Anda di halaman 1dari 8

27

METODE BERMAIN PERAN DALAM MENGOPTIMALKAN


KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI (4-5 TAHUN)

Oleh
Halida
(PAUD, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Abstrak: Penggunaan metode bermain peran pada anak usia dini diperlukan
untuk membelajarkan anak berbicara secara benar, baik dari aspek
kebahasaan, aspek nonkebahasaan maupun aspek isi dalam menyampaikan
ide. Oleh karena itu karena proses pembelajaran tidak hanya bersifat transfer
pembicaraan dari guru ke anak, tidak hanya guru yang banyak berbicara
menjelaskan sesuatu kepada anak, tidak hanya guru yang banyak melakukan
sesuatu, akan tetapi pembelajaran dirancang dan didesain lebih konstruktif,
berpusat pada anak (student centered), anak lebih banyak berbuat dan
melakukan, dengan banyak terlibatnya anak melakukan aktivitas khususnya
dalam bermain peran, maka secara tidak langsung memotivasi anak untuk
berbicara, sehingga pembelajaran lebih bermakna (meaningfull),
pembelajaran berkesan sampai anak dewasa.

Kata Kunci: metode bermain peran, kemampuan berbicara

Pendahuluan Salah satu aspek penting


Sejak lahir sampai dengan dalam perkembangan anak adalah
memasuki pendidikan dasar aspek perkembangan bahasa dimana
merupakan masa keemasan sekaligus perkembangan bahasa ini menurut
masa kritis dalam tahapan kehidupan para ahli berkaitan dengan
manusia yang akan menentukan perkembangan aspek lainnya.
perkembangan anak selanjutnya. Seorang anak yang memiliki
Masa ini merupakan masa yang tepat kemampuan verbal dapat dilihat
untuk meletakkan dasar-dasar ketika ia berbicara. Misalnya senang
pengembangan kemampuan fisik, menceritakan pengalamannya kepada
sosial, emosional, bahasa, konsep diri, guru dan teman-temannya, senang
seni, moral, dan nilai-nilai agama, menjawab pertanyaan guru,
sehingga upaya pengembang-an mengajukan pertanyaan tentang
seluruh potensi anak harus dimulai sesuatu yang ingin diketahuinya,
sejak usia dini agar tercapai secara merespon perilaku teman-temannya
optimal. Apabila pada masa ini anak dengan berbicara, dan sebagainya.
tidak dibina secara tepat, maka anak Oleh karena itu antara perkembangan
tersebut akan mengalami gangguan aspek bahasa yang didalamnya dan
perkembangan emosi, sosial, mental, aspek perkembangan lainnya harus
intelektual dan moral, yang akan berjalan seiringan. Bahasa digunakan
menentukan sikap serta nilai pola untuk berkomunikasi dan berinter-
perilaku seseorang di kemudian hari aksi antara sesama.
(Dirjen PAUD dan Dirjen Kegiatan pembinaan dan
PLS,2002.4) pengarahan kemampuan berbicara ini
bisa dilakukan guru di TK dengan dapat menggunakan ragam-ragam
memanfaatkan metode bermain peran. bahasa.
Berkaitan dengan harapan tersebut, Senada diungkapkan oleh
anak-anak yang pendiam, kurang Supriyati dalam Winda Gunarti,dkk,
percaya diri dan anak yang pemalu (2008:10.10) mengatakan bahwa
dapat dikembangkan kemampuan metode bermain peran adalah
berbicaranya oleh guru di TK dengan permainan yang memerankan tokoh-
melaksanakan metode bermain peran tokoh atau benda sekitar anak
dengan berbagai tokoh dan karakter. sehingga dapat mengembangkan daya
Sedapat mungkin seorang guru dalam khayal (imajinasi) dan penghayatan
melaksanakan bermain peran dengan terhadap bahan kegiatan yang
menarik, sehingga diharapkan dengan dilaksanakan. Tedjasaputra (2001:57)
metode bermain peran tersebut akan mengatakan bermain peran
merangsang anak untuk bermain dan merupakan salah satu jenis bermain
bersosialisasi dengan teman aktif, diartikan sebagai pemberian
sepermainan. Dan akhirnya dengan atribut tertentu terhadap benda, situasi
tidak disadari diharapkan akan dan anak memerankan tokoh yang ia
muncul percakapan yang dapat pilih. Apa yang dilakukan anak tampil
mengungkapkan isi hatinya, ide, serta dalam tingkah laku yang nyata dan
pengalamannya. dapat diamati dan biasanya
melibatkan penggunaan bahasa.
Metode Bermain Peran Ungkapan serupa dikemuka-
Mulyasa mengungkapkan kan Atwi Suparman (1997:91),
(2006:222) bahwa peran dapat bermain peran berarti memainkan
didefenisikan sebagai suatu rangkaian satu peran tertentu sehingga yang
perasaan, ucapan dan tindakan, bermain tersebut harus mampu
sebagai suatu pola hubungan unik berbuat (berbicara dan bertindak)
yang ditunjukkan oleh individu seperti peran yang dimainkannya.
terhadap individu lain. Peran yang Jadi, dengan bermain peran anak-anak
dimainkan individu dalam hidupnya dapat berbicara spontan dan dapat
dipengaruhi oleh persepsi individu meniru seperti bahasa seperti tokoh
terhadap dirinya dan terhadap orang yang diperankannya.
lain. Oleh sebab itu untuk dapat Dari beberapa uraian di atas
berperan dengan baik, diperlukan tentang bermain peran, maka dapat
pemahaman terhadap peran pribadi diasumsikan, bahwa bermain peran
dan orang lain. Peran yang dimainkan adalah permainan yang memerankan
individu dalam hidupnya dipengaruhi tokoh-tokoh, binatang atau benda
oleh persepsi individu terhadap sekitar anak berdasarkan khayalan
dirinya dan terhadap orang lain atau pengalaman seseorang yang
Selanjutnya Tarigan (1996:243) melibatkan kemampuan berbicara.
mengatakan dalam bermain peran,
anak bertindak, berlaku, dan Seluk Beluk Bermain Peran
berbahasa seperti orang yang 1. Jenis-jenis Bermain Peran
diperankannya. Dari segi bahasa, Dua jenis main peran, yaitu;
berarti anak harus mengenal dan (1) Main peran makro yaitu benda
ukuran sebenarnya Dalam bermain
Metode Bermain Peran dalam Mengoptimalkan (Halida) 29

peran makro, anak berperan menjadi boneka, binatang mainan) yang


seseorang yang mereka inginkan. Bisa mewakili sesuatu sehingga mainan
mama, papa, tante, polisi, sopir, pilot; menjadi agen yang aktif di dalam
(2) Main peran mikro yaitu benda kegiatan pura-pura; (g) urutan yang
ukuran kecil. Untuk urutan yang belum berbentuk cerita; anak
diperlukan oleh anak dalam main mengulang-ngulang satu tindakan/
peran yang berkualitas, antara lain: adegan kepada beberapa orang; (h)
(a) Berbagi latar belakang urutan cerita; anak menggunakan
pengalaman yang sama; (b) Waktu, lebih dari satu adegan dalam main
tempat dan alat-alat yang sesuai; (c) peran; (i) perencanaan; anak terlibat
Keterlibatan orang dewasa. dalam main peran dengan bukti ada
http://yudhistira31.wordpress.com/20 perencanaan lebih dahulu.
08/06/13/bermain-peranpembelajar-
an-asyik-buat-anak/ 3. Kelebihan dan Kekurangan
Metode Bermain Peran
2. Tahap-tahap Perkembangan Atwi Suparman berpendapat
Bermain Peran (2006:93) terdapat beberapa
Bermain peran merupakan kelebihan dari bermain peran dimana
suatu aktivitas anak yang alamiah kegiatan ini merupakan: (1) bentuk
karena sesuai dengan cara berpikir kreativitas setiap anak melalui daya
anak usia dini, yaitu berpikir simbolik imajinasi dan fantasi, memungkinkan
Piaget dalam Winda Gunarti, dkk anak mengeksplorasi dunianya sendiri
(10.13-10.16) mengatakan bahwa sehingga akan terbangun kreativitas
tahap-tahap perkembangan bermain untuk mempergunakan pikiran dan
peran adalah: logika; (2) dengan bermain peran
(a) awal pura-pura; anak terlibat berarti anak bereksperimen, anak
dalam tindakan seperti pura-pura, menemukan bahwa merancang
tetapi belum ada bukti dia main pura- sesuatu yang baru dan berbeda akan
pura; (b) pura-pura dengan dirinya; menimbulkan kepuasan, sehingga
anak terlibat dalam perilaku pura- mereka dapat mengalihkan minat
pura, diarahkan pada dirinya sendiri, kreatifnya ke situasi di luar dunia
di mana pura-pura terlihat jelas; (c) bermain. Adapun kekurangan dalam
pura-pura dengan oranglain; anak bermain peran yaitu:
terlibat dalam perilaku pura-pura, (1) Kecenderungan tidak bersung-
diarahkan oleh anak kepada yang guh-sungguh atau bermain-main akan
lainnya, perilaku pura-pura tentang selalu muncul, lebih-lebih jika para
oranglain; (d) pengganti; anak pemegang peran tidak mampu
menggunakan objek seadanya dalam menghatati perannya dengan
cara yang kreatif atau sesuai sempurna; (2) Memerlukan waktu
khayalan, atau menggunakan objek yang cukup banyak, lebih-lebih jika
dalam cara yang berbeda dari jumlah siswa dalam satu kelas cukup
biasanya; (e) pura-pura dengan objek besar; (3) Bermain peran tidak efektif
atau orang; anak pura-pura bahwa untuk menyampaikan informasi
objek bahan, orang, atau binatang itu umum.
ada; (f) agen aktif; anak
menghidupkan mainan seperti
4. Fungsi Bermain Peran dalam Gunarti, dkk (2008: 10.11)
Pengembangan Kemampuan mengungkapkan: “In the dramatic
Berbicara play area children have the
Di dalam bermain peran, anak opportunity to role-play real-life
berlatih menggunakan bahasa situations, release emotions, practice
ekspresif (berbicara) dan bahasa language, develop social skills, and
reseptif (mendengarkan) berkomuni- express themselves creatively.”
kasi dan bebas menentukan teman Fledman berpendapat bahwa
bermain. Menurut Winda Gunarti di dalam area drama, anak-anak
dkk, (2008:10.11) bermain peran memiliki kesempatan untuk bermain
dalam proses pembelajaran ditujukan peran dalam situasi kehidupan yang
sebagai usaha memecahkan masalah sebenarnya, melepaskan emosi,
(diri, sosial) melalui serangkaian mempraktikkan kemampuan berba-
tindakan pemeranan. Secara eksplisit hasa, membangun keterampilan sosial
bila ditinjau dari tujuan pendidikan, dan mengekspresikan diri dengan
metode bermain peran diharapkan kreatif.
anak dapat: Pelaksanaan bermain peran
(a) mengeksplorasi perasaan- dalam pengembangan bahasa di
perasaan; (b) memperoleh wawasan Taman Kanak-kanak menurut
(insight) tentang sikap-sikap, nilai- Nurbiana Dhieni (2007:7.33)
nilai dan persepsinya; (c) bertujuan: (1) melatih daya tangkap;
mengembangkan keterampilan dan (2) melatih anak berbicara lancar; (3)
sikap dalam memecahkan masalah melatih daya konsentrasi; (4) melatih
yang dihadapi; (d); mengembangkan membuat kesimpulan; (5) membantu
kreativitas dengan membuat jalan perkembangan intelegensi; (6)
cerita atas inisiatif anak; (e) melatih membantu perkembangan fantasi;(7)
daya tangkap; (f) melatih daya menciptakan suasana yang
konsentrasi; (g) melatih membuat menyenangkan.
kesimpulan; (h) membantu Hal ini dipertegas oleh Keer
perkembangan kognitif; (i) membantu (2006: 63) yang mengatakan bahwa
perkembangan fantasi; (j) dengan bermain peran anak dapat:
menciptakan suasana yang menye- (1) mengalami kesenangan dan
nangkan; (k) mencapai kemampuan kepuasan luar biasa; (2) menunjukkan
berkomunikasi secara spontan/ perasaannya, mengem-bangkan
berbicara lancar; (l) membangun bahasa lisan; (3) belajar kemahiran
pemikiran yang analitis dan kritis; (m) sosial; (4) belajar banyak kemahiran-
membangun sikap positif dalam diri kemahiran dan konsep-konsep
anak; (n) menumbuhkan aspek afektif terutama yang berhubungan dengna
melalui penghayatan isi cerita; (o) bentuk, warna, corak dan penguasaan
untuk membawa situasi yang alat-alat; (5) dapat menterjemahkan
sebenarnya ke dalam bentuk simulasi pengetahuan dan pemahaman tentang
miniatur kehidupan; (p) untuk dunia.
membuat variasi yang menarik dalam Dari uraian di muka, dapat
kegiatan pengembangan. diasumsikan bahwa bermain peran
Mengenai manfaat metode adalah permainan yang memerankan
bermain peran, Fledman dalam Winda tokoh-tokoh, binatang atau benda
Metode Bermain Peran dalam Mengoptimalkan (Halida) 31

sekitar anak berdasarkan khayalan mengatakan: Oral language is speech


atau pengalaman seseorang yang may be considered a distinct facto in
melibatkan kemampuan berbicara. sound change, since may vary
independently of effort.
Pengertian Kemampuan Berbicara Dari kedua pendapat ahli di
Menurut Dardjowidjojo atas, dapat disimpulkan kemampuan
(2003:17), bahasa lisan merupakan berbicara adalah suatu keterampilan
unsur penting dalam interaksi atau bawaan sejak lahir yang
sosialisasi. Bahasa adalah suatu dikembangkan melalui interaksi
sistem simbol lisan yang arbitrer yang dengan lingkungan, berupa penggalan
dipakai oleh anggota suatu kata dalam bentuk bunyi yang
masyarakat bahasa untuk diekspresikan dalam menyampaikan
berkomunikasi dan berinteraksi antar pesan maupun gagasan.
sesamanya, berlandaskan pada Seefeldt dan Howard
budaya yang mereka miliki bersama. (2008:354) mengatakan berbicara
Selanjutnya Djiwandono mengatakan adalah ekspresi yang dikeluarkan
(2008;118), berbicara berarti secara lisan (oral). Organ manusia
mengungkapkan pikiran secara lisan. yang berperan dalam berbicara adalah
Senada dengan ungkapan Tarigan mulut dan tenggorokan. Sejak kecil,
dalam Suhartono (2005:20) menurut Suyadi (2009: 92) anak
mengatakan bicara adalah dibiasakan untuk berbicara secara
kemampuan mengucapkan bunyi- jelas, baik dan benar. Anak yang haus
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk akan kata-kata mempunyai keinginan
mengekspresikan, menyatakan serta untuk selalu berbicara. Dengan
menyampaikan pikiran, gagasan, dan demikian anak diberikan kesempatan
perasaan. Senada dengan pendapat untuk bicara dan didengarkan apa
diatas, menurut Hariyadi dan Zamzani yang disampaikannya.
dalam Suhartono (2005:20), berbicara Senada dengan pendapat
pada hakikatnya merupakan suatu diatas, Jalongo (2007:106)
proses berkomuni-kasi, sebab di mengungkapkan berbicara adalah
dalamnya terjadi pesan dari suatu ungkapan ekspresi dari bahasa yang
sumber ke tempat lain. dikeluarkan melalui mulut.
Menurut Berk, (2006: 364) Maksudnya seseorang dalam
berbicara adalah penyusunan kalimat menyampaikan ide/gagasan atau
yang pendek/singkat dalam suatu pendapat diungkapkan melalui
ungkapan, pengucapan kata-kata yang mulut.
jelas dan terang, pengulangan dari Peccei (2000:11) mengatakan
kata-kata yang baru dalam suatu bahasa yang digunakan anak-anak itu
variasi dari sebuah konteks. sangat penting, karena mempunyai
Selanjutnya Crystal dalam Hoff, banyak informasi tentang diri mereka
(2005:2) mengatakan: Oral language dan tentang situasi dimana mereka
is the systematic and conventional use sudah menggunakan kata- kata
of sound (or sign or written symbols) tertentu atau kelompok kata-kata.
for the purpose of communication or Dengan berbicara maka kita dapat
self-self-expression. Hal senada mengetahui bahasa yang disampaikan
diungkapkan oleh Labov (2001;18), oleh anak, walaupun hanya satu kata.
Dengan pembicaraan yang dalam berbicara sangat ditunjang oleh
jelas diharapkan informasi bisa penguasaan materi/bahan yang baik.
tersampaikan. Nurbiana Dhieni (3) Ekspresi dan gerak-gerik tubuh
(2007:3.6) mengatakan bahwa; sangat diperlukan dalam menunjang
tujuan berbicara adalah untuk keefektifan berbicara. Dalam
memberitahukan, melaporkan, kemampuan berbicara, selain aspek
menghibur, membujuk, dan kebahasaan dan nonkebahasaan,
meyakinkan seseorang yang terdiri unsur isi dalam pembicaraan
dari aspek kebahasaan dan merupakan bagian yang lebih penting,
nonkebahasaan. Aspek kebahasaan tanpa isi yang diidentifikasi secara
meliputi faktor-faktor sebagai berikut: jelas, pesan yang ingin disampaikan
(1) keterampilan ucapan; (2) melalui kegiatan berbicara tidak akan
penempatan tekanan, nada, sendi, dan tersampaikan secara jelas pula, dalam
durasi yang sesuai; (3) pilihan kata; aspek isi dari berbicara terdiri dari
(4) ketepatan sasaran pembicaraan. kerincian dan kejelasan.
Aspek nonkebahasaan meliputi (1) Dari beberapa pendapat di
sikap tubuh; (2) kesediaan atas, dapat disimpulkan bahwa
menghargai pembicaraan maupun kemampuan berbicara adalah
gagasan orang lain; (3) kenyaringan keterampilan dalam menyampaikan
suara dan kelancaran dalam berbicara; ide/gagasan, informasi dan perasaan
(4) relevansi, penalaran dan secara lisan, ditandai dengan (1)
penguasaan terhadap topik tertentu. aspek kebahasaan, meliputi pelafalan
Hal ini dipertegas oleh yang jelas, intonasi yang wajar,
Djiwandono (1996;68-69) yang susunan kalimat yang benar, dan
mengatakan kemampuan berbicara pilihan kata yang tepat; (2) aspek
merupakan pengungkapan diri secara nonkebahasaan, meliputi: keberanian,
lisan. Unsur-unsur kebahasaan yang kelancaran serta ekspresi dalam
dapat menunjang keefektifan dalam berbicara; (3) aspek isi,
berbicara yaitu, pelafalan yang jelas, meliputi kerincian dan kejelasan
intonasi yang wajar, pilihan kata yang dalam menyampaikan isi dari
tepat, dan penerapan susunan kalimat pembicaraan.
yang benar; (1) Pengucapan lafal
yang jelas. (2) Penerapan Intonasi Penutup
yang wajar.; (3). Pilihan Kata; (4). Dalam pelaksanaan proses
Penerapan struktur/susunan kalimat pembelajaran dengan menggunakan
yang benar. Aspek nonkebahasaan metode bermain peran, yang perlu
adalah faktor-faktor diluar unsur diperhatikan adalah kinerja guru
kebahasaan yang turut mendukung dalam memajemen anak ketika
berlangsungnya kegiatan berbicara, hendak bermain peran serta
yang dapat dikategorikan sebagai penyediaan media yang beragam dan
faktor-faktor nonkebahasaan, yaitu berkualitas untuk digunakan anak.
keberanian, kelancaran, ekspresi/ Apabila hal tersebut dapat dipenuhi
gerak-gerik tubuh. (1) Keberanian maka keberhasilan indikator dapat
dalam mengemukakan pendapat dan tercapai dengan baik. Dalam
keberpihakan terhadap gagasan yang melakonkan tokoh dari sebuah cerita,
diyakini kebenarannya.; (2) Lancar anak dituntut untuk melakukan suatu
Metode Bermain Peran dalam Mengoptimalkan (Halida) 33

percakapan dengan lawan mainnya Hoff, Erika. 2005. Language


secara jelas, wajar, tepat, lancar, Development. third edition,
berani dan penuh ekspresif. Bermain Florida: Atlantic University.
peran merupakan metode yang tepat Jalongo, Mary Renck. 2007. Early
dalam menjembatani anak untuk lebih Childhood Language Arts.
leluasa dalam berbicara, memberikan Boston New York, San
keleluasaan kepada anak untuk Fransisco: Pearson.
berkreativitas membuat maupun Keer, Adam. 2006. Bring Out the
menciptakan alur cerita sendiri. Genius in Your Child. London:
Dengan demikian banyak dampak Hamlyn.
positif yang dapat diambil dari Masitoh dkk. 2005. Metode
kegiatan bermain peran bagi Pengembangan Bahasa. Jakarta:
perkembangan berbicara anak. Pusat Pembinaan Bahasa.
Morrow, Lesley Mandel. 1993.
Daftar Pustaka Literacy Development. M.A.
Berk, Laura E. 2006. Child Needham Heights: Allyn and
Development, Boston. New York, Bacon.
San Fransisco: Pearson. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang
Clark , Herbert H. & Eve V. Clark. Disempurnakan. Jakarta: Rosda.
1997. Psychology and Language. Power, Brenda Miller & Ruth
Harcourt: Brace Jovamovich, Hubbard. 1990. Literacy in
Inc, Process. (Heinemenn Portmouth,
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. NH.
Psikolinguistik Pengantar Suparman, Atwi. 1997. Model-model
Pemahaman Bahasa Manusia. Pembelajaran Interaktif. Jakarta:
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sekolah Tinggi Ilmu
Dhieni, Nurbiana dkk. 2007. Metode Administrasi, Lembaga
Pengembangan Bahasa. Jakarta: Administrasi Negara.
Universitas Terbuka. Suyadi. 2009. Permainan Edukatif
Djiwandono M. Soenardi. 1996. Tes yang Mencerdaskan. Jakarta:
Bahasa dalam Pengajaran. Power Books, IHDINA.
Bandung: ITB. Tarigan, Henry Guntur. 1988.
Djiwandono M. Soenardi. 2008. Tes Pengajaran Pemerolehan
Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Depdikbud,
Bahasa. Jakarta: PT.Indeks, Tedjasaputra, Mayke. 2001. Bermain,
Direktorat PAUD dan Dirjen PLS Mainan, dan Permainan. Jakarta:
Depdiknas, 2002. .Acuan Irasindo Media Widiasarana
Pembelajaran PAUD (Menu Indonesia.
untuk Pembelajaran Generik). http://yudhistira31.wordpress.com/20
Gunarti Winda, Lilis Suryani, 08/06/13/bermain-peran-
Azizah Muis. 2008. Metode pembelajaran-asyik-buat-anak/
Pengembangan Perilaku dan
Kemampuan Dasar Anak Usia
Dini. Jakarta: UT.
34 Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol. 9. No. 1. Maret 2011:1 - 8

Anda mungkin juga menyukai