Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Pondok Dengan Spiritual Well

Being Pada Remaja

Abdur Rakhim Mahaldis1), Iin Aini Isnawati2), Alwin Widhiyanto3).


Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
Gmail: mahaldis12@gmail.com

ABSTRAK
Pesantren adalah lingkungan masyarakat dimana para santri menuntut ilmu dan
bermukim. spiritual well-being adalah sesuatu situasi yang muncul dari keadaan
kesehatan spiritual dan tampak melalui ekspresi kesehatan yang baik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Hubungan Keaktifan Kegiatan Pondok dengan Spiritual
Well-Being pada Remaja Putra. Jenis penelitian ini analitik korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Populasi Seluruh Remaja Putra SMA sebanyak 100
responden, sampel menggunakan tekhnik random sampling dengan kriteria sebanyak 80
responden. Instrumen menggunakan lembar Observasi Kuesioner Spiritual Well Being
Scale (SWBS). Dianalisis menggunakan Spearman Rank Test. Hasil penelitian
menunjukkan Keaktifan mengikuti kegiatan pada remaja pondok putra mayoritas dalam
kategori yaitu santri tidak aktif sebanyak 63 responden (78,3%) dan Spiritual well-being
dan remaja mayoritas memiliki kategori sedang yaitu sebanyak 41 responden (51.3%),
hasil uji analisis di dapatkan ada Hubungan Keaktifan Kegiatan Pondok dengan Spiritual
Well-Being pada Remaja Putra di Pondok Putra Haf-sha Pesantren Zainul Hasan
Genggong, (-value= 0,048< α =0,05). Semakin tinggi spiritualitas maka semakin tinggi
juga tingkat kesejahteraan psikologis, sebaliknya semakin rendah spiritualitas maka
semakin rendah juga kesejahteraan psikologis, diharapkan pada remaja di pondok putra
haf-sha untuk meningkatakan keaktifan spiritual. Dengan cara mendekatkan diri kepada
yang maha kuasa dan menjalankan seluruh kegiatan yang yang telah di tentukan di
pesantren.
Kata kunci :Keaktifan Kegiatan Pondok,Spiritual Well-Being, Remaja.

ABSTRAK
Pesantrenis a community environment where students study and live. Spiritual
well-being is a situation that arises from a state of spiritual health and appears through the
expression of good health. This study aims to determine the relationship between Islamic
boarding school activity and Spiritual Well-Being in Young Men at Pondok Putra. This
type of research is correlational analytic with a cross sectional approach. The population
of all young men of the Haf-sha boarding School is 100 respondents, the sample uses a
random sampling technique that meets the criteria of 80 respondents. The instrument used
was the Spiritual Well Being Scale (SWBS) Questionnaire Observation sheet. Analyzed
using the Spearman Rank Test. The results of this study indicate that the majority of
students are active in participating in activities at the male boarding school in the
category, namely inactive students as many as 63 respondents (78.3%) and Spiritual well-
being and adolescent male boarding school The majority had a low category, namely 41
respondents (51.3%), the results of the analysis test found that there was a relationship
between Pondok Activity Activity and Spiritual Well-Being in Young Men at the Haf-sha
Zainul Hasan Islamic Boarding School Genggong, (-value= 0.048< = 0.05). The higher
the spirituality, the higher the level of psychological well-being, on the contrary, the
lower the spirituality, the lower the psychological well-being. By getting closer to the
almighty and carrying out all the activities that have been determined at the pesantren.

Keywords :Pondok Activities,Spiritual Well-Being, Youth.


1. PENDAHULUAN Angka prevalensi spiritual
Masa remaja merupakan masa well-being di Jawa Timur
peralihan antara kehidupan anak- mencapai 4,53 persen pada tahun
anak dan masa kehidupan orang 2018. Data-data tersebut
dewasa yang ditandai dengan menunjukkan bahwa spiritual
pertumbuhan dan perkembangan well-being menjadi salah satu
biologis dan psikologis. Secara upaya yang harus segera
biologis ditandai dengan tumbuh dikembangkan. Menurut Dr.
