Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ANALISIS EKONOMI DAN BISNIS

“Topik Ekonomi Mikro Terapan, Perawatan Kesehatan,


Imigrasi dan Masalah Urban“

Disusun oleh :
Annurul Fadilla2001136050
Prima Desti Lestari 2001136167
Tira Tania Juftia 2001136051
Analisis Ekonomi dan Bisnis C

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Okta Karneli, M.Si

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS RIAU
2021

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................3
BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................................................5
BAB II ........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN .........................................................................................................................6
A. Pengertian Ekonomi Mikro dan Terapan ...........................................................................6
B. Perawatan Kesehatan ........................................................................................................7
C. Imigrasi ..........................................................................................................................12
D. Masalah Urban ...............................................................................................................14
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................20
A. Kesimpulan ....................................................................................................................20
B. Saran ..............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................21

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang begitu besar dapat membantu penulis dalam menyelesaikan makalah “Topik
Ekonomi Mikro Terapan, Perawatan Kesehatan, Imigrasi dan Masalah Urban “. Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Ekonomi dan
Bisnis. Dan tak lupa, penulis berterima kasih kepada ibu Dr. Hj. Okta Karneli, M.Siselaku Dosen
mata kuliah Analisis Ekonomi dan Bisnis di Universitas Riau yang telah memberikan penulis
tugas yang bermanfaat ini.
Meskipun dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menemukan hambatan dan
kesulitan, tetapi karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan. Ucapan terima kasih pun tidak lupa kami ucapkan kepada pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu masukan berupa kritikan dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi pedoman bagi kita
untuk dapat mempelajari serta memahami tentang“Topik Ekonomi Mikro Terapan, Perawatan
Kesehatan, Imigrasi dan Masalah Urban “. Sekian dan terima kasih.

Pekanbaru, 10 September 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu ekonomi lahir karena adanya kelangkaan, dimana kebutuhan tidak dapat
dicukupi oleh sumberdaya yang ada. Upaya untuk memenuhi kelangkaan tersebut
mendorong munculnya benturan kepentingan antara pelakunya, hal ini karena pada
dasarnya manusia itu serakah, ingin memiliki lebih dari yang lain atau dalam bahasa
ekonomi disebut profit. Para pelaku ekonomi ntah itu individu, perusahaan maupun
pemerintah pada prinsipnya menginginkan hal yang sama, yaitu keuntungan. Nama dan
jenis keuntungan ini kemudian dibedakan menjadi gaji/upah, bunga, dividen, sewa dan
pajak sesuai dengan pelaku yang memperolehnya.
Pertarungan (perilaku) pelaku-pelaku dalam upaya mencukupi kelangkaan yang
ada dan profit yang ingin didapatkan serta pengaruhnya masing-masing adalah tema yang
dipelajari oleh ilmu ekonomi.Kemudian pada perkembangannya kita mengenal
pembedaan Ekonomi Mikro dan Makro. Pembedaan ini didasarkan pada penekanan tema
pembahasan oleh para pakar ekonomi. Kelompok ekonomi mikro menekankan
analisisnya pada prilaku individu seperti perusahaan (produsen), tenaga kerja dan
konsumen dalam konteks yang lebih terbatas (industri).
Teori Ekonomi Mikro (Teori Ekonomi Klasik) memiliki asumsi bahwa struktur
pasar merupakan persaingan sempurna, informasi bersifat sempurna dan simetris, input
dan output adalah homogen, para pelaku ekonomi bersifat rasional dan bertujuan
memaksimumkan keuntungan. Kemudian, teori ini juga berasumsi bahwa proses
penyesuaian lewat mekanisme pasar dapat tercapai seketika itu juga serta uang hanya
berfungsi sebagai alat transaksi.
Teori Klasik menekankan masalah ekonomi pada sisi penawaran saja. Paham
klasik ini dipelopori oleh Adam Smith (1723-1790) melalui bukunya An Inquiry into the

4
Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776) yang diikuti oleh beberapa ekonom
antara lain Jean Baptiste Say (1767-1832) yang dikenal dengan Say’s Law : “supply
creates it’s own deman” dalam bukunya A Treatise on Political Economy (1803) hingga
ekonom A.C.Pigou (1877-1959)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ekonomi mikro terapan?
2. Bagaimana analisis ekonomi mikro di bidang kesehatan?
3. Bagaimana analisis ekonomi mikro dalam imigrasi?
4. Bagaimana analisis ekonomi mikro dalam masalah urban?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu ekonomi terapan
2. Untuk mengetahui analisis ekonomi mikro di bidang kesehatan
3. Untuk mengetahui analisis ekonomi mikro dalam imigrasi
4. Untuk mengetahui analisis ekonomi mikro dalam masalah urban

