LANDASAN TEORI
1
Agus Suyono, Analisis Rasio-Rasio Yang Berpengaruh Terhadap Return On Asset,
Studi Empiris Pada Bank Umum Di Indonesia Pada Tahun 2001-2003, Program Studi Magisterr
Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2005.
2
Dahlan Siamat, Manajemen Bank Umum, Iner Media, Jakarta, 1996.
3
Siswanto Sutojo, Mengenali Arti Dan Penggunaan Neraca Perusahaan, Damar Mulia
Pustaka, Jakarta, 2004, hal. 55.
4
Ibid, hal. 233
16
17
5
Defri, Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional
terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI, Jurnal Manajemen,
Volume 01, Nomor 01, 2012.
6
A. Manullang Laurence “Analisis Pengaruh Rentabilitas terhadap Rasio Kecukupan
Modal Pada Bank Tabungan Pensiun Nasional”, Media Riset Bisnis dan Manajemen, Vol. 2, No.
1, 2002, Hal. 26-47.
7
Peraturan Bank Indonesia, No. 30, Tahun 2008.
18
8
Pandu Mahardian, Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM Dan LDR
Terhadap Kenerja Keuangan Perbankan, Tesis, Program Studi Magister Manajemen, Universitas
Diponegoro, 2008, hal. 35.
9
Wisnu Mawardi, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum Di
Indonesia, Tesis, Program Studi Magister Manajemen, Program Pascasarjana, Universitas
Diponegoro, 2004, hal. 21.
10
Ibid.
11
Idroes, Ferry N, Manajemen Resiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan 3 Pilar
Kesepekatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaanya, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008, Hal. 69.
12
Hayat, Atma, Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Rentabilitas
Perusahaan Perbankan yang Go Publik di Pasar Modal Indonesia, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi, Vol. 7, No. 1 April, 2008 : 112-125.
19
13
Slamet Riyadi, Banking Asset And Liability Manajemen, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006, Hal. 161.
20
14
Peraturan Bank Indonesia, No. 5 tahun 2003.
15
Rida Rahim dan Irpa Yuma, Analisis Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas
Pada Bank Umum Syariah dan Unit Syariah (Study Kasus BSM dan BNI Syariah), Jurnal Bisnis
dan Manajemen Vol. 4, No. 3, 2008.
21
Non performing loan (NPL) bagi bank konvensional dan Non performing
financing (NPF) bagi bank syariah.16
Rasio NPF/NPL menunjukan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga
semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas
kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar
maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit
dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Besaran standar NPF yang ditetapkan oleh BI adalah 5%. Perhitungan
NPF ini adalah sebagai berikut ;
16
Teguh Pudjo Muljono, Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Jakarta
Djambatan, Jakarta, 1999.
17
Ibid.
22
dibayar.18 Hal ini karena perbankan tidak berdiri dan berjalan hanya
dengan modal sendiri, melain juga bersumber dari dana pihak ketiga
dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito yang dalam sistem
pembukuan bank dicatat dalam kelompok pasiva yang merupakan
kewajiban.
Menurut Bank Indonesia, penilaian aspek likuiditas mencerminkan
kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang memadai guna
memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk memenuhi
kebutuhan yang lain. Disamping itu bank juga harus dapat menjamin
kegiatan dikelola secara efisien dalam arti bahwa bank dapat menekan
biaya pengelolaan likuiditas yang tinggi serta setiap saat bank dapat
melikuidasi assetnya secara cepat dengan kerugian yang minimal.19
Peraturan Bank Indonesia tesebut menyatakan bahwa kemampuan
likuiditas bank dapat diproksikan dengan LDR (Loan to Deposit Rasio)
yang membandingkan komposisi dana yang tersalur pada kredit dengan
dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun. Artinya semakin tinggi
angka kredit yang disalurkan akan memperkecil tingkat likuiditas bank
tersebut. Minimnya likuiditas ini tentu akan berdampak negatif dan
menjadi sumber masalah bagi bank jika tidak mampu memenuhi
kewajiban lancar atau jangka pendeknya.20
Begitu pula sebaliknya jika rasio ini terlalu rendah, menujukan
kemampuan bank dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan perlu
dipertanyakan. Standar yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk rasio
LDR/FDR ini adalah 80% hingga 110%. Sehingga jika suatu bank hanya
mampu memperoleh rasio likuiditas ini diangka 60% misalnya, itu
menunjukan bahwa bank tersebut hanya mampu menyalurkan 60% dari
total dana DPK yang dihimpun. Dan 40% selebihnya tidak dapat tersalur.
18
Sinta Sudarini, Penggunaan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Laba Pada Masa
Yang Akan Datang, Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, Vol. XVI, No. 3, Desember 2005, hal. 195-
207.
19
Surat Edaran Internal Bank Indonesia Tahun 2004
20
Ibid,
23
21
Setiadi, Pompong B, Analisis Hubungan Spread of Interest Rate, Fee Based Income,
dan Loan to Deposit Ratio dengan ROA pada Perbankan di Jawa 902 Timur. Jurnal Mitra
Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.1, No. 1, April 2010, 63-82 STIAMAK, Surabaya.
22
Sinta Sudarini, Op. Cit.
24
23
Meythi, Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba :
Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Jakarta,
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol. XI, No. 2, September , 2005.
24
Ibid.
25
B. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan bagian terpenting dalam sebuah bisnis
perbankan. Hal ini dijadikan acuan untuk mengukur apakah keuntungan yang
ditargetkan oleh persahaan dapat tercapai atau tidak. Salah satu rasio yang
digunakan untuk Return on asset (ROA).25ROA adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan secara
relative dibandingkan dengan total assetnya atau ukuran untuk menilai
seberapa besar tingkat pengembalian dari asset perusahaan.
Penilaian rentabilitas bank menurut paket kebijakan 28 februari 2004
(paktri 28/2004) didasarkan pada posisi laba/rugi yang disajikan dalam
pembukuan bank tersebut, perkembangan laba/rugi dalam tiga tahun terakhir
dan laba/rugi yang diperkirakan. Masing-masing faktor tersebut ditetapkan
ukuran sebagai berikut :
1. Ditinjau dari posisi laba/rugi menurut pembukuan bank, rentabilitas
dikelompokan sebagai beikut :
a. Sehat, apabila laba atau break event point,
25
Dietrich, Andreas and Gabrielle Wanzenrid, What Determines The Profitability of
Commercial Banks? New Evidence form Switzerland, www.ssrn.com, diakses pada 23 Oktober
2016.
26
b. Cukup sehat, apabila rugi yang tidak melebihi 5% dari jumlah modal
yang disetor,
c. Kurang sehat apabila rugi lebih dari 5% dari modal yang disetor tapi
tidak melebihi 25%,
d. Tidak sehat, apabila kerugian diatas 25% dari modal yang disetor.
2. Dilihat dari data laba/rugi selama 3 tahun terakhir, rentabilitas bank
dikategorikan sebagai berikut :
a. Sehat, apabila selalu laba atau rata-rata laba dengan tren membaik,
dengan catatan pada tahun buku kedua dan atau ketiga laba,
b. Cukup sehat, apabila rata-rata laba dengan tren memburuk dengan
catatan dalam tahun buku kedua dan atau ketiga rugi,
c. Kurang sehat apabila rata-rata rugi dengan tren membaik, dengan
catatan setiap tahun kerugian berkurang atau dalam tahun buku
kedua dan atau ketiga menunjukan laba,
d. Tidak sehat, apabila menujukan akan kerugian dengan tren konstan
atau memburuk.
3. Ditinjau dari laba/rugi yang diperkirakan, rentabilitas bank dinilai :
a. Sehat apabila laba/rugi yang diperkirakan menujukan laba,
b. Cukup sehat apabila laba/rugi yang diperkitakan pada bulan
penilaian menujukan BEP atau rugi dalam jumlah yang sama atau
lebih kecil dari rata-rata laba yang telah diperolah pada bulan-bulan
sebelumnya.
C. Bank
1. Pengertian Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai
banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italiabanca berarti tempat
penukaran uang. Sedangkan menurut undang-undang perbankan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
27
26
Undang-Undang RI No. 07 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
27
Widya Wahyu Ningsih, Op. Cit., Hal.
28
Syamsuddin Mahmud, Op. Cit., hal. 194.
29
Ibid.hal. 195.
30
Muhamad, Op. Cit., hal.5.
31
Undang-Undang RI No. 07 Tahun 1992, Op. Cit.
28
D. Bank Konvensional
1. Pengertian Bank Konvensional
Bank kovensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
secara konvensional dan berdasar jenisnya terdiri dari bank umum
konvensional dan bank perkreditan rakyat (BPR).
2. Kegiatan Usaha Bank Konvensional
Diantara kegiatan usaha pokok perbankan konvensional adalah
sebagai berikut34:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
32
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank (diakses pada 25 November 2014).
33
Wikipedia, loc. Cit.
34
UU RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
29
E. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasar prinsip syariah.35 Menurut jenisnya terdiri dari bank umum
syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Mengacu pada definisi
tersebut diatas maka tampak perbedaan yang sangat jelas mengenai
prinsip dasar operasionalnya yaitu syariah. Dimana syariah inilah yang
menjadi rambu-rambu pokok dalam perbankan islam selain aturan atau
undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun bank
indonesia.
Mengacu pada nilai-nilai syariah, maka terdapat perintah dan
larangan. Perintah sebagai bentuk kewajiban dan larangan sebagai
sesuatu yang harus ditinggalkan. Hal ini tentu tidak dijumpai dalam
operasional bank umum konvensional. Dan karena itulah tingkat
kepatuhan bank syariah tidak hanya diukur dari kepatuhan terhadap
undang-undang dan peraturan bank indonesia tetapi juga diukur dengan
kepatuhan syariah.
2. Sejarah Berdirinya Bank Syariah
Bank syariah mulai berdiri diberbagai negara pada akhir tahun
1970 dan awal tahun 1980an. Pakistan, sebagai negara yang termasuk
dalam kateori pelopor berdirinya bank syariah memulai menghilangkan
sistem bunga padan operasional banknya pada tahun 1979, negara lain
seperti mesir mulai pada tahun 1978, Siprus pada tahun 1983, Kuwait
tahun 1977 dan Malaysia 1983.36 Sedangkan di Indonesia sendiri bank
syariah baru berdiri pada tahun 1991, diawali dengan hadirnya bank
Muamalat yang diprakarsai oleh MUI.37
35
Peraturan Bank Indonesia, No. 6/24/PBI/2004 Tentang Bank Umum Yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasar Prinsip Syariah.
36
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani Pres,
Jakarta, 2001, Hal. 24.
37
Ibid. hal 25.
31
Gambar 2.1
Operasional Bank Umum Syariah
a. Prinsip Wadiah/Titipan
Menurut bahasa, wadi’ah adalah sesuatu yang ditempatkan
bukan pada pemiliknya supaya dijaga38. Wadiah adalah akad
penitipan barang yang disepakati para pihak untuk dijaga oleh
penerima titipan dan dikembalikan kepada pemiliknya ketika
diminta39. Prinsip wadiah merupakan salah satu bentuk akad yang
digunakan oleh bank syariah, dimana nasabah adalah pihak yang
menitipkan dana sedangkan bank sebagai pihak yang menerima
titipan dana.
Secara umum Akad wadiah ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Wadiah Yad Amanah, yaitu akad penitipan barang/uang dimana
pihak penerima titipan diwajibkan menjaga barang titipan dan tidak
diperkenankan menggunakan barang/uang titipan tersebut. Secara
prinsip dalam pelaksanaan akad ini, pihak penerima titipan tidaklah
menaggung beban dan resiko yang timbul selama masa titipan
tersebut kecuali atas kelalaian penerima titipan. Dalam dunia
perbankan, akad ini digunakan pada produk save daposit box (SDB).
2) Wadiah yad dhamanah. Pada prinsipnya jenis wadiah ini adalah
sama dengan sebelumnya, perbedaanya adalah pada status
penggunaan barang/uang yang dititipkan. Jika pada wadiah amanah
penerima titipan tidak diperbolehkan menggunakan, pada wadiah
dhomanah seorang yang menerima titipan diperbolehkan
menggunakan barang/uang yang dititipkan dengan catatan
menaggung segala resiko yang timbul selama penitipan tersebut.
Dalam operasional bank syariah, akad wadiah biasa digunakan pada
produk penghimpunan dana seperti giro dan tabungan.40
38
Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah, Rajawali Press, Jakarta, 2003.
39
Saat Suharto dkk. Pedoman Akad Syariah, Perhimpunan BMT Indonesia Jakarta, 2014.
40
Muhamad, Op. Cit., hal 6.
34
b. Prinsip Kerjasama/Syirkah
Pada prinsipnya, seluruh transaksi perbankan syariah
menggunakan akad dasar kerjasama atau syirkah, dalam
operasionalnya, prinsip kerjasama/syirkah ini ditemukan beberapa
akad sebagai berikut :
1. Musyarakah
Akad musyarakah dalam perbankan syariah mengambil dari
istilah fiqh yaitu al-musyaarakah. Artinya akad kerjasama
antara dua belah pihak atau lebih untuk satu usaha tertentu
dimana masing masing pihak memberi kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai kesepakatan. Dengan demikian musyarakah
adalah suatu perkongsian antara dua belah pihak atau lebih
dalam suatu perusahaan atau proyek dimana masing-masing
pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab
atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaannya
masing-masing
2. Mudharabah
Mudharabah merupakan bagian atau salah satu jenis dari
akad syirkah. Syirkah musharabah atau juga biasa disebut
dengan qiradh adalah kerjasama usaha (kemitraan bisnis) antara
badan dengan harta41. Artinya seseorang menyerahkan hartanya
kepada pihak lain untuk dikelola dalam suatu usaha dengan
ketentuan keuantungan yang akan diperoleh dibagi berdua
sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati.
Akad mudharabah adalah akad atau sistem kerjasama
dimana seorang menyediakan modal keseluruhan kepada pihak
lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang
diperoleh (dari hasil pengelolaan tersebut) dibagi antara kedua
pihak sesuai dengan nisbah yang disepakati. Sedangkan
41
Taqiyuddin an-Nabhani. Sistem Ekonomi Islam, HTI Press, Jakarta, 2010.
35
42
Saat Suharto dkk. Op. Cit., hal xxii
43
Ibid. hal. 7.
36
47
Agus Suyono, Analisis Rasio-Rasio Yang Berpengaruh Terhadap Return On Asset,
Studi Empiris Pada Bank Umum Di Indonesia Pada Tahun 2001-2003, Program Studi Magisterr
Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2005.
48
Wisnu Mawardi, Op. Cit.
38
49
Imam Subaweh, Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008
50
Pandu Mahardian, Analisis Pengaruh Rasio Car, Bopo, Npl, Nim Dan Ldr Terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan Yang Tercatat Di Bej Periode
Juni 2002 – Juni 2007) (Tesis, Program Studi Magister Manajemen, Program Pascasarjana,
Universitas Diponegoro, 2008).
39
dengan hasil kinerja keuangan Perbankan syariah pada sisi ROA, ROE
dan LDR bank syariah tidak berbeda secara signifikan dengan kinerja
keuangan perbankan konvensional. Adapun CAR berbeda secara
signifikan.52
Adapun penelitian ini merupakan upaya untuk mecari jawaban atas adanya
research gap dari beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian ini juga
membandingkan pengaruh dari masing-masing rasio keuangan seperti CAR,
NPL, LDR dan BOPO terhadap ROA pada Bank Syariah dan Bank
Konvensional. Dengan data terbaru diakhir periode tahun 2015, hasil
penelitian ini juga diharapkan memberikan gambaran informasi yang lebih up
to date menggunakan data terbaru.
52
Arie Firmansyah Saragih, Analisis perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah
dengan perbankan konvensional dengan menggunakan rasio keuangan.
53
Peraturan Bank Indonesia, No. 30 Tahun 2008.
