BIDANG KEGIATAN :
Diusulkan Oleh :
BOGOR
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Atas semua bimbingan dan bantuan, dukungan dan perhatian yang telah
diberikan, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si, Bapak Ir. Sahat MH Simanjuntak, MSc,
dan Ibu Pini Wijayanti, SP yang telah membimbing dan banyak
membantu kami dalam pembuatan PKM ini.
3. Iman Dwi Putro yang telah membantu pencarian data dalam penulisan
PKM-GT kelompok kami ini.
Penulis menyadari ada kekurangan dalam PKM ini. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kepentingan kualitas di masa yang akan datang. Semoga proposal PKM-GT ini
dapat bermanfaat bagi penulis serta bagi yang menggunakannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………..…………………………...…………….i
DAFTAR TABEL…………………….…....……….…………………………….iv
DAFTAR GAMBAR………………………….………………………….……….v
RINGKASAN…………..……………………..………………………...………vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………….………….………..….1
Rumusan Masalah…………………………………….………………...…2
Uraian Singkat…………………………………………………………….2
Tujuan……………………………………………….…………………….3
Kegunaan…………………………………………………………......…...3
TELAAH PUSTAKA
Sungai…………………………………………………………………......4
DAS Ciliwung…………………………………………………………….6
METODE PENULISAN
ii
Badan Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) wilayah Ciliwung…….…12
Sempadan Sungai……………………………………………………..…12
Kesimpulan………………………………………………………………15
Saran…………………………………………………………………..…15
DAFTAR PUSTAKA..……………………………………………………….....16
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Pola penggunaan lahan di wilayah DAS Ciliwung hulu dan hilir...........10
Tabel 3. Debit sungai Ciliwung per dua minggu di bendungan Katulampa tahun
2008 (ribu liter/meter) ..............................................................................11
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
RINGKASAN
vii
Daya Air (Dinas PSDA). Pendanaan pengelolaan saat ini berasal dari APBD
masing-masing daerah yang dilewati sungai Ciliwung. Hal ini dirasa kurang
optimal karena pada kenyataannya kualitas DAS Ciliwung dari waktu ke waktu
semakin menurun.
Untuk menanggulangi permasalahan kelembagaan yang terjadi, dirasa
perlu sebuah kelembagaan otonom yang kolaboratif. Mekanisme cost sharing
yang diterapkan tidak hanya bersumber dari APBD, tetapi juga berasal dari
pembayaran jasa lingkungan berdasarkan pemanfaatan sumber daya air. Dana
yang terkumpul, nantinya dikembalikan langsung untuk perbaikan DAS Ciliwung,
terutama perbaikan kawasan hulu. Sehingga fungsi hidrologis sungai dapat
kembali membaik.
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tingginya curah hujan yang merata dan keadaan topografi yang sebagian besar
merupakan pengunungan serta ditunjang dengan luasnya sumber daya hutan
menyebabkan Indonesia kaya akan sumber daya air. Walaupun sesungguhnya
jumlah air di dunia ini tetap, namun perubahan lingkungan menyebabkan
terjadinya ketidakmerataan stok air. Pada musim hujan misalnya di beberapa
daerah terjadi banjir, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan. Hal ini
disebabkan tata lingkungan yang ada telah berubah, berkurangnya penahan air
seperti hutan dan pepohonan yang menyebabkan tanah-tanah gundul di daerah
hulu, tidak lagi mampu menyerap air hujan.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan perairan darat terutama sungai. Salah
satu fungsi sungai adalah sebagai penerima beban kelebihan curah air hujan. Oleh
karena itu fungsi sungai menjadi sangat penting sebagai pemasok air, sekaligus
tumpuan pelimpahan kelebihan air hujan dari daerah pengaliran sungai yang
bersangkutan untuk terhindar dari musibah banjir. Untuk menjaga keutuhan fungsi
sungai tersebut dituntut pengelolaan sumber daya air yang utuh dari hulu sampai
hilir tanpa dipengaruhi oleh batas wilayah administrasi yang dilaluinya.
dilewati DAS Ciliwung. Oleh karena itu dibutuhkan adanya suatu lembaga
otonom yang mengelola DAS Ciliwung secara kolaboratif.
Rumusan Masalah
Secara umum permasalahan DAS Ciliwung terbagi menjadi dua, yaitu rusaknya
daerah hulu dan banyaknya pencemaran di daerah hilir. Kerusakan di hulu lebih
banyak terjadi karena pembangunan yang tidak sesuai dengan tata ruang yang ada.
Sedangkan permasalahan di hilir lebih karena kepadatan penduduk yang semakin
meningkat sehingga area pemukiman dibangun di sempadan-sempadan sungai
yang seharusnya dilarang.