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Mikro dan Terapan


Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu danmasyarakat dalam
membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-
sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk
menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan
komsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan golongan
masyarakat.
Teori ekonomi mikro merupakan suatu bidang dalam ilmu ekonomi yang sifatnya
menganalisis mengenai bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian. Adapun
isu pokok yang dianalisis meliputi bagaimana caranya menggunakan faktor produksi
yang ada secara efisien supaya kemakmuran masyarakat dapat dimaksimalkan. Teori
ekonomi mikro (yang sering juga ditulis sebagai mikroekonomi) merupakan cabang dari
ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku individu baik konsumen dan perusahaan serta
bagaimana penentuan harga-harga pasar dan kuantitas input, barang maupun jasa yang
diperjualbelikan di pasar.
Ekonomi mikro ini meneliti bagaimana keputusan dan perilaku tersebut dapat
mempengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, akan menentukan harga
dan bagaimana harga, pada gilirannya dapat menentukan penawaran dan permintaan atas
barang dan jasa selanjutnya. Individu bersamaindividu yang lain melakukan kombinasi
kegiatan konsumsi atau produksi secara optimal di pasar, selanjutnya akan membentuk
suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain dianggap
tidak berubah.
Ekonomi terapan disebut juga sebagai teori kebijakan ekonomi, yaitu cabang ilmu
ekonomi yang menelaah tentang kebijakan yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi
masalah-masala ekonomi. Salah satu peranan teori ekonomi adalah: berfungsi sebagai

6
landasan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi. Bagaimana bentuk-bentuk
kebijakan yang harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang
dihadapi dianalisis di dalam teori kebijakan ekonomi. Dalam merumuskan kebijakan
ekonomi, yang pertama-tama harus diperhatikan adalah tujuan-tujuan dari kebijakan
ekonomi. Dalam perekonomian tujuan-tujuan yang ingin dicapai adalah:
 Mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat. Menciptakan kestabilan harga-harga.
 Mengatasi masalah pengangguran.
 Mewujudkan distribusi pendapatan yang merata.

Dalam merumuskan kebijakan ekonomi pandangan yang menerangkan "apa yang


sebenarnya harus wujud,"-pandangan yang dalam bahasa Inggris dinamakan dengan
istilah value judgement sangat penting peranannya. Untuk menjelaskan pentingnya value
judgement-perhatikanlah persoalan berikut. Andaikata dalam perekonomian dihadapi
masalah kekurangan bahan makanan, kebijakan yang bagaimanakah yang harus
dilaksanakan? Seseorang mungkin berpendapat bahwa yang terbaik ialah membeli bahan
makanan dari luar negeri karena harganya murah.
Dengan cara itu masyarakat tidak perlu menderita karena kenaikan harga bahan
makanan. Yang lain berpendapat bahwa kekurangan itu harus diatasi dengan menaikkan
produksi dalam negeri. Dalam jangka pendek, langkah ini mungkin akan menaikkan
harga, tetapi dalam jangka panjang produksi dalam negeri akan naik dan penggunaan
tenaga kerja bertambah.

B. Perawatan Kesehatan
Ilmu ekonomi perlu untuk dipahami pada sektor rumah sakit. Ekonomi
merupakan disiplin ilmu yang banyak dipergunakan oleh disiplin ilmu lain. Menurut
George Bernard Shaw ”Economy is the art of making the most out of life”, sedangkan
menurut definisi umum ilmu ekonomi membahas bagaimana sumber daya dialokasikan di
antara berbagai alternatif penggunaan untuk memuaskan keinginan manusia (Katz dan
Rosen, 1998).
Ilmu ekonomi dibagi menjadi dua yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro.
Ekonomi mikro berhubungan dengan perilaku ekonomi unit-unit individu, seperti

