Anda di halaman 1dari 11

Makalah Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral)
dari keseluruhan program pendidikan. Program bimbingan menunjang tercapainya tujuan
pendidikan yaitu perkembangan individu secara optimal. Oleh karena itu, kegiatan
bimbingan dan konseling harus diselenggarakan dalam bentuk kerjasama sejumlah orang
untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan secara teratur, sistematik
dan terarah atau berencana, agar benar-benar berdaya dan berhasil guna bagi
pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses
pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi
antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik,
sedangkankan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi
kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi pendidikan,
sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling.

Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan


yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di
sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dengan
demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan
pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.

Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, bahwa pemberian layanan


bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

 Dalam ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut dilakukan agar setiap


permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak
menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai
prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan
pembelajaran yang cukup berarti.

Realitas di lapangan, menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam pelaksanaan


bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung
jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan layanan bimbingan
konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa.

Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling tersirat


bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin
akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak adanya kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah, tidak
hanya dengan layanan saja, tetapi harus ada kegiatan pendukungnya.

Berdasar latar belakang tersebut di atas, penulis tergerak untuk melakukan telaah
mengenai kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

B.   Identifikasi Masalah

1).  Pengertian Kegiatan Pendukung

2).  Macam – Macam Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

C.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka persoalan mendasar yang hendak ditelaah
dalam makalah ini adalah bagaimana sebetulnya tujuan dari 5 aspek kegiatan pendukung
yang dilakukan?

 BAB II

PEMBAHASAN

A.   Pembahasan Pokok Bahasan

1.    Pengertian Kegiatan Pendukung bimbingan dan konseling

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mengumpulkan data
dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan  keterangan tentang lingkungannya,
baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya.

Kegiatan ini dimaksudkan agar para pembimbing dan dosen lebih mudah memahami
potensi dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi klien. dengan kegiatan pendukung ini
diharapkan akan terkumpul data-data yang akurat yang dihadapi oleh seorang klien.

2.    Macam – Macam Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling


Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah
dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung Dalam hal ini,
terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu:

a.    Aplikasi Instrumentasi

Aplikasi Instrumentasi adalah  upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan


memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan
untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam  bentuk layanan konseling.

Aplikasi instrumentasi digunakan dan mendukung penyelenggaraan jenis-jenis


layanan dan kegiatan pendukung  mulai dari perencanaan program, penetapan inidividu,
menetapkan materi layanan, sebagai  bahan evaluasi dan pengembangan program.

Yang perlu diperhatikan dalam aplikasi instrumentasi ini adalah: a). Materi yang
hendak diungkapkan, b). bentuk instrument yang hendak digunakan. Dan juga dibantu
dengan responden yang bertugas untuk  mengerjakan instrument baik tes maupun non-
tes[1] melalui pengadministrasi yang diselenggarakan oleh Konselor.

Konselor sebagai pengguna hasil instrument  digunakan dalam melaksanakan


layanan konseling. Untuk tes psikologis Konselor dapat  bekerjasama dengan psikolog
(kolaborasi professional).

Aplikasi instrumentasi digunakan dan mendukung penyelenggaraan jenis-jenis


layanan dan kegiatan pendukung  mulai dari perencanaan program, penetapan inidividu,
menetapkan materi layanan, sebagai  bahan evaluasi dan pengembangan program.

Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah

1)    Perencanaan

Menetapkan objek  yang akan diukur, menetapkan subjek, menetapkan/menyusun


instrument, menetapkan prosedur, menetapkan fasilitas, menyiapkan kelengkapan
administrative.

2)    Pelaksanaan

Mengkomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi instrumentasi, mengorganisasikan


kegiatan instrument, pengadministrasi, mengolah jawaban intrumen, menafsirkan dan
menetapkan arah penggunaan hasil intrumen.

3)    Eveluasi dan Analisis

Menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur, melaksanakan evaluasi dan


mengolah serta menafsirkan hasil evaluasi. Serta menganalisis dengan Menetapkan
norma/standar analisis, melakukan asanalisis dan menafsirkan hasil analisis.