Apabila dirumuskan, permasalahan yang dapat diangkat dalam PKM ini adalah :
Uraian Singkat
Tujuan
Sungai
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah
disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau,
rawa atau ke sungai yang lain. Karateristik dan Jenis Sungai di Indonesia dan
dunia berdasarkan sumber airnya air sungai dibedakan menjadi tiga macam :
1. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau
sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada dipulau
Jawa dan Nusa Tenggara.
2. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es.
Contoh Sungai yang airnya murni dari pencairan es saja (ansich) pada
bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di peg.Himalaya)
dan hulu sungai Phein Jerman (yang Berhulu di Peg.Alpen) dapat
dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU
no.7 thn 2004 pasal 1 ayat 11).
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Peraturan lain mengenai
sumberdaya air dijelaskan dalam :
Pada tingkat curah hujan tertentu, fungsi hidrologis DAS berhubungan dengan
kemampuan DAS dalam hal: (1) transmisi air, (2) penyangga pada puncak
kejadian hujan, (3) pelepasan air secara perlahan, (4) memelihara kualitas air, dan
(5) mengurangi perpindahan massa tanah, misalnya melalui longsor.
DAS Ciliwung
Secara geografis DAS Ciliwung terletak antara 06002’ sampai 06054’ Bujur Timur
dan 106048’ sampai 107000’ Lintang Selatan. Hulu sungai berasal dari gunung
Telaga Mandalawangi dan bermuara di teluk Jakarta. Panjang sungai Ciliwung
dari bagian hulu sampai muara atau pesisir pantai tanjung periuk di Jakarta Utara
adalah ±76 km. Luas DAS Ciliwing sekitar 322 km2, yang dibatasi oleh DAS
Cisadane di sebelah barat dan DAS Citarum di sebelah timur.
Sungai Ciliwung mengalir dari arah selatan ke utara, melalui daerah-daerah yang
termasuk wilayah administratif Kabupaten Bogor, khususnya Kecamatan Cisarua,
Ciawi, Kedunghalang, Cibinong dan Cimanggis, serta Kotamadya Bogor, kota
administratif Depok, dan wilayah DKI Jakarta.
Bagian hulu DAS Ciliwung merupakan pegunungan dan berada pada ketinggian
300 m sampai 3000 m diatas permukaan laut. Luas DAS Ciliwung bagian hulu
7
adalah 149 km2 yang meliputi Kecamatan Cisarua, Ciawi, dan kedunghalang yang
dibatasi oleh bendung Katulampa. Bagian DAS Ciliwung hulu ini terbagi menjadi
empat sub DAS, yaitu: (1) sub DAS Ciliwung hulu, (2) sub DAS Cibogo atau
Cisarua, (3) sub DAS Ciseeek dan (4) sub DAS Ciseuseupan atau Cisukabirus
(sub Balai RLKT DAS Ciliwung-Ciujung, 1986).
Pengambilan data pada penulisan PKM ini diperoleh dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pusat informasi bendung Katulampa Bogor.
Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara kepada petugas bendungan
Katulampa pada tanggal 31 Maret 2009. Data yang diperoleh antara lain debit air
sungai Ciliwung di bendungan Katulampa tahun 2008, pengelola DAS Ciliwung,
dana pengelolaan DAS Ciliwung, dan permasalahan yang terjadi di DAS
Ciliwung.
Data sekunder diperoleh dari studi literatur baik buku, browsing, maupun disertasi
untuk memberikan informasi yang akurat mengenai DAS Ciliwung. Berikut
skema pengambilan data yang dilakukan dalam penyusunan PKM :
Daerah Aliran Sungai Ciliwung secara geografis terletak pada 06002’ sampai
06054’ Bujur Timur dan 106048’ sampai 107000’ Lintang Selatan. Berdasarkan
pengukuran planimetris pada peta topografi luas DAS Ciliwung seluruhnya adalah
38260 Ha. Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai utama sepanjang 117
km (Pawitan dalam Karyana, 2002). Wilayah DAS Ciliwung terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu hulu, tengah, dan hilir. Bagian hulu mencakup areal seluas 146 km2
yang merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 300 m sampai 3000 m
diatas permukaan laut.
Pola penggunaan lahan di wilayah DAS Ciliwung bagian hulu dan bagian tengah
secara garis besar dibagi menjadi empat bagiam, yaitu hutan, pertanian,
pemukiman (termasuk industri dan perdagangan), dan lainnya. Bagian hulu dan
tengah DAS Ciliwung masih didominasi oleh kawasan pertanian masing-masing
sebesar 63,9% dan 72,2%. Di bagian hulu terdapat kawasan hutan sebesar 25%
sedangkan di bagian tengah sudah tidak mempunyai kawasan hutan sama sekali
(Direktorat Jenderal RRL 1997). Kawasan hutan di bagian hulu sebagian besar
merupakan hutan lindung yang dikelola Perum Perhutani yang didominasi oleh
vegetasi Pinus merkusii. Namun saat ini pola penggunaan lahan di wilayah DAS
Ciliwung hulu dan tengah menunjukkan terjadinya penurunan penutupan lahan
oleh lahan terbuka hijau.