7
konsumen, perusahaan-perusahaan, organisasi, dan pemegang saham. Ekonomi makro
membahas perilaku ekonomi secara ”agregrat”. Menurut Budiono (1982) kegiatan
manusia dalam suatu masyarakat dapat dibagi menjadi 3 macam kegiatan (ekonomi)
pokok: (1) kegiatan produksi, (2) kegiatan konsumsi, dan (3) kegiatan pertukaran. Ilmu
ekonomi memusatkan perhatiannya pada ketiga proses kegiatan ekonomi pokok beserta
pihak-pihak yang bersangkutan dengan kegiatan-kegiatan tersebut (produsen, konsumen,
pedagang, pemerintah, dan sebagainya).
Dalam sektor rumah sakit, sebenarnya merupakan hal yang tidak biasa menyebut
pasien sebagai konsumen dan menyebut rumah sakit sebagai produsen. Nilai-nilai luhur
profesi kedokteran dianggap dapat terkikis dengan penyebutanpenyebutan tersebut. Buku
ini berusaha bersikap netral. Artinya, 64 Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi
menggunakan istilah konsumen dan produsen dalam sektor rumah sakit dalam konteks
mempelajari ilmu ekonomi secara lebih mudah.
Rumah sakit sebagai suatu unit ekonomi tentunya mempunyai unsur produksi,
konsumsi, dan pertukaran. Faktor penggerak yang sangat dasar adanya aktivitas ekonomi
tersebut tentunya timbul karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Kebutuhan tersebut
merupakan tujuan dan sekaligus motivasi untuk menyelenggarakan pelayanan rumah
sakit. Menurut Katz dan Rosen (1998), serta Begg dkk. (1987) setiap kelompok orang
mempunyai tiga masalah dasar utama dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut
masalah kelangkaan sumber daya.
Tiga masalah dasar tersebut adalah: (1) Apa yang harus diproduksikan dan dalam
jumlah berapa? (2) Bagaimana cara mengelola sumber-sumber ekonomi (faktorfaktor
produksi) yang tersedia? (3) Untuk siapa barang-barang tersebut diproduksi atau
bagaimana barang atau jasa tersebut dibagikan di antara warga masyarakat? Rumah sakit
sebagai organisasi yang menghasilkan jasa pelayanan dan barang-barang kesehatan
tentunya dapat memanfaatkan ilmu ekonomi agar mencapai pelayanan yang efisien.
Di sektor rumah sakit yang mempunyai aspek sosial, ketiga masalah dasar
tersebut merupakan pertanyaan yang relevan, terlebih pada saat rumah sakit berkembang
menjadi lembaga usaha yang mempunyai misi sosial. Rumah sakit dalam hal ini dapat
memproduksi kegiatan jasa yang bervariasi. Sebuah rumah sakit kelas A dapat
mempunyai 25 instalasi yang berbeda-beda produknya, mulai dari rawat inap hingga ke

8
katering untuk mereka yang ingin sehat. Rumah sakit tidak lagi hanya memproduksi
pelayanan untuk orang sakit, tetapi juga memproduksi pelayanan bagi mereka yang ingin
tetap sehat dan bertambah sehat. Produk di sini, misalnya general check-up atau
pelayanan tumbuh kembang anak.
samping itu, terdapat pelayanan yang tidak berhubungan langsung dengan
kesakitan, tetapi membutuhkan teknologi biomedik, misalnya klinik kebugaran hingga
pengkurusan berat badan. Dalam memproduksi produk tersebut, tentunya rumah sakit
Bagian II 65 mempunyai berbagai faktor produksi (sumber ekonomi) misalnya SDM,
peralatan, gedung, tanah, hingga software untuk sistem manajemen. Sumber-sumber
tersebut perlu di kelola untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Pengelolaan inilah yang membutuhkan pemahaman mengenai ilmu ekonomi.
Pertanyaan mendasar yang dihadapi oleh rumah sakit adalah mengenai siapa yang harus
dilayani oleh rumah sakit. Hal ini merupakan kendala tersulit karena membutuhkan
pertimbangan pemerataan dan keadilan. Pertama, jenis pelayanan klinik apa yang harus
disediakan? Apakah harus menyediakan seluruh pelayanan klinik? Apakah memakai
teknologi canggih atau tidak? Teknologi canggih selalu terkait dengan penggunaan
sumber daya yang tinggi karena asal mula teknologi canggih adalah dari teknologi bidang
biomedik, rekayasa biologi, militer, dan telekomunikasi yang membutuhkan peralatan
modern berbasis pada komputer.
Dengan demikian peralatan teknologi tinggi, bahan habis pakai, dan
pengobatannya selalu menggunakan bahan impor yang saat ini harganya sangat tinggi.
Masalah kedua adalah dari mana sumber dana pelayanan rumah sakit, apakah dari
kantong pasien sendiri, dari pajak, atau dari sistem asuransi? Apabila berasal dari kantong
pasien, otomatis rumah sakit hanya akan melayani mereka yang mampu. Begitu pula dari
sistem asuransi kesehatan. Besarnya premi asuransi tergantung dari biaya pelayanan yang
sangat tergantung pula pada teknologi impor. Data menunjukkan bahwa hanya sebagian
kecil masyarakat yang mau dan mampu untuk membayar premi asuransi.
Apabila pelayanan rumah sakit mengandalkan pada sistem pajak, berarti harus
ada kekuatan politik dari pemerintah untuk mengalokasikan anggaran dari pajak ke
kesehatan, dan juga membutuhkan kemampuan masyarakat membayar pajak secara
besar. Masalah ketiga adalah mencari tindakan untuk menjamin apakah subsidi yang