4)    Tindak Lanjut
Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut aplikasi instrumentasi, mengkomunikasikan 
rencana tindak lanjut dan melaksanakan tindak lanjut. Dan juga menyusun laporan aplikasi
instrumentasi, menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.

b.    Himpunan Data

Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang
relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan
secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Kegiaran ini
memiliki fungsi pemahaman.

Konselor sebagai penyelenggara Himpunan data memiliki fungsi:  Menghimpun data,


mengembangkan data dan menggunakan data

Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah

1)    Perencanaan

Menetapkan jenis dan klasifikasi data serta sumber-sumbernya, menetapkan  bentuk


himpunan data, menetapkan dan manata fasilitas, menetapkan mekanisme pengisian,
pemeliharaan dan penggunaan serta menyiapkan kelengkapan administrative.

2)    Pelaksanaan

Memetik dan memasukkan ke dalam HD sesuai dengan klasifikasi, memanfaatkan data,


memelihara dan mengembangkan HD.

 3)    Evaluasi dan Analisis

Mengkaji evisiensi sistematika dan penggunaan fasilitas  yang digunakan, memerikasa


kelengkapan, keakuratan, keaktualan dan kemanfaatan HD, serta melaksanakan analisis
terhadap hasil evaluasi berkenaan dengan kelengkapan, keakuratan, keaktualan,
kemanfaatan dan efisiensi penyelenggaraannya.

4)    Tindak Lanjut

Dalam hal ini adalah mengembangkan himpunan data yang  mencakup: bentuk,
klasifikasi dan sistematika data, kelengkapan, keakuratan, ketepatan dan keaktualan data,
kemanfaatan data, Penggunaan teknologi. Data yang terhimpun harus dimanfaatkan untuk
sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling[2].   Teknis
penyelenggaraan serta menyusun laporan HD, menyampaikan laporan dan
mendokumentasi laporan.

c.    Konfrensi Kasus

Konferensi kasus adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam
suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi
kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh
keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat
terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien. Kegiatan konferensi kasus
memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan serta tidak menyinggung klien[3].

Operasionalisme dalam kegiatan ini adalah :

1)    Perencanaan

Konferensi kasus harus dibicarakan terlebih dahulu dan mendapat persetujuan dari klien
yang bermasalah. Dan seluruh peserta pertemuan harus diyakinkan oleh konselor dan
memiliki sikap yang teguh untuk merahasiakan segenap aspek dari kasus yang dibicarakan.

2)    Pelaksanaan

Konselor harus mengarahkan pembicaraan sehingga seluruh peserta dapat


mengemukakan data atau keterangan yang mereka ketahui dan mengembangkan pikiran
untuk memecahkan masalah siswa[4].

3)    Analisis dan Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari konferensi kasus yang sukses apabila konselor memperoleh
data atau keterangan tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa dan
terbangunnya komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya pengentasan
masalah siswa.

4)    Tindak Lanjut

Seluruh hasil pertemuan dicatat dan didokumentasikan secara rapi oleh konselor dan
sebanyak-banyaknya dipergunakan untuk menunjang jenis-jenis layanan masalah siswa
yang bersangkutan.

d.    Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan,


kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui
kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan
untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga
untuk mengentaskan permasalahan klien. Kegiatan kunjungan rumah memiliki fungsi
pemahaman dan pengentasan.

Dalam hal ini Kasus Diidentifikasi terlebih dahulu dan dianalisis perlu tidak diadakannya
Kunjungan Rumah sebagai tindak lanjut dari penanganan kasus tersebut. KR menjangkau
lapangan permasalahan klien  yang  menjangkau kehidupan keluarga dan terlaksanakan
yaitu menghubungi  pihak-pihak terkait dengan keluarga. Materi yang perlu diperhatikan
dihadapan orang tua tidak boleh melanggar asas kerahasiaan klien, dan intinya semata-
mata  untuk memperdalam masalah klien, serta tidak merugikan klien. Peran klien sendiri
sangat penting dalam kegiatan ini, yaitu klien menyetujui Kunjungan Rumah yang akan
dilakukan konselor dan  mempertimbangkan perlu tidaknya ia terlibat saat kunjungan rumah.
Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah

1)    Perencanaan

Menetapkan kasus yang memerlukan KR, meyakinkan klien akan KR, menyiapkan  data
dan informasi yang akan dikomunikasikan dengan keluarga, menetapkan materi KR dan
meyiapkan kelengkapan administrasi.

2)    Pelaksanaan

Pelaksanaannya adalah mengkomunikasikan rencana pelaksanaan KR, melakukan KR


berupa: Bertemu anggota  keluarga (ortu/wal), Membahas masalah klien, Melengkapi data,
Mengembangkan komitmen, Menyelenggarakan konseling keluarga , dan merekam dan
menyimpulkan hasil KR

3)    Evaluasi dan Analisis

Mengevaluasi proses pelaksanaan KR, mengevaluasi kelengkapan dan keakurautan


data hasil KR serta komitmen ortu/wali, mengevaluasi penggunaan data dalam rangka
pengentasan  masalah klien. Dan menganalisis  terhadap efektifitas penggunaan hasil KR
terhadap penanganan kasus.

4)    Tindak Lanjut

Tindakan selanjutnya adalah mempertimbangkan apakah perlu dilaksanakan KR ulang


atau lanjutan dan mempertimbangkan tindak  lanjut layanan dengan menggunakan  hasil
KR  yang lebih lengkap dan akurat. Serta menyusun laporan KR,  menyampaikan laporan
dan mendokumentasi laporan.

e.    Alih Tangan Kasus

Alih tangan kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih
tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan
kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor,
dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan
yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih
kompeten. Fungsi kegiatan ini adalah pengentasan[5].

Sebelum di-ATK-kan maka Konselor hendaknya memperhatikan keadaan kenormalan


klien dan subtansi masalah klien. Yang harus dipertimbangkan dalam Alih tangan kasus ini
adalah karena masalah yang  ada  bukan lagi wewenang Konselor. Konselor  melakukan
kontak awal dengan ahli lain, melalui cara yang  cepat dan tepat. Jika ditanggapi positif oleh
ahli lain yang dihubungi, maka klien  bertemu dengan ahli lain tersebut dengan membawa
surat pengantar jika diperlukan.

Operasionalisasi yang perlu dilakukan dalam Alih tangan kasus ini adalah

1)    Perencanaan
Menetapkan kasus yang akan di ATK, meyakinkan klien akan ATK, menghubung ahli
lain yang menjadi arah ATK, menyiapkan   materi ATK dan kelengkapan administratif.

2)    Pelaksanaan

Mengkomunikasikan rencana ATK kepada pihak terkait dan mengalihtangankan klien


kepada pihak terkait itu.

3)    Evaluasi dan Analisis

Membahas hasil ATK  melalui: Klien, laporan dari ahli lain dan analisis hasil ATK 
kemudian mengkaji hasil ATK terhadap  pengentasan  masalah klien. SertaMelakukan
analisis terhadap efektifitas ATK terhadap pengentsan  masalah  klien secara menyeluruh.

4)    Tindak Lanjut

Tindak lanjut yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan lanjutan oleh konselor
jika diperlukan atau klien memerlukan ATK ke ahli lain lagi. SertaMenyusun laporan kegiatan
ATK,  menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan.

B.   Analisa Masalah

Dijelaskan bahwa tujuan dari beberapa pokok kegiatan pendukung yang tersebut diatas
adalah ada dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan Khusus. Yang dijelaskan sebagai
berikut

 1.    Aplikasi instrumentasi

v  Tujuan umum

Diperolehnya data hasil pengukuran terhadap kondisi tertentu klien.

v  Tujuan Khusus

Terkait dengan fungsi-fungsi konseling  yang didominasi oleh fungsi pemahaman. Dengan
diperolehnya pemahaman, maka dapat diwujudkan fungsi pencegahan dan pengentasan.
Dilain sisi, maka akan diperoleh juga fungsi pengembangan dan pemeliharaan.

2.    Himpunan Data

v  Tujuan Umum

Menyediakan data dalam  kualitas yang baik dan lengkap untuk menunjang
penyelenggaraan pelayanan konseling sesuai dengan kebutuhan sasaran layanan.

v  Tujuan Khusus

Didominasi oleh fungsi pemahaman terhadap individu yang datanya  dihimpun. Ini akan
mewujudkan fungsi pencegahan dan dapat pula fungsi pengentasan terhadap  masalah
individu. Lebih jauh, himpunan data ini dapat dijadikan  bahan dalam melaksanakan fungsi
pengembangan dan  pemeliharaan dan dapatjuga digunakan dalam melindungi hak-hak
individu yang sedang mengalami masalah HAM.

3.    Konferensi Kasus

v  Tujuan Umum

Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen
dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka
pengentasan permasalahan klien.

v  Tujuan Khusus

Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permasalahan
yang dihadapi oleh siswa. Dan terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan sehingga penanganan permasalahan menjadi lebih mudah
dan tuntas.

4.    Kunjungan Rumah

v  Tujuan Umum

Diperolehnya data yang lebih lengkap dan akurat berkenaan dengan  masalah klien serta
digalangnya komitmen  orangtua atau anggota keluarga lainnya dalam rangka penyelesaian
masalah.

v  Tujuan Khusus

Agar terpahaminya permasalahan klien dan upaya pengentasannya. Dari ini dapat
mencegah timbulnya  masalah lagi serta dapat berlanjut untuk mewujudkan fungsi
pengembangan dan pemeliharaan serta advokasi.

5.    Alih Tangan Kasus

v  Tujuan Umum

Klien mendapat layanan yang optimal  atas  masalah yang dialaminya.

v  Tujuan Khusus

Terwujudnya keempat fungsi konseling  tarutama dalam upaya  pengentasan  masalah


klien. Layanan ini juga mewujudkan upaya pemahaman dan pencegahan serta
pengembangan dan pemeliharaan.

BAB III

PENUTUP
A.   Kesimpulan

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mengumpulkan data
dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan  keterangan tentang lingkungannya,
baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya.

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah


dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung Dalam hal ini,
terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu:

1.    Aplikasi Instrumentasi,

Adalah  upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau instrument
tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan
terhadap klien dalam  bentuk layanan konseling.

2.    Himpunan data,

Adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan
keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara
berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Kegiaran ini memiliki
fungsi pemahaman.

3.    Konferensi kasus,

Adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang
dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen
bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan
tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun
komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka
pengentasan permasalahan klien. Kegiatan konferensi kasus memiliki fungsi pemahaman
dan pengentasan.

4.    Kunjungan rumah,

merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama
dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan
membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan
klien. Kegiatan kunjungan rumah memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.

5.    Alih Tangan Kasus

Merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas
permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain
yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli
lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat
dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten. Fungsi
kegiatan ini adalah pengentasan.

Sementara itu tujuan dari kegiatan pendukung bimbingan konseling ini adalah
diperolehnya data – data yang akurat dan baik demi mewujudkan terselesaikannya masalah
– masalah yang dihadapi klien dan juga pemahaman terhadap layanan bimbingan dan
konseling.

B.   Saran-Saran

Saran yang ingin penulis kemukakan dalam kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling ini adalah antara konselor dan klien harus sungguh-sungguh dalam pemecahan
masalah-masalah yang dihadapai klien, demi kepentingan pribadi klien dan konselor
tersebut. Setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang disetujui.

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya


Remaja.

Dewa Ketut Sukardi, Drs, MBA, MM, 2006, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan
Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta

Drs. Ridwan, M.Pd. Penanganan Efektif. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Penerbit 


Pustaka Pelajar. 

[1]
 Drs. Dewa Ketut Sukardi, MB, MM. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

    Konseling Di Sekolah.  Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 74


[2]
 Drs. Dewa Ketut Sukardi, MB, MM. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

    Konseling Di Sekolah.  Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 78


[3]
 Drs. Ridwan, M.Pd. Penanganan Efektif. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.  Penerbit

   Pustaka Pelajar. Hal. 91


[4]
 Drs. Dewa Ketut Sukardi, MB, MM. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
    Konseling Di Sekolah.  Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 83
[5]
 Drs. Dewa Ketut Sukardi, MB, MM. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

    Konseling Di Sekolah.  Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 74

Anda mungkin juga menyukai