10
Tabel 2. Pola penggunaan lahan di wilayah DAS Ciliwung hulu dan hilir
Penggunaan tata ruang yang tidak memperhitungkan daya dukung dan fungsi
lahan di daerah hulu DAS Ciliwung telah menyebabkan kerusakan berupa
kerusakan hutan dan lahan kritis. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap
kelestarian dan produktifitas lahan. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi
hidrologis karena bagian hulu DAS Ciliwung merupakan daerah tangkapan air.
Kerusakan DAS diindikasikan oleh parameter hidrologis wilayah tersebut, seperti
debit, erosi, dan sedimentasi.
Tabel 3. Debit sungai Ciliwung per dua minggu di bendungan Katulampa tahun
2008 (ribu liter/meter)
Bendungan Katulampa berada di wilayah hulu DAS Ciliwung yang bisa dijadikan
parameter kondisi sungai Ciliwung sampai hilir. Data menunjukkan bahwa pada
bulan Juni hingga September dimana saat itu terjadi musim kemarau, debit air
sangat kecil. Akibatnya, pasokan air ke hilir pun kecil dan akan terjadi
kekeringan.
Menurut kepala penjaga bendungan Katulampa, saat ini pasokan air bersih ke
Jakarta sudah tidak lagi mencukupi, karena banyaknya penggunaan sumber daya
air Ciliwung di wilayah yang dilewatinya sebelum akhirnya sampai Jakarta.
Sehingga fungsi DAS Ciliwung beralih pada penggelontoran, perikanan air tawar,
dan yang terbesar adalah industri di bagian tengah sampai hilir.
Saat ini pengelolaan DAS Ciliwung dikelola oleh Badan Pengelolaan Sumber
Daya Air (BPSDA) Wilayah Ciliwung. BPSDA sendiri berada dibawah Dinas
PSDA (Pengelolaan Sumber Daya Air). Permasalahan yang ada didalam BPSDA
membuat sistem pengelolaan DAS Ciliwung menjadi tidak efektif dan tidak tepat
sasaran. Permasalahan yang terjadi antara lain adalah pertentangan kepentingan
dan tumpang tindih kewenangan antar instansi pemerintah, kurangnya peran
pemerintah daerah, dan lemahnya aturan serta penegakan hukum.
Menurut Andi (2009), saat ini sedang diupayakan mekanisme IPAIR dimana
pihak yang memanfaatkan sumber daya air Ciliwung dikenakanan pajak.
Sayangnya dalam perencanaan, dana yang terkumpul akan digunakan pada
pembangunan kota Bogor dan bukan dikembalikan untuk perbaikan sungai.
Sehingga masih diperlukan mekanisme lain yang mampu mengelola DAS
Ciliwung secara optimal.
Sempadan Sungai
tersebut dibuat dimaksudkan untuk daerah resapan air hujan serta menjaga
ekosistem di sekitar sungai. Tetapi pada kenyataannya, di sepanjang DAS
Ciliwung pada jarak 50 meter dari bibir sungai dibangun pertokoan dan
perumahan penduduk. Pembangunan yang seperti ini akan menutup jalanya air
masuk ke dalam tanah. Sehingga fungsi air sebagai pelepasan air secara perlahan
tidak dapat berlangsung.
Melihat permasalahan yang terjadi, sangat diperlukan peran dari pemerintah pusat
atau pemerintah daerah untuk menangani masalah ini secara terpadu dan tepat
sasaran. Selama ini sistem cost sharing yang telah dijalankan memiliki asupan
dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Hal ini dirasakan belum
optimal karena banyaknya penyimpangan dalam penyaluran dana sehingga
kualitas sungai semakin menurun. Penetapan dana pada sistem cost sharing dapat
dihitung dari luas wilayah sungai yang melewati suatu daerah maupun
berdasarkan jenis dan besar pemanfaatan sumber daya air. Oleh karena itu dirasa
perlu peran suatu pengembagan kelembagaan pengelolaan DAS kolaboratif yang
otonom, dimana dana cost sharing tidak hanya bersumber dari APBD tetapi juga
bersumber dari pembayaran jasa lingkungan.
Lembaga kolaboratif otonom ini terdiri dari perwakilan dari wilayah dibawah
pengawasan pemerintah daerah. Oleh karena itu dengan adanya suatu lembaga
pengelolaan DAS kolaboratif dengan sistem cost sharing dan memiliki sumber
14
dana baru yang berasal dari pembayaran jasa lingkungan, lembaga tersebut akan
mampu mengelola DAS Ciliwung secara optimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Karyana, Apik. 2007. Analisis Posisi dan Peran Lembaga serta Pengembangan
Kelembagaan di Daerah Aliran Sungai atau DAS Ciliwung. Institut
Pertanian Bogor.
