Abstrak
Hubungan hukum dokter dan pasien dari sudut perdata berada dalam suatu perikatan
hukum. Perikatan hukum adalah suatu ikatan antara dua atau lebih subjek hukum
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu atau memberikan sesuatu (1313 jo
1234 BW). Sesuatu disebut prestasi. Perikatan hukum lahir oleh 2 (dua) sebab atau
sumber, yang satu oleh suatu kesepakatan (1313 BW) dan yang lainnya oleh sebab
UU (1352 BW). Hubungan hukum dokter pasien berada dalam jenis perikatan hukum
sebab UU. Pelanggaran hukum dokter atas kewajiban hukum dokter karena UU
membawa suatu keadaan perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) dokter
dimana kedua-duanya mengemban pertanggungan jawab penggantian kerugian. Seorang
dokter dalam menjalankan praktek kedokterannya senantiasa harus mematuhi dan
menjalankan nilai-nilai Kode Etik Kedokteran Indonesia (KEKI) dengan ikhlas,
mengerti apa isi dari KEKI dan menghayati isi dari KEKI tersebut, karena dengan
menjalankannya maka resiko terjadinya malpraktek medis dapat dihindari dan sangat
diharapkan memberi hasil kesembuhan yang maksimal. Dokter/tenaga kesehatan dan
rumah sakit dapat dimintakan tanggung jawab hukum, apabila melakukan
kelalaian/kesalahan yang menimbulkan kerugian bagi pasien sebagai konsumen jasa
pelayanan kesehatan yang diatur dalam pasal 58 ayat 1 Undang-Undang nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasien dapat menggugat tanggung jawab hukum
kedokteran (medical liability), dalam hal dokter berbuat kesalahan/kelalaian. Dokter
tidak dapat berlindung dengan dalih perbuatan yang tidak sengaja, sebab
kesalahan/kelalaian dokter yang menimbulkan kerugian terhadap pasien
menimbulkan hak bagi pasien untuk menggugat ganti rugi Setiap orang yang mengetahui
atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dengan memuat
identitas pengadu, nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu
tindakan dilakukan dan alasan pengaduan. Setelah itu MKDKI memeriksa dan
memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter
dan dokter gigi. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika,
MKDKI meneruskan pengaduan pada organisasi profesi. Keputusan yang
diberikan MKDKI bersifat mengikat, dimana keputusan tersebut berupa dinyatakan
tidak bersalah atau pemberian sanksi disiplin.
benar bijaksana dalam menjelaskan apa itu hubungan otonom pasien dan keluarga.
malpraktek. Sebetulnya malpraktek ini tidak Hubungan dokter-pasien, seperti beberapa
saja berkaitan dengan dokter/kalangangan kali diungkap-kan pasien makin menyadari
kesehatan, sebab profesi lain juga bisa hak-hak dan kewajibannya dalam bidang
melakukannya seperti pengacara, guru, pelayanan kesehatan. Apa yang dimaksud
wartawan dan lain-lain. Namun karena profesi dengan hubungan hukum (rechtsbetrekking)
yang lain lebih jarang bermasalah adalah hubungan antar dua atau lebih subjek
dibandingkan dengan kalangan kesehatan, hukum atau antar subjek hukum dan objek
maka istilah ini lebih melekat pada kalangan hukum
kesehatan terutama kalangan dokter. Oleh yang berlaku dibawah kekuasaan hukum
sebab itu. Bila disebut malpraktek, maka (Andi Hamzah,1986:244), atau diatur /ada
asumsi masyarakat adalah malpraktek yang dalam hukum dan mempunyai akibat hukum.
dilakukan dokter. Istilah yang benar ini adalah Hubungan hukum antara kedua subjek hukum
malpraktek medis. membentuk hak dan kewajiban. Dalam
Hal yang perlu diketahui pula melaksanakan kewajiban bagi dokter inilah
adalah, karena penyakit yang serius terletak beban pertanggunganjawaban hukum
umumnya ditangani di rumah sakit, maka dalam malpraktik
dapat diperkirakan bahwa 80% kasus kedokteran, baik dari sudut perdata maupun
malpraktek terjadi di rumah sakit, sedang pidana.
sisanya terjadi di praktek pribadi dokter. Oleh Untuk kalangan hukum dan
karena itu dapat disimpulkan bahwa masyarakat pengetahuan ini perlu pula
gugatan terhadap malpraktek tidak hanya dipahami agar dapat melihat bahwa dalam
ditujukan kepada dokter, tetapi sering pula pelayanan kesehatan terkadang dokter dan
melibatkan rumah sakit atau institusi tempat kalangan kesehatan lainnya bisa dituduh
pelayanan tersebut berlangsung dan bisa telah melakukan tindakan yang merugikan
pula melibatkan paramedis yang pasien atau terjebak dalam bidang
mendampingi dokter. pelayanan kesehatan yang melanggar hukum
Suatu hal yang istimewa dari profesi atau etik.
dokter adalah profesi ini sangatlah Pemahaman ini tentu bertujuan agar
mulia di mata masyarakat, sebab profesi ini semua kalangan yang terkait dalam masalah
berhubungan langsung dengan malpraktek dapat memahami duduk perkara
manusia sebagai objek serta berkaitan dengan timbulnya masalah ini dan karenanya dapat
kehidupan dan kematian manusia. menghindarinya agar tujuan pelayanan
Dari dulu masyarakat mengetahui ada kesehatan dapat dicapai dan semua pihak yang
beberapa sifat fundamental yang melekat terlibat terhindar dari hal-hal yang tidak
pada seorang dokter yaitu adanya integritas diinginkan. Bagaimanapun, pertama harus
sosial yang baik dan berprilaku dipahami lebih dahulu tentang pengertian
bijaksana. malprkatek. Malpraktek adalah terjemahan dari
Oleh karena itu bila terjadi kesalahan malpractice, Mal berarti salah atau jelek, practice
penanganan terhadap pasien, baik berakibat bebarti praktek. Dengan demikian secara
cacat ataupun kematian sering didiamkan sederhana dapat diartikan malpraktek adalah
saja oleh pasien/keluarga karena praktek yang salah atau praktek yang
menganggap semua itu merupakan takdir jelek. Ada yang menerjemahkan menjadi
Tuhan. Namun pada masa sekarang malapraktik, karena mala artinya tidak baik,
pandangan demikian mulai berubah, makin dan praktik artinya pelaksanaan pekerjaan.
lama makin sering kita mendengar dan Jadi, malapraktik adalah pelaksanaan
mengetahui adanya dokter yang pekerjaan yang tidak baik.
dituntut/digugat oleh pasien ataupun Selain pengertian diatas definisi lain
keluarga baik dibidang perdata maupun pidana. dari malparaktik adalah setiap kesalahan
Hubungan paternalistik yang biasanya profesional yang diperbuat oleh dokter
mewarnai hubungan dokter dengan pada waktu melakukan pekerjaan
pasien kini telah bergeser ke arah profesionalnya, tidak memeriksa, tidak
menilai, tidak berbuat atau meninggalkan hal- Dalam pelaksanaannya, agar dokter dapat
hal yang diperiksa, dinilai, diperbuat atau bekerja dengan baik disediakan pedoman
dilakukan oleh dokter pada umumnya didalam yaitu Kode Etik Kedokteran Indonesia (KEKI),
situasi dan kondisi yang sama (Berkhouwer & Undang - Undang No. 29 tahun 2004 tentang
Vorsman, 1950), selain itu menurut Hoekema, Praktik Kedokteran dan Kedokteran Gigi,
1981 malpraktik adalah setiap kesalahan yang Undang Undang No.36 tahun 2009 tentang
diperbuat oleh dokter karena melakukan Kesehatan.
pekerjaan kedokteran dibawah standar yang Menurut Gunadi, J dapat dibedakan
sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal, antara resiko pasien dengan kelalaian dokter
dapat dilakukan oleh setiap dokter dalam (negligence) yang dapat dimintakan
situasi atau tempat yang sama, dan masih pertanggungjawaban pada dokter, resiko yang
banyak lagi definisi tentang malparaktik yang ditanggung pasien ada tiga macam yaitu :
telah dipublikasikan. 1. Kecelakaan
Dari beberapa pendapat dapat 2. Resiko tindakan medik (risk of treatment)
disimpulkan bahwa dalam bidang kesehatan, 3. Kesalahan penilaian (error of judgement)
malpraktek medis adalah tindakan yang
salah oleh dokter pada waktu menjalankan Dalam undang-undang hukum perdata
praktek, yang menyebabkan kesusakan atau disana disebutkan dalam hal tuntutan
kerugian bagi kesehatan dan kehidupan pasien, melanggar hukum harus terpenuhi syarat
serta menggunakan keahlian kedokteran untuk sebagai berikut :
kepentingan pribadi. Atau bisa diartikan juga 1. Adanya perbuatan (berbuat atau tidak
dengan pelaksanaan pekerjaan dokter secara berbuat)
tidak baik. Seorang dokter dikatakan/dinilai 2. Perbuatan itu melanggara hukum
baik bila: 3. Ada kerugian yang ditanggung pasien
a. Dokter meletakkan kepentingan 4. Ada hubungan klausal antara kerugian
pasien lebih tinggi daripada dan kesalahan
kepentingan dokter dalam memperoleh 5. Adanya unsur kesalahan atau kelalaian
pembayaran
b. Pasien dapat merasakan apakah dokter Dalam beberapa kasus yang diajukan
bekerja demi diri pasien atau demi uang ke pengadilan masih terdapat kesulitan
c. Dokter bekerja sesuai dengan dalam menentukan telah terjadi malparaktik
kompetensinya kecuali dalam keadaan atau tidak karena dalam tatanan hukum
darurat pertolongan atau penyelamatan indonesia belum diatur mengenai standar
nyawa. Seorang ahli penyakit dalam profesi dokter sehingga hakim cenderung
tidak boleh melakukan tindakan berpatokan pada hukum acara konvensional,
operasi. Namun pada saat darurat, sedangkan dokter merasa sebagai seorang
misalnya menolong persalinan di atas profesional yang tidak mau disamakan dengan
pesawat terbang, tindakannya dapat hukuman bagi pelaku kriminal biasa, misalnya:
dibenarkan. pencurian atau pembunuhan.
d. Dokter bekerja dengan melaksanakan
standar pelayanan medis yang telah Metode Penelitian
ditentukan oleh Konsil Kedokteran Dalam penelitian ini akan diuraikan
Indonesia metode penulisan agar dapat diketahui teknis
e. Dokter bekerja dengan melaksanakan penulisan apa yang dipergunakan dalam
standar prosedur operasional yang telah penelitian yang penulis lakukan. Metode
ditentukan oleh profesinya bila bekerja meerupakan suatu rangkaian kegiatan
mandiri atau yang telah ditentukan oleh mengenai tata cara pengumpulan, pengolahan,
instituisinya, misalnya puskesmas, rumah analisa dan konstruksi data. Metode
sakit, dan sebagainya. penulisan penelitian ini adalah metode
normatif. Penulisan hukum normatif disebut
Kelima dasar inilah yang meng- juga penulisan kepustakaan (Library Research)
gambarkan tradisi luhur profesi kedokteran. adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
Dari suatu perjanjian biasanya timbul melaksanakan pekerjaan profesi (ahli) yang
perikatan usaha (inspanning verbintenis) terikat pada suatu kode etik.
atau perikatan hasil/akibat (resultaats Disamping itu kenyataan menunjukan
verbintenis). Dikaitkan dengan pendapat King bahwa dengan semakin terdidiknya
diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam masyarakat umum dan semakin banyak
hubungan antara dokter dengan pasien yang beredarnya buku pengetahuan populer
perlu diperhatikan bukan adanya atau tidak tentang penyakit dan kesehatan, maka kaum
adanya suatu kontrak yang melandasinya, awam juga semakin kritis terhadap pelayan
melainkan adanya hubungan profesional dalam medik yang diterimanya. Kesenjangan penge-
pelayanan medik yang dititikberatkan tahuan yang secara klasik telah menyebabkan
pada pemberian pertolongan yang di- ketidakseimbangan hubungan antara dokter
dasarkan pada kewajiban memberikan pera- dengan pasien, sekarang makin mengecil dan
watan dan pengobatan. Dengan demikian, mempengaruhi penilaian awam terhadap
perikatan antara dokter dengan pasien termasuk doktet lebih dari itu, makin besar pembagian
dalam perikatan usaha (inspanning tugas (division of labour) dalam bidang
verbintenis), yang diperhatikan dalam kedokteran kepada berbagai jenis tenaga
perikatan ini adalah: “ apakah dalam paramedik dan tenaga non medik, maka
melakukan tindakan medik tersebut dokter telah makin berkurang pula wewenang dokter, dan
berusaha dengan maksimal dan didasarkan makin terbuka terhadap penilaian
pada nilai etik dan moral “ dan kritik.
Didasarkan atas prinsip penentuan Oleh karena itu dapat dikatakan
nasib sendiri dan prinsip bahwa setiap orang bahwa mengecilnya kesenjangan, penge-
berhak nasibnya sendiri dan prinsip bahwa tahuan antara dokter dengan pasien dan
setiap orang bertanggungjawab atas semakin terbaginya otonomi profesi dokter
kesehatannya terhadap diri sendiri, maka kepada pihak lain, akan banyak ber-
setiap penduduk berhak untuk menentukan pengaruh pada penilaian dan pengendalian
apakah akan memanfaatkan pelayanan profesi dokter. Dengan demikian baik
medik yang tersedia atau tidak. Oleh karena dokter maupun pasien mempunyai hak dan
itu jika seseorang datang kepada dokter untuk kewajiban yang dilindungi oleh undang-
memanfaatkan pelayanan medik yang tersedia undang sehingga kedudukan hukumnya
maka berarti tindakannya itu didasarkan seimbang dan sederajat.
tanggung jawabnya atas kesehatannya sendiri.
Disinilah timbul prinsip hubungan kerjasama Standar Pelayanan Medis
antara dokter dengan pasien, dan bukan jual Pelayanan kesehatan (medis) merupa-
beli jasa. Dengan demikian pada saat pasien kan hal yang penting yang harus dijaga
datang kepada dokter untuk meminta maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai
pertolongan, terjadilah kontrak secara tidak standar pelayanan yang berlaku, agar
tertulis. Oleh karena itu, menurut Leenen masyarakat sebagai konsumen dapat
dasar yuridis pemberian pertolongan dalam merasakan pelayanan yang diberikan.
pelayanan medik adalah hak atas perawatan Pelayanan sendiri hakikatnya merupakan
kesehatan dan hak atas penentuan nasib sendiri. suatu usaha untuk membantu menyiapkan
Sekarang timbul pertanyaan, segala sesuatu yang diperlukan orang lain
bagaimana kedudukan hukum para pihak serta dapat memberikan kepuasan sesuai
dalam pelayanan medik? Didalam pelayanan dengan keinginan yang diharapkan oleh
medik, dokter dapat dilihat dalam konsumen. Terdapat tiga komponen yang
kedudukannya selaku profesional dibidang terlibat dalam suatu proses pelayanan yakni :
medik yang harus berperan aktif. Dan pasien 1. Pelayanan sangat ditentukan oleh kualitas
dapat dilihat dalam kedudukannya sebagai pelayanan yang diberikan
penerima pelayanan medik yang mempunyai 2. Siapa yang melakukan layanan, dan
penilaian terhadap penampilan dan mutu 3. Konsumen yang menilai suatu
pelayanan medik yang diterimanya. Hal ini pelayanan melalui harapan yang
disebabkan, dokter bukan hanya diinginkannya.
pertanggungjawabannya.
Secara umum prinsip-prinsip tanggup Black, HC., Black’s Law Dictionary. St. Paul,
jawab dalam hukum dibedakan sebagai MN: West Publishing Co.
berikut:
1. prinsip tanggung jawab berdasarkan Daldiyono, Prof., Dr., dr., “Pasien Pintar dan
unsur kesalahan (liability based on Dokter Bijak”, PT. Bhuana Ilmi
fault); Populer, Jakarta, 2007
2. prinsip praduga untuk selalu
bertanggung jawab (presumption of Departemen Kesehatan RI, “Pedoman Umum
liability); Pelayanan Kesehatan di Rumah
3. prinsip praduga untuk tidak selalu Sakit”, Depkes, Jakarta, 1987
bertanggung jawab (presumption of non
liability); Guwandi, J, “SH: Kelalaian Medik”, FKUI,
4. prinsip tanggung jawab mutlak (strict Jakarta, 1990
liability;)
5. prinsip tanggung jawab dengan _______, “Dokter, Pasien. Dan Hukum,” Balai
pembatasan (limitation of liability). Penerbit FKUI, Jakarta, 2003
_______, “Tindakan Medik dan
Kesimpulan Pertanggungjawaban Medik”, Balai
Hasil akhir suatu pengobatan atau Penerbit FKUI, Jakarta, 1986
tindakan medik sangat tergantung dari banyak
fakor, karena itu tidak setiap tindakan Huijbers Theo, “Filsafat Hukum dalam
medik yang mengakibatkan kematian atau Lintasan Sejarah”, cet II, Jakarta:
cacat berat tidak selalu disebut malpraktek Kanisius, 1995
yang harus diselesaikan melalui pengadilan
dengan menggunakan pasal-pasal yang ada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
dalam KUH Perdata atau Undang-Undang Indonesia Nomor
yang mengatur masalah malpraktek. 290/Men.Kes/PER/III/2008 Tentang
Dasar Pertanggungjawaban Tenaga Persetujuan Tindakan Medik
Kesehatan (dokter, rumah sakit, dan tenaga
kesehatan lainnya) yaitu Perbuatan melawan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
hukum (onrechtmatige daad), dokter telah Indonesia Nomor
berbuat melawan hukum karena tindakannya 377/Menkes/SK/III/2007 Tentang
bertentangan dengan azaz kepatutan, Standar Profesi Perekam Medis dan
ketelitian serta sikap hati-hati yang Informasi Kesehatan
diharapkan dari padanya dalam pergaulan
dengan sesama warga masyarakat KI Jayanti Nusye, “Penyelesaian Hukum
(tanggungjawab berdasarkan undang-undang) dalam Malpraktik Kedokteran”,
sesuai ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009
sedangkan dasar gugatan pasien dalam
meminta pertanggungjawabannya adalah Pasal Konsumen Nasional, Lembaran Negara
58 UndnagUndang Nomor 36 Tahun 2009 Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
Tentang Kesehatan. 102, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4125;
Daftar Pustaka
Ali Ahmad, “Menguak Tabir Hukum (Suatu Leenen & Lamintang, “Pelayanan Kesehatan
Kajian Filosofis dan Sosiologis)”, PT> dan Hukum”, Binacita, Bandung, 1991
TOKO GUNUNG AGUNG Tbk, Jakarta,
2002 Lubis Sofyan M, Drs., SH, “Mengenal Hak
Konsumen dan Pasien”, Pustaka
Amir Amri Dr, “Hukum Kesehatan”, CDK ed 80, Yustisia, Yogyakarta, 2009
Jakarta, 1992
Peraturan Pemerintah Menkes RI Nomor Triwulan Tutik Titik & Febriana Shita,
262/Men.Kes/PE/VII/1979 “Perlindungan Hukum Bagi Pasien,
Prestasi Pustaka Karya”, Jakarta, 2010
Poernomo Bambang DR, SH, “ Pengembangan
Pendidikan Hukum Kesehatan di FK Undang-Undang Kesehatan, C.V. Arial Wijaya,
dan FH”, Konas III PERHUKI, Jakarta, 1992
Yogyakarta, 1993
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Shidarta, “Hukum Perlindungan Konsumen Tahun 1992 Tentang Kesehatan,
Indonesia”, Jakarta, Grasindo, 2000 Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 56. Tambahan
Sidabalok,Janus, “Hukum Perlindungan Lembaran Negara Republik Indonesia
Konsumen di Indonesia Nomor 128;
Pertanggungjawaban Menurut Hukum
Perdata”, Raja Grafindo Persada, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Jakarta, 2006 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Lembaran Negara Republik
Soewono Hendrojono, Dr. H., SH., MPA., Indonesia Tahun 1999 Nomor 42
M.Si., “Batas Pertanggungjawaban Tambahan Lembaran Negara Republik
Hukum Malpraktek Dokter Dalam Indonesia Nomor 3821;
Transaksi Terapeutik”, Srikandi, 2007
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Subandi, tth, “Hak dan Kewajiban Pelaku 24 Tahun 2004 Tentang Praktik
Usaha Terhadap Konsumen Domestik Kedokteran, Lembaran Negara
Dihubungkan dengan Pasal 6 dan 7 Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 116, Tambahan Lembaran Negara
tentang Perlindungan Konsumen. Republik Indonesia Nomor 4431;
”http:/banswins.blogspot.com
/PERLINDUNGANKONSUMEN/hak- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
dan-kewajiban-pelaku-usaha Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
terhadap.html Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 144;
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, Pradnya Paramitha, Jakarta,
1990