Anda di halaman 1dari 43

1

A. JUDUL
PRAKTIKALITAS PERANGKAT PERCOBAAN FLUIDA DINAMIS
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA SMA

B. LATAR BELAKANG
Pendidikan dalam artian yang sederhana merupakan usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan
kebudayaan. Menurut Langeveld (dalam Hasbullah, 2006) pendidikan adalah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak
agar dapat melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Sementara menurut Drikarya
(dalam Hasbullah, 2006) pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Tujuan pendidikan yang
dikemukakan oleh Made Pidarta (2009) adalah untuk membentuk manusia
seutuhnya, dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu secara
berimbang, optimal, dan terintegrasi.
Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pembelajaran yang benar juga
harus diterapkan. Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2007)
pembelajaran merupakan suatu yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan
dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan teori-teori yang tersusun secara
sistematis yang membahas tentang makhluk hidup ataupun benda mati. IPA
lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen
serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan
sebagainya. Pengertian IPA yang dikemukakan oleh James B. Conant (dalam
Depdikbud, 2007) bahwa IPA sebagai suatu rangkaian konsep yang saling
berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu
2

hasil eksperimen dan observasi yang bermanfaat untuk eksperimen dan


observasi lebih lanjut. IPA terbagi dalam tiga ilmu dasar yaitu biologi, kimia,
dan fisika. Fisika adalah ilmu pengetahuan atau sains tentang energi,
transformasi energi, dan kaitannya dengan zat.
Menurut Betha (dalam B. Hartati, 2010) dikalangan peserta didik telah
berkembang kesan yang kuat bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran
yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik, hal ini dikarenakan kurangnya
minat dan motivasi untuk mempelajari fisika dengan senang hati, siswa
banyak yang merasa terpaksa untuk belajar fisika. Padahal seperti yang
diungkapkan oleh Bambang Sumintono, dkk (2010) pengajaran sains akan
mempunyai hubungan yang erat dengan keberlangsungan umat manusia di
dunia ini, khususnya yang berhubungan dengan pilihan tindakan yang bijak
terhadap isu-isu global serta tuntutan angkatan kerja dalam lingkungan
ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge based
economy). Kenyataan ini jelas menunjukkan adanya adanya suatu kebutuhan
supaya pensisikan sains di sekolah haruslah efektif dan relevan bagi sebagian
besar populasi serta juga untuk berbagai kelompok yang berbeda-beda.
Salah satu cara yang baik untuk menyerap konsep fisika dapat dilakukan
dengan cara memahami wujud konkrit tentang hal yang dikonsepkan tersebut.
Salah satu konsep fisika yang dianggap sulit dipahami adalah konsep fluida
dinamis. Pada konsep fluida dinamis banyak konsep yang diajarkan, salah
satu bagian yang tersulit oleh siswa adalah dalam menentukan kecepatan
aliran fluida, persamaan kontinuitas, tekanan pada energi potensial fluida dan
aplikasi azas Bernauli. (Fitriah, 2010)
Dalam pembelajaran IPA terutama pada mata pelajaran fisika SMA, guru
hendaknya memiliki kompetensi. Adapun kompetensi guru mata pelajaran
IPA Fisika SMA menurut Said Suhil (2014) diantaranya adalah merancang
eksperimen fisika untuk keperluan pembelajaran atau penelitian dan
melaksanakan eksperimen fisika yang benar. Pembelajaran yang terdapat pada
3

kurikulum 2013 menurut memenuhi aspek-aspek yaitu penguatan sikap,


keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasikan. Kemudian siswa
dituntun untuk mencari tahu bukan diberi tahu. Menekankan pada pertanyaan
yang membutuhkan pemikiran mendalam dan menggunakan pendekatan
saintifik.
Fisika sebagai ilmu yang mempunyai obyek berupa benda-benda real jika
disampaikan hanya dengan cara ceramah maka materi yang diterima siswa
dapat dipahami sebagai kumpulan rumus-rumus atau konsep-konsep abstrak.
Peserta didik tidak dituntut untuk belajar dalam memecahkan persoalan-
persoalan dalam mata pelajaran fisika dan kurangnya pemahaman konsep
fisika. Suasana belajar yang mengedepankan guru sebagai penceramah
(metode ceramah) akan menyebabkan para siswa cepat merasa bosan. (Yuli
Estrian, 2011)
Materi IPA tidak cukup diajarkan hanya secara lisan saja. penyebabnya
seperti yang diungkapkan Aprina Defianti (2015) bahwa karakteristik IPA
terdiri dari produk dan proses. Produk berupa pengetahuan faktual,
konseptual, procedural, dan metakognitif, sedangkan proses Ilmu Pengetahuan
Alam berupa kerja ilmiah. Pembelajaran ilmiah memperhatikan kedua kedua
karakteristik tersebut. Pembelajaran secara lisan yaitu dengan metode
ceramah, hanya melibatkan pendengaran siswa saja. Sementara itu, untuk
memperoleh pembelajaran yang bermakna dibutuhkan keterlibatan setiap
panca indra siswa dalam menerima materi pelajaran. Pembelajaran fisika akan
lebih bermakna jika siswa terlibat aktif dalam mengamati, memahami,
memanfaatkan gejala-gejala alam yang ada dilingkungan sekitar. Seperti yang
diungkapkan oleh Depdiknas (dalam Hartati, 2010) bahwa dalam proses
tersebut siswa dilatih untuk memiliki kemampuan observasi dan eksperimen
yang lebih ditekankan pada melatih kemampuan berpikir dan kerja ilmia.
Selain itu siswa dilatih melakukan percobaan dengan mengenal peralatan yang
4

digunakan dalam pengukuran di laboratorium maupun dialam sekitar peserta


didik.
Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang mengadopsii
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
ilmiah. Pembelajaran pendekatan ilmiah lebih mampu mendorong peserta
didik dalam mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data,
mengasosiasi atau menalar, dan mengkomunikasikan, sehingga pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup tinggi bagi kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sehingga
peserta didik mampu mengembangkan kreatifitas berpikir. (Nurmaliati, 2015)
Untuk menunjang terlaksananya pembelajaran fisika yang lebih bermakna,
kehadiran media dalam pembelajaran fisika memiliki arti penting. Menurut
Atwi Suparman (dalam Pupuh Fathurrohman, 2011) mendefenisikan media
adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari
pengirim kepada penerima pesan. Dalam pembelajaran media dapat
difenisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan
dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.
Menurut Pupuh Fathurrohman (2011) belajar tidak selamanya bersentuhan
dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan
dalam realitasnya belajar sering kali bersifat kompleks, maya, dan berada
dibalik realitas. Ketidakjelasan bahan ajar atau kerumitan bahan ajar dapat
dibantu dengan menghandirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-
hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam
mengkomunikasikan materi pelajaran.
Alat perangkat praktikum juga dapat disebut sebagai media pembelajaran.
5