dan berkembangnya seks primer Hamidah., M.Si., Psikolog, selaku
dan seks sekunder sedangkan psikolog sekaligus dosen
secara psikologis ditandai dengan Departemen Psikologi Klinis dan
sikap dan perasaan, keinginan dan Kesehatan Mental Universitas Air
emosi yang labil atau tidak langga, usia remaja yang masih
menentu (Hidayati, 2017). dalam masa mencapai tumbuh
Perilaku tidak disiplin pada kembangnya, perlu sedikit di
beberapa fenomena di pondok arahkan dalam menghadapi
pesantren banyak dilakukan oleh beberapa permasalahan yang di
santri dalam fase remaja. Prijo sebabkan oleh kenakalan remaja
darminto menyatakan bahwa sendiri. Hamidah memberi contoh
kedisplinan adalah suatu kondisi kasus dalam penelitianya itu
yang tercipta dan terbentuk remaja yang merupakan siswa di
melalui proses dari serangkaian sebuah pesantren di Surabaya,
perilaku yang menunjukkan nilai- yang berusia 16-18 tahun, berjenis
nilai ketaatan, kepatuhan, kelamin laki-laki dan perempuan.
kesetiaan, keteraturan dan atau Partisipan awal berjumlah 230
ketertiban. Disiplin diperlukan siswa/i yang kemudian dilakukan
dalam mendidik anak tegas screening dan diperoleh 17 orang
terhadap hal yang dilakukan dan mengalami kesejahteraan secara
dilanggar. spiritual dan 65 orang yang belum
Berdasarkan catatan menerapkan spiritual well-being.
Kementrian Agama, terdapat total Berdasarkan hasil penelitian
sebanyak belasan juta santri dan Septian Affan Hakiqi di
mendekati angka tiga puluh ribu Kabupaten Probolinggo dengan
pondok pesantren di berbagai sampel akhir dalam penelitian ini
wilayah di Indonesia. Menteri adalah 42 remaja. Penelitian ini
agama Fachrulrazi mendetailkan, menggunakan uji statistik chi
jumlah pesantren hingga tahun square dalam membedakan
2020 initercatat sebanyak 28.194 proporsi tingkat spiritual well-
pesantren dengan 5 juta santri. being yang tinggal di rumah dan
Sedangkan jumlah santri di pondok pesantren. Hasil
keseluruhan adalah ±3.759.198 analisis, diketahui bahwa dari 21
orang santri, terdiri responden remaja MA Al-
dari±1.886.748 orang santri laki- Masduqiah yang tinggal di rumah
laki (60,19%) dan ±1.872.450 dengan persenta setingkat
orang santri perempuan (49,81%). spiritualitas minimal sebanyak
Pondok Pesantren terbesar berada 38% (16 remaja). Pada remaja
di Provinsi Jawa Timur dengan MA Al-Masduqiah yang menetap
rincian ±6.033 (22,05%) Pondok di pondok pesantren mengalami
tingkat keaktifan menerapkan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
spiritualitas well-being yang lebih 3.1 Gambaran Umum
sebanyak 19% (8 remaja). Maka Karakteristik Responden
dapat disimpulkan bahwa Gambaran karakteristik responden
adaperbedaan tingkat spiritualitas dikategorikan bersasarkan sekolah
remaja MA Al-Masduqiah yang usia.
bertempat tinggal di rumah dan Tabel 1 Deskripsi Karakteristik
yang menetap di pondok Responden.
pesantren Al-Masduqiah Karakteristik Frekuesnsi Presentase
Kecamatan Kraksaan Kabupaten (F) (%)
Sekolah
Probolinggo. Saran penelitian
SMK 24 30,0%
bagi pondok pesantren agar SMA 29 36,3%
memperhatikan kesehatan santri, MAM 27 33,8%
baik kesehatan fisik maupun jumlah 80 100%
kesehatan jiwa. Usia
Berdasarkan uraian latar 15 tahun 12 15,0%
16 tahun 20 37,5%
belakang diatas terdapat beberapa 17 tahun 38 47,5%
faktor yang menyebabkan jumlah 80 100%
kesejahteraan spiritual santri, Berdasarkan Tabel 1 didapatkan
salah satunya adalah tingginya mayoritas sekolah pada responden
spiritualitas dalam melakukan yaitu SMA 29 responden (36,3%).
kegiatan pondok. Maka peneliti Berdasarkan usia pada responden
selanjutnya tertarik untuk meneliti yaitu usia 17 tahun 38 responden
tentang “Hubungan Keaktifan (47,5%).