9
diberikan oleh rumah sakit pemerintah dapat dinikmati oleh mereka yang benar-benar
membutuhkan? Dalam hal ini terdapat masalah mengenai identifikasi orang miskin yang
layak untuk mendapatkan subsidi. Pengalaman program Jaring Pengaman Sosial (JPS)
menunjukkan bahwa infrastruktur untuk data orang miskin 66 Memahami Penggunaan
Ilmu Ekonomi belum dapat dipakai sebagai basis untuk alokasi.
Pertanyaan keempat adalah siapa yang mengatur jasa produksi rumah sakit di
suatu wilayah? Siapa yang berhak memberi ijin rumah sakit? Sebagai lembaga usaha
apakah Badan Koordinasi Penanam Modal yang memberi ijin, ataukah pemerintah
melalui Departemen Kesehatan, ataukah pemerintah daerah, ataukah Perhimpunan
Rumah Sakit Indonesia (PERSI), ataukah sebuah badan regulator investasi. Secara umum
sektor rumah sakit selama ini memecahkan berbagai masalah dasar ekonomi tersebut
melalui kebiasaan berobat, perintah atau saran dari tenaga dokter, peraturan dari pihak
penyandang dana, misalnya PT Askes Indonesia dan mekanisme tarif di pasar rumah
sakit. Kegiatan-kegiatan ini jelas memerlukan pemahaman mengenai ilmu ekonomi
khususnya ekonomi mikro.
Dalam memecahkan masalah ekonomi mendasar dalam sektor rumah sakit,
terdapat dua pendekatan utama yaitu penggunaan mekanisme pasar dan pengendalian
oleh pemerintah melalui sistem yang berdasarkan prinsip welfare-state. Di berbagai
negara, saat ini terjadi perubahan pada sektor kesehatan dari sistem yang didominasi oleh
perencanaan dan pengendalian oleh negara menjadi sistem yang lebih bertumpu pada
mekanisme pasar. Transisi yang mencolok ini terjadi pada sistem pelayanan kesehatan di
Inggris pada saat masa ”Thatcherisme” dekade 1990-an. Sebagai gambaran, akhir-akhir
ini mekanisme harga (tarif) merupakan sistem yang banyak diacu oleh para pelaku
ekonomi di berbagai sektor kehidupan ekonomi.
Pendekatan ekonomi dalam sektor kesehatan jelas menekankan segi mekanisme
harga untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi dalam sektor rumah sakit. Ketika
mekanisme harga dipergunakan para pengelola rumah sakit harus memperhatikan
prinsip-prinsip ekonomi mikro. Salah satu tujuan utama ilmu ekonomi mikro adalah
memberi pemahaman mengenai mekanisme dan efek sistem harga. Dengan demikian,
pada suatu unit yang bersifat ekonomis, pembahasan mengenai tarif yang dikaitkan
dengan kriteria untung atau rugi bukanlah hal yang tabu.

10
Sebagai contoh, apakah tabu mempermasalahkan tarif bangsal VIP di rumah sakit
pemerintah Bagian II 67 berdasarkan untung dan ruginya. Jika tarif bangsal VIP ternyata
bersifat merugi maka yang terjadi adalah subsidi dari pasien yang memiliki ekonomi
lemah ke pasien dengan ekonomi kuat. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
sebenarnya tarif bangsal VIP di rumah sakit pemerintah apabila dihitung secara penuh
justru merugikan negara karena sebenarnya merupakan subsidi untuk orang kaya. Akan
tetapi, manfaat lain dengan adanya bangsal VIP di rumah sakit pemerintah yaitu
membuat SDM sebagai salah satu faktor produksi merasa betah karena dapat
meningkatkan pendapatannya dari bangsal VIP.
Jika tanpa ada bangsal VIP, kemungkinan dokter spesialis akan bekerja di rumah
sakit swasta untuk meningkatkan pendapatannya. Diharapkan dengan betahnya SDM
bekerja di rumah sakit pemerintah, maka mutu pelayanan akan meningkat termasuk untuk
orang miskin. Keuntungan nonmaterial dalam hal ini diharapkan dapat menjadi faktor
yang mendukung adanya bangsal VIP di rumah sakit pemerintah. Dalam membahas
penggunaan ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan, perlu dipahami apa yang disebut
sebagai analisis positif dan analisis normatif.
Analisis positif berhubungan dengan masalah sebab dan akibat yang
menggambarkan fakta perilaku manusia dalam perekonomian. Sebagai contoh, sebuah
pernyataan positif yaitu: “jika pemerintah Indonesia meningkatkan pajak untuk obat,
maka masyarakat miskin akan mengurangi konsumsi pembelian obat”. Pernyataan positif
ini tidak menunjukkan sesuatu itu buruk atau baik. Contoh berbagai pertanyaan yang
merupakan analisis positif adalah: Apa penyebab kemiskinan di Jawa? Apa pengaruh
kenaikan cukai rokok terhadap perilaku perokok? Pertanyaan-pertanyaan ini hanya dapat
dijawab denganmerujuk pada data.
Sebagai kontras, pernyataan normatif mengandung keputusan berdasarkan nilai-
nilai tertentu. Sebagai contoh pernyataan normatif yaitu: “semua pasien miskin yang
dirawat di rumah sakit berhak mendapatkan obat gratis dari pemerintah”. Kebenaran
pernyataan normatif ini tergantung dengan situasi dan norma etika setempat. Sebagai
contoh, di daerah kaya seperti Kabupaten Kutai Kartanegara, merupakan hal yang tidak
etis apabila pemerintah daerah tidak membiayai pasien miskin yang datang berobat. Akan
tetapi, apabila 68 Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi pasien miskin tersebut berada