Perangkat perobaan yang dibuat tidak hanya diuji validitasnya tetapi juga
praktikalitas dan efektifitasnya. Penelitian sebelumnya menguji praktikalitas
modul pembelajaran
NARUTO UZUMAKI
Sebagai penunjang proses pembelajaran fisika terkhususnya dalam topik
fluida dinamis, peneliti berusaha mengembangkan media percobaan fluida
dinamis, peneliti berusaha mengembangkan media percobaan yang lebih
praktis. Tahap pengembangan tersebut mengacu pada penelitian dan
pengembangan (research and development), dalam kajian ini peneliti
membatasasi penelitian sampai pada ujicoba produk. Perangkat percobaan
fluida dinamis akan dibuat sepraktis mungkin agar dapat melibatkan siswa
belajar secara aktif untuk menemukan konsep melalui pengamatan-
pengamatan dengan melakukan percobaan secara langsung.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah kepraktisan perangkat percobaan fluida dinamis sebagai
media percobaan fisika yang dikembangkan menurut guru dan siswa
SMA?
2. Bagaimanakah kepraktisan buku panduan penggunaan alat percobaan
fluida dinamis yang dikembangkan menurut guru dan siswa SMA?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian praktikalitas perangkat percobaan fluida dinamis sebagai media
percobaan fisika SMA secara umum bertujuan untuk menghasilkan perangkat
percobaan fluida dinamis yang terdiri dari peralatan eksperimen beserta buku
panduan penggunaannya yang praktis digunakan untuk percobaan fluida
6

dinamis pada jenjang pendidikan SMA. Secara khusus tujuan penelitian ini
adalah :
1. Menguji kepraktisan penggunaan alat percobaan fluida dinamis.
2. Menguji kepraktisan penggunaan buku panduan penggunaan perangkat
percobaan fluida dinamis

E. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya
adalah :
1. Bagi peserta didik
Perangkat percobaan yang dikembangkan dapat membantu peserta didik
untuk belajar dan memudahkan pembelajaran sehingga lebih bermakna
untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik pada mata pelajaran fisika
SMA.
2. Bagi guru
Perangkat percobaan yang dikembangkan dapat dijadikan media untuk
menunjukkan konsep-kosep yang abstrak pada topik fluida dinamis melalui
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
3. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dalam mengembangkan perangkat percobaan
yang praktis, untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar kelak.

F. Defenisi Operasional
1. Perangkat percobaan fluida dinamis
Perangkat merupakan sekumpulan atau alat yang akan digunakan
dalam melakukan suatu kegiatan. Sementara itu percobaan adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode
eksperimen dimana peserta didik mengalami sendiri pembelajarannya.
7

Berdasarkan penjelasan diatas perangkat percobaan merupakan


sekumpulan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan
metode eksperimen. Perangkat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
seperangkat alat yang digunakan dalam melakukan percobaan pada
konsep fluida dinamis.
2. Praktikalitas perangkat percobaan fluida dinamis
Praktikalitas berasal dari kata dasar praktis, yang artinya mudah dan
senang memakainya. Menurut Richey and Nelson (dalam Ishaq
Madeamin, 2010) mendefenisikan penelitian pengembangan sebagai suatu
pengkajian sistematis terhadap pendesainan, pengembangan, dan evaluasi
program, proses, dan produk pembelajaran yang memenuhi kriteria
validitas, praktikalitas, dan efektifitas.
Pada penelitian ini praktikalitas adalah tingkat kemudahan dalam
menggunakan perangkat percobaan fluida dinamis, mulai dari kemudahan
mempersiapkan percobaan, kemudahan menggunakan perangkat
percobaan, sampai dengan kemudahan menggunakan buku panduan
perangkat percobaan serta kemudahan pengemasan kembali. Penelitian ini
dilakukan oleh praktikan yang terdiri dari 3 orang guru SMA dan 30 orang
siswa yang berasal dari sekolah yang sama. Untuk mengumpulkan data,
disebarkan angket dan dilakukan wawancara kepada guru dan siswa SMA.

G. Kajian Teoritis
1. Hakekat Pembelajaran Fisika SMA
IPA merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta, benda-benda
yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi, dan diluar angkasa,
baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak teramati. Menurut H.W
Foeler (dalam Trianto, 2010), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan
dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
8

didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Sedangkan Kardi dan


Nur (dalam Trianto, 2010) mengatakan bahwa IPA atau ilmu kealaman
adalah ilmu tentang dunia zat baik makhluk hidup maupun benda mati
yang diamati. Berdasarkan pendapat tersebut IPA merupakan teori-teori
yang tersusun secara sistematis yang membahas tentang makhluk hidup
ataupun benda mati. IPA lahir dan berkembang melalui metode ilmiah
seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa
ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Berdasarkan uraian tentang
hakikat IPA proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada
pendekatan keterampilan proses hingga siswa dapat menemukan fakta-
fakta yang membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa
yang pada akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan. (Trianto, 2010)

Menurut Chiappetta (dalam Siti Fathonah, dkk, 2014) mengutarakan


bahwa hakikat sains adalah sebagai a way of thinking (cara berpikir), a
way of investigatting (cara penyelidikan) dan a body of knowledge
(sekumpulan pengetahuan). Sebagai cara berpikir, sains merupakan
aktivitas mental orang-orang yang bergelut dalam bidang yang dikaji.
Para ilmuwan berusaha untuk mengungkapkan ide-ide serta
menggambarkan fenomena alam. Ide-ide dan penjelasan fenomena
tersebut terangkum dalam pikiran. Sebagai cara penyelidikan, sains
memberikan gambaran tentang pendekatan dalam menyusun
pengetahuan. Sebagai sekumpulan pengetahuan, sains merupakan
susunan sistematis hasil temuan para ilmuwan. Hasil temuan tersebut
dapat berupa fakta, konsep, prinsip, buku, teori maupun model ke dalam
kumpulan pengetahuan sesuai dengan bidang kajiannya seperti : biologi,
kimia, fisika dan sebagainya.
9

Secara umum IPA terbagi dalam tiga ilmu dasar yaitu biologi, fisika
dan kimia. Fisika merupakan bagian dari IPA, maka hakikat fisika sama
dengan sains dimana fisika adalah sebagai produk (a body of knowledge),
fisika sebagai sikap (a body of thinking), dan fisika sebagai proses (a way
of investigating). Fisika sebagai produk merupakan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan
model. Fisika sebagai proses berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena,
dugaan, pengamatan,pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Dengan
demikian pembelajaran fisika hendaknya berhasil mengembangkan
keterampilan proses sains pada siswa. Fisika sebagai sikap digambarkan
dari rasa ingin tahu dan rasa penasaran yang tinggi, diiringi dengan rasa
percaya, sikap objektif, jujur, dan terbuka serta mau mendenganrkan
pendapat orang lain. Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai
hakekat fisika sebagai fisika atau a way of thinking. IPA dipandang
sebagai kegiatan kreatif, karena ide-ide dan penjelasan-penjelasan dari
suatu gejala alam disusun dalam fikiran. Oleh sebab itulah pemikiran dan
argumentasi para ilmuwan dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting
dalam kaitan dengan hakekat fisika sebagai sikap. (Sutrisno, 2006)

Berdasarkan alat bantu yang digunakan dalam mempelajari fisika,


bidang kajian fisika dibedakan menjadi fisika teoritis dan fisika
eksperimen. Fisika teoritis menggunakan matematika dan logika
matematis dalam kajian dan pengembangan fisika, sedangkan fisika
eksperimen menggunakan alat dan peralatan (instrument) fisik yang
dirancang untuk mengkaji fenomena dan aplikasi fisika. Selain itu, fisika
eksperimen lebih berfokus pada upaya penerapan konsep-konsep fisika
dan instrument yang digunakan untuk mengkaji fenomena fisis. Sementara
fisika teoritis lebih berfokus pada pengkajian konsep-konsep baru untuk
10

bahan kajian fisika eksperimen dan juga menganalisis persoalan dan data
yang dihasilkan oleh fisika eksperimen. (Asan Damanik, 2014)
Pembelajaran IPA di sekolah, pada pelaksanaannya dipengaruhi oleh
tujuan apa yang ingin dicapai tertuang dalam kurikulum yang berlaku di
Indonesia. Tujuan pembelajaran IPA di sekolah adalah memberikan bekal
pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Sumaji (2006) fungsi mata pelajaran IPA di sekolah adalah :
a. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh,
mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep IPA.
b. Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan
metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
c. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya
sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan
Pencipta-Nya.
d. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa. Membantu siswa
memahami gagasan atau informasi baru dalam IPTEK. Memupuk serta
mengembangkan minat siswa terhadap IPA

Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman


langsung, konstektual, dan berpusat pada siswa. Proses pembelajaran IPA
fisika SMA hendaknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
(Depdiknas, 2007)

Mata pelajaran fisika diajarkan di Sekolah Menengah Atas menurut


Depdiknas (dalam Nurmaliati, 2015) memiliki fungsi dan tujuan antara
lain :
11

1) Memupuk sikap ilmiah


2) Memberikan pengalaman dalam mengajukan dan menguji hipotesis
melalui percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data,
menyusun laporan, serta mengkomunikasikan laporan secara lisan dan
tulisan.
3) Mengembangkan kemampuan berfikir analisis induktif dan dan
deduktif.
4) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan
menyadari keindahan dan keteraturan alam.

Fungsi dan tujuan pendidikan dari pembelajaran fisika di atas


menggambarkan bahwa peserta didik harus mampu mengembangkan
kreatifitas berfikir ilmiah. Hal ini pula diamanatkan pada kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan ilmiah (Scientific Approach) dan pendekatan tematik
integratif. (Nurmaliati, 2015)

Dalam mempelajari fisika, hal yang pertama dituntut adalah kemampuan


untuk memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum, kemudian
diharapkan siswa mampu menyusun kembali dalam bahasanya sendiri
sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan intelektualnya.

2. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA


Pendekatan dalam keterampilan proses dapat diartikan sebagai
wawasan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial,
dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar yang pada
prinsipnya telah ada dalam diri manusia. Penerapan pendekatan
keterampilan proses ini menuntut adanya keterlibatan fisik Maupun
mental intelektual mereka.
Menurut Dimyati dan mujiono (2006) keterampilan proses meliputi
12

a. Mengamati
Manusia mengamati objek-objek dn fenomena alam dengan panca
indera. Informasi yang diperoleh dapat menumbuhkan rasa ingin tahu,
mempertanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang
lingkungan sekitar, dan meneliti lebih lanjut.
b. Mengklasifikasi
Mengklasifikasi merupakan keterampilan proses untuk memilah
berbgai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga
didapatkan golongan /kelompok sejenis dari objek peristiwa yang
dimaksud
c. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan
memperoleh fakta, konse, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk
suara,visual, atau suara visual.
d. Mengukur
Mengukur merupakan membandingkan yang diukur dengan satuan
ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
e. Memprediksi
Memprediksi diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan
tentang segala hal yang terjadi berdasarkan perkiraan pada pola atau
kecenderungan tertentu, hubungan antara fakta, konsep dan prinsip
dalam ilmu pengetahuan.
f. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk
memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa atau peristiwa
berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.

3. Pendekatan Saintifik
13

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Kemendikbud (2013)


menyatakan bahwa kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian
emas dalam perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan
pengetahuanpeserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang
memenuhi criteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran
induktif daripada penalaran deduktif. Penalaran deduktif melihat
fenomena umum untuk menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya,
penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik. Untuk
kemudian menarik simpulan seara keseluruhaan. Penalaran induktif
menempatkan bukti-bukti spesifik kedalam relasi idea yang lebih luas.
Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian
spesifik dan detail untuk merumuskan kesimpulan.
Metode ilmiah umumnya merujuk pada teknik-teknik investigasi atas
fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi
dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Pendekatan ilmiah (scientific
appoach) dalam pembelajaran sebagaimana yang dimaksud meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
dan mencipta untuk semua mata pelajaran.

4. Media Pembelajaran
Menurut Gearlach dan Ely (dalam Pupuh Fathurrohman, 2011)
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan keterampilan atau
sikap. Menurut Atwi Suparman (dalam Pupuh Fathurrohman, 2011)
mendefenisikan media merupakan alat yang digunakan untuk
menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan.
Dalam aktivitas pembelajaran media dapat didefenisikan sebagai sesuatu
14

yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang


berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.
Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2007) mengemukakan bahwa
pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitakan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Seperti yang dikemukakan oleh Pupuh Fathurrohman (2011) bahwa
belajar tidak selamanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik
dalam konsep maupun faktanya, bahkan dalam realitasnya belajar sering
kali bersifat kompleks, maya, dan berada dibalik realitas. Ketidakjelasan
bahan ajar atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan
menghandirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu
media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi
pelajaran. Namun peran media dalam pembelajaran tidak dapat mengganti
peran guru, karna media hanya merupakan alat bantu yang memfasilitasi
guru dalam pengajaran.
Media pendidikan digunakan
Menurut Nana Sudjana (dalam Pupuh Fathurrohman, 2011)
mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar fungsi media adalah :
a. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan
fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu
untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif.
b. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian integral dari
keseluruhan situasi mengajar.
c. Media dalam pengajaran, penggunaannya bersifat integral dengan
tujuan dan isi pelajaran.
15

d. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat


hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar
supaya lebih menarik perhatian siswa
e. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru
f. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru
g. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi
mutu belajar mengajar

Dalam menggunakan media pengajaran, ada sejumlah prinsip-prinsip


tertentu yang harus diperhatikan guru. Menurut Nana Sudjana (dalam
Pupuh Fathurrohman, 2011), prinsip-prinsip yang dimaksud adalah
sebagai berikut:

a. Menentukan jenis media dengan tepat. Artinya, sebaiknya guru


memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan
dan bahan pelajaran yang diajarkan.
b. Menetapkan atau mempertimbangan subyek dengan tepat. Artinya
perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai
dengantingkat kematangan/kemampuan peserta didik.
c. Menyajikan media dengan tepat. Artinya teknik dan metode
penggunaan media dalam pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan,
bahan, metode waktu, dan sarana.
d. Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan
situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu
mengajar media digunakan. Tentu tidak setiap saat menggunakan
media pengajaran, tanpa kepentingan yang jelas.
16

Untuk dapat memilih media pengajaran yang tepat dan sesuai prinsip-
prinsip pemilihan perlu memperhatikan faktor-faktor lain, yaitu:

a. Objektivitas. Metode yang dipilih bukan atas kesenangan atau


kebutuhan guru, melainkan keperluan sistem belajar. Karna itu perlu
masukan dari siswa.
b. Program pengajaran, program pengajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku,
baik menyangkut isi maupun kedalamannya.
c. Sasaran program. Media yang akan digunakan harus dilihat
kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi
bahasa, simbol-simbol yang digunakan, cara dan kecepatan penyajian
maupun waktu penggunaannya.
d. Situasi dan kondisi. Yakni situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan
ruangan yang akan dipergunakan, baik ukuran, perlengkapan maupun
ventilasinya, situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti
pelajaran baik jumlah, motivasi dan kegairahannya.
e. Kualitas teknik. Barangkali ada rekaman suara atau gambar-gambar
dan alat-alat lainnya yang perlu penyempurnaan sebelum digunakan.
Misalnya suara atau gambar yang kurang jelas, keadaannya telah
rusak, ketidaksesuaian dengan alat lainnya.
Selain itu, ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan media. Adapun kriteria pemilihan media menurut Rudi Susilana
dan Cepi Riyana (2007) adalah sebagai berikut:
a. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
b. Kesesuaian dengan fasilitas
c. Kesesuaian dengan gaya belajar
d. Kesesuaian dengan materi
e. Kesesuaian dengan karakteristik siswa
17

f. Kesesuaian dengan teori

Menurut Dick dan carey (dalam Arief S. Sadiman, 2005) ada empat
faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media selain
kesesuaian dengan tujuan prilaku belajarnya, adapun faktor tersebut yang
pertama adalah ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang
bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli
atau dibuat sendiri. Kedua adalah apakah untuk membeli atau
memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya. Ketiga
adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan
media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Faktor yang terakhir
adalah efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