Kegiatan Pondok Dengan 3.2 DATA KHUSUS
Spiritual Well Being pada Remaja 3.2.1 Gambaran Keaktifan
Putra”. Kegiatan Pondok
2. METODE PENELITIAN Tabel 2 : Distribusi Keaktifan
Penelitian ini menggunakan Kegiatan Pondok Santri
analitik korelasional dengan Remaja Putra
pendekatan cross sectional. Keaktifan
Frekuensi Prosentase
Populasi pada penelitian ini Kegiatn
(f) (%)
adalah 100 orang dan sample Pondok
Santri Tidak
penelitian sebanyak 80 orang. 63 78,8%
Aktif
Dengan tehnik sampling simple 17 21,3%
Aktif
random sampling. Pengumpulan jumlah 80 100%
data menggunakan kuesioner Berdasarkan tabel 2 didapatkan
SWBS (Spiritual Well-Being jumlah responden sebanyak
Scale) dan Observasi. Uji statistik 80orang dengan mayoritas santri
menggunakan Spearman Rank tidak aktif 63 responden (78,8%).
dengan tingkat signifikan ≤ 0,05. Minoritas santri aktif yaitu
Sudah dilakukan uji etik di komite sejumlah 17responden (21,3%).
etik penelitian kesehatan dengan
layak kaji etik Nomer :
KEPK/048/STIKes-
HPZH/IV/2021.
3.2.2 Gambaran Spiritual Well Zainul Hasan Genggong.
Being
Tabel 3 : Distribusi Spiritual Well 3.5 PEMBAHASAN
BeingPadaSantri Remaja 3.5.1 Identifikasi Keaktifan
Putra Kegiatan Pondok Di Putra
Spiritual Frekuensi Presentase Haf-sha Pesantren Zainul
Well Being (f) (%) Hasan Genggong
Rendah 7 8,8%
Berdasarkan tabel 2 didapatkan
Sedang 41 51,3% jumlah responden sebanyak 80
Tinggi 32 40,0% orang dengan mayoritas santri tidak
Total 80 100,%
aktif 63 responden (78,8%).
Berdasarkan tabel 3 didapatkan Minoritas jenis kelamin perempuan
jumlah responden sebanyak 80 yaitu sejumlah 17 responden
orang dengan mayoritas spiritual (21,3%). kelamin perempuan yaitu
Well Being sedang 41 responden sejumlah 17 responden (21,3%).
(51,3%). Minoritas spiritual Well Menurut penelitian yang
Being rendah yaitu sejumlah 7 dilakukan oleh Ronoli (2019)
responden (8,8%). Menurut pendapat peneliti
5.1 Analisis Data menyatakan bahwa santri yang tidak
aktif mengikuti kegiatan
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi dikarenakan beberapa faktor salah
Responden Berdasarkan satunya misalnya perilaku tidak
Hubungan Antara Keaktifan disiplin pada beberapa fenomena di
Kegiatan Pondok Dengan pondok pesantren banyak dilakukan
Spiritual Well Being pada oleh santri dalam fase remaja, bahwa
Remaja Putra di Pondok kedisiplinan adalah suatu kondisi
Putra Haf-sha Pesantren yang tercipta dan terbentuk melalui
Zainul Hasan GenggongPada proses dari serangkaian perilaku
Bulan Mei 2021 yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
Spiritual Well Being
keteraturan dan atau ketertiban.
Keaktifan Total Disiplin diperlukan dalam mendidik
Rendah Sedang Tinggi anak tegas terhadap hal yang
TidakAktif 2% 34% 27% 63% dilakukan dan dilanggar serta dalam
Aktif 5% 7% 5% 17% meningkatkan kegiatan santri
memberikan masukan kepada
Total 7% 41% 32% 80%
pengurus agar lebih meningkatkan
value = 0,048 ; α = 0,05 pengontrolan yang lebih pada santri
Berdasarkan tabel 4 didapatkan putra dan menambahkan komunikasi
hasil uji korelasi tersebut p value = agar supaya santri lebih dekat dan
0,048 dengan tingkat signifikan α = berbaur agar tidak ada kesenjangan
0,05 (p ≤α=0,05) dengan n (sampel)= anatara pengurus dan santri.
