Tuhan semesta alam
Ketiga, adanya dalil syar‟i yang menunjukkan adanya Allah adalah
seluruh kitab-kitab samawi membicarakan tentang adanya Allah.
Keempat, adanya dalil indrawi tentang adanya Allah swt. seperti orang-
orang yang dikabulkan doanya. Ditolongnya orang-orang yang sedang mengalami
kesulitan, ini menjadi bukti-bukti kuat adanya Allah.

9
b. Mengimani sifat rububiyah Allah
Yaitu mengimani sepenuhnya bahwa Allahlah Rabb (Tuhan) yang Maha
Esa, yang tidak ada sekutu dan penolong baginya. Allah dzat yang memiliki hak
menciptakan, berkuasa, dan hak memerintah. Tidak ada pencipta yang hakiki,
tidak ada penguasa yang mutlak, serta tidak ada yang berhak memerintah kecuali
Allah.
c. Mengimani sifat uluhiyah Allah (Tauhid Uluhiyah)
Yaitu mengimani hanya Dia-lah sesembahan yang tidak ada sekutu bagi-
Nya. mengesakan Allah melalui segala ibadah yang memang disyariatkan dan
diperintahkan-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun baik
seorang malaikat, nabi, wali, maupun yang lainnya. Tauhid rububiyah saja tanpa
adanya tauhid uluhiyah belum bisa dikatakan beriman kepada Allah karena
kaum musyrikin pada zaman Rasulullah juga mengimani tauhid rububiyah saja
tanpa mengimani tauhid uluhiyah, mereka mengakui bahwa Allah yang memberi
rizki dan mengatur segala urusan, tetapi mereka juga menyembah sesembahan
selain Allah.
d. Mengimani Asma‟ dan Sifat Allah (Tauhid Asma‟ wa Sifat)
Yaitu menetapkan apa-apa yang ditetapkan Allah untuk dzat-Nya yang
terdapat dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya baik itu berkenaan dengan
nama-nama maupun sifat-sifat Allah tanpa tahrif (penyelewengan), ta‟til
(penghapusan), takyif (menanyakan bagaimana), dan tamsil (pengumpamaan).

2. Beriman Kepada Malaikat Allah


Beriman kepada malaikat berarti percaya bahwa Allah mempunyai makhluk
yang dinamai “Malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada-Nya dan senantiasa taat
menjalankan tugas yang dibebankan dengan sebaik-baiknya.
Beriman kepada malaikat mengandung empat unsur:
a. Mengimani wujud mereka, bahwa mereka benarbenar ada bukan hanya khayalan,
halusinasi, imajinasi, tokoh fiksi, atau dongeng belaka. Dan mereka jumlahnya
sangat banyak, dan tidak ada yang bisa menghitungnya kecuali Allah.

10
Seperti dalam kisah mi‟raj-nya Nabi Muhammad saw. bahwa ketika itu Nabi
diangkat ke Baitul Ma‟mur di langit, tempat para malaikat shalat setiap hari,
jumlah mereka tidak kurang dari 70.000 malaikat. Setiap selesai shalat mereka
keluar dan tidak kembali lagi.
b. Mengimani nama-nama malaikat yang kita kenali, misalnya Jibril, Mikail, Israfil,
Maut. Adapun yang tidak diketahui namanya, kita mengimani keberadaan
mereka secara global. Dan penamaan ini harus sesuai dengan dalil dari al-Quran
dan Hadist Rasulullah yang shahih.
c. Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita kenali, misalnya, memiliki sayap, ada
yang dua, tiga atau empat. Dan juga khususnya Malaikat Jibril, sebagaimana
yang pernah dilihat oleh Nabi saw. Yang mempunyai 600 sayap yang menutupi
seluruh ufuk semesta alam.
d. Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita
ketahui, seperti membaca tasbih dan beribadah kepada Allah swt. siang dan
malam tanpa merasa lelah dan bosan.