11
pada rumah sakit pemerintah yang miskin pula, maka pernyataan normatif tersebut
menjadi sulit direalisasikan.
Sampai saat ini, sektor kesehatan di Indonesia masih didominasi oleh pernyataan
normatif, misalnya “pelayanan untuk orang miskin harus bermutu tinggi dan pasien
miskin tersebut tidak perlu membayar”. Sementara itu, pernyataan positif yang ada
adalah Pelayanan rumah sakit pemerintah akan bermutu rendah jika orang miskin tidak
membayar dan tidak ada subsidi cukup dari pemerintah.‟ Dalam praktik akhirnya sering
terjadi pernyataan normatif dipaksakan untuk mengatur dunia nyata tanpa mempedulikan
lagi pernyataan positif yang mengandung sebab akibat.
Sebagai gambaran, pada suatu rumah sakit pemerintah daerah yang subsidi biaya
operasionalnya rendah, para dokter cenderung mencari pendapatan lebih di rumah sakit
swasta. Akibatnya, mutu pelayanan rumah sakit pemerintah menjadi turun. Sementara itu,
secara normatif anggota DPRD tidak menginginkan tarif yang tinggi, tetapi juga tidak
menyetujui APBD yang besar untuk rumah sakit. Dengan menyadari adanya pernyataan
normatif yang mungkin tidak dapat diterapkan dalam dunia nyata, maka sudah sepatutnya
para tenaga kesehatan mempelajari ilmu ekonomi untuk diterapkan pada sektor
kesehatan. Pada dasarnya aplikasi ilmu ekonomi di rumah sakit dapat dipelajari melalui
berbagai model yang berbasis pada sistem tarif, yaitu: (1) Circular Flow Model dari Katz
dan Rosen (1998), dan (2) model demand and supply.

C. Imigrasi
Istilah keimigrasian berasal dari bahasa belanda immigratie, yang berasal dari
bahasa latin immigratio, atau arti dalam bahasa inggris “Immigration is the entrance into
an alien country of persons intending to take a part in the life of that country and to make
it their more or lesspermanent residence,” yang berarti Imigrasi adalah hadirnya ke salah
satu negara asing untuk turut hidup atau mencari nafkah atau sedikit atau banyak
menjadikan negara itu untuk tempat mereka bertempat tinggal atau menetap.
Keimigrasian di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian (UU Keimigrasian Tahun 2011), yang mengganti undang-undang
keimigrasian sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992. Perihal
keimigrasian ini berkaitan erat dengan lalu lintas orang melintasi batas-batas negara lain

12
yang semakin meningkat di era globalisasi dan perdagangan bebas dan sekarang ini telah
menjadi perhatian negara-negara di dunia termasuk Indonesia.
Hal ini disebabkan karena setiap negara mempunyai kedaulatan untuk mengatur lalu
lintas orang yang akan masuk dan keluar wilayah negaranya. Mobilitas orang keluar dan
masuk dari suatu wilayah negara menimbulkan berbagai dampak, baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara.
Perdagangan manusia (human trafficking), penyelundupan manusia (people smuggling),
imigran gelap, peredaran narkotika, dan lain sebagainya merupakan beberapa dampak
negatif yang timbul dari aktivitas perpindahan orang antar wilayah negara.
Namun demikian, perpindahan atau perlintasan orang masuk dan keluar suatu
wilayah negara tidak dapat dihindari mengingat adanya kebutuhan hubungan antara
negara-negara di dunia. Negara memberikan kebebasan bergerak bagi warga negara
dalam kehidupan bersama namun juga membatasi ruang gerak tersebut karena dalam
setiap negara terdapat kekuasaan tertinggi yang harus dihormati dan ditaati oleh
warganegara wilayah tersebut dan warganegara wilayah lain yang berkaitan dengan
kelangsungan kedaulatan wilayah negara.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM (Balitbangkumham)
pada tahun 2017 dan 2019 terdapat permasalahan yang paling sering ditemukan.
Permasalahan tersebut terkait dalam hal irisan pengaturan antara keimigrasian dan
ketenagakerjaan, yaitu: permasalahan mengenai permasalahan dokumen perjalanan
(paspor, visa, dan sebagainya), dan permasalahan penyalahgunaan izin baik izin tinggal
keimigrasian maupun izin bekerja/Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
untuk orang asing.
Pelanggaran dokumen perjalanan bagi tenaga kerja asing sering ditemui, misalnya
dalam paspor para TKA ini tertulis bahwa izin yang diberikan pemerintah Indonesia oleh
pihak imigrasi adalah untuk bekerja sebagai TKA di Indonesia dengan jabatan dan waktu
tertentu bahkan hanya sebagai turis. Akan tetapi pelanggaran ini tetap terjadi dikarenakan
para perusahaan pengguna sering kali menyembunyikan tenaga kerja asing ilegal ini.
Pencegahan dan Penindakan terhadap pelanggaran tersebut perlu dilakukan dengan kerja