80 responden sehingga dapat Hal ini sejalan dengan penelitian
dinyatakan bahwa H1 diterima yang Yakin (2019) dalam pembelajaran
artinya ada Hubungan Keaktifan keaktifan dipengaruhi beberapa
Kegiatan Pondok Dengan Spiritual faktor yaitu: Memberikan motivasi
Well Being Pada Remaja Putra Di atau menarik perhatian peserta didik,
Pondok Putra Haf-Sha Pesantren sehingga mereka berperan aktif
dalam pembelajaran, Meningkatkan dengan mayoritas spiritual Well
kompetensi belajar peserta didik, Being sedang 41 responden (51,3%).
Memberikan petunjuk kepada peserta Minoritas spiritual Well Being tinggi
didik cara mempelajari, Memberikan yaitu sejumlah 7 responden (8,8%).
stimulus (masalah, topik, masalah Hal ini sejalan dengan penelitian
konsep yang akan dipelajari. Hal ini Ellison (2018) Spiritual Well
juga sejalan dengan penelitian Beingmerupakan indikasi kualitas
Muhibin syah (2019) mengatakan hidup seseorang dalam dimensi
secara global faktor-fakor yang spiritual atau indikasi dari kesehatan
mempengauhi belajar siswa spiritual mereka. Hal ini juga sejalan
dibedakan menjadi 2 macam yaitu dengan penelitian Fisher (2019)
Faktor Eksternal : Faktor non sosial, yang mengacu pada The National
meliputi: suhu udara, waku, tempat Interfaith Coalition on Aging (NICA)
media, Faktor sosial, meliputi: guru, di Washington DC mendefinisikan
teman ataupun oran lain, dan Faktor Spiritual Well Being sebagai afirmasi
Internal : Faktor sosiologis, yaitu hidup dalam berelasi dengan Tuhan,
kondisi umum jasmani dan tonus diri sendiri, komunitas dan
(tegangan otot) yang menandai lingkungan serta keseluruhan.
tingkat kebugaran organ-organ tubuh Hubungan ini dapat dikembangkan
dan sendinya, dapat mempengaruhi menjadi empat domain yang saling
semangat dan intensitas peserta didik berhubungan dari eksistensi manusia
dalam mengikuti pelajaran, Faktor menyangkut kesehatan spiritual.
psikologis, belajar pada hakikatnya Kegiatan Gallery walk menuntut
adalah proses psikologis. Oleh santri datang tepat waktu, selalu
karena itu, semua keadaan dan fungsi mengerjakan tugas yang diberikan
psikologis tentu saja mempengaruhi guru, selalu berpenampilan rapi saat
belajar seseorang. proses belajar mengajar, sikap
Dari hasil penelitian di Putra Haf- disiplin sesungguhnya ialah tindakan
sha Pesantren Zainul Hasan yang menunjukkan perilaku tertib
Genggong didapatkan bahwa santri dan patuh pada berbagai kegiatan
tidak aktif yakni karna santri dan peraturan yang berlaku (Fadillah
ngelamun, sedikit ber argumentasi, 2015) selain itu, santri tidak hanya
bisa menjawab saat diberikan di tugaskan untuk memahami materi
pertanyan, ada pula yang masih dan melakukan diskusi tetapi mereka
terkesan malu-malu dalam berdebat, harys melakukan galeri dalam waktu
kebanyakan santri takut yang bersamaan, dalam proses
mengeluarkan pendapat, dan sedikit diskusi secara berkelompok mereka
menguasai materi, serta penguasaan harus mempertanggung jawabkan
materi terkadang terpaku pada satu apa yang mereka buat. Jadi santri
orang saja, sehingga kelompok harus memastikan semua anggota
presentasi terlihat kurang aktif. kelompoknya paham terhadap materi
yang mereka galerikan.sebaliknya
3.5.2 Identifikasi Spiritual Well mereka harus melempar tanggung
Being Di Putra Haf-sha jawab seperti membuat tugas
Pesantren Zainul Hasan dibebankan pada satu orang anggota
Genggong kelompoknya (Ronoili 2019).
