Anda di halaman 1dari 8

A.

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang yang benar tauhidnya,
maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid yang tidak benar, akan
menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan merupakan dosa yang akan membawa
kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam azab neraka. Allah SWT berfirman dalam Al
Qur‟an surat An-Nisa‟ ayat 48, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki”.

Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya,
menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali
Allah merupakan hal pokok yang harus dilakukan seorang pendidik. Seorang pendidik harus
menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah SWT. Penerapan
konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Seorang
pendidik harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam
Islam. Pendidikan tauhid ini adalah pendidikan yang paling pokok di atas hal-hal penting
lainnya.

Ada sebuah potensi dalam diri manusia, sebagai unsur dominan yang sangat berpengaruh
bagi kehidupan manusia dalam menjalankan tugas dan kedudukannya sebagai ‘abdullah dan
Khalifatullah di muka bumi ini. Potensi tersebut secara sederhana disebut dengan fitrah.1

Dan sesuai dengan fitrahnya itu, Allah menciptakan manusia, yang dilengkapi dengan
naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada seseorang yang tidak beragama atau ingkar
adanya Allah, berarti dia mengingkari fitrahnya atau nalurinya. Yang kemudian hal tersebutlah
yang disebut dengan Fitrah tauhid.2

2. Rumusan Masalah

Menjelaskan tentang pendidikan tauhid dalam hadist nabi dan asbabul wurudnya

1
Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam; sebuah Pendekatan Psikologis, ( Jakarta: Darul Falah, 1999), hal. 1
2
Abdul Majid, Pendidikan berbasis Tauhid: Khutbah ‘Idul Fitri 1 Syawal 1423 H./2002 M.
B. Pembahasan

Hadits sunan tirmidzi no. 2064

‫ح ع َْن أَبِي‬ َ ‫يز بْنُ َربِي َعةَ ْالبُنَانِ ُّي َح َّدثَنَا اأْل َ ْع َمشُ ع َْن أَبِي‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ يَحْ يَى ْالقُطَ ِع ُّي ْالبَصْ ِريُّ َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َع ِز‬
ِ ‫ُول هَّللا‬ َ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُكلُّ َموْ لُو ٍد يُولَ ُد َعلَى ْال ِملَّ ِة فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه أَوْ يُنَصِّ َرانِ ِه أَوْ يُ َشرِّ َكانِ ِه ق‬
َ ‫يل يَا َرس‬ َ ِ ‫هُ َري َْرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫ش ع َْن أَبِي‬
ِ ‫ث قَااَل َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع ع َْن اأْل َ ْع َم‬ٍ ‫ب َو ْال ُح َسيْنُ بْنُ حُ َر ْي‬
ٍ ‫ك قَا َل هَّللا ُ أَ ْعلَ ُم بِ َما َكانُوا عَا ِملِينَ بِ ِه َح َّدثَنَا أَبُو ُك َر ْي‬ َ ِ‫ك قَ ْب َل َذل‬
َ َ‫فَ َم ْن هَل‬
َ ‫يث َح َس ٌن‬
‫ص ِحي ٌح‬ ٌ ‫ال أَبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬ ْ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَحْ َوهُ بِ َم ْعنَاهُ َوقَا َل يُولَ ُد َعلَى ْالف‬
َ َ‫ط َر ِة ق‬ َ ‫ح ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ ع َْن النَّبِ ِّي‬ ٍ ِ‫صال‬
َ
ْ ِ‫ال يُولَ ُد َعلَى ْالف‬
‫ط َر ِة َوفِي‬ َ ‫ح ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ ع َْن النَّبِ ِّي‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬ َ ‫ش ع َْن أَبِي‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫َوقَ ْد َر َواهُ ُش ْعبَةُ َو َغ ْي ُرهُ ع َْن اأْل َ ْع َم‬
‫ْالبَاب ع َْن اأْل َس َْو ِد ْب ِن َس ِريع‬

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Al Qutha'i Al Bashri; telah
menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Rabi'ah Al Bunani; telah menceritakan kepada kami
Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan di atas al millah (agama fithrahnya, Islam), namun,
kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani, atau menjadikannya seorang
yang musyrik." Kemudian ditanyakanlah pada beliau, "Wahai Rasulullah, lalu bagaimanakah
dengan yang binasa sebelum itu?" belaiu menjawab: "Allah-lah yang lebih tahu terhadap apa
yang mereka kerjakan." Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dan Al Husain bin Huraits
keduanya berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Waki' dari Al A'masy dari Abu Shalih
dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sepertinya dan dengan makna yang
sama pula dan beliau bersabda: "Dilahirkan dalam keadaan fithrah." Abu Isa berkata; Ini adalah
hadits Hasan Shahih. Dan hadits ini telah diriwayatkan pula oleh Syu'bah dan selainnya dari Al
A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia pun
menyebutkan; "Dilahirkan dalam keadaan fithrah." Hadits semakna juga diriwayatkan dari Al
Aswad bin Sari'.3