40
Suyono pada tahun 2005 dimana CAR memiliki pengaruh yang sangat
signifikan terhadap ROA.54
Oleh karena itu dapat dirumuskan hipotesis bahwa :
H1 CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas
(ROA) bank umum syariah.
H1 CAR berpengaruh positif dn signifikan terhadap profitabilitas
(ROA) bank umum konvensional.
2. Pengaruh NPL terhadap kinerja profitabilitas (ROA)
Berdasar Peraturan Bank Indonesia nomor 5 tahun 2003, salah satu
resiko perbankan adalah resiko kredit atau yang biasa disebut dengan
Non Performing Loan (NPL). Yaitu risiko yang timbul sebagai akibat
kegagalan counterparty memenuhi kewajiban. Dapat juga didefinisikan
sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan atau sering
disebut kredit macet pada bank.55
NPL merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam memanaje resiko pengembalian kredit. NPL suatu bank
mencerminkan tingkat kemacetan atas kredit yang diberikan oleh bank
kepada para nasabahnya. Karena kemacetan adalah resiko terbesar yang
dihadapi oleh bank dalam memberikan kredit, maka bank harus
melakukan analisa yang mendalam serta menilai kelayakan setiap
pengajuan kredit yang diterima.
Semakin tinggi tingkat NPL suatu bank, berdampak pada
berkurangnya tingkat pendapatan yang mesti diperoleh. Begitu pula
sebaliknya, jika tingkat NPL rendah maka pendapatan bank akan
meningkat. Dengan demikian meningkatnya NPL dianggap memiliki
pengaruh negatif yang cukup signifikan terhadap kinerja suatu bank.
Dari Penelitiansebelumnya ditemukan hasil bahwa NPL memiliki
pengarug signifikan terhadap ROA, sebagaimana yang dilakukan oleh
Suyono pada tahun 2005 dimana NPL memiliki pengaruh yang sangat
54
Agus Suyono, Op. Cit. Hal. 59
55
Slamet Riyadi, Op.Cit, Hal. 161.
41
59
Ahmad Buyung Nusantara, Analisis Pengaruh Npl, Car, Ldr, Dan BopoTerhadap
Profitabilitas Bank (Perbandingan Bank Umum Go Publik Dan Bank Umum Non Go Publik Di
Indonesia Periode Tahun 2005-2007, Program Studi Magister Manajemen Universitas
Diponegoro, Semarang, 2009.
43
60
Ahmad Buyung Nusantara, Ibid.
44
Kerangka berfikir pada penelitian ini adalah bahwa bank ditinjau dari
aspek operasional terbagi manjadi dua yaitu bank umum konvensional dan
bank umum syariah. Setiap bank baik syariah maupun konvensional sebagai
bentuk akuntabilitasnya mengeluarkan laporan keuangan pada periode waktu
tertentu. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui rasio-rasio
keuangannya, yang setidaknya adalah rasio ROA, CAR, LDR/FDR,
NPL/NPF dan BOPO. Dari rasio-rasio tersebut dapat disimpulkan bagaimana
kinerja bank yang bersangkutan.
Penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh faktor-faktor berupa CAR,
NPL, LDR dan BOPO terhadap ROA pada bank umum syariah dan bank
umum konvensonal. Lalu dikembangkan dengan mengkomparasikan kinerja
keuangan antara bank syariah dengan bank konvensional berdasarkan
keadaaan ROA pada masing-masing kelompok bank tersebut. Dengan
demikian dapat dianalisis perbedaan tingkat pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap ROA. Jika dijabarkan dalam bentuk gambar maka dapat disajikan
seperti berikut :
45
Gambar 2.2
Kerangka berfikir
Skema Bank Umum Syariah
H1
CAR
H2
NPF
H3 ROA
FDR
H4
BOPO
H5
Skema Bank Umum Konvensional
H1
CAR
H2
NPL
H3 ROA
LDR
H4
BOPO
I. Hipotesis
Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuanpenelitian serta telaah pustaka seperti yang telah diuraikan tersebut di
atas,maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: