Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR ILEUS OBSTRUKTIF

A. Definisi
Ileus obstruktif adalah kerusakan parsial atau komplit ke arah depan dari isi usus.
Obstruksi pada ileus sering terjadi karena mempunyai segmen yang paling sempit
(Mansjoer, 2008). 
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus

intestinal. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya

aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknyanormal. Obstruksi usus merupakan suatu

blok saluran ususyang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara

mekanisatau fungsional (Brunner & Sudarth, 2010).

B. Etiologi

Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis

obstruksi usus, yaitu:

a. Mekanis: Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus:

 Adhesi, sebagai perlengketan fibrosa (jaringan ikat) yang abnormal di antara

permukaan peritoneum yang berdekatan, baik antar peritoneum viseral maupun

antara peritoneum viseral dengan parietal

 Hernia, terjebaknya bagian usus pada lubang abnormal.

 Karsinoma, tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus, atau

tumor diluar usus mendesak dinding usus.

b. Fungsional: Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus

 Massa makanan yang tidak dicerna


   Sekumpulan cacing

 Tinja yang keras.

 Volvulus, terplintir atau memutarnya usus.

 Intussusception, masuknya satu segmen usus kedalam usus itu sendiri (Brunner

& Sudarth, 2010).

C. Manefestasi Klinis

Terdapat 4 tanda gejala khas ileus obstruktif (Brunner & Sudarth, 2010):

a. Nyeri abdomen

b. Muntah

c. Distensi

d. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).

Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok

hypovolemik, pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis.Terhadap setiap

penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa.

Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi bersifat

kolik. Ia sekunder terhadap kontraksi peristaltik kuat padadinding usus melawan

obstruksi. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul setiap 4

sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit pada ileus

obstruktif usus besar. Nyeri dariileus obstruktif usus halus demikian biasanya

terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang dari ileus obstruktif

usus besar biasanyatampil dengan nyeri intaumbilikus. Dengan berlalunya waktu, usus
berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang peristaltik menjadi jarang, sampai

akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti olehpegal generalisata

menetap di keseluruhan abdomen. Jika nyeri abdomen menjadi terlokalisasi baik,

parah, menetap dan tanpa remisi, maka ileusobstruksi strangulata harus dicurigai.

Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yangmemuntahkan

apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikutioleh cairan duodenum,

yang kebanyakan cairan empedu.

D. Patofisiologi

Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen, peritonitis,

sepsis dll, sedang ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing,

striktur dll. Adanya penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu

sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan dlm lumen usus. Adanya akumulasi isi usus

dapat menyebabkan gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang

mengakibatkan kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan

volume cairan ekstraseluler sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah

jantung, penurunan perfusi jaringan, hipotensi dan asidosis metabolik.

Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga timbul nyeri,

kram dan kolik. Distensi dinding usus juga dapat menekan kandung kemih sehingga

terjadi retensi urine. Distensi juga dapat menekan diafragma sehingga ventilasi paru

terganggu dan menyebabkan sulit bernafas. Selain itu juga distensi dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian

terjadi nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari
usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan

toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.

Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan terjadinya

obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik dapat berbalik arah dan

menyebabkan isi usus terdorong  ke mulut,keadaan ini akan menimbulkan muntah-

muntah yang akan mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang berlebihan dapat

menyebabkan kehilangan ion hidrogen & kalium dari lambung serta penurunan klorida

dan kalium dalam darah, hal ini merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik.
Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
 Foto polos abdomen
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)memperlihatkan
dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antaraair dan udara atau gas
(air-fluid level) yang membentuk pola bagaikantangga.
 Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat  jika suatu obstruksi letak
rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak
dengan intussuscepsi, pemeriksaan enemabarium tidak hanya sebagai diagnostik
tetapi juga mungkin sebagai terapi.
 CT – Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CT– Scan akan mempertunjukkan secara lebihteliti
adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, danperitoneum. CT– Scan
harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras ke dalam pembuluh darah.
Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
 USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebabdari
obstruksi.
b. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa
mungkin menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikanasidosis
atau alkalosis metabolic (Brunner & Suddarth, 2010)

.
F. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,mengatasi peritonitis dan
syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan
fungsi usus kembali normal.
1. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu di perhatikan adalah mengawasi tanda – tanda
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan
intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan
memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan
intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT di gunakan
untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.
2. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan
sebagaiprofilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual
muntah.
3. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik
untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi
kemudiandisusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi
selamalaparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk
dilakukanoperasi : Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi
atauadhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi
stangulasimaka reseksi intestinal sangat diperlukan.
G. Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra
abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen

I. Intervensi Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat dan ketidak efektifan penyerapan usus halus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhancairan

dan elektrolit  terpenuhi Kriteria hasil :

 Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD : 110/70

-120/80mmHg)

 Intake dan output cairan seimbang

 Turgor kulit elastic

 Mukosa lembab
 Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5mmol/L, Cl:

94-111 mmol/L)

Intervensi Rasional
a. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan
b. Observasi tanda-tanda vital pasien
2. Perubahan yang drastis pada tanda-
c. Observasi tingkat kesadaran
tanda vital merupakan indikasi
dan tanda-tanda syok kekurangan cairan
d. Observasi bising usus pasien 3. kekurangan cairan dan elektrolit
dapat mempengaruhi tingkat
tiap 1-2 jam
kesadaran dan mengakibatkan syok
e. Monitor intake dan 4. Menilai fungsi usus
outpusecara ketat 5. Menilai keseimbangan cairan
6. Menilai keseimbangan cairan dan
f. Pantau hasil laboratorium
elektrolit
serum elektrolit, hematocrit 7. Meningkatkan pengetahuan pasien
g. Beri penjelasan kepada pasien dankeluarga serta kerjasama
dan keluarga tentang tindakan antaraperawat-pasien-keluarga
8. Memenuhi kebutuhan cairan
yang dilakukan: pemasangan danelektrolit pasien.
NGT dan puasa.
h. Kolaborasi dengan medik
untuk pemberian terapi
intravena

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


absorbsi nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan
nutrisi teratasi Kriteria hasil :
 Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
 Berat badan stabil
 Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor 1. Mempengaruhi pilihan
individual yang intervensi
mempengaruhi kemampuan 2. Menentukan kembalinya
untuk mencerna makanan, peristaltik ( biasanya dalam 2-
mis : status puasa,mual, 4 hari )
ileus paralitik setelah selang 3. Meningkatkan kerjasama
dilepas pasien dengan aturan diet.
2. Auskultasi bising usus; Protein/vitamin C adalah
palpasi abdomen;catat kontributor utuma untuk
pasase flatus pemeliharaan jaringan dan
3. Identifikasi perbaikan.Malnutrisi adalah
kesukaan/ketidaksukaan fator dalam menurunkan
dietdari pasien. Anjurkan pertahanan terhadap infeksi
pilihan makanantinggi 4. Sindrom malabsorbsi dapat
protein dan vitamin C terjadisetelah pembedahan
4. Observasi terhadap usus halus,memerlukan
terjadinya diare; makanan evaluasi lanjut dan perubahan
bau busuk dan berminyak diet, mis: diet rendah serat
5. Kolaborasi dalam 5. Mencegah muntah.
pemberian obat- Menetralkan ataumenurunkan
obatansesuai indikasi: pembentukan asamuntuk
Antimetik, mencegah erosi mukosa
mis:proklorperazin dankemungkinan ulserasi.
(Compazine). Antasida
daninhibitor histamin, mis:
simetidin (tagamet)
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas
menjadi efektif . Kriteria hasil : Pasien memiliki pola pernafasan: irama vesikuler,
frekuensi :18-20x/menit

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: RR, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas
2. Kaji status pernafasan: pola, akibatadanya distensi abdomen
frekuensi,kedalaman dapatmempengaruhi peningkatan hasil
3. Kaji bising usus pasien TTV
4. Tinggikan kepala tempat 2. Adanya distensi pada abdomen dapat
tidur 40-60derajat menyebabkan perubahan pola nafas
5. Observasi adanya tanda- 3. Berkurangnya/hilangnya bising usus
tanda hipoksia jaringan menyebabkan terjadi distensi abdomen
perifer: cyanosis sehingga mempengaruhi pola nafas
6. Monitor hasil AGD 4. Mengurangi penekanan pada
7. Berikan penjelasan kepada paruakibat distensi abdomen
keluarga pasiententang 5. Perubahan pola nafas akibat
penyebab terjadinya adanyadistensi abdomen dapat
distensiabdomen yang menyebabkan oksigenasi perifer
dialami oleh pasien terganggu yangdimanifestasikan
8. Laksanakan program medic dengan adanya cianosis
pemberianterapi oksigen 6. Mendeteksi adanya asidosis
respiratorik
7. Meningkatkan pengetahuan
dankerjasama dengan keluarga pasien
8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
pasien

Anda mungkin juga menyukai