5. Praktikalitas Perangkat Percobaan IPA Fisika


Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), praktikalitas memiliki
arti bersifat praktis. Menurut Richey and Nelson (dalam Ishaq Madeamin,
2010 ) mendefenisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian
sistematis terhadap pendesainan, pengembangan, dan evaluasi program,
proses, dan produk pembelajaran yang memenuhi criteria validitas,
praktikalitas, dan efektifitas.
Aspek yang dinilai dalam evaluasi pada penelitian pengembangan
seperti yang diungkapkan dalam Lutfi Fifi (2014) yaitu kevalidan produk,
kepraktikalitas produk, dan keefektifan produk.
a. Kevalidan produk (validasi) dimulai dengan analisis pendahuluan dan
penilaian para pakar yang ahli dibidang kajian yang sedang diteliti,
minimal ada tiga para ahli yang melakukan proses validasi terhadap
produk yang dikembangkan.
b. Kepraktisan produk, praktikalitas adalah tingkat keterpakaian
perangkat/produk dalam kegiatan pembelajaran, yaitu melaksanakan
percobaan terhadap produk yang telah dikembangkan yang telah
18

direvisi berdasarkan penilaian validator. Praktikalitas dilakukan oleh


praktisi yaitu guru yang bertujuan untuk mendapatkan penilaian,
komentar dan saran mengenai pemahaman praktisi terhadap produk
yang dikembangkan. Produk yang dikembangkan memiliki
praktikalitas yang tinggi apabila bersifat praktis, artinya  mudah
digunakan dan mudah di operasikan.
c. Keefektifan adalah tingkat seberapa efektif produk untuk digunakan
nantinya. Kefektifan produk yang dikembangkan dapat dilihat dari
lembar observasi yang diberikan kepada guru dan siswa. Kefektifan
dapat diukur, apabila produk yang dikembangkan tidak membutuhkan
biaya yang banyak dalam memproduksinya, dan tidak dibutuhkan
waktu yang lama.

Suatu produk atau program dikatakan valid apabila merefleksikan jiwa


pengetahuan (state-of-the-art knowledge). Ini yang disebut sebagai
validitas logika, sementara itu komponen-komponen produk tersebut harus
konsisten satu sama lain (validitas empiris). Selanjutnya suatu produk
dikatakan praktikal apabila produk tersebut menganggap bahwa ia dapat
digunakan (usable). Kemudian suatu produk dikatakan efektif apabila ia
memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
pengembang. (Ishaq Madeamin, 2010)

Praktikalitas berkaitan erat dengan kemudahan serta kemajuan yang


diperoleh siswa dalam penggunaan bahan ajar, instrument, serta produk
pendidikan lainnya. Kepraktisan adalah alat evaluasi yang lebih
memberikan penekanan di tingkat efisiensi serta efektivitas alat evaluasi.
Nilai-nilai praktis media pengajaran yang dikemukakan oleh Sudirman N,
dkk (dalam Pupuh Fathurrohman, 2011) adalah :
a. Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak
sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme
19

b. Menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan


untuk dibawa ke dalam kelas
c. Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan
yang lambat
d. Karena informasi yang diperoleh siswa berasal dari suatu sumber serta
dalam situasi dan kondisi yang sama maka dimungkinkan keseragaman
pengamatan dan persepsi siswa
e. Membangkitkan motivasi belajar siswa
f. Dapat mengontrol dan mengatur waktu belajar siswa
g. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan kebutuhan
atau digunakan pada saat yang lain.

6. Materi Fluida dinamis


a. Fluida ideal
Fluida ideal adalah fluida yang inkompresibel (densitasnya tidak
berubah-ubah) dan tidak memiliki gesekan dalam (viskositas). pada
umumnya cairan mendekati keadaan inkompresibel.
Pola yang ditempuh sebuah partikel dalam aliran fluida disebut
garis alur (flow line). Jika seluruh pola aliran tidak berubah terhadap
waktu, aliran disebut aliran tunak (steady flow). Adapun ciri-ciri umum
dari aliran fluida menurut Haliday (1987) adalah :
1) Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak (steady) atau tak tunak
(non-steady). Bila kecepatan fluida v disetiap titik yang diberikan
adalah konstan didalam waktu, maka gerak fluida tersebut
dikatakan aliran tunak. Yakni, setiap titik yang diberikan di dalam
aliran tunak maka kecepatan setiap partikel yang lewat selalu sama.
Contohnya arus yang mengalir dengan tenang. Dalam aliran tak
tunak, seperti dalam gelombang air pasang, kecepatan v adalah
sebuah fungsi dari waktu. Di dalam kasus aliran bergolak, seperti
20

penderasan (rapids) atau air terjun, kecepatan berubah secara tak


menentu dari titik ke titik maupun dari waktu ke waktu.
2) Aliran fluida dapat merupakan aliran berolak (rotational) atau
aliran tak berolak (irrotational). Contohnya sebuah kincir air yang
kecil yang tidak berotasi geraknya disebut tak berolak, sedangkan
yang berotasi disebut berolak. Gerak seperti pusaran air juga
termasuk gerak berolak.
3) Aliran fluida dapat termampatkan atau tak termampatkan. Cairan-
cairan biasanya ditinjau sebagai yang mengalir secara tak
termampatkan.
4) Aliran fluida dapat merupakan aliran kental atau tak kental
Garis arus adalah aliran fluida yang mengikuti suatu garis (lurus
melengkung) yang jelas ujung pangkalnya. Garis arus disebut juga
aliran berlapis atau aliran laminar seperti yang ditunjukkan pada
gambar 5.1. Kecepatan aliran fluida di tiap titik pada suatu garis arus
searah dengan garis singgung di titik itu.
Ketika melebihi suatu kelajuan tertentu, aliran fluida menjadi
turbelen. Aliran turbelen ditandai oleh adanya aliran berputar. Ada
partikel-partikel yang arah geraknya berbeda dan bahkan berlawanan
dengan arah gerak keseuruhan fluida seperti yang ditunjukkan pada
gambar 5.1.

.
21

Gambar 5.1 Aliran laminar dan aliran turbelen (Detectphysics, 2011)

b. Persamaan kontinuitas
Pada aliran tunak, kecepatan setiap partikel fluida di suatu titik A
(lihat gambar) selalu sama. Ketika melewati titik B, kecepatan partikel
fluida mungkin berubah. Walaupun demikian, ketika tiba di titik B,
partikel yang menyusul dari belakang mengalir dengan kecepatan yang
sama seperti partikel fluida yang mendahuluinya. Demikian juga
ketika tiba di titik C dan seterusnya. Garis arus itu merupakan kurva
yang menghubungkan titik A, B, dan C seperti pada gambar 5.2.

Garis Arus C

B
A VC
VB
VA

Gambar 5.2 Sebuah partikel yang melalui titik A, B, dan C, menelusuri


sebuah garis arus. Partikel apa saja yang melelaui A
menelusuri garis arus ini. (Marthen Kanginan, 2006)

Pada dasarnya dapat digambarkan setiap garis arus yang melalui


tiap-tiap titik dalam aliran fluida tersebut. Jika aliran fluida dianggap
aliran tunak, sejumlah garis arus yang melewati sudut tertentu pada
luas permukaan imajiner (luas permukaan khayalan) membentuk suatu
tabung aliran. Tidak ada partikel fluida yang saling berpotongan tapi
selalu sejajar dan tabung aliran tersebut akan menyerupai sebuah pipa
yang bentuknya selalu sama. Fluida yang masuk pada salah satu ujung
tabung akan keluar dari tabung tersebut diujung lainnya.
22

Gambar 5.3 Aliran fluida

Pada gambar 5.3 terdapat tiga gambaran garis alir atau garis arus.
Jika luas penampang lintang tabung tidak sama, kecepatan partikel
fluida itu juga berubah sepanjang garis arusnya. Akan tetapi pada satu
titik tertentu dalam tabung, kecepatan setiap partikel fluida itu sama.

Partikel yang pada suatu saat ada di A kemudian pada saat


berikutnya ada di B, bergerak dengan arah dan kecepatan yang
berlainan dan akhirnya sampai di C dengan arah dan kecepatan yang
lain lagi. Fluida yang melalui kolom dengan luas penampang A 1 dalam
pembuluh sepanjang L1, sampai ke kolom dengan luas penampang A 2
berkecepatan V2 dalam pembuluh sepanjang L2 maka berlaku
persamaan kontinuitas (Arif Hidayat, 2015).

Debit menyatakan volume suatu fluida yang mengalir melalui


penampang tertentu dalam selang waktu tertentu. Secara sistematis,
bisa dinyatakan sebagai berikut :

volum fluida V
Debit= →Q= (7.1)
selang waktu t
Misalkan ada sebuah fluida mengalir melalui sebuah pipa. Pipa
biasanya berbentuk silinder dan memiliki luas penampang tertentu.
Pipa tersebut juga mempunyai panjang. Ketika fluida mengalir dalam
pipa tersebut sejauh L, misalnya maka volume yang ada dalam pipa
adalah V=AL (V = volume fluida, A= luas penampang dan L=panjang
pipa). Karna selama mengalir dalam pipa sepanjang L fluida
menenmpuh selang waktu tertentu, maka bisa dikatakan bahwa
besarnya debit fluida :
23

V AL A ( vt)
Q= = = =Av (7.2)
t t t
Sehingga persamaan kontinuitas dapat dinyatakan secara matematis:
A.v = konstan atau

v1 A1=v 2 A 2 (7.3)
Dengan demikian, ketika fluida mengalir melalui suatu pipa yang
memiliki luas penampang dan panjang tertentu selama selang waktu
tertentu, maka besarnya debit fluida (Q) tersebut sama dengan luas
permukaan penampang (A) dikalikan dengan laju aliran fluida (v).

c. Persamaan Bernauli
Persamaan Bernauli menghubungkan tekanan, laju aliran, dan
ketinggian aliran, fluida inkompresibel yang ideal. Persamaan bernauli
merupakan alat pokok dalam meanalisis sIstem perpipaan, stasiun
pembangkit listrik tenaga air dan penerbangan pesawat.
Ketergantungan tekanan pada laju mengikuti persamaan kontinuitas.
Ketika fluida inkompresibel mengalir sepanjang tabung air dengan
penampang yang berubah-ubah, lajunya pasti berubah dan karna itu
elemen dari fluida memiliki percepatan. Jika tabung horizontal, gaya
yang menyebabkan percepatan ini digunakan oleh fluida
disekelilingnya. Ini berarti bahwa tekanan pasti berbeda pada
penampang melintang yang berbeda, jika tekanan sama disetiap
tempat, gaya total pada setiap elemen harga nol. Ketika tabung alir
horizontal menyempit dan laju elemen fluida meningkat, fluida akan
bergerak menuju daerah bertekanan rendah untuk mendapatkan gaya
kedepan total mempercepatnya. Jika ketinggian juga berubah,
peningkatan perbedaan tekanan akan terjadi.
Untuk menurunkan persamaan bernauli diterapkan teorema
kerja(usaha)-energi pada fluida dalan daerah tabung air. Aliran fluida
24

dianggap tetap dan laminer, fluida tersebut tidak bisa ditekan, dan
viskositas cukup kecil sehingga bisa diabaikan. Agar berlaku umum,
fluida dianggap mengalir dalam tabung dengan penampang lintang
yang tidak sama, yang ketinggiannya berubah terhadap suatu tingkat
acuan tertentu. (Young & Freedman, 2002)

Gambar 5.4 Aliran fluida untuk penurunan persamaan (Sri Handayani,


2009)

Pada gambar 2.4 fluida pada ketinggian yang rendah akan


mengalir pada ketinggian yang tinggi maka banyaknya fluida dan
usaha yang dilakukan untuk memindahkannya akn dihitung. Dalam
hal ini fluida pada titik 1 mengalir sejauh ∆ l 1 dan memaksa fluida
pada titik 2 untuk berpindah sejauh ∆ l 2. Fluida di sebelah kiri titik
memberikan tekanan P1 pada bagian fluida dan melakukan kerja
sebesar:
W 1=F 1 ∆ l 1=P1 A 1 ∆ l 1 (7.4)
Pada titik 2, kerja yang dilakukan pada fluida tersebut adalah
W 2 =−P2 A2 ∆ l 2 (7.5)
Kerja juga dilakukan pada fluida oleh gaya gravitasi. Karena efek
total proses yang ditunjukan pada gambar 2.4 adalah memindahkan
25

massa m dari volume A1 ∆ l 1= A1 ∆ l 1 (karena fluida tidak bisa


ditekan) dari titik 1 ke titik 2, kerja yang dilakukan oleh gravitasi
adalah:
W 3 =−mg(h2 −h1) (7.6)
Dimana h1 dan h2 adalah ketinggian pusat tabung diatas tingkat
acuan tertentu (yang sementara). Perhatikan bahwa pada kasus yang
ditunjukan pada gambar 7.4. Kerja total W yang dilakukan pada
fluida adalah:
W =W 1 +W 2 +W 3 (7.7)
W =P1 A1 ∆ l 1−P2 A 2 ∆ l 2−mg h2+ mg h1 (7.8)
Menurut prinsip kerja energi, kerja total yang dilakukan pada
sistem sama dengan perubahan energi kinetiknya. Dengan demikian
1 2 1 2
mv − mv =P1 A 1 ∆ l 1−P2 A 2 ∆ l 2−mgh 2+mg h1 (7.9)
2 2 2 1
Massa m mempunyai volume A1 ∆ l 1= A2 ∆ l 2. Bearti kita bisa
mensubtistusikan m=ρ A1 ∆ l 1=ρA 2 ∆l 2, dan juga membagi dengan
A1 ∆ l 1= A2 ∆ l 2, untuk mendapatkan:
1 2 1 2
ρv − ρv =P 1−P2−ρgh2− ρgh1 (7.10)
2 2 2 1
Yang bisa kita susun ulang untuk mendapatkan
1 1
P1 + ρv21 + ρgh 1=P2 + ρv 12+ ρgh2 (7.11)
2 2
Ini meruupakan persamaan bernoulli. Karena titik 1 dan 2 bisa
bisa berupa dua titik mana saja sepanjang tabung aliran, persamaan
bernoulli dapat dituliskan:
1
P+ ρv 2+ ρgh=konstan (7.12)
2
Ini adalah persamaan Bernauli yang menyatakan bahwa kerja yang
dilakukan pada satuan volume fluida oleh fluida sekitarnya adalah
26

sama dengan jumlah perubahan energI kinertik dan energI potensial


tiap satuan volume yang terjadi selama aliran.
Pada fluida dinamis, selain persamaan kontinuitas juga terdapat
persamaan Bernauli. Asas Bernoulli yang berbunyi “ Tekanan yang
paling besar ada pada kelajuan aliran paling kecil dan tekanan yang
paling kecil ada pada kelajuan yang alirannya paling besar”. Besarnya
tekanan akibat gerakan fluida dapat dihitung dengan konsep kekekalan
energi pada aliran fluida.Energi yang dimiliki oleh suatu fluida yang
mengalir terdiri dari energi dalam dan energi-energi akibat tekanan,
kecepatan dan kedudukan. Sehingga dapat dirumuskan persamaan
sebagai berikut:

1
P+ ρg h+ ρ v 2=konstan (7.13)
2

Persamaan di atas merupakan persamaan yang menyatakan


Hukum Bernoulli yang menyatakan hubungan antara kecepatan aliran
dengan tinggi permukaan air dan tekanannya.
d. Penerapan Hukum Bernauli
Hukum Bernauli diterapkan dalam kehidupan sehari. Adapun
diantaranya adalah:
1. Tabung Venturi
Pada dasarnya tabung venturi adalah sebuah pipa yang
memiliki bagian yang menyempit. Contoh tabung veturi adalah
karburator mobil dan venture meter.
a. Venturimeter
Venturimeter adalah sebuah alat pengukur yang ditaruh
didalam sebuah pipa aliran untuk mengikur laju aliran suatu
cairan. Ada dua jenis venturimeter yaitu: venturimeter tanpa
27

manomator dan venturimeter yang menggunakan manometer


yang berisi cairan lain.
1. Venturimeter tanpa manometer
Untuk venturi tanpa manometer, kelajuan aliran pada
masing-masing titik ditunjukkan seperti gambar 2.5.

Gambar 2.5 Venturi Tanpa Manometer (Marthen


Kanginan, 2006)
Dirumuskan:
v1 =√ v 22−2 gh (7.14)

v 2=√ v 21 +2 gh (7.15)
Keterangan:
v1 = kecepatan aliran pada permukaan 1 (m/s)
v2 = kecepatan aliran pada permukaan 2 (m/s)
A1= luas penampang 1 (m2)
A2= luas penampang 2 (m2)
ρ = massa jenis fluida pada venturimeter (kg/m3)
ρ’ = massa jenis fluida pada manometer (kg/m3)
h = selisih tinggi permukaan fluida pada pipa pengukur
beda tekanan (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
28

2. Venturimeter menggunakan Manometer


Untuk venturimeter yang dipasangi manometer, dimana
terdapat fluida lain di dalam manometer tersebut, kelajuan
aliran pada masing-masing titik ditunjukkan pada gambar
2.6 berikut.

Gambar 2.6 Venturimeter dengan Manometer


(fisikazone.com, 2015)

Dirumuskan:
'
v1 =A 2
√ 2 ( ρ −ρ ) gh
ρ ( A 21− A 22)
v1 = kecepatan aliran pada permukaan 1 (m/s)
(7.16)

v2 = kecepatan aliran pada permukaan 2 (m/s)


A1= luas penampang 1 (m2)
A2= luas penampang 2 (m2)
ρ = massa jenis fluida pada venturimeter (kg/m3)
ρ’ = massa jenis fluida pada manometer (kg/m3)
h = selisih tinggi permukaan fluida pada pipa pengukur beda
tekanan (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
29

b. Karburator
Karburator berfungsi untuk menghasilkan campuran bahan
bakar dengan udara, dengan campuran ini dimasukkan dalam
selinder-selinder mesin untuk tujuan pembakaran. Prinsip kerja
karburator adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7,
penampang pada atas jet menyempit, sehingga udara yang
mengalir pada bagian ini bergerak dengan kelajuan yang tinggi.
Sesuai asa bernauli, tekanan pada bagian ini rendah. Tekanan
didalam tangki bensin sama dengan tekanan atmosfer. Tekanan
atsmosfer memaksa bahan bakar tersempur keluar melalui jet,
sehingga bahan bakar tercampur dengan udara sebelum
memasuki selinder mesin.

Gambar 2.7 Karburator (fisikazone.com, 2015)


2. Tabung pitot
Alat ini digunakan untuk mengukur laju aliran suatu gas.
Udara mengalir melewati lubang-lubang di a. lubang-lubang ini
sejajar dengan arah aliran dan dibuat cukup jauh dan dibelakang
sehingga kecepatan dan teanan diluar lubang-lubang tersebut
mempunyai nilai-nilai arus bebas.
30

Gambar 2.8 Tabung Pitot (fisikazone.com, 2015)


Tekanan dilengan kiri manometer, yang dihubungkan kepada
lubang-lubang ini, adalah tekanan statik didalam arus gas, p a.
lubang dari lengan kanan manometer tegak lurus pada arus.
Kecepatan tersebut diredupsi ke nol di b dan gas tersebut berhenti
dititik tersebut. Tekanan di b adalah tekanan bentur, pb dengan
demikian persamaan bernauli ke titik a dan titik b kita dapatkan
1 1
pa + ρ v 2a =p b + ρ v 2b (7.17)
2 2
1
pa + ρ v 2a =p b sebab vb = 0
2
pb− p 1 (7.18)
a=¿ ρ v 2❑ ¿
2

Dengan ρ adalah masa jenis gas.


Beda tekanan antara a dan b, (p b – pa) sama dengan tekanan
hidrostatis zat cair manometer setinggi h
pb− p a=¿ ρ gh ¿' (7.19) Dengan ρ’
adalah massa jenis zat cair manometer dengan menyamakan
ruasnya diperoleh
1 2 '
ρ v = ρ gh
2
2 2 ρ' gh
v=
ρ

2 ρ' gh
v=2
ρ√ (7.18)

persamaan 7.18 dikenal juga sebagai Teorema Torricelli


3. Penyemprot parfum
Ketika menekan tombol parfum kebawah udara dipaksa keluar
dari bola karet termampatkan melalui lubang sempit diatas tabung
31

selinder yang memanjang kebawah sehingga memasuki cairan


parfum. Semburan udara yang bergerak cepat menurunkan tekanan
udara pada bagian atas tabung, dan menyebabkan tekanan atmosfer
pada permukaan cairan memaksa cairan naik keatas tabung.
Semprotan udara berkelajuan tinggi meniup cairan parfum
sehingga cairan parfum dikeluarkan sebagai semburan kabut halus.
4. Penyemprot racun serangga
Prinsip kerja penyemprot racun serangga sama seperti
penyemprot parfum. Pada penyemprot parfum tombol ditekan
sedangkan pada penyemprot serangga batang pengisap ditekan

Gambar 2.7 Penyemprot racun serangga (fisikazone.com)


5. Gaya angkat sayap pesawat terbang
Pesawat terbang dapat terangkat keudara karna kelajuan udara
yang melalui sayap pesawat. Pesawat terbang tidak seperti roket
yang terangkat keatas karna aksi reaksi antar gas yang
disemburkan roket itu sendiri. Roket menyemburkan gas
kebelakang dan sebagai reaksinya gas mendorong roket maju. Jadi,
roket dapat terangkat keatas walaupun tidak ada udara.

Gambar 2.8 Garis arus disekitar pesawat terbang dan


dibagian sayap (fisikazone.com, 2015)
32

Seperti yang terlihat pada gambar 2.8 penampang sayap


pesawat terbang pempunyai bagian belakang lebih tajam dan sisi
bagian atas yang lebih melengkung daripada sisi bagian bawahnya.
Pada gambar terlihat garis arus lebih rapat daripada sisi bagian
bawahnya. Artinya kelajuan aliran udara pada sisi bagian atas
pesawat v2 lebih besar daripada sisi bagian bawah sayap v1 sesuai
dengan asas bernauli, tekanan pada sisi bagian atas (p2) lebih kecil
daripada sisi bagian bawah (p1) karena kelajuan udaranya lebih
bersar. Beda tekanan p1-p2 menghasilkan gaya angkat sebesar
F 1−F2=¿ ¿¿ (2.19)
Dengan A merupakan luas penampang total sayap.
Jika nilai p1−¿ p ¿dari persamaan 7.11 dimasukkan pada persamaan
2

2.19 diperoleh

Gaya angkat pesawat F 1−F 1 (2.20)


2=¿ ρ(v 22−v 12) A ¿
2

dengan ρ adalah massa jenis udara.


Pesawat terbang dapat terangkat keatas jika gaya angkat lebih
besar daripada berat pesawat. Jadi pesawat dapat terbang atau tidak
bergantung pada berat pesawat, kelajuan pesawat dan ukuran
sayapnya. Makin besar kecepatan pesawat makin besar kecepatan
udara. Demikian juga makin besar ukuran sayap, makin besar gaya
angkatnya.
Supaya pesawat dapat terangkat, gaya angkat harus lebih
besar dari daya angkat pesawat. Jika pesawat telah berada pada
ketinggian tertentu dan pilot ingin menpertahankan ketinggiannya
(melayang diudara) maka kelajuan pesawat harus diatur
sedemikian rupa sehingga gaya angkat sama dengan berat pesawat.
(Marthen Kanginan, 2006)
33

H. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian Praktikalitas Perangkat Percobaan Fluida Dinamis Fisika
SMA akan dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Fisika pada tahap
pengembangan perangkat eksperimen hingga akhirnya produk akan
divalidasi. Perangkat eksperimen akan diuji praktikalitasnya di sekolah
untuk mendapatkan nilai kepraktisannya. Penelitian ini diperkirakan akan
terlaksana pada bulan maret 2016 hingga bulan juni 2015.

2. Rancangan Penelitian
Penelitian pengembangan perangkat percobaan fluida dinamis fisika
SMA ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (research and
development) .
Penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall (dalam Punaji
Setyosari, 2010) suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan
memvalidasi suatu produk pendidikan, penelitian ini mengikuti suatu
langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses
pegembangan terdiri dari kajian tentang temuan penelitian produk yang akan
dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan
34

tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk
tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil lapangan.
Menurut Sugiyono (2014) langkah-langkah penelitian dan
pengembangan dapat dilihat pada gambar 3.1. Berdasarkan gambar 3.1 dapat
dilihat bahwa langkah-langkah penggunaan metode research and
development meliputi : (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data (3)
Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk,
(7) Revisi Produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, (10) Produksi
massal.

Potensi dan Pengumpulan Desain Produk Validasi


Masalah data Desain

Uji Coba Revisi Uji Coba Revisi Desain


Pemakaian Produk Produk

Revisi Produk Produksi massal

Gambar 3.1 langkah-langkah penggunaan Metode Research and


Development menurut Sugiyono (2014)

Perangkat percobaan fluida dinamis yang telah dinyatakan valid oleh


pakar akan diuji praktikalitasnya sehingga penelitian ini dibatasi sampai
pada tahap pengujian produk, revisi produk, dan dihasilkan produk yang
telah teruji kepraktisannya. Gambar 3.2 merupakan langkah-langkah
penelitian praktikalitas perangkat percobaan fluida dinamis

Studi Literatur
35

Dilakuk Perancangan perangkat


an oleh Perangkat
peneliti percobaan
sebelum valid dan
nya Pengembangan praktis
perangkat percobaan

Validasi perangkat Pengujian


percobaan praktikalitas

Gambar 3.2 Langkah-Langkah penelitian praktikalitas


perangkat percobaan
Pada studi literatur, potensi dan masalah yang ada dalam pembelajaran
IPA fisika dianalisis berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari jurnal
penelitian, laporan penelitian yang ada, atau dokumentasi laporan kegiatan
perorangan atau instansi tertentu mengenai latar belakang dibuatnya
perangkat percobaan fluida dinamis. Selanjutnya dirancang perangkat
percobaan fluida dinamis, untuk memperoleh hasil desain yang valid
dilakukan melalui diskusi dengan dosen ahli dan studi literatur. Perangkat
perangkat percobaan yang akan dihasilkan merupakan produk berupa alat
percobaan fluida dinamis dan buku panduan penggunaan alat. Selanjutnya
produk tersebut akan divalidasi dan direvisi, perbaikan perangkat percobaan
dilakukan berdasarkan saran-saran yang diberikan oleh validator. Setelah
perangkat percobaan valid, perangkat tersebut siap diuji coba pemakaiannya.

Perangkat percobaan fluida dinamis yang telah dinyatakan valid oleh


pakar atau tenaga ahli berpengalaman, kemudian akan diuji praktikalitas
perangkat tersebut. Pada langkah praktikalitas ini, alat percobaan yang telah
dinyatakan valid tersebut akan dicoba pemakaiannya oleh praktikan yang
terdiri dari guru fisika SMA dan siswa SMA. Praktikalitas perangkat
percobaan fluida dinamis dilakukan seperti gambar 3.2.
36

Uji Revisi Produk


Persiapan Sosialisasi produk
praktikalitas valid
dan
praktis

Wawancara

Pengisian
angket

Gambar 3.3 Langkah-Langkah Uji Praktikalitas

Berdasarkan gambar 3.2 untuk menghasilkan produk yang valid dan praktis
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Tahap persiapan
Tahap awal dari uji praktikalitas ini, Perangkat percobaan fluida dinamis
dipastikan merupakan produk yang valid sebelum diuji praktikalitasnya.
b. Sosialisasi penelitian
Sosialisasi penelitian dilakukan kepada responden dengan tujuan agar
respoden paham mengenai penelitian yang akan dilakukan, sehingga
responden dapat melakukan fungsinya sebagaimana mestinya.
c. Uji praktikalitas
Tahap uji praktikalitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kepraktisan perangkat percobaan. Uji coba pemakaian perangkat
percobaan fluida dinamis dilakukan pada kelas uji coba terbatas.
d. Observasi
Peneliti mengamati tingkat kemudahan praktikan dalam menggunakan
perangkat percobaan fluida dinamis selama proses pembelajaran.
e. Pengisian angket
37

Praktikan diminta untuk mengisi angket (kuisioner) yang tujuannya


untuk mengetahui tingkat kemudahan dalam menggunakan perangkat
percobaan fluida dinamis.
f. Wawancara
Setelah pembelajaran dan pengisian angket selesai, peneliti melakukan
wawancara pada guru dan siswa untuk mengetahui tingkat kemudahan
dalam perangkat perangkat percobaan fluida dinamis.
g. Revisi perangkat percobaan
Setelah pengujian praktikalitas, revisi perangkat percobaan dilakukan
berdasarkan saran-saran yang diberikan oleh praktikan dan pakar atau
ahli yang telah berpengalaman..
h. Hasil akhir
Setelah melalui semua langkah penelitian dan pengembangan maka akan
dihasilkan perangkat percobaan pada konsep fluida dinamis beserta buku
panduannya yang telah diuji validitas dan kepraktisannya.

7. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah perangkat percobaan fluida dinamis
yang terdiri dari alat percobaan fluida dinamis dan buku panduan
penggunaannya. Sumber data yang diperoleh penelitian ini adalah praktikan
yang terdiri dari guru fisika SMA dan siswa SMA. Guru praktikan terdiri
dari 3 orang guru fisika SMA, dan siswa praktikan berjumlah 30 orang
siswa/I yang duduk di kelas XI SMA dari sekolah yang sama.

8. Data dan Instrumen


Instrumen pengumpulan data berupa angket (kuisioner) praktikalitas
untuk guru dan siswa, lembar observasi, dan wawancara untuk melihat
kepraktisan perangkat percobaan yang dilakukan oleh praktikan dalam
menggunakan perangkat percobaan fluida dinamis.
38

a. Angket, diadaptasi dari penelitian Hendro Angga (2015).


Angket ini digunakan sebagai alat unuk mengukur tingkat kepraktisan
perangkat percobaan fluida dinamis

Tabel 3.1 Indikator Angket Praktikalitas Menurut Guru


Jumlah
No Indikator
Item
Aspek Peralatan
1 Menyiapkan Percobaan 1
2 Efisiensi waktu percobaan 1
3 Keamanan penggunaan alat percobaan 1
4 Efisiensi pengajaran konsep 2
5 Pengenalan komponen perangkat percobaan 1
6 Kemudahan penggunaan 1
7 Pengemasan perangkat percobaan 1
Total Item 8
Aspek Buku Panduan
1 Kemudahan Pemahaman 1
2 Efisiensi pengajaran konsep 2
3 Kualitas isi buku panduan 1
4 Estetika buku panduan 1
5 Keaktifan siswa 1
6 Efisiensi waktu percobaan 1
Total Item 7

Tabel 3.2 Indikator Angket Praktikalitas Menurut Siswa


39

Jumlah
No Indikator
Item
Aspek Peralatan
1 Efisiensi Waktu Percobaan 1
2 Keamanan Penggunaan Alat Percobaan 1
3 Efisiensi Pengajaran Konsep 2
4 Pengenalan Komponen Perangkat Percobaan 1
5 Kebermaknaan Pembelajaran 1
6 Keaktifan Siswa 1
7 Perolehan Pengalaman Dalam Pembelajaran 1
Total Item 8
No Aspek Buku Panduan
1 Kemudahan Pemahaman 1
2 Efisiensi Pengajaran Konsep 1
3 Kualitas Isi Buku Panduan 1
4 Estetika Buku Panduan 1
5 Keaktifan Siswa 1
6 Efisiensi Waktu Percobaan 1
7 Kemudahan Menyimpulkan Konsep 1
8 Kepercayaan Kebenaran Konsep 1
Total Item 8

b. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengamati kepraktisan
perangkat percobaan fluida dinamis.

Tabel 3.3 Indikator Lembar Observasi Untuk Guru

Jumlah
No Indikator
Item
1 Kemudahan Menyiapkan 1
2 Kemudahan Penggunaan 1
3 Kemudahan Pemahaman 1
4 Keamanan Alat Percobaan 1
5 Pengemasan Perangkat Percobaan 1
40

Total Item 5

Tabel 3.4 Indikator Lembar Observasi Untuk Siswa


Jumlah
No Indikator
Item
1 Kemudahan Penggunaan 1
2 Keamanan Alat Percobaan 2
3 Keaktifan Siswa 1
4 Antusias Dalam Pembelajaran 1
5 Ekspresi Kekaguman 1
6 Efisiensi Pemahaman Konsep 1
7 Kerja Sama Dalam Kelompok 1
8 Rasa Ingin Tahu 1
Total Item 9

c. Wawancara
Wawancara dilakukan setelah praktikan selesai menggunakan
perangkat percobaan fluida dinamis.

Tabel 3.5 Indikator Protokol Wawancara (Interview)


Jumlah
No Indikator
Item
1 Pendapat Tentang Peralatan 2
2 Pendapat Tentang Buku Pedoman 2
3 Pendapat Tentang Perbaikan Perangkat Percobaan 2
Total Item 6

Aspek yang dinilai pada perangkat percobaan dan buku panduan


penggunaannya pada tabel 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, dan 3.5 dikembangkan menjadi
angket (kuesioner), lembar observasi, dan lembar wawancara seperti yang
ditunjukkan pada lampiran.
41

9. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data hasil uji coba pemakaian perangkat percobaan fluida
dinamis dengan kelas uji coba terbatas. Data praktikalitas dikumpulkan
dengan cara memberikan angket praktikalitas kepada siswa dan guru
praktikan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan, disamping itu
dilakukan observasi saat proses pembelajaran berlangsung.
Responden pengumpulan data untuk pengujian praktikalitas adalah guru
yang memiliki pengalaman mengajar pada mata pelajaran fisika SMA, dan
siswa/i SMA yang belum mempelajari materi fluida dinamis. Tahap
pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tahap uji praktikalitas oleh guru adalah memberikan alat eksperimen dan
buku pedoman penggunaan perangkat percobaan kepada guru, kemudian
guru melakukan percobaan sesuai pada tahapan yang terdapat di buku
pedoman percobaan. Ketika guru melaksanakan percobaan dilakukan
observasi. Kemudian guru diberikan angket (kuesioner) praktikalitas
untuk memberikan nilai kepraktisan penggunaan perangkat fluida
dinamis. Setelah pengisian angket, guru akan diwawancarai.
b. Tahap uji praktikalitas oleh siswa adalah dengan memberikan alat
eksperimen dan buku pedoman penggunaan perangkat percobaan kepada
siswa, kemudian siswa melakukan percobaan sesuai pada tahapan yang
terdapat di buku pedoman percobaan. Ketika siswa melaksanakan
percobaan dilakukan observasi. Kemudian siswa diberikan angket
(kuesioner) praktikalitas untuk memberikan nilai kepraktisan
penggunaan perangkat fluida dinamis. Setelah pengisian angket, siswa
akan diwawancarai.

10. Teknik Analisis Data


42

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif, yakni teknik yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan objek secara kualitif. Tahap analisis data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Menjumlahkan nilai untuk tiap indikator pada lembar angket (kuesioner)
praktikalitas. Penilaian indikator angket (kuesioner) praktikalitas
menggunakan skala likert seperti pada tebel 3.1.

Tabel 3.1 Kategori Penilaian Indikator Angket (kuesioner) Praktikalitas


No Kategori Skor

1 Sangat Setuju 4
2 Setuju 3
3 Tidak Setuju 2
4 Sangat Tidak Setuju 1

b. Mencari nilai rata-rata tiap indikator yang diberikan responden.


c. Menentukan kategori nilai rata-rata indikator berdasarkan skala likert
dan menentukan nilai praktkalitas subjek penelitian seperti pada tabel
3.2.
Tabel 3.2 Kategori Praktikalitas
No Skor Rata-Rata Kategori Keputusan

1 ¿3,25 - 4 Sangat Tinggi Praktis


2 ¿2,5 - ≤ 3,25 Tinggi Praktis
3 ¿ 1,75- ≤ 2,5 Rendah Kurang Praktis
4 1 -≤1,75 Sangat Rendah Tidak Praktis
43

d. Perangkat eksperimen dinyatakan praktis apabila setiap indikator


dinyatakan praktis dan layak untuk dilakukan uji pemakaian skala yang
lebih luas. Indikator yang secara rata-rata dinilai oleh siswa dibawah
nilai praktis maka aspek perangkat eksperimen pada indikator tersebut
akan direvisi.

Anda mungkin juga menyukai