Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN PIUTANG

Sifat dan Contoh Piutang


•       Sifat Piutang, menurut SAK :
  Digolongkan menurut sumber terjadinya
      1. Piutang Usaha  timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit
      2. Piutang Lain-lain  timbul dari transaksi diluar kegiatan
usaha                                                        normal perusahaan
  Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain yang diharapkan bisa ditagih dalam waktu satu
tahun  Piutang Lancar
  Piutang dinyatakan sebesar  jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah
yang tidak dapat ditagih
  Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca, diikuti penyisihan untuk
piutang yang tidak dapat ditagih
  Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus
dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang), karena sifatnya
yang berbeda
•       Contoh rekening yang digolongkan piutang :
  Piutang Usaha, Wesel Tagih, Piutang Pegawai, Piutang Bunga, Uang Muka, Refundable
Deposit (uang Jaminan), Piutang Lain-lain, Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak
tertagih)

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Piutang


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas, dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
 Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab yang melakukan penjualan,
mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan
kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan
 Formulir yang digunakan bernomor urut tercetak (prenumbered)
 Digunakan price list (daftar harga jual)
 Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (account receivable
subledger card)
 Setiap akhir bulan : dibuat aging schedule piutang (analisa umur
piutang),  saldo piutang setiap pelanggan dibandingkan (direconcile) dengan saldo
piutang menurut buku besar dan setiap pelanggan dikirim monthly statement of
account
 Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam
jumlah seutuhnya (intact)
 Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang
berasal dari retur penjualan dan penghapusan harus diotorisasi oleh pejabat
berwenang
 Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham
dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan auhenticity (ke ontetikan)
piutang
•       Validity  apakah piutang itu sah, masih berlaku (diakui oleh yang
mempunyai utang)
•       Authenticity  apakah piutang itu didukung oleh bukti yang otentik yang
ditandatangi pelanggan
3. Untuk memeriksa collectibility dan cukup tidaknya perkiraan allowance for
bad debts
•       Collectibility  kemungkinan tertagihnya piutang (dalam neraca)
•       Allowance for bad debts  jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih, harus
dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup, jika sudah pasti tidak bisa
ditagih harus dihapuskan
•       Allowance terlalu besar  piutang disajikan terlalu kecil (understated), biaya
penyisihan piutang terlalu besar (overstated), laba rugi understated
•       Allowance terlalu kecil  piutang yang disajikan overstated, biaya penyisihan
piutang understated, laba rugi overstated
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent
liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
       Wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh tempo, harus
diungkapkan sebagai contingent liability pada tanggal neraca
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di Neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebagai berikut :
•       Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara
terpisah
•       Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi taksiran jumlah
yang tidak dapat ditagih
•       Saldo kredit piutang individual, jika jumlahnya material harus disajikan
dalam kelompok kewajiban
•       Piutang yang dijaminkan harus diungkapkan
•       Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang
disertai perjanjian untuk dibeli kembali kepada suatu lembaga keuangan
harus dijelaskan

Prosedur Pemeriksaan Piutang


1. Pahami dan evaluasi IC atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang per tanggal neraca
3. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca
Periksa mathematical accuracy-nya dan check
individual balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger
4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang
dan sales invoice
5. Kirimkan konfirmasi piutang
•       Konfirmasi positif: Saldo piutang per pelanggan relatif besar, jumlah pelanggan
sedikit, internal control agak lemah.
•       Konfirmasi negatif: Saldo piutang per pelanggan relatif kecil, jumlah pelanggan
banyak, internal control agak kuat.
6. Periksa subsequent collection
7. Periksa apakah ada wesel tagih yang didiskontokan untuk mengetahui
kemungkinan adanya contingent liability
8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil
9. Test sales cut-off periksa apakah barang yang dijual melalui invoice sebelum
tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca dan periksa apakah ada faktur
penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya
10. Periksa notulen rapat, surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank
dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan
sebagai jaminan
11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan PABU
12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa
Presentasi berjudul: "PEMERIKSAAN PIUTANG."—
Transcript presentasi:
1  PEMERIKSAAN PIUTANG