3. Beriman Kepada Kitab-kitab Allah


Beriman kepada kitab Allah berarti meyakini bahwa Allah telah menurunkan
beberapa kitab-Nya kepada beberapa Rasul untuk menjadi pegangan dan pedoman
hidupnya guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sesuai dengan jumlah rasulNya. Hanya
di dalam al-Qur‟an dan Hadits tidak disebutkan secara jelas semua nama kitab Allah
dan jumlahnya yang diturunkan kepada rasul. Yang disebut namanya secara jelas
dalam al-Qur‟an ada empat buah yaitu:
a. Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s.
b. Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s.
c. Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s.
d. Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw

11
4. Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa Allah telah memilih di antara
manusia, beberapa orang yang bertindak sebagai utusan Allah (rasul) yang di
tugaskan untuk menyampaikan segala wahyu yang diterima dari Allah melalui
malaikat Jibril, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus, serta membimbing
umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat
5. Beriman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir adalah percaya bahwasesudah kehidupan ini
berakhir masih ada kehidupan yang kekal yaitu hari akhir, termasuk semua proses dan
peristiwa yang terjadi pada hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh
isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (qiyamah), kebangkitan seluruh umat
manusia dari alam kubur (ba‟ast), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang
Mahsyar (hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia (hisab),
penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan
amal buruk (wazn), sampai kepada pembalasan dengan surga atau neraka (jaza‟).
6. Beriman Kepada Qadla dan Qadar
Beriman kepada qadha‟ dan qadar yaitu percaya bahwa segala ketentuan,
undang-undang, peraturan, dan hukum ditetapkan pasti oleh Allah untuk segala yang
ada, yang mengikat antara sebab dan akibat atas segala sesuatu yang terjadi.

E. KAIDAH AQIDAH
Delapan Kaidah Aqidah
1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakin adanya, kecuali bila akal saya
mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.
Misalnya, bila saya untuk pertama kali melihat sepotong kayu di dalam gelas berisi
air putih kelihatan bengkok, atau melihat genangan air di tengah jalan [fatamorgana],
tentu saja saya akan membenarkan hal itu. Tapi bila terbukti kemudian bahwa hasil
penglihatan indera saya salah maka untuk kedua kalinya bila saya melihat hal yang
sama, akal saya langsung mengatakan bahwa yang saya lihat tidak demikian adanya.

12
2. Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bias melalui
berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita.
Banyak hal yang memang tidak atau belum kita saksikan sendiri tapi kita
meyakini adanya. Misalnya anda belum pernah ke Thailand, Afrika atau Yaman, tapi
anda meyakini bahwa negeri-negeri tersebut ada. Atau tentang fakta sejarah, tentang
Daulah Abbasiyah, Umayyah atau tentang kerajaan Majapahit, dan lain-lain, anda
meyakini kenyataan sejarah itu berdasarkan berita yang anda terima dari sumber yang
anda percaya.
3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa
menjangkaunya dengan indera anda.
Kemampuan alat indera memang sangat terbatas. Telinga tidak bisa mendengar
suara semut dari jarak dekat sekalipun, mata tidak bisa menyaksikan semut dari jarak
jauh. Oleh karena itu, seseorang tidak bisa memungkiri wujudnya sesuatu hanya karena
inderanya tidak bisa menyaksikannya.
4. Seseorang hanya bisa menghayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh
inderanya.
Khayal manusiapun terbatas. Anda tidak akan bisa menghayalkan sesuatu yang
baru sama sekali. Waktu anda menghayalkan kecantikan seseorang secara fisik, anda
akan menggabungkan unsur-unsur kecantikan dari banyak orang yang sudah pernah
anda saksikan.
5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu.
Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita
menyaksikannya lewat jendela kereta api akal dengan cepat mengoreksinya. Tapi
apakah akal bisa memahami dan menjangkau segala sesuatu? Tidak. Karena
kemampuan akalpun terbatas. Akal tidak bisa menjangkau sesuatu yang tidak terikat
dengan ruang dan waktu.
6. Iman adalah fithrah setiap manusia.
Setiap manusia memiliki fithrah mengimani adanya Tuhan. Pada saat
seseorang kehilangan harapan untuk hidup, padahal dia masih ingin hidup, fithrahnya
akan menuntun dia untuk meminta kepada Tuhan.