Berdasarkan tabel 3 didapatkan Menurut pendapat peneliti
jumlah responden sebanyak 80 orang menyatakan bahwa spiritual Well
Being pada santri remaja putra di
Pondok Haf-sha Pesantren Zainul
Hasan Genggong sebagian besar 3.5.3 Analisis Hubungan Keaktifan
berkategori tingkat sedang 41 Kegiatan Pondok dengan
responden (51,3%) yaitu karna Spiritual Well Being Di Putra
beranggapan bahwa kualitas hidup Haf-sha Pesantren Zainul
seseorang dalam dimensi spiritual Hasan Genggong
akan mempengaruhi hubungan Berdasarkan tabel 4 didapatkan
afirmasi hidup dalam berelasi dengan hasiluji korelasi tersebut didapatkan r
tuhan, sehingga kualitas hidup (Koefisian korelasi)=0,222 artinya
seseorang dalam dimensi spiritual tingkat kekuatan hubungan (korelasi)
dapat diketahui melalui ekspresi keaktifan kegiatan pondok dengan
kesehatan yang baik dalam segi spiritual Well Being pada remaja
spiritual dan Santri, sebagai individu putra di pondok putra haf-sha
yang mayoritas berada dalam tahap pesantren zainul hasan genggong
usia remaja diharapkan dapat adalah nilai koefisian korelasi kuat.
memenuhi tugas perkembangannya, Sedangkan nilai p= 0,048 dengan
yang di antaranya adalah memiliki tingkat signifikan α = 0,05 (p<
personal value (religious belief) dan α=0,05) dengan n (sampel)= 80
memenuhi peranan di lingkungan responden sehingga dapat dinyatakan
sebagai orang yang di anggap remaja bahwa H1 diterima yang artinya ada
yang disiplin dalam mengikuti hubungan keaktifan kegiatan pondok
beberapa kegiatan diantaranya dengan spiritual Well Being pada
kegiatan yang ada dalam ruang remaja putra di pondok putra haf-sha
lingkup pesantren. Dan kegiatan pesantren zainul hasan genggong.
Gallery walksantri dapat Spiritual Well Beingadalah setiap
menyampaikan pendapat dengan individu tidaklah sama dan konsep
tidak memaksa orang lain untuk spiritualitas sendiri berbeda-beda
menerima pendapatnya serta dalam pada setiap budaya, misalnya
Amerika (barat) dan Indonesia
hal mengkritik mereka
(timur), dimana Amerika tidak
menyampaikan dengan bahasa yang
menekankan keharusan pada
sopan, selanjutnya dalam proses kepercayaan religius yang sampai
pembelajaran yang paling penting pada perilaku religinya (Masci,
adalah kerjasama baik itu kerjasama 2016). Di Indonesia, konsep
antara santri maupun guru, pada saat spiritualitas dan religiusitas
membuat galeri santri membagi merupakan hal yang penting
tugas, mulai dari mendesign galeri, (Sallquist, et al., 2010) dan salah
menyiapkan materi, sampai menulis satu buktinya adalah hal tersebut
materi dalam galeri. Sehingga dalam dituangkan dalam sila pertama
waktu proses pembelajaran tidak ada Pancasila, “Ketuhanan Yang Maha
Esa”, dan dielaborasi pada sila 2-5,
waktu yang terbuang sia-sia dan
yang bermakna bahwa kedua hal
tugas yang diberikan oleh guru tersebut merupakan komponen
selesai tepat waktu. penting pada setiap individu. Salah
satu bagian dari konsep spiritualitas
adalah spiritual well-being atau
kesejahteraan spiritual atau spiritual
well-being.
Menurut penelitian Widwi (2018) responden (51,3%) Ada hubungan
spiritual well-being mencerminkan yang signifikan antara keaktifan
kebahagiaan individu yang mengikuti kegiatan dengan spriritual
mencakup dua area, yaitu kedekatan Well Being pada remaja Pondok
dengan Tuhan dan manifestasinya Putra Haf – Sha Pesantren Zainul
dalam kehidupan berupa dimilikinya Hasan Genggongyaitu p = 0,048
kehidupan yang bermakna. Pada dengan tingkat signifikan (p-value
sumber yang lain dinyatakan bahwa α≤0,05).
