Anda di halaman 1dari 17

TUGAS RESUME AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Standar Akuntansi Pemerintah

Disusun oleh :
Nama :Priska Ananda Aprilia
NPM :0119101026

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI S1


UNIVERSITAS WIDYATAMA
TAHUN 2020
BAB

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Pemerintahan


Sejarah organisasi sektor publik sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang
lalu. Kemunculannya lebih dipengaruhi pada interaksi yang terjadi pada masyarakat dan
kekuatan sosial di dalam masyarakat. Kekuatan sosial masyarakat, yang umumnya
berbentuk pemerintahan – organisasi sektor publik ini, dapat diklasifikasikan dalam:
a. Semangat kapitalisasi (Capitalistic Spirit).
b. Peristiwa politik dan ekonomi (Economic and Politic Event).
c. Inovasi teknologi (Technology Inovation).
Pengertian/definisi Akuntansi Pemerintahan menurut Revrisond Baswir adalah:
“Akuntansi Pemerintahan (termasuk di dalamnya akuntansi untuk lembaga-lembaga
yang tidak bertujuan mencari laba lainnya), adalah bidang akuntansi yang berkaitan
dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari
laba”. Akuntansi Sektor Publik juga dapat didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan
analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-
lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah,
BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial.
Ciri-ciri umum entitas yang menjalankan akuntansi pemerintahan adalah :
a. Non-Profit Motive
b. Sumber Pendanaan dari pajak, retribusi, utang, obligasi pemerintah, laba
BUMN/BUMD, penjualan aset negara dsb.
c. Pertanggungjawaban keuangan dan operasional kepada masyarakat (publik)
dan parlemen (DPR/DPRD).
d. Struktur Organisasi bersifat birokratis, kaku, dan hierarkis.
e. Karakteristik anggaran terbuka untuk publik.
Berdasarkan pengertian di atas Akuntansi Pemerintahan adalah akuntansi yang
digunakan dalam suatu organisasi pemerintahan / lembaga yang tidak bertujuan untuk
mencari laba, dan merupakan suatu bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang utuh.
Pemerintah sebagai entitas yang menjalankan akuntansi publik
memiliki tujuan menjalankan pemerintahan dengan baik dan supaya tujuan negaranya
menjadi terwujud. Tujuan akuntansi pemerintahan memang bukan mutlak mencari laba,
namun bukan berarti diharamkan mencari laba. Atas nama terselenggaranya kehidupan
bernegara lebih baik, laba dapat juga diambil, tentu dengan mementingkan pelayanan
kepada masyarakat terlebih dahulu.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks
dibandingkan sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya
disebabkan keluasan jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, tetapi juga
kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut.
Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan
pemerintahan (Pemerintah Pusat dan Daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan
milik negara dan daerah (BUMN dan BUMD), yayasan, universitas, organisasi politik
dan organisasi massa, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

B. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Sebagai Regulasi Terkini di Indonesia


Dalam UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 1 angka 13, 14, 15,
dan 16, dapat dilihat bahwa definisi pendapatan dan belanja negara/daerah berbasis
akrual karena disana disebutkan bahwa : Pendapatan negara/daerah dalah hak
pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan
Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. Namun kita diperkenankan untuk transisi karena saat
itu praktik yang ada adalah dengan menggunakan basis kas, dimana pendapatan dan
belanja diakui saat uang masuk/keluar ke/dari kas umum negara/daerah.
Dispensasi ini tercantum dalam Pasal 36 ayat 1 UU 17 Tahun 2003 yang intinya
ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun, artinya sampai dengan
tahun 2008. Untuk masa transisi itulah PP 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah terbit, dimana kita memakai basis Kas Menuju Akrual (Laporan Realisasi
Anggaran berdasarkan basis kas, Neraca berdasarkan basis Akrual). Dalam
pelaksanaan PP 24 Tahun 2005 tersebut hingga Laporan Keuangan Pemerintah tahun
2008 selesai diaudit di tahun 2009, ternyata opini yang didapat pemerintah saat itu
masih menyedihkan. Untuk itulah, Pemerintah akhirnya berkonsultasi dengan Pimpinan
DPR, dan disepakati bahwa basis akrual akan dilaksanakan secara penuh mulai tahun
2014.
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti
dengan aturan-aturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk
pemerintah pusat maupun Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah.
Ada yang berbeda antara PP 71 tahun 2010 ini dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun
2010 terdapat 2 buah lampiran.
PP No 24 Tahun 2005 PP No 71 Tahun 2010
(Basis Kas Menuju Akrual) (Basis Akrual)

o Laporan Realisasi o Laporan Realisasi Anggaran


Anggaran (LRA) o (LRA)
o Neraca o Laporan Perubahan Saldo
o Laporan Arus Kas o Anggaran Lebih (LSAL)
o  Catatan atas Laporan o Neraca
keuangan o Laporan Arus kas
o Laporan Operasional (LO)
o Laporan Perubahan Ekuitas
o Catatan Atas Laporan Keuangan

Lampiran I merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang


akan dilaksanakan selambat-lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II
merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Kas Menuju Akrual yang hanya
berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan pemberlakuan akan
ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri), sedangkan
Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk
menerapkan SAP Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan lampiran
yang memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa
perubahan sedikit pun.
Perbedaan mendasar dari sisi jenis laporan keuangan antara Lampiran I dan
Lampiran II adalah sebagai berikut:
Lampiran I
 Laporan Anggaran (Budgetary Reports): Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
 Laporan Keuangan (Financial Reports): Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan
Lampiran II
 Laporan terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Dengan perbedaan jenis Laporan Keuangan yang akan dihasilkan, otomatis
penjelasan pada setiap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang
terkait dengan masing-masing Laporan Keuangan akan mengalami perubahan.
Perbedaan daftar isi pada Lampiran I dan Lampiran II adalah sebagai berikut:
Lampiran I
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
- PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;
- PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
- PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
- PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
- PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
- PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
- PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
- PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan,
Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi
yang Tidak Dilanjutkan;
- PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
- PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
Lampiran II
- Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
- PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
- PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
- PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
- PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
- PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
- PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
- PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
- PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;
- PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
Kedua daftar isi hampir serupa karena memang kebijakan yang diambil oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintah saat mengembangkan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis akrual ini adalah dengan beranjak dari PP 24 tahun 2005 yang
kemudian dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap PP 24 tahun 2005 itu sendiri.
Dengan strategi ini diharapkan pembaca PP 71 tahun 2010 nantinya tidak mengalami
kebingungan atas perubahan-perubahan tersebut karena lebih mudah memahami
perubahannya dibandingkan jika langsung beranjak dari penyesuaian atas International
Public Sector of Accounting Standards (IPSAS) yang diacu oleh KSAP.
C. Akuntansi Perusahaan vs Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi Perusahaan dengan Akuntansi Pemerintahan berbeda disebabkan
karena perbedaan sifat dan karakteristik. Perbedaan karakteristik perusahaan dengan
entitas pemerintahan (diolah dari berbagai sumber, e.g. Mardiasmo (2002) dan Bastian
(2001)) seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini

Akuntansi pemerintahan dan akuntansi komersial memiliki persamaan dan


perbedaan yang menurut BPKP (2002 : 40) persamaan akuntansi pemerintahan dan
akuntansi komersial adalah :
1) Memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil operasi.
2) Mengikuti prinsip-prinsip dan standar akuntansi yang diterima secara umum.
3) Merupakan bagian terpadu dari sistem ekonomi yang sama dan juga
menggunakan sumber daya yang langka untuk mencapai tujuan.
4) Menggunakan dan mengkonversi sumber daya yang langka yang akan diolah
untuk menghasilkan barang dan jasa dalam bentuk yang lebih berguna.
5) Menghasilkan laporan keuangan.
6) Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan informasi yang sangat
bergunan bagi proses pengambilan keputusan.
7) Memerlukan informasi yang akurat.

Keterangan Pemerintahan Perusahaan


Tujuan entitas Non-Laba Laba/orientasi profit
Pajak , retribusi , utang , Laba ditahan ,
penerbitan obligasi penjualan asset, utang
Sumber pendanaan pemerintah, laba bank , penerbitan
BUMN/BUMD, saham, penerbitan
penjualan asset negara obligasi
Masyarakat ( public )
Para pemegang saham
Pertanggungjawaban dan parlemen
dan kreditor
( DPR/DPRD )
Sruktur organisasi Birokratis Fleksibel
Karakteristik anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
Stakeholder Lingkup luas Lingkup sempit
Jadi, meskipun memiliki perbedaan, pada dasarnya fungsi akuntansi dalam
bidang apapun adalah sama yaitu menyajikan informasi bagi berbagai pihak tentang
kejadian-kejadian ekonomi sebagai dasar pengambilan keputusan.
Namun selain fungsi umum, akuntansi pemerintahan memiliki fungsi khusus,
yaitu :
1) Menghitung layanan yang dicapai oleh pemerintah.
2) Membantu mengamankan dan mengawasi semua hak dan kewajiban
pemerintah khususnya dari segi ukuran finansial.
3) Memberikan informasi yang sangat berguna kepada para pihak yang
berkepentingan.
4) Mengukur efektifitas dan efisiensi kinerja eksekutif di dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya.
Pendapat lain dikemukakan oleh BPKP bahwa fungsi dari akuntansi
pemerintahan adalah :
1) Pertanggungjawaban
Akuntansi pemerintahan memberikan informasi keuangan yang lengkap,
cermat dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang
bertanggungjawab yang berkaitan dengan unit-unit pemerintahan.
2) Manajerial
Akuntansi pemerintahan menyediakan informasi keuangan yang diperlukan
untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian
anggaran, perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan serta penilaian
kinerja pemerintah.
3) Pengawasan
Akuntansi pemerintahan memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan efektif
dan efisien oleh aparat pengawasan fungsional.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi
akuntansi pemerintahan adalah untuk memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa
pemerintahan berjalan dalam koridor yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
D. Ruang Lingkup Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi pemerintahan tidak hanya berisi tentang penjelasan yang diberikan


pemerintah nasional tetapi diberikan juga oleh PBB ( Perserikatan Bangsa-Bangsa ) (A
Manual Government Accounting) yang dapat diringkas sebagai berikut (dalam Bachtiar
Arif dkk, 2002:9):
1) Dapat memenuhi persyaratan Undang-Undang Dasar, Undang-Undang dan
Peraturan lain.
Akuntansi Pemerintah dirancang untuk memenuhi persyaratan-persyaratan
yang ditentukan oleh Undang-Undang Dasar, UU dan Peraturan lain. Apabila
terdapat dua yaitu untuk kepentingan efisiensi dan ekonomis di satu sisi,
sedangkan di sisi lain hal tersebut bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar, UU atau Peraturan lainnya, maka akuntansi tersebut harus disesuaikan
denganUndang-Undang Dasar, Undang-Undang dan Peraturan lainnya.
2) Dikaitkan dengan klasifikasi anggaran.
Sistem Akuntansi Pemerintahan harus dikembangkan sesuaidengan klasifikasi
anggaran yang telah disetujui pemerintah danlembaga legeslatif. Fungsi
anggaran dan akuntansi harus salingmelengkapi didalam pengelolaan
keuangan negara serta harusdiintegrsikan.
3) Perkiraan-perkiraan harus diselenggarakan.
Sistem Akuntansi Pemerintah harus mengembangkan perkiraan-perkiraan
untuk mencatat transksi-transaksi yang terjadi. Perkiraan-perkiraan yang dibuat
harus dapat menunjukkan akuntabilitas keuangan negara yang andal dari sisi
obyek dan tujuan penggunaan dana serta pejabat atau organisasi yang
mengelolanya.
4) Memudahkan pemeriksaan oleh aparatur pemerintah.
Sistem Akuntansi Pemerintah yang dikembangkan harus memungkinkan
aparat pemeriksaan untuk melakukan tugasnya.
5) Sistem akuntansi harus terus dikembangkan.
Dengan adanya perubahan lingkungan dan sifat transaksi, sistem Akuntansi
Pemerintah harus terus disesuaikan dan dikembangkan sehingga tercapai
efisiensi, efektivitas dan relevansi.
6) Perkiraan-perkiraan yang harus dikembangkan secara efektif.
Sistem Akuntansi Pemerintah harus mengembangkan perkiraan-perkiraan
secara efektif sehubungan dengan sifat dan perubahanlingkungan sehingga
dapat mengungkapkan hasil ekonomi dankeuangan dari pelaksanaan suatu
program.
7) Sistem harus dapat melayani kebutuhan dasar informasi keuangan guna
pengembangan rencana dan program.
Sistem Akuntansi Pemerintah harus dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan para pengguna informasi keuangan yaitu, pemerintah, rakyat
(lembaga legeslatif), lembaga donor, Bank Dunia, dan lain sebagainya.
8) Pengadaan suatu perkiraan
Perkiraan-perkiran yang dibuat harus memungkinkan analisis ekonomi atas
data keuangan dan mereklasifikasi transaksi-transaksi pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam rangka pengembangan perkiraan-perkiraan nasional.

E. Proses Penyusunan SAP

Komite standar yang dibentuk Menteri Keuangan sampai dengan pertengahan


tahun 2004 telah menghasilkan draf SAP yang terdiri dari kerangka konseptual dan 11
pernyataan standar, semua kerangka tersebut disusun melalui Due Process.
Proses penyusunan (Due Process) yang digunakan adalah proses yang berlaku
umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di
Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang
mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan standar
yang ditetapkan. Tahap – tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi Topik untuk dikembangkan menjadi standar.
b) Konsultasi topik kepada komite pengarah
c) Pembentukan kelompok kerja (Pokja) dalam KSAP.
d) Riset terbatas oleh kelompok kerja.
e) Penulisan draf SAP oleh kelompok kerja.
f) Pembahasan draf oleh komite kerja.
g) Pengambilan keputusan draf untuk dipublikasikan.
h) Peluncuran draf publikasian SAP (exposure draft).
i) Dengar pendapat terbatas (limited hearing) dan dengar pendapat publik
(public hearings).
j) Pembahasan tanggapan dan masukan terhadap draf publikasian.
k) permintaan pertimbangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
l) pembahasan tanggapan BPK
m) Finalisasi standar.
n) pemberlakuan standar
o) sosialisai awal standar
Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, standar dibahas bersama dengan
Tim Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan pembahasan
berdasarkan masukan – masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian KSAP
meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan. Namun draf SAP ini
belum diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan dengan Keppres.
Sehubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004
dibentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintahan. Komite ini segera bekerja untuk
kembali menyempurnakan draf SAP yang pernah diajukan kepada BPK agar pada awal
tahun 2005 dapat segera ditetapkan.
Draf SAP pun diajukan kembali kepada BPK pada bulan November 2004 dan
mendapatkan pertimbangan dari BPK pada bulan Januari 2005. BPK meminta langsung
kepada Presiden RI untuk segera menetapkan Standar Akuntasi Pemerintahan dengan
Peraturan Pemerintah (PP). Proses penetapan PP SAP pun berjalan dengan Koordinasi
antara Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, dan Departemen Hukum dan HAM,
serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan oleh Presiden tanggal 13 Juni
2005.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi
Pemerintahan terdiri dari:
1. PSAP 01: Penyajian Laporan Keuangan.
2. PSAP 02: Laporan Realisasi Anggaran.
3. PSAP 03: Laporan Arus Kas.
4. PSAP 04: Catatan Atas Laporan Keuangan.
5. PSAP 05: Akuntasi Persediaan.
6. PSAP 06: Akuntasi Investasi.
7. PSAP 07: Akuntansi Aset Tetap.
8. PSAP 08: Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan.
9. PSAP 09: Akuntansi Kewajiban.
10. PSAP 10: Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa.
11. PSAP 11: Laporan Keuangan Konsolidasian.\

PP No 71 Tahun 2010(Basis Akrual)

 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


 Neraca

 Laporan Arus Kas

 Catatan atas Laporan keuangan

 Laporan Realisasi Anggaran

 (LRA)

 Laporan Perubahan Saldo

 Anggaran Lebih (LSAL)

 Neraca

 Laporan Arus kas

 Laporan Operasional (LO)

 Laporan Perubahan Ekuitas

 Catatan Atas Laporan Keuangan

Dengan adanya SAP maka laporan keuangan pemerintah pusat / daerah akan
lebih berkualitas (dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan). Dan
laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh BPK untuk diberikan opini dalam
rangka meningkatkan kredibilitas laporan, sebelum disampaikan kepada para
stakeholder antara lain: pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD (legislatif), investor, kreditor
dan masyarakat pada umumnya dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas keuangan
negara.

Penerapan SAP Berbasis Akrual

Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui


pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual,
serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.

SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi
dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku
penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan
pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran III
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

SAP Berbasis Kas Menuju Akrual

Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis
kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut
mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri.

Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan memperhatikan


urutan persiapan dan ruang lingkup laporan. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan
dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Sebelumnya, SAP Berbasis Kas Menuju Akrual digunakan dalam SAP berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat lima tahun. Karena
itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 digantikan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.

PSAP Dalam Dua Basis SAP

SAP tercantum dalam dua lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Lampiran I untuk SAP Berbasis Akrual dan Lampiran II untuk SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual.

PSAP Tentang SAP SAP Berbasis


No. Berbasis Kas Menuju
Akrual Akrual

Kerangka Konseptual Akuntansi Lampiran Lampiran



Pemerintahan I.01 II.01

PSAP Lampiran Lampiran


Penyajian Laporan Keuangan
01 I.02 II.02

PSAP Laporan Realisasi Anggaran Lampiran Lampiran


02 (LRA) Berbasis Kas I.03 II.03

PSAP Lampiran Lampiran


Laporan Arus Kas
03 I.04 II.04

PSAP Catatan atas Laporan Keuangan Lampiran Lampiran


04 (CALK) I.05 II.05

PSAP Lampiran Lampiran


Akuntansi Persediaan
05 I.06 II.06

PSAP Lampiran Lampiran


Akuntansi Investasi
06 I.07 II.07

PSAP Lampiran Lampiran


Akuntansi Aset Tetap
07 I.08 II.08

PSAP Akuntansi Konstruksi Dalam Lampiran Lampiran


08 Pengerjaan I.09 II.09

PSAP Lampiran Lampiran


Akuntansi Kewajiban
09 I.10 II.10

PSAP Koreksi Kesalahan, Perubahan Lampiran Lampiran


Kebijakan Akuntansi, Perubahan
10 Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang I.11 II.11
Tidak Dilanjutkan

PSAP Lampiran Lampiran


Laporan Keuangan Konsolidasian
11 I.12 II.12

PSAP Laporan Operasional Lampiran



12 (LO) I.13

Perubahan PSAP

Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP, perubahan tersebut diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari BPK. Rancangan
perubahan PSAP disusun oleh KSAP sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam
penyusunan SAP. Rancangan perubahan PSAP disampaikan oleh KSAP kepada Menteri
Keuangan. Menteri Keuangan menyampaikan usulan rancangan perubahan PSAP kepada
BPK untuk mendapat pertimbangan. Yang dimaksud dengan “perubahan” adalah
penambahan, penghapusan, atau penggantian satu atau lebih PSAP.

F. Tantangan yang dihadapi Akuntansi Pemerintahan


1) Komitmen dari pimpinan
Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu
perubahan. Diundangkannya tiga paket keuangan negara serta undang undang
pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak eksekutif dan
pihak legislatif untuk memperbaiki sistem keuangan negara yang di dalamnya
juga termasuk perbaikan atas akuntansi pemerintahan. Yang menjadi ujian
sekarang adalah bagaimana penerapan dari perubahan akuntantansi
pemerintahan dalam pencatatan dan pelaporan oleh Departemen/Lembaga di
pemerintah pusat dan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk pemerintah daerah. Sistem
akuntansi pemerintah pusat mengacu kepada pedoman yang disusun oleh
Menteri Keuangan.
Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu kepada peraturan daerah tentang
pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah
disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Karena
pengaturan yang jelas dalam perundang-undangan, nampaknya penerapan
akuntansi pemerintahan akan memperoleh dukungan yang kuat dari para
pimpinan Departemen/Lembaga di pusat dan Gubernur/Bupati/Walikota di daerah.
2) Tersedianya SDM yang kompeten
Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan
masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK selambatnya 3
(tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh BPK tadi diserahkan oleh Presiden kepada DPR dan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota kepada DPRD.
Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM
yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut
sangat terasa, apalagi untuk masa awal penerapan akuntansi pemerintahan.
Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun
perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya
memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah
timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan. Di
samping itu, peran dari perguruan tinggi tidak kalah pentingnya untuk memenuhi
kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.
3) Resistensi terhadap perubahan
Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang
sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan.
Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi
sehingga penerapan akuntansi pemerintahan dapat berjalan dengan baik.
4) Lingkungan/masyarakat
Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan
dari penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu
memahami laporan keuangan pemerintah sehingga dapat mengetahui dan
memahami penggunaan atas penerimaan pajak yang yang diperoleh dari
masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan dukungan yang
positif dari masyarakat akan mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan
akuntabel dalam menjalankan pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
ACADEMIA.Edu
https://www.academia.edu/25233565/MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHA
N_SAP_

Anda mungkin juga menyukai