13
sama Kementerian dan atau Lembaga (K/L) terkait yang mempunyai kewenangan dan
tugas terkait pencegahan dan penindakan terhadap orang asing maupun TKA.

Kebijakan keimigrasian yang telah terbit setelah adanya pandemi COVID-19 ini,
Banyak Warga Negara Asing (WNA) yang negaranya masih
memberlakukan lockdown, sehingga membuat pihak Imigrasi Indonesia memberlakukan
pemberian/perpanjangan izin tinggal keadaan darurat/terpaksa. WNA tersebut tidak dapat
pulang atau masuk ke negaranya akibat lockdown. Dan Selain mengubah kebijakan
keimigrasian mengenai perlintasan orang asing, COVID-19 juga menyebabkan seluruh
lini pekerjaan dalam bidang keimigrasian terhenti sementara. Imigrasi menjadi salah satu
instansi pelayanan publik yang membatasi layanan ataupun menginisiasi
layanan online bahkan sampai meniadakan pelayanan sementara. Hal tersebut merupakan
beberapa langkah yang memang harus dilakukan guna mengatasi jalannya kinerja dengan
upaya mengurangi penyebaran COVID-19.

D. Masalah Urban
Pengertian urbanisasi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu
proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain itu
dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu
wilayah.Maraknya pembangunan di kota-kota besar di indonesia dapat memacu
pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut akan menjadi magnet
bagi penduduk untuk berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Urbanisasi di
Indonesia sedang berjalan dengan pesat. Namun urbanisasi ini menimbulkan berbagai
macam masalah karena tidak ada pengendalian di dalamnya.
Masalah inilah yang dihadapi oleh Negara Indonesia saat ini yaitu pertumbuhan
konsentrasi penduduk yang tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini tidak diikuti dengan
kecepatan yang sebanding dengan perkembangan industrialisasi. Masalah ini akhirnya
menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih. Kondisi perkotaan yang semakin tidak
terkendali akibat urbanisasi berlebih, telah menimbulkan berbagai masalah baru seperti

14
meningkatnya kriminalitas akibat kemiskinan, pengangguran besar-besaran,
bertambahnya pemukiman kumuh, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, urbanisasi akan dilihat sebagai faktor penentu bagi sebuah kota
dapat berkembang baik secara fisik, maupun secara sosial. Dengan begitu, bentuk atau
pengertian dari urbanisasi itu dapat dilihat dengan lebih jelas juga dampak yang
ditimbulkannya terhadap kehidupan di kota.Faktor pendorong terjadinya urbanisasi dapat
ditinjau dari semakin terbatasnya lapangan kerja di pedesaan, kemiskinan di pedesaan
akibat bertambahnya jumlah penduduk, transportasi desa-kota yang semakin lancar,
tingginya upah buruh di kota dari pada di desa, meningkatnya tingkat pendidikan
masyarakat desa, dan tata cara serta adat istiadat yang kadang kala dianggap sebagai
beban oleh masyarakat desa.
Sementara faktor penarik antara lain adalah kesempatan kerja yang lebih luas dan
bervariasi di kota, tingkat upah yang lebih tinggi, lebih banyak kesempatan untuk maju
(diferensiasi pekerjaan dan pendidikan dalam segala bidang), tersedianya barang-barang
kebutuhan yang lebih lengkap, terdapatnya berbagai kesempatan untuk rekreasi dan
pemanfaatan waktu luang, dan bagi orangorang atau kelompok tertentu di kota
memberikan kesempatan untuk menghindari diri dari kontrol sosial yang ketat.
Motivasi penduduk desa melakukan urbanisasi ke kota adalah karena tekanan
kemiskinan dan keinginan untuk memperoleh sumber penghidupan yang lebih baik.
Setidaknya ada 3 alasan utama mengapa penduduk di pedesaan cenderung “memiliki
hasrat” untuk bermigrasi diperkotaan, yaitu:
1. Sejak krisis melanda, semakin hari kesempatan kerja di daerah pedesaan semakin
langka, sementara usaha yang sebelumnya ditekuni (pengrajin, pedagang, dan
sebagainya) mengalami kebangkrutan akibat krisis.
2. Adanya selisih upah yang cukup mencolok antara desa dan kota, hal tersebut
salah satunya tercermin pada perbedaan UMR (Upah Minimum Regional) antara
daerah pinggiran dan daerah pusat kegiatan ekonomi. Upah di desa dinilai hanya
cukup untuk sekedar bertahan hidup (subsisten).
3. Diluar faktor ekonomi, alasan yang cukup dominan mendorong penduduk desa
untuk mengadu nasib di kota adalah karena masalah keluarga atau sesuatu hal
yang yang sifatnya personal. Bagi sebagian besar penduduk miskin di pedesaan,

15
selain menawarkan kesempatan kerja yang terbuka, kota juga memiliki “daya
tarik” tertentu. Di sisi lain, banyak studi yang membuktikan bahwasanya
kehadiran kaum di daerah perkotaan sebenarnya merupakan salah satu respons
adanya ketidakmerataan pembangunan antara daerah dan semakin kronisnya
masalah kemiskinan di daerah pedesaan.

Sekitar 56,7% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan pada 2020. Dari angka
itu, 39,4% penduduk perkotaan pada 2020 tinggal di daerah kota dan 60,6% tinggal di
kawasan perkotaan, seperti bagian daerah kabupaten atau bagian dari dua atau lebih
daerah yang berbatasan langsung.Arus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap
merusak strategi rencana pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar
kemampuan pengendalian pemerintah kota.

Beberapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada masalah kriminalitas yang
bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan. Dampak negatif lainnnya yang muncul
adalah terjadinya “over urbanisasi” penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai
dengan perkembangan ekonomi negara. Selain itu juga dapat “under ruralisasi” penduduk
di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada.

Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh tingginya arus urbanisasi di


Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan. Pertambahan penduduk


kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya dukung kotanya.
Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang ditemui. ruang untuk
tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas kendaraan, dan tempat
parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH)
pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong yang terdapat di daerah perkotaan
telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai lahan pemukiman,
perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun ilegal. Bangunan-
bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun perindustrian umumnya
dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban yang tidak memiliki
tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman liar

16
mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya lahan kosong di daerah
perkotaan.
2. Menambah polusi di daerah perkotaan. Masyarakat yang melakukan
urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk memperoleh
pendidikan, umumnya memiliki kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor
roda dua dan roda empat yang membanjiri kota yang terus menerus,
menimbulkan berbagai polusi atau pemcemaran seperti polusi udara dan
kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia. Ekologi di daerah kota
tidak lagi terdapat Sebagian besar kota di Indonesia mengalami persoalan
polusi sebagai akibat dari proses urbanisasi, baik oleh semakin banyaknya
jumlah kendaraan maupun oleh industri-industri yang tumbuh.
3. Penyebab bencana alam. Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan
tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di
daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan
liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya
akan membuat lingkungan tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk
menyerap air hujan justru menjadi penyebab terjadinya banjir. daerah aliran
sungai sudah tidak bisa menampung air hujan lagi.
4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi. Kepergian penduduk desa ke
kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila masyarakat
mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun,
kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa memiliki
keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk
memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh
harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, masalah
pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis. Hal ini akhitnya akan
meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang menimbulkan kemiskinan
dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, orangorang
akan nekat melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, merampok bahkan
membunuh. Ada juga keseimbangan yang dapat menjaga keharmonisan

17
lingkungan perkotaan.masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis
itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
5. Penyebab kemacetan lalu lintas. Padatnya penduduk di kota menyebabkan
kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin
bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan
banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga kota yang
awalnya sudah macet bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para urban
memiliki kendaraan sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan
di kota.
6. Merusak tata kota. Pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam
menyediakan perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para
migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk
membangun atau membeli perumahan yang layak bagi mereka sendiri.
Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah pemerintah.

Jakarta merupakan kota yang memiliki laju perkembangan sangat tinggi dan
kompleks. Gejala tersebut mulai terasa sejak akhir tahun 60-an hingga sekarang. Hingga
kini urbanisasi di Jakarta telah membengkak lebih dari 10 juta jiwa dengan pertambahan
penduduk relatif tinggi. Akibatnya telah terjadi kemacetan lalu lintas, pencemaran
lingkungan, banjir, dan penggunaan lahan yang tak terkendali. Kondisi seperti ini telah
menjadi fenomena keseharian bagi pertumbuhan Kota Jakarta. Sebagai akibatnya,
kawasan dengan kepadatan rendah yang awalnya diperuntukkan sebagai cachtment area
(daerah tangkapan air) berubah menjadi lahan perumahan. Demikian pula dengan
kawasan pinggiran Jakarta (perbatasan dengan Botabek), sudah berkembang pesat
aktivitas-aktivitas perumahan dan industri. Perkembangan lebih lanjut tidak hanya di
wilayah Kota Jakarta, melainkan menyebar sampai ke wilayah Bogor, Bekasi, Tangerang,
dan Depok hingga kemudian ditetapkan sebagai wilayah perluasan Kota Jakarta yang
disebut dengan Jabodetabek.

Dampak yang ditimbulkan proses urbanisasi bagi Kota Jakarta :

 Lahan terbagun vs lahan hijau/terbuka. Perkembangan Kota Jakarta yang


semakin meningkat menimbulkan beberapa permasalahan, terutama dalam

18
hal kebutuan perumahan dan transportasi. Pembangunan perumahan baik
oleh pemerintah maupun swasta berdampak pada meningkatnya intensitas
lahan terbangun, bahkan lahan konservasi juga dijadikan sebagai
perluasan permukiman kota. Intensitas lahan terbangun yang terus
meningkat menyebabkan sulit dijumpainya lahan hijau/terbuka yang
berfungsi sebagai ruang publik. Dapat dipastikan hampir seluruh lahan di
DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta sudah terbangun baik untuk
bangunan perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, industri,
perkantoran maupun bangunan lain.
 Sebaran fasilitas perkotaan. Aktivitas perkotaan yang ada di Jakarta tidak
terlepas dari fungsinya sebagaiibukota negara. Fungsi ini tidak hanya
sebagai pusat pelayanan secara nasional tetapi juga interaksi antar negara.
Disamping sebagai pusat pemerintahan, pusat industri dan perdagangan,
pusat aktivitas pelayanan jasa, Jakarta juga sebagai pintu masuk dan
keluarnya transportasi internasional yang mobilitasnya cukup tinggi.
Karena sifatnya yang demikian, maka muncul berbagai kawasan
perdagangan, kawasan rekreasi, serta didukung oleh fasilitas
perekonomian.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekonomi mikro adalah ilmu ekonomi yang khusus mempelajari perilaku
konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor
input, barang dan jasa yang diperjual-belikan. Ekonomi mikro atau mikroekonomi
secara langsung berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam hal penawaran
dan permintaan barang atau jasa. Sehingga dari definisi ekonomi mikro tersebut
memiliki tujuan utama bagi perusahaan yakni untuk menganalisis pasar dan
bagaimana mekanismenya untuk membentuk harga relatif produk dan jasa. Adanya
peran ekonomi mikro dalam bisnis dapat membantu menganalisis kegagalan pasar
dan menjelaskan secara teoritis kondisi dalam pasar persaingan sempurna. Ekonomi
mikro ini menganalisis bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut
mempengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa yang akan
menentukan harga, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa.

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sukirno,Sadano.2016. Mikroekonomi. Depok:PT RajaGrafindo Persada.


Case & Fair .2007 . Prinsip-prinsip ekonomi jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Agung, Gusti Ngurah, Teori Ekonomi Mikro Suatu Analisis Produksi Terapan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008.
Ferry Efendi, M. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan praktik dalam
keperawatan. Ferry Efendi.
Drs. Moh. Arif, “Keimigrasian di Indonesia Suatu Pengantar”, Penerbit Jakarta Pusat Pendidikan
dan Latihan Pegawai Departement Kehakiman, 1997.
M. Imam Santoso, “Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan
Nasional”, UI Press, Jakarta, 2004.
Abbas, Ardi. Diktat Untuk Kalangan Sendiri : Sosiologi Perkotaan. Padang : Jurusan Sosiologi
Universitas Andalas, Padang, 2002.
Harahap, F. R. (2013). Dampak urbanisasi bagi perkembangan kota di Indonesia. Society, 1(1),
35-45.
Tjiptoherijanto, P. (1999). Urbanisasi dan pengembangan kota di Indonesia. Populasi, 10(2), 57-
72.
Harahap, F.R. 2013. “Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia” Jakarta:
Jurnal Society.
H. J. Adiwinata, “Pengertian Imigrasi”, Diktat Kursus Pejabat Imigrasi,
1951.

21

Anda mungkin juga menyukai