Laporan Praktikum 3 - NINA YELLY TAMARA - 1914241001 - NTP A Fix
Laporan Praktikum 3 - NINA YELLY TAMARA - 1914241001 - NTP A Fix
Oleh
1914241001
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN
Usaha dalam bidang petenakan kaming banyak keuntungan yang bisa diperoleh
pelaku usaha bersangkutan. Kambing merupakan salah satu jenis ternak
ruminansia penghasil daging yang cukup potensial. Kambing dapat
memanfaatkan bahan alami dan hasil ikutan industri yang tidak dikonsumsi oleh
manusia sebagai bahan pakan. Kambing yang baik untuk diternakkan atau
dipelihara tergantung dari tujuan kita beternak atau memelihara kambing. Jika
hanya sebagai usaha sambilan untuk cepat memperoleh anak dan setelah besar
langsung di jual sebagai ternak potong, kiranya dapat dimulai dengan kambing
kacang berhubung produksi dagingnya memadai. Bila tujuannya untuk produksi
daging dan susu, maka kambing yang dipelihara yaitu kambing Peranakan Etawah
(PE) atau Etawah Tulen untuk daerah panas, dan peranakan Saanen untuk daerah
pegunungan.
1.2 Tujuan
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pakan dan iklim terhadap tubuh ternak.
Adapun praktikum ini dilakukan di kediaman Mbah Margono, Jl. Karya Bakti,
Gg. Melati, Sinar Harapan, Kel. Rajabasa, Kec. Rajabasa, Kab. Bandar Lampung
pada tanggal 21 April-21 Mei 2021.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil
Hari 1
Ternak lama
frekuensi
jam menit
1 6 20 18
2 6 16 23
Tabel 3.Rata-rata pakan yang diberikan dan yang dikonsumsi kan per hari
hari 1
ternak Pemberian sisa konsumsi
Hijauan Konsentrat hijauan konsentrat hijauan konsentrat
1 400 gr 0 132.7 gr 0 267.3 gr 0
265.38
2 396,8 gr 0 131.42 gr 0 gr 0
Tabel 5.Temperatur kandang
hari pengamatan
waktu
hari 1
08:00 28⁰
12:00 31.2⁰
16:00 27.8⁰
hari pengamatan
waktu
hari 1
08:00 79%
12:00 74%
16:00 80%
hari 1
ternak waktu
08.00 12.00 16:00
1 52/menit 48/menit 68/menit
2 55/menit 49/menit 69/menit
hari 1
ternak waktu
08.00 12.00 16:00
1 119/menit 105/menit 130/menit
2 120/menit 107/menit 135/menit
Tabel 9.Rata-rata Temperatur Rektal/periode
hari 1
ternak waktu
08.00 12.00 16:00
1 39.6 39.8 39.7
2 38.6 39 39.5
hari 1
ternak
lama frekuensi rerata
1 03.02 menit 16 kali
2 02.45 menit 14 kali
ternak hari 1
1 10 kali
2 13 kali
Tabel 14.Lama Tiduran/hari
ternak hari 1
1 43.35 menit
2 46.53 menit
2.2 Pembahasan
Ternak ruminansia seperti kambing membutuhkan serat kasar dan protein untuk
memenuhi ransum dalam pakan nya yaitu sumber serat kasar adalah hijauan segar.
Oleh Karena itu, pada kambing penggemukan di butuhkan hijauan yang lebih
banyak untuk pertumbuhan yang lebih cepat dan biaya yang minim.
Hubungan yang umum diketahui antara kandungan serat dan aktivitas mengunyah
adalah meningkatnya resistensi partikel terhadap pengunyahan dengan
meningkatnya kandungan serat pakan. Atau dengan kata lain semakin tinggi
kandungan serat pakan maka akan meningkatkan lama makan dan lama ruminasi
(Zhao dkk., 2009). Dalam hal ini kambing mengkonsumsi hijauan yang berarti
memiliki kandungan serat yang tinggi mempengaruhi lama makan. Lama makan
adalah jumlah waktu (jam) yang digunakan ternak kambing percobaan untuk
mengonsumsi pakan dalam waktu 24 jam.
Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh
faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur
lingkungan. Palatabilitas juga dapat mempengaruhi konsumsi makan kambing.
Palatabilitas itu sendiri adalah sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat
dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang
dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin,
manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya
tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat
pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini dapat
mempengaruhi jumlah konsumsi pakan, yang dimana hijauan yang diberikan
kepada kaming harus dipotong potong agar kambing juga lebih mudah
mencernanya.
Berdasarkan pengukuran bobot badan kambing adalah bobot badan awal pada
kambing pertama yaitu 16,9 kg dan bobot akhir 17,4 kg. Selama 1 bulan, kambing
pertama mengalami pertambahan bobot badan sebesar 0,5 kg yang berarti
pertambahan bobot badan harian mencapai 0,0166 kg/hari.
Pada kambing kedua, bobot badan perharinya bertambah sebesar 0,05 kg dengan
bobot badan awal yaitu 14,1 kg dan bobot badan akhir mencapai 15,6 kg. Ini
menunjukkan pertambahan bobot badan selama 30 hari sebanyak 1,5 kg.
Pengamatan kambing pertama pada pukul 08.00 hasilnya 39.6⁰C, pada pukul
12.00 yaitu 39.8⁰C, dan pada pukul 16.00 yaitu 39.7⁰C. Selanjutnya kambing
kedua diamati, hasilnya tidak jauh berbeda dengan kambing pertama. Pada jam
08.00 yaitu 38.6⁰C, pada pukul 12.00 hasilnya 39⁰C, dan pada pukul 16.00 yaitu
39.5⁰C. Menurut Frandson (1996) suhu rektal kambing pada kondisi normal
adalah 38.5 - 40 C., berdasarkan literasi tersebut berarti bahwa denyut jantung
pada ke-2 kambing yang saya amati termasuk dalam kategori normal.
Rata-rata lama remastikasi dan frekuensi/hari kambing pertama yaitu 03.02 menit
seanyak 16 kali, kambing kedua 02.45 menit sebanyak 14 kali. Seekor domba
rata-rata melakukan ruminasi selama delapan jam, walaupun aktivitas ini bisa
dikendalikan sesuai kehendak, misalnya remastikasi pada saat pengeluaran bolus
bergantung juga pada keadaan sekitar. Bolus yang terbentuk setelah regurgitasi
dan pengunyahan akan dikeluarkan untuk diremastikasi. Material yang di
regurgitasi biasanya terdiri atas hijauan dan cairan. Satu kali remastikasi biasanya
berlangsung rata-rata satu menit (Frandson, 1993). Hal ini menunjukan
penyimpangan dari literature tersebut yang kemungkinan terjadi kesalahan saat
mengamati lama remastikasi dan frekuensi/hari. Pada umumnya remastikasi
biasanya dilakukan saat ternak sedang istirahat.
Lama istirahat adalah waktu (jam) yang digunakan ternak kambing percobaan
untuk beristirahat (tidak melakukan aktifitas makan, ruminasi, berjalan) dalam
waktu 24 jam. Pada pengamatan ini kambing pertama melakukan istirahat/tiduran
sebanyak 10 kali selama 43.35 menit, sehingga dalam sehari rataan lama istirahat
yaitu 7.06 jam. Kambing kedua istirahat/tiduran sebanyak 13 kali selama 46.53,
sehingga dalam sehari rataan lama istirahat yaitu 9.12 jam. Kisaran lama istirahat
tersebut berada pada kisaran normal. Menurut Jalali dkk, (2012) yaitu 9,9 sampai
12,3 jam per hari.
III. KESIMPULAN
3.1 Lama dan frekuensi makan perhari memiliki hubungan erat dengan rata rata
pakan yang dikonsumsi perhari, pakan hijauan yang dipotong potong akan lebih
mudah dimakan oleh ternak sehingga pakan yang dikonsumsi pun lebih banyak.
Hasil dari pengamatan ini berada dalam kisaran normal.
3.2 Penimbangan pertambahan bobot badan kambing pertama yaitu 1,6 kg selama
sebulan (PBBH 0,533 kg/hari). Kambing kedua pertambahan bobot badannya
sebanyak 1,5 kg selama 1 bulan (PBBH 0,5 kg/hari).
3.4 Semakin tinggi kandungan serat pakan maka akan meningkatkan lama makan
dan lama ruminasi ternak. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk
butiran (hijauan yang dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan
seutuhnya sehingga konsumsi pakan meningkat dan kambing juga lebih mudah
mencernanya. Iklim yang panas dapat mempengaruhi fisiologis ternak, makin
cepat denyut nadi, respirasi, makin sering ternak tiduran dan juga menyebakan
suhu rektal naik.
DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-3. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandonob & K.
Praseno). 600-609
Igono MO, Johnson HD. 1990. Physiological stress index of lactating dairy cows
based on diurnal pattern of rectal temperature. Journal of Interdisciplinary
Cycle Research 21(4):303-320.
Jalali AR, Noorgaard P, Weisbjerg MR, Nielsen MO. 2012. Effect of forage
quality on intake, chewing activity, faecal particle size distribution, and
digestibility of neutral detergent fibre in sheep, goats and ilamas. Small
Ruminant Res. 103:143151.
Nurasih, E., 2005. Kecernaan Zat Makanan dan Efisiensi Pakan pada Kambing
Peranakan Ettawa yang Mendapat Ransum dengan Sumber Serat Berbeda.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Parakkasi, A. 2001. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas
Indonesia. Jakarta.