Kusumahadi, Khoe Susanto. 1998. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cr, dan Hg
dalam Badan Air dan Sedimen serta Hubungannya Dengan
Keanekaragaman Plankton, Bentos dan Ikan di Sungai Ciliwung. Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Agama : Islam
No. HP : 085692010552
E-mail : addict_ai@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Organisasi
Pengalaman Kepanitiaan
Tidak ada
Agama : Islam
19
No. HP : 085781346595
E-mail : isca_ovianty@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Organisasi
Pengalaman Kepanitiaan
Tidak ada
Tidak ada
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
No HP : 08563330501
Riwayat pendidikan
Pengalaman organisasi
Pengalaman kepanitiaan
CURRICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan
2005-sekarang S3 - Kandidat Doktor di Institute of Forest Policy and Nature
Conservation, Georg-August University of Göttingen, Germany.
Awards: ITTO Fellowship Award for Ph.D Study at the University of Goettingen, Germany
(2005-2007).
Pengalaman Kerja
2006 – sekarang Dosen di Departemen Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB
23
Thesis (2004)
Multipurpose Management of Ex-Situ Conservation: Case of Bogor Botanic Garden – Indonesia.
M.Sc Thesis. Master Program in International and Tropical Forestry. Faculty of Forest Science
and Forest Ecology. Georg-August University of Göttingen, Germany.
Skripsi (1994)
Analisis Investasi Pengembangan Fisik Rekreasi Wana Wisata Watu Ulo, Jember, Jawa Timur.
Skripsi Sarjana. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Publikasi Internasional
Kleinschmit, D., Ekayani, M., Park, M.S., and A. Real. 2008. Global Forest Governance: A
Fiction of Democracy. Journal of Forest Policy and Economics. Elsevier. USA (submitted, on
process)
Kleinschmit, D., Ekayani, M., Park, M.S., and A. Real. 2006. Globaler medialer
Walddiskurs: Beispiel fuer eine deliberative Oeffenlichkeit? In: Politik und Umwelt (Jacob,
K., et al, Eds.). VS Verlag fuer Sozialwissenschaften. Germany. pp. 430-451.
Ekayani, M and D.R. Nurrochmat, 2003. Sustainable Forest Management Policy in
Indonesia: A Serious Problem of Ambivalence. In: Birner, R., Nurrochmat, D.R., and S.
Rosyadi (Eds), 2003. Sustainable Development: Socio-Economic and Environmental
Problems, Proceedings of International Seminar of PPI Göttingen p.114-121. Cuvillier
Verlag, Göttingen. ISBN: 3-89873-738-1
24
Seminar
Lokakarya Nasional Keanekaragaman Hayati Tropik Indonesia, Serpong 03–05 Nopember
1994
Indonesian Student Union Goettingen Seminar: Sustainable Development and Environment
Problems Focused on the Case of Indonesia, Goettingen-Germany 20 April 2002
International Seminar on Poverty Alleviation: Concept and Experience in Developing
Countries, Goettingen-Germany 09 Agustus 2003
Workshop: Tantangan dan Peluang Akreditasi Laboratorium (ISO 17025) dalam Era
Globalisasi, Bogor 22 April 2006
Seminar Nasional Pengembangan Industri Wisata Berbasis Lingkungan dan Budaya Dalam
Rangka Pengentasan Kemiskinan, Jakarta 01 Mei 2007
Seminar Nasional Kondisi Lingkungan dan Perekonomian Indonesia di Masa Mendatang
Serta Peran CSR Dalam Mengurangi Dampak Perubahan Iklim Global, Jakarta 22 November
2007
Pengalaman Organisasi:
2000-2005 Persatuan Pelajar Indonesia Goettingen, Jerman
1993 Anggota Delegasi IPB di the XXI International Forestry Students Symposium at
the University Putra Malaysia, Selangor Darul Ihsan, Malaysia.
1992-1993 Sekretaris Organizing Committee the 1st ASEAN Forestry Students Congress,
Bogor.
1992-1994 Anggota Badan Pengurus Pusat Sylva Indonesia
1991-1992 Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kehutanan IPB
Bogor.
1991-1992 Sekretaris Badan Perwakilan Mahasiswa, Fakultas Kehutanan IPB Bogor
1990-1991 Pengurus Forest Management Students Club (FMSC)
Penyiapan Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Lima Tahun (RKL) dan Rencana
Kerja Pengusahaan Hutan (RKPH).
Penyiapan Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan hutan.
Monitoring dan penyiapan laporan produksi hasil hutan.
Koordinasi dan hubungan dengan instansi terkait.
Meti Ekayani
26
Lampiran 5. Dokumentasi