2  KLASIFIKASI PIUTANG MENURUT SAK :


Piutang Usaha : piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara
kreditPiutang Lain-lain : piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal
perusahaan

3  Contoh perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang :


Piutang usahaWesel tagihPiutang pegawaiPiutang bungaUang mukaRefundable deposit (uang
jaminan)Piutang lain-lainAllowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)

4  PENYAJIAN PIUTANG DI L/K


Disajikan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat
ditagih.Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan
piutang tak tertagih.Piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan
tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda.

5  Tujuan Pemeriksaan Piutang (Audit Receivable Objectives)


Apakah terdapat pengendalian intern yang yang baik atas piutang dan transaksi penjualan,
piutang dan penerimaan kasMemeriksa keabsahan (validity) dan authenticity dari
piutangMemeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan
Allowance for bad debtsMengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang
timbul dari pendiskontoan wesel tagihMemeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

6  Apakah terdapat pengendalian intern yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
dan penerimaan kasAdanya pemisahan tugas dan tanggungjawab antara yang melakukan
penjualan, pengiriman barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan
kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan.Digunakannya formulir-formulir
yang bernomor urut tercetak (prenumbered)Digunakannya price list dan setiap penyimpangan
dari price list atau setiap discount yang diberikan harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.Adanya sub buku besar untuk masing-masing pelanggan yang selalu di update.

7  Mutasi kredit di perkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari retur
penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan
perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang dengan
didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak.

8  Memeriksa validity dan authenticity


Validity, apakah piutang itu sah dan masih berlaku, diakui oleh yang berhutang.Authenticity,
didukung oleh bukti-bukti yang otentik seperti sales order, delivery order yang sudah
ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang
dipesan dan faktur penjualan.

9  Prosedur Pemeriksaan Teliti perhitungan jumlahnya


Telusuri total piutang ke buku besarnyaKirimkan Konfirmasi positif kepada debiturSiapkan
analisis hasil konfirmasi ke kartu piutangCocokkan penerimaan pelunasan piutang debit yg tidak
memberikan tanggapan konfirmasiReview transaksi penjualan seminggu sebelum tgl Review
transaksi penjualan seminggu sebelum tgl neraca.Periksa kembali klasifikasi piutang terutama
yg bersaldo kreditEvaluasi Kelayakan penyisihan piutang tak tertagih

10  CATATAN DAN DOKUMEN YANG DIPERLUKAN


Jurnal umumJurnal penerimaan kasKartu piutangDokumen pengiriman barangFaktur
penjualanJurnal penjualanBuku besar : Piutang Dagang, Penyisihan Piutang Tak TertagihDaftar
Analisa Umur Piutang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari Piutang
Piutang dihasilkan melalui berbagai macam transaksi, dua hal yang paling umum
yaitu penjualan barang dagang atau jasa dengan kredit dan meminjamkan uang. Pada
tingkat pribadi kita mengenal kredit, karena kredit adalah siap tersedia dimana kita tidak
harus membayar secara tunai.
Kieso, Weygandt. (2011,347) menyatakan bahwa :
“Receivable are also financial assets-they are also a financial instrument.
Receivable (often referred to as loans and receivables) are claims held against customers,
and others for money, goods, or services.”
Penjelasan di atas, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
“Piutang juga aset keuangan yang merupakan instrumen keuangan. Piutang (sering disebut
sebagai pinjaman dan piutang) adalah klaim terhadap pelanggan, dan lain-lain untuk uang,
barang, atau jasa.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
(2009;01.23) menyatakan bahwa :
“Aset lancar mencakup aset (seperti piutang) yang dijual, dikonsumsi atau
direalisasikan sebagai bagian siklus operasi normal meskipun aset tersebut tidak
diharapkan untuk direalisasikan dalam jangka waktu 12 buan setelah periode pelaporan.”
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 43
menyebutkan bahwa :
“Piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha.”
Menurut Smith (2005:286), piutang dapat difenisikan dalam arti luas sebagai hak
atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi,
istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui
penerimaan kas. Dengan adanya hak klaim ini, perusahaan dapat menuntut pembayaran
dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak siapa dia berhutang.
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 9 mendefinisikan piutang sebagai berikut :
“Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau
penyerahan jasa dalam rangkakegiatan usaha normal perusahaan.”
KlasifikasiPiutang