13
Misalnya bila anda masuk hutan, dan terperosok ke dalam lubang, pada saat anda
kehilangan harapan untuk bisa keluar dari lubang tiu, anda akan berbisik “Oh Tuhan!”
7. Kepuasan materil di dunia sangat terbatas.
Manusia tidak akan pernah puas secara materil. Seorang yang belum punya
sepeda ingin punya sepeda. Setelah punya sepeda ingin punya motor dan seterusnya
sampai mobil, pesawat, dan lain lain. Bila keinginan tercapai maka akan berubah
menjadi sesuatu yang “biasa”, tidak ada rasa kepuasan pada keinginan itu. Selalu saja
keinginan manusia itu ingin lebih dari apa yang sudah di dapatnya secara materil. Dan
keinginan manusia akan dipuaskan secara hakiki di alam sesudah dunia ini.
8. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya
Allah.
Jika anda beriman kepada Allah, tentu anda beriman dengan segala sifat-sifat
Allah, termasuk sifat Allah Maha Adil. Kalau tidak ada kehidupan lain di akhirat,
bisakah keadilan Allah itu terlaksana? Bukankah tidak semua penjahat menanggung
akibat kejahatannya di dunia ini? Bukankah tidak semua orang yang berbuat baik
merasakan hasil kebaikannya?. Bila anda menonton film, ceritanya belum selesai tiba-
tiba saja dilayar tertulis kalimat “Tamat”, bagaimana komentar anda? Oleh sebab itu,
iman anda dengan Allah menyebabkan anda beriman dengan adanya alam lain sesudah
alam dunia ini yaitu Hari Akhir.

F. MANFAAT AQIDAH
a. Sebagai sumber dan motivator berbuat kebaikan.
b. Membimbing manusia ke jalan yang benar, dan diridhoi Allah SWT sehingga
selamat dunia dan akhirat.
c. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan dan kegoncangan hidup
yang dapat menyesatkan.
d. Mengantarkan manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.
e. Memupuk dan melahirkan kesehatan mental seseorang.
f. Memberikan pengajaran dan pendidikan ilmu tauhid.
g. Mendapat pahala dari Allah SWT.
14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara etimologis Aqidah ( ‫ ) عقيدة‬menurut bahasa Arab berasal dari ‘aqoda-


ya’qidu-‘aqidan-‘aqidatan yang artinya ikatan atau perjanjian. Sedangkan secara
terminologi, ‘aqa’id ialah jamak dari „aqidah (credo), artinya kepercayaan. Yaitu sesuatu
yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram
kepadanya, dan yang menjadi kepercayaan/keyakinan yang bersih dari bimbang dan ragu.

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah
dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa
pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Maka, aqidah yang benar merupakan
landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal.

Aqidah juga berarti pokok-pokok keimanan seseorang yang telah di tetapkan oleh
Allah Swt, dan kita sebagai seorang manusia atau hamba Allah sangat wajib meyakininya
sehingga layak di sebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Akan tetapi bukan berarti
bahwa keimanan seseorang itu ditanamkan dari dalam diri seseorang tersebut secara
dogmatis, karena keimanan sesorang itu harus melalui proses dalil-dalil aqli.
Dikarenankan dengan akal manusia yang sangat terbatas, maka juga tidak semua hal yang
diimani itu dapat di lihat oleh indra manusia dan tidak dapat di jangkau dengan akal
manusia.

B. SARAN

Demikianlah makalah ini kami buat.Kami menyadari masih banyak terdapat


kekurangan dalam pembuatan makalah ini,oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami perlukan untuk penyempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://kbbi.web.id/akidah

Wahyudi, Ari. Buku Saku Aqidah Islam: Sembahlah Rabb Kalian!. Yogyakarta: Al Mubarok.

Department of Jaliyat in Zulfi. Muhammad, Syaikh. 1995. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Jakarta: Yayasan Al- Sofwa.

Muhammad, Syaikh. 1995. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Jakarta: Yayasan Al- Sofwa.

Shaltut , Syeikh Mahmud. 1994. Akidah dan Syari’ah Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai