3105 ID Penegakan Hukum Pidana Terhadap Resiko Medik Dan Malpraktek Dalam Pelaksanaan Tu
3105 ID Penegakan Hukum Pidana Terhadap Resiko Medik Dan Malpraktek Dalam Pelaksanaan Tu
7/November/2013
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP terdiri dari tindak pidana kejahatan dan
RESIKO MEDIK DAN MALPRAKTEK DALAM pelanggaran sebagaimana disebutkan
PELAKSANAAN TUGAS DOKTER 1 dalam pasal 85. Tindak Pidana kejahatan
Oleh : Mohamad Rizky Pontoh2 tercantum dalam Pasal 80, Pasal 81 dan
Pasal 82, sedangkan tindak pidana
ABSTRAK pelanggaran tercantum dalam Pasal 84.
Metode yang digunakan dalam penelitian Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa
ini adalah metode pendekatan yuridis pasal 359 dan 338 KUHP tidak dapat
normatif. Metode penelitian ini digunakan diterapkan pada tindakan dokter yang
sesuai dengan kebutuhannya untuk memiliki resiko medik. Hal ini disebabkan
menghasilkan pembahasan yang dapat karena pada resiko medik ada salah satu
diterima baik dari segi yuridis maupun dari unsur dalam pasal 359 dan 338 KUHP yang
segi ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan tidak dapat dipenuhi, yaitu unsur kelalaian.
bagaimana penegakan hukum terhadap Kata kunci: Resiko medik, Malpraktek,
pelaksanaan tugas dokter yang memiliki Kedokteran
resiko medik dibidang kandungan serta
perlindungan hukum bagi dokter terhadap PENDAHULUAN
tugas di bidang kandungan apabila terjadi A. Latar Belakang
malapraktek. Pertama bila unsur kelalaian Menurut Institute of Medicine, medical
dari tindakaan dokter dapat dibuktikan, error didefinisikan sebagai: The failure of a
maka pasal 359 atau 360 KUHP dapat planned action to be completed as intended
dikenakan kepada dokter yang melakukan (i.e., error of execusion) or the use of a
perbuatan yang mengakibatkan luka berat wrong plan to achieve an aim (i.e., error of
ataupun hilangnya nyawa pasien. planning). Artinya kesalahan medis
Disamping itu berdasarkan 2 dasar didefinisikan sebagai: suatu kegagalan
peniadaan kesalahan dokter, yaitu alasan tindakan medis yang telah direncanakan
pembenar (resiko pengobatan) dan alasan untuk diselesaikan tidak seperti yang
pemaaf (terjadinya kecelakaan pada diharapkan, kesalahan tindakan atau
operasi yang sulit). Kedua, sanksi terhadap perencanaan yang salah untuk mencapai
malpraktek medik adalah dikenakannnya suatu tujuan. Kesalahan yang terjadi dalam
tindakan disiplin yang ditentukan oleh proses asuhan medis ini akan
majelis disiplin tenaga kesehatan kepada mengakibatkan atau berpotensi
dokter yang menurut penilaian Majelis mengakibatkan cedera pada pasien, bisa
tersebut telah melakukan kelalaian. berupa Near Miss atau Adverse Event
Sedangkan mengenai ganti rugi yang harus (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Hal ini
dipenuhi dokter yang bersangkutan sangat merugikan dan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan membahayakan, pasien dapat mengalami
perundang-undangan yang berlaku. hal buruk dan pemberi tindakan juga dapat
Peraturan perundang-undangan yang terkena pasal pelanggaran hukum.
berlaku yang mengatur tentang ganti rugi Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) juga
dapat mengacu pada kitap undang-undang merupakan suatu kejadian akibat
Hukum Perdata. Mengenai ketentuan melaksanakan suatu tindakan (commission)
pidana yang diatur dalam UU No. 23/1992, atau tidak mengambil tindakan yang
tercantum didalam Bab X yang intinya seharusnya diambil (omission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius
1
tidak terjadi karena keberuntungan. Hal ini
Artikel Skripsi dapat kita lihat dari banyaknya tindakan-
2
NIM 080711227
74
Lex Crimen Vol. II/No. 7/November/2013
75
Lex Crimen Vol. II/No. 7/November/2013
pembahasan yang dapat diterima baik dari sedangkan pada malpraktek medik jelas
segi yuridis maupun dari segi ilmiah. ditemukan adanya unsur kelalaian. 5
Selain itu, khusus didalam pelayanan
PEMBAHASAN kesehatan, kelalaian juga dikaitkan dengan
1. Penegakan Hukum Terhadap pelayanan yang tidak memenuhi (dibawah)
pelaksanaan tugas dan kewenangan standar profesi (standar pelayanan medis)
dokter yang memiliki resiko medik yang dalam prakteknya juga perlu
Di dalam KUHP, perbuatan yang digunakan untuk membedakan antara
menyebabkan orang lain luka berat atau resiko medik dan Malpraktek medik. Kalau
mati yang dilakukan secara tidak sengaja terhadap pasien telah dilakukan prosedur
dirumuskan didalam Pasal 359 dan 360. sesuai standar pelayanan medis, tetapi
Adapun unsur-unsur dari pasal 359 dan 360 pasien akhirnya luka berat atau mati, ini
adalah sebagai berikut:3 merupakan resiko medis. sedangkan bagi
1. Adanya unsur kelalaian (kulpa) pasien yang mengalami luka berat maupun
2. Adanya wujud perbuatan tertentu kematian sebagai akibat dokter melakukan
3. Adanya akibat luka berat atau matinya pelayanan dibawah standar medis, maka
orang lain hal ini berarti terjadai malpraktek medik.6
4. Adanya hubungan kausal antara wujud Agar tidak terjadi salah pengertian
perbuatan dengan akibat kematian tentang timbulnya resiko yang merugikan
orang lain itu. pasien, diperlukan adanya informasi yang
Jika 4 unsur diatas dibandingkan dengan jelas dan lengkap oleh dokter dengan
unsur pembunuhan dalam pasal 338, maka bahasa yang muda dimengerti oleh pasien
terlihat bahwa unsur 2,3 dan 4 dari pasal dan dengan mengingat dimana komunikasi
359 tidak ada bedanya dengan unsur tersebut dilakukan. Di sinilah pentingnya
pembunuhan dalam pasal 338. wawancara kesehatan, sehingga pada
Perbedaannya hanya terletak pada unsur akhirnya pasien bersedia memberikan
kesalahannya yaitu pasal 359 kesalahan persetujuan atas tindakan medis yang akan
dalam bentuk kurang hai-hati (kulpa), dilakukan dokter dalam usaha
sedangkan kesalahan dalam pasal 338 menyembuhkan penyakitnya pada transaksi
(pembunuhan) dalam bentuk kesengajaan.4 terapeutik.7 Ini berarti bahwa unsur
Demikian pula jika kita bandingkan kelalaian sangat berperan dalam
antara resiko medik dengan malpraktek menentukan dipidana atau tidaknya
medik. Baik pada resiko medik dan seorang dokter dan kelalaian dalam bidang
malpraktek medik terkandung unsur 2,3 kedokteran sangat erat kaitannya dengan
dan 4 yaitu ada wujud perbuatan tertentu pelaksanaan standar profesi dokter.8 Tidak
yang dilakukan oleh dokter terhadap hanya unsur kelalaian didalam resiko
pasien, perbuatan tersebut sama-sama medik, juga mengandung arti bahwa baik
berakibat luka berat maupun matinya pasal 359 maupun 360 KUHP tidak bisa
orang lain ada hubungan kasual. Tetapi ada diterapkan bagi tindakan dokter yang
satu unsur yang berbeda dari resiko medik memiliki resiko medik, karena salah satu
dengan melpraktek medik, yaitu pada unsur dari pasal 359 maupun 360 KUHP
resiko medik ditemukan unsur kelalaian, tidak dipenuhi didalam resiko medik.
3 5
Anny Isfandyarie, Malpraktek dan Resiko Medik, Ibid, Hal 124-125
6
Op.Cit, Hal 124 Ibid, Hal 125
4 7
Anny Isfandyarie, Malpraktek dan Resiko Medik, Ibid
8
Ibid, Hal 124 Ibid
76
Lex Crimen Vol. II/No. 7/November/2013
Selain itu, tindakan dokter terhadap terutama yang berkaitan dengan tindakan
pasien juga mempunyai alasan pembenar pembiusan dan pembedahan.
sebagaimana disebutkan dalam pasal 50 Sebagaimana diuraikan diatas, hukum
KUHP dan pasal 51 ayat 1 KUHP. Sedangkan pidana menganut asas “tiada pidana tanpa
untuk dapat dipidananya suatu kesalahan kesalahan”. Selanjutnya daalam pasal 2
yang dapat diartikan sebagai KUHP disebutkan, “ketentuan pidana dalam
pertanggungjawaban dalam hukum pidana perundang-undangan Indonesia diterapkan
haruslah memenuhi 3 unsur, sebagai bagi setiap orang yang melakukan suatu
berikut:9 delikmdi Indonesia”. Perumusan pasal ini
1. Adanya kemampuan bertanggung menentukan bahwa setiap orang yang
jawab pada petindak artinya berada dalam wilyah hukum indonesia,
keadaan jiwa petindak harus dapat dimintakan pertanggung jawaban
normal. pidana atas kesalahan yang dibuatnya.
2. Adanya hubungan batin antara Berdasarkan pada ketentuan itu, profesi
petindak dengan perbuatannya dokter tidak terlepas dari ketentuan pasal
yang dapat berupa kesengajaan tersebut. Apalagi seorang dokter dalam
(dolus) atau kealpaan (culpa). pekerjaannya sehari-hari selalu
3. Tidak adanya alasan penghapus berkecimpung dengan perbuatan yang
kesalahan atau pemaaf. diatur dalam KUHP. 11
Dengan demikian, agar suatu tindakan Sekalipun hukum pidana mengenal
medis tidak bersifat melawan hukum, maka penghapusan pidana dalam pelayanan
tindakan tersebut harus:10 kesehatan, yaitu alasan pembenar dan
1. Dilakukan sesuai dengan standar profesi alasan pemaaf sebagaimana halnya yang
kedokteran atau dilakukan secara lege terdapat didalam yurisprudensi, namun
artis, yang tercermin dari: tidak serta merta alasan pembenar dan
a. Adanya indiikasi medis yang sesuai pemaaf tersebut menghapus suatu tindak
dengan tujuan perawatan yang pidana bagi profesi dokter. Salah satu
konkrit yurisprudensi yang memuat alasan
b. Dilakukan sesuai dengan prosedurr pembenar dan alasan pemaaf dalam
ilmu kedokteran yang baku pelayanan kesehatan adalah yurisprudensi
2. Dipenuhiya hak pasien mengenai dalam kasus “Natanson V. Klien Tahun
informed consent 1960”. Yurisprudensi ini berisi “persetujuan
Perlu kita sadari bahwa tindakan medis (Informed Consent)” sebagai peniadaan
dokter kadang-kadang memang pidana. Namun demikian, tidak berarti
menghasilkan akibat yang tidak diinginkan bahwa bagi profesi dokter dibebaskan dari
baik oleh dokter maupun pasien, meskipun segala tanggung jawab pidana, sebab
dokter telah berusaha maksimal. Karena alasan pembenar dan alasan pemaaf bagi
hampir semua tindakan medis hakekatnya tindakan dokter, hanya terdapat pada
adalah penganiayaan yang dibenarkan oleh pengecualian-pengecualian tertentu. 12
Undang-undang, sehingga kemungkinan Menurut Veronica Komalawati, tindakan
timbulnya resiko cidera atau bahkann atau perbuatan dokter sebagai subjek
kematian sangat sulit untuk dihindari, hukum dalam pergaulan masyarakat dapat
9 11
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan
URL:http//www.jurnal2011.com/rubrik_malpraktek Pertanggung Jawaban Dokter, Rineka Cipta, Jakarta,
medik.htm, Ibid 2005, Hal 74
10 12
Anny Isfandyarie, Malpraktek dan Resiko Medik, Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan
Ibid, Hal 127 Pertanggung Jawaban Dokter, Ibid, Hal 74
77
Lex Crimen Vol. II/No. 7/November/2013
78
Lex Crimen Vol. II/No. 7/November/2013
79
Lex Crimen Vol. II/No. 7/November/2013
80
Lex Crimen Vol. II/No. 7/November/2013
81
Lex Crimen Vol. II/No. 7/November/2013
1. Bahwa pasal 359 dan 338 KUHP tidak akan mempengaruhi keberhasilan
dapat diterapkan pada tindakan terapi pada pasien. serta agar pasien
dokter yang memiliki resiko medik . dapat memperhatikan dan mematuhi
Hal ini disebabkan karena pada resiko setiap saran atau tindakan yang
medik ada salah satu unsur dalam diberikan oleh dokter terhadap pasien
pasal 359 dan 338 KUHP yang tidak terutama bagi mereka yang menjalani
dapat dipenuhi, yaitu unsur kelalaian. operasi dengan resiko yang besar.
Namun bila unsur kelalaian dari 2. Terhadap dugaan terjdinya malpraktek
tindakaan dokter dapat dibuktikan, medik, masyarakat dapat melaporkan
maka pasal 359 atau 360 KUHP dapat kepenegak hukum (melalui jalur hukum
dikenakan kepada dokter yang pidana) atau tuntutan ganti rugi secara
melakukan perbuatan yang perdata, ataupun menempuh
mengakibatkan luka berat ataupun ketentuan pasal 98 KUHAP
hilangnya nyawa pasien. disamping memasukkan perkara pidana sekaligus
itu berdasarkan 2 dasar peniadaan tuntutan ganti rugi secara perdata.
kesalahan dokter, yaitu alasan
pembenar (resiko pengobatan) dan DAFTAR PUSTAKA
alasan pemaaf (terjadinya kecelakaan Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh
pada operasi yang sulit). dan Nyawa, PT. Raja Grafindo Persada,
2. Pengaturan pertanggungjawab Jakarta, 2003.
hukum dokter yang melakukan Anny Isfandyarie, Malpraktek dan Resiko
malpraktek kedokteran, pada Medik, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2005.
dasarnya didasarkan kepada Ari Suyanto dan Helmi, Hukum Pidana
kesalahan atau kelalaian baik yang Malpraktik Medik, Andi Offset,
disengaja maupun yang tidak Yogyakarta, 2010.
disengaja. Untuk kesalahan yang Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan
disengaja kalau mengakibatkan Pertanggung Jawaban Dokter, Rineka
korbanya meninggal dunia disamakan Cipta, Jakarta, 2005.
dengan pembunuhan, dan kalau Darwan Prinst, sosialisasi dan diseminasi
korbannya tidak meninggal dunia penegakan hak asasi manusia, Citra
dinamakan tindakan penganiayaan Aditya Bakti, Bandung, 2001.
dengan sanksi penganiayaan. Fred Ameln, Persetujuan Tindakan Medik
pada Perjanjian Medik Dokter/Dokter
B. Saran Gigi, Beberapa Aspek Yuridis Etis,
1. Selain ditegakkannya substansi hukum Jakarta, 1991.
dan alat penegak hukum, juga perlu Konsil Kedokteran indonesia, Kemitraan
dilibatkan partisipasi masyarakat untuk Dalam Hubungan Dokter-Pasien, Jakarta,
mengantisipasi kerugian baik dipihak 2007.
dirinya selaku pasien dan atau M. Jusuf Harafiah dan Amri Amir, Etika
keluarganya maupun dokter. Kalangan Kedokteran dan hukum kesehatan,edisi
pelayan kesehatan perlu melakukan ketiga, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
penyuluhan dengan menghimbau Jakarta, 1999
masyarakat untuk dapat memberikan Mudakir Iskandarsyah, Tuntutan Pidana
informasi secara jelas mengenai dan Perdata Malpraktik, Permata
perjalanan penyakitnya kepada dokter Aksara, Jakarta, 2011
sehingga dokter tidak salah dalam
menentukan diagnosa yang akibatnya
82
Lex Crimen Vol. II/No. 7/November/2013
Sumber-sumber Lain :
http://medicastore.com//hubunganpadape
layananmedis. diakses tanggal 28 Januari
2012.
http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDN
ews=605, Diakses pada tanggal 21
Februari 2012.
http:\\www.rohukor.depkes.go.id diakses
tanggal 28 Januari 2012
URL:http//www.jurnal2011.com/rubrik_ma
lpraktekmedik.htm, Diakses pada tanggal 21
Februari 2012
Undang-undang No. 29 Tahun 2004
Tentang Praktik kedokteran, Indonesia
Legal Center Publising, Jakarta 2010.
URL:http//www.freewebs.com/kelalaianme
dik/unsur-unsurkelalaian.htm, Diakses
tanggal 21 Februari 2012
83