Penggolongan piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yaitu


menurut sumber terjadinya, ialah piutang usaha dan piutang lain-lain. Sedangkan
pengklasifikasian busa dengan beberapa cara : (1) piutang terdiri dari piutang usaha (trade
receivable) dan piutang non usaha (non-trade receivable).
Piutang terdiri dari piutang yang bersifat lancar atau jangka pendek, dan piutang
tidak lancar atau jangka panjang.
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008) piutang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1.  Piutang usaha (accountsreceivable)
Transaksi yang paling banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah
penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan ditagih dalam
periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang dikelompokkan sebagai
aset lancar.
2.  Wesel tagih (notesreceivable)
Wesel tagih adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur untuk
membayar pada tanggal tertentu. Wesel tagih diperkirakan akan ditagih dalam
jangka waktu setahun. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha
pelanggan.
3.  Piutang lain-lain (otherreceivables)
     
      Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Apabila
tertagihnya dalam waktu satu tahun maka diklasifikasikan sebagai asset tidak
lancar di bawah akun investasi. Piutang ini meliputi bunga, piutang pajak, piutang
pejabat atau piutang karyawan.

2.2 Prosedur Pemeriksaan Piutang Usaha


Sukrisno Agoes (2004:176) menyarankan prosedur audit piutang usaha sebagai
berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.
3. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain
menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa
subsequent collections-nya.
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang:
a)      Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat
konfirmasi.
b)      Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
c)      Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di
surat  konfirmasi.
d)      Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
e)      Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collectionshanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang
sedang diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
10.Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-
barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari
tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.
2.3 Standar Audit Pemeriksaan Piutang
SAS 67, The confirmation process (AU 330) mensyaratkan bahwa auditor harus
melakukan prosedur konfirmasi dalam proses pengauditan kecuali: 1) piutang dagang
berjumlah tidak material untuk laporan keuangan secara keseluruhan 2) penggunaan
konfirmasi dinilai tidak efektif 3) perencanaan auditor berkaitan dengan resiko bawaan dan
resiko pengendalian rendah dan bukti yang diharapkan dengan prosedur analitis atau
pengujian substantif detail cukup untuk mencapai resiko audit yang diterima. Dalam
melaksanakan prosedur konfirmasi, auditor perlu mengambil keputusan mengenai jenis
konfirmasi yang digunakan, penentuan kapan dilakukan konfirmasi dan besarnya sampel
yang dipilih.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 330 (PSA No. 07) mengatur
mengenai Proses Konfirmasi dalam pelaksanaan audit.
Paragraf 4 mendefinisikan konfirmasi sebagai proses pemerolehan dan penilaian
suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan
informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. SA
Seksi 326 mendefinisikan asersi sebagai pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang
secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan
keuangan historis, asersi merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh manajemen
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai
asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Pada dasarnya, bukti audit yang
berasal dari pihak ketiga dianggap lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti yang
berasal dari dalam perusahaan yang sedang diaudit. SA Seksi 326 (PSA No.07) tentang
Bukti Audit menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa “Bukti audit yang
diperoleh dari sumber independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar
atas keandalan untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti audit yang
disediakan hanya dari dalam entitas tersebut.”
Dalam paragraf 7 SA Seksi 330 dijelaskan bahwa semakin besar gabungan tingkat
risiko bawaan dan risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin besar keyakinan yang
diperlukan auditor dari pengujian substantif yang bersangkutan dengan asersi laporan
keuangan. Sebagai konsekuensinya, dengan kenaikan gabungan tingkat risiko bawaan dan
risiko pengendalian, auditor mendesain pengujian substantif untuk memperoleh lebih
banyak bukti atau bukti yang berbeda mengenai asersi laporan keuangan. Dalam keadaan
ini, auditor kemungkinan menggunakan prosedur konfirmasi, bukan pengujian terhadap
dokumen dari dalam entitas tersebut, atau menggunakan prosedur konfirmasi bersamaan
dengan pengujian terhadap dokumen atau pihak dari dalam entitas itu sendiri.
Jadi, dalam pelaksanaan audit, jika gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko
pengendalian besar/tinggi, auditor harus mempertimbangkan untuk melaksanakan prosedur
tambahan seperti misalnya melakukan pengujian terhadap dokumen internal perusahaan, di
samping prosedur konfirmasi.
Dalam paragraf 19, SA Seksi 330 dijelaskan bahwa karena terdapat risiko bahwa
penerima bentuk permintaan konfirmasi positif yang berisi informasi yang dikonfirmasi di
dalamnya kemungkinan hanya menandatangani dan mengembalikan konfirmasi tersebut
tanpa melakukan verifikasi kebenaran informasi tersebut, formulir yang berisi ruangan
yang kosong yang harus diisi oleh responden (penerima konfirmasi) dapat digunakan untuk
mengurangi risiko tersebut. Namun, konfirmasi yang berisi ruangan kosong tersebut dapat
mengakibatkan berkurangnya jumlah jawaban konfirmasi yang diterima oleh auditor
karena diperlukan usaha tambahan dari pihak responden dalam memberikan jawaban
konfirmasi yang sesuai; konsekuensinya, auditor kemungkinan harus melaksanakan lebih
banyak prosedur alternatif.
Menurut PSAK 55 (2015) Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset
keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentutakan dan tidak
memepunyai kuotasi di pasar aktif.
Menurut Martani, et al (2012:193) piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada
pihak lain. Hampir semua entitas memiliki piutang kepada pihak lain baik yang terkait
dengan transaksi penjualan/pendapatan maupun merupakan piutang yang berasal dari
transaksi lainnya. Kategori piutang dipengaruhi jenis usaha entitas, untuk perusahaan
dagang dan manufaktur jenis piutang yang muncul adalah piutang dagang dan piutang
lainnya.Entitas menyebutkan piutang terkait dengan pendapatan sebagai piutangusaha.
2.4 Risiko Pemeriksaan Piutang
1.      Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji materiall, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian  yang saling berkaitan.
2.      Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.
3.      Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas
prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.
Pada pengujian substantif atas piutang usaha, pengujian detail saldo kategori
konfirmasi piutang merupakan prosedur yang penting. Prosedur ini sangat perlu dilakukan
karena merupakan prosedur auditing yang diterima umum, kecuali apabila piutang tidak
material, tidak efektif, resiko bawaan, maupun resiko pengendaliannya rendah, yang
dimana jika risiko pengendalian ditaksir terlalu rendah, risiko deteksi dapat terlalu tinggi
ditetapkan dan auditor dapat melaksanakan pengujian substantif yang tidak memadai
sehingga auditnya tidak efektif. Bila auditor tidak melakukan konfirmasi, ia harus
mencantumkam dalam kertas kerja  mengenai alasannya dan bagaimana akuntan
mengatasinya atau tindakan alternatif yang dilakukan.
SAS 67, The confirmation process (AU 330) mensyaratkan bahwa auditor harus
melakukan prosedur konfirmasi dalam proses pengauditan kecuali: 1) piutang dagang
berjumlah tidak material untuk laporan keuangan secara keseluruhan 2) penggunaan
konfirmasi dinilai tidak efektif 3) perencanaan auditor berkaitan dengan resiko bawaan dan
resiko pengendalian rendah dan bukti yang diharapkan dengan prosedur analitis atau
pengujian substantif detail cukup untuk mencapai resiko audit yang diterima. Dalam
melaksanakan prosedur konfirmasi, auditor perlu mengambil keputusan mengenai jenis
konfirmasi yang digunakan, penentuan kapan dilakukan konfirmasi dan besarnya sampel
yang dipilih.