1. Makna mufrodhad

‫ = َموْ لُو ٍد‬kelahiran


‫ = يُولَد‬anak
‫ = ْالبَ ِهي َم ِة‬binatang ternak

3
Lidwa, sunan tirmidzi,2064
‫ = َج ْدعَاء‬cacat
‫ = ْال ِملَّ ِة‬al millah (agama fithrahnya, Islam)
‫ = يُ َشرِّ َكانِ ِه‬musyrikin

2. Asbabul wurud

‫حدثنا أبو الحسن أحمد بن قاسم الشبي قال حدثنا إسحاق ابن إبراهيم الدبري قال حدثنا عبد الرزاق عن معمر عن من سمع‬
‫الحسن يحدث عن األسود بن سريع قال بعث النبي سرية فأفضى بهم القتل إلى الذرية فقال لهم النبي ما حملكم على قتل الذرية‬
‫]قالوا يا رسول هللا أليسوا أوالد المشركين قال أوليس خياركم أوالد‬

Artinya: Dari Aswad :“aku mendatangi rosulullah dan aku ikut perang bersamanya. Kami
memperoleh kemenangan namun pada hari itu orang-orang terus saling berbunuhan sehingga
merekapun membunuh anak-anak. Hal itu disampaikan kepada rosulullah, maka rosululah
bersabda: “ keterlaluan, sampai hari ini mereka masih saling membunuh sehingga banyak anak-
anak terbunuh” berkatalah seorang anak laki-laki:” ya rosulullah mereka adalah anak-anak
musyrik” kata rosulullah: “ ketahuilah, sesungguhnya penopang kamu adalah anak-anak orang
musyrikin itu. Jangan membunuh keturunan, jangan membunuh keturunan” . kemudian
beliaupun bersabda : “ setiap anak yang dilahirkan ,di lahirkan diatas

Keterangan

Maka manakala bayi itu di biarkan pada keadaan dan tabiatnya, tidak ada pengaruh luar
yang mempengaruhinya berupa pendidikan yang merusak atau taklid kepada kedua orang tuanya
dan yang selainnya niscahya bayi tersebut kelak akan melihat petunjuk kearah tauhid dan
kebenaran rosul dan hal ini merupakan gambaran atau nalar yang baik yang akan
menyampaikannya kearah petunjuk dan kebenaran sesuai dengan petunjuk yang asli dan dia
kelak tidak akan memilih kecuali memilah-milah(agama, ajaran)yang hanif.4

3. Kualitas Hadist

Berdasarkan pentahrijan hadis diatas yang diriwayatkan oleh shohih bukhari no. 1296.
Kebanyakan peringkat III. Dan ada salah satunya perawinya ada yang peringkat X maka hadits

4
Ibnu Hamzah, Asbabul Wurud 3 Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadis Rasul, (jakarta: Kalam Mulia,
2008), h. 110
itu berperingkat da’if. Tetapi hadits tersebut didukung oleh sanad lain yang matan haditsnya
sama atau semakna yang menpunyai derajat lebih tinggi, maka hadist tersebut naik menjadi
berperingkat hasan lighoiri.5

4. Makna Fitrah dalam Perspektif Pendidikan IsLam

Dalam perspektif pendidikan islam, fitrah manusia di maknai dengan sejumlah potensi
yang menyangkut kekuatan-kekuatan manusia. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan hidup
(upaya mempertahankan dan melestarikan hidupnya), kekuatan rasional (akal), dan kekuatan
spiritual (agama). Ketiga kekuatan bersifat dinamis dan terkait secara integral.

Konsep fitrah, menurut islam juga berbeda dengan teori konvergensi oleh william stern.
Dalam pandangan islam perkembangan potensi manusia itu bukan semata-mata di pengaruhi
oleh lingkungan semata dan tidak bisa ditentukan melalui pendekatan kuantitas sejauh mana
peranan keduanya (potensi dan lingkungan) dalam membentuk kepribadian manusia.6

Mendidik anak dengan cara memberikan kebebasan kepada anak didik sesuai dengan
kebutuhan. Tindakan ini dilakukan berkat adanya sabda Nabi Muhammad Saw:

‫ما من مو لو د اال يو لد عل الفطرت‬

Artinya: Tidak seorangpun yang dilahirkan kecuali menurut fitrahnya.

Pemberian kebebasan ini tentunya tidak mutlak, melainkan dalam batas-batas tertentu
sesuai dengan kebutuhan, sebab anak adalah objek yang masih dalam proses penyembuhan dan
belum memiliki kepribadian yang kuat. Ia belum dapat memilih sendiri terhadap masalah yang
dihadapi. Karena itu ia memerlukan petunjuk guna memilih alternatif dari beberapa alternatif
yang ada.7

Pendidikan aqidah tauhid dengan berbagai urgensinya dalam sistem pendidikan Islam
didifinisikan oleh

Hamdani sebagai berikut :

5
Nur Ahid, Pendidikan Agama Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.55-58.
6
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.184.
7
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.184.
Suatu upaya yang keras dan bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan,
membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu dan ruh kepada pengenalan (ma‟rifat) dan cinta
(maḥabbah) kepada Allah SWT. Dan melenyapkan segala sifat, af‟āl, asmā dan żat yang negatif
dengan yang positif (fana‟fillah) serta mengekalkannya dalam suatu kondisi dan ruang
(baqa‟billah).8

Maka pendidikan aqidah tauhid sebagai proses pemberian bimbingan kepada anak didik
secara sungguh-sungguh agar ia dapat meng-Esakan Allah, dengan tujuan untuk membentuk
watak seorang muslim yang beriman, mengenal dan cinta kepada Allah SWT serta mampu
mengimplementasikan nilai-nilai keimanan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga mampu
menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.

Mahmud Yunus merumuskan tujuan pendidikan aqidah tauhid menjadi tiga tujuan, yaitu :

1) Agar memiliki keimanan yang teguh kepada Allah, Rasul, Malaikat, Hari
Kiamat, Qoḍo‟, dan Qodar Allah.
2) Agar memiliki keimanan berdasarkan pada kesadaran dan ilmu pengetahuan,
bukan sebagai orang yang suka bertaklid buta.
3) Agar keimanan itu tidak mudah rusak, apalagi diragukan oleh orang-orang
beriman.9

8
0M. Hamdani B. DZ, Pendidikan Ketuhanan dalam Islam, (Surakarta : Muhammadiyah University Press, 2001), h.
10.
9
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hadakarya Agung, tahun 1983), h. 23
C. Kesimpulan

1. Anak yang lahir pasti dalam keadaan suci dan mereka sudah membawa fitrah
masing – masing. Fitah adalah sesuatu yang ada dalam jiwa seseorang dan
memerlukan proses pendidikan untuk mengembangkan fitrah tersebut. Fitrah ini
mencakup fitrah keberagamaan, kemampuan, Qada’ dan Qadar anak.

2. tujuan pendidikan aqidah tauhid adalah agar anak didik memperoleh kepuasan
batin dalam kehidupan untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat
secara benar tanpa keraguan, menghindarkan diri dari perbuatan syirik,
mendapatkan keyakinan berdasarkan kesadaran ilmu dan menghindarkan diri dari
sikap taklid buta, serta mengokohkan iman agar tidak mudah rusak oleh karena
pengaruh isme-isme karya manusia.
D. Daftar pustaka

Anwar Ali, tahrij al-Hadith dengan komputer,(Kediri: pustaka pelajar, 2011),

Hamzah Ibnu, Asbabul Wurud 3 Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadis Rasul,
(jakarta: Kalam Mulia, 2008)

Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)

Ahid Nur, Pendidikan Agama Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010)

Ahmad Muhammad, ulumul Hadits,(Bandung: pustaka setia, 2004)

Sotfwere, kitab sembilan imam

Software maktabah shamellah

Al-Jazairy, Abu Bakar Jabir.1978. Aqidah al-Mukmin. Cairo: Maktabah al-Kulliyat al-
Azhariyah.

Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak).Terjemah oleh Farid Ma‟ruf. Jakarta : Bulan
Bintang, Cet. VIII.

An-Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asaalibih fi Baiti wa


Madrasati wal Mujtama'.

Beirut- Libanon : Dar al-Fikr al-Mu'asyr. Terj: Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah
Sekolah dan Masyarakat. Jakarta : Gema Insani Press

Anda mungkin juga menyukai