spiritual well-being merupakan
sebuah kondisi yang memiliki dua 3.6.2 Saran
status, yaitu dimensi vertikal yang Diharapkan kepada pihak pondok
menunjuk pada kesejahteraan (well- pesanten dan segenap pengurus
being) pada hubungannya dengan untuk menambahkan kegiatan GW
Tuhan atau kekuatan yang lebih (Gallery walk) seperti sistem
besar (higher power) yang mengarah pengkaderan yang terstruktur dan
pada elemen religius, dan dimensi berkelanjutan agar setiap santri dapat
horizontal yang menunjuk pada berarguman atau berpendapat tentang
tujuan dan kepuasan hidup yang apa yang mereka lihat dan mereka
mengarah pada komponen rasakan, agar membentuk
eksistensial. kepribadian terbuka di setiap
Pada penelitain yang dilakukan di kepribadian santri. Ini ditujukan
dapatkan hasil p value = 0,048, untuk mengarahkan santri agar lebih
menunjukkan bahwa tingkat aktif dan percaya diri, karena salah
koefisian korelasi lemah dikarenakan satu faktor santri yang tidak aktif
hasil p value hampir mendekati dikarenakan mempunyai malu dan
α=0,05. Dengan ketetapan H1 di kurangnya rasa percaya diri.
terima jika p ≤α dengan α=0,05, Diharapkan pada remaja di Pondok
semakin kecil hasil p value Putra Haf-Sha untuk meningkatakan
makasemakin kuat tingkat koefisian keaktifan spiritual dengan
korelasi, berbanding terbalik dengan caramelakukan kegiatan-kegiatan
semakin besar hasil p value semakin yang sudah ada dan menjalankan
lemah tingkat koefisian korelasi seluruh kegiatan yang yang telah di
tentukan di Pondok Pesantren. Bagi
3.6 KESIMPULAN dan SARAN penelti selanjutnya, hasil penelitian
3.6.1 Kesimpulan ini bias di gunakan sebagai bahan
Berdasarkan tujuan dan Dari hasil perbandingan dan referensi untuk
penelitian dan pembahasan penelitian penelitian, Sebagai bahan
di atas dapat disimpulkan bahwa. pertimbangan untuk lebih
Keaktifan mengikuti kegiatan pada memperdalam penelitian selanjutnya
remaja Pondok Putra Haf – Sha dengan menggunakan responden
Pesantren Zainul Hasan Genggong yang lebih banyak dan waktu yang
mayoritas dalam kategori yaitu cukup lama agar hasil yang di dapat
santri tidak aktif sebanyak 63 lebih akurat.
responden (78,3%). Spiritual well
baing pada remaja pondok Putra Haf 3.7 DAFTAR PUSTAKA
– Sha Pesantren Zainul Hasan Hidayati, Khoirul Bariyyah., 2017,
Konsep Diri, Adversity
Genggong mayoritas memiliki
Quotient dan Penyesuaian
kategori sedang yaitu sebanyak 41 Diri pada Remaja, Vol. 5, No.
2, hal 137-144, Persona,
Jurnal Psikologi Indonesia.

Ronoili, Marjoni, 2019. Penerapan


Metode Galery Walk Terhadap
Pembentukan Sikap Dan
Keaktifan Santri Pondok
Pesantren Darussalam Sitiung
1 Kab, Darmasraya https://ojs.
Iain batu sangkar. ac.id/ojs/
index.php/sainstek/article/view/
1832
Masci, David. Lipka, Michael.
(2016). Americansmay be
gettingless religious, but
feeling sof spirituality are
ontherise.RetrievedApril25,20
16,from:http://www.pewresear
ch.org/fact-tank/2016/01/21/
americans-spirituality/
Sallquist, Eisenberg, French,
Purwono, & Suryanti. (2010).
Indonesian adolescents’
spiritual and religiou sex
periences and
theirlongitudinal relationswith
socioemotionalfunctioning.
DevelopmentalPsychology.
Vol.46,No.3,
https://psycnet.apa.org/record
/2010-08074-012
Widwi,Mukhabibah, 2018 Gambaran
Spiritual Well-Being Pada
Mahasiswa Penghafal Al-
Qur’an Di Universitas
Padjadjaran https://repository.
unpad.ac. id/frontdoor/
index/index/docId/29326

Anda mungkin juga menyukai