Model Perhitungan Risiko Audit


Model Risiko Audit (audit risk) yang paling lumrah digunakan (dan diajarkan) adalah:
AR = IR x CR x DR

Dimana:
AR      = Audit Risk
IR        = Inherent Risk
CR       = Control Risk
DR      = Detection Risk

Model Risiko Audit ini bisa diterapkan dengan 3 langkah berikut ini:
Pertama, Kantor Akuntan Publik (KAP) biasanya sudah mematok besaran angka
persentase Audit Risk (AR) yang bisa diterima (biasanya tak boleh lebih dari 10%).
Kedua, menentukan IR dan CR. Inherent risk (IR) diukur dengan mempertimbangkan
factor eksternal dan internal seperti yang sudah saya jelaskan di atas.Sedangkan CR
diukur dengan menilai desain dan implementasi sistim pengendalian internal yang
dimiliki oleh audite seperti yang sudah saya jelaskan di atas.
Ketiga, menentukan DR dengan menggunakan persamaan di atas,  menjadi:
DR = AR/(IR x CR)
Besaran DR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam merancang prosedur audit, substantive test dan rencana audit secara
keseluruhan.
2.5 Tujuan Pemeriksaan Piutang Usaha
Menurut Sukrisno Agoes (2004:173) tujuan pemeriksaan perkiraan piutang usaha
yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang
baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
Jika akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control
atas piutang dan  transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif naka
luasnya pemeriksaan dan melakukan substantive test bisa dipersempit.
Beberapa ciri internal control yang baik atas  atas piutang dan  transaksi
penjualan, piutang dan penerimaan kas  adalah:
a.       Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan,
mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan
kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan.

b.      Digunakannya formulir formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered),


misalnya sales order (pesanan penjualan), sales invoice (faktur penjalan), delivery
order (surat pengiriman barang), credit memo, official receopt (kuitansi).

c.       Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari price list
atau setiap discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.

d.      Diadakannya sub buju besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable
subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate
(dimutakhirkan).

e.       Setiap akhkr bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang)

f.       Setiap akhir bulan jumlah saldo piutang dari masing-masing pelanggan dibandingkan
(direconcile) dengan jumlah saldo piutang menurut buku besar.
g.      Setiap akhir bulan dikirim montly statement of account kepada masing-masing
pelanggan.
h.      Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah
sutuhnya(intact) paling lambat keesokan harinya.

i.        Mutasi kredit diperkirakan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari
retur penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwenang.

j.        Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan
perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang,
didukung bukti bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau
tidak.
2. Untuk memeriksa apakah transaksi yang menyangkut penjualan, piutang dan
penerimaan kas.
a.       Semua sudah dicatat secara akurat (complete neesda accuracy)
b.      Semuanya merupakan transaksi yang benar-benar terjadi, tidak ada yang fiktif
(accurance/existence),
c.        Semua sudah dicatat pada periode yang tepat (cut-off)
3. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari pada
piutang.
Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti diakui
oleh yang mempunyai utang.
Authenticity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang
otentik seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangani oleh pelanggan
sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan, dan faktur
penjualan.
4. Untuk memeriksa collectubility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup
tidaknya perkiraan allowance for bad debts(penyisihan piutang tak tertagih).
Collectibility maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya piutang. Piutang
harus disajikan di laporan posisi keuangan (neraca) sebesar jumlah yang diperkirakan
bisa di tagih.
5. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang
timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum
tanggal jatuh temponya, maka pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) harus
diungkapkan adanya contingent liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih
tersebut.
6. Untuk mengetahui apakah piutang yang tercantum dalam mata uang asing sudah
dikonversi ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs rupiah BI pada tanggal
neraca.
7. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum di  Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan/ SAK
ETAP

Anda mungkin juga menyukai