PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1) Bagaimana konsep dasar dari penyakit DHF?
2) Bagaimana asuhan keperawatan anak DHF?
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan pada anak dengan
DHF.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui konsep dasar dari penyakit DHF.
2) Untuk mengetahui asuhan keperawatan anak DHF.
1.4 MANFAAT
Selain tujuan, adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1) Makalah ini secara praktis diharapkan dapat meyumbangkan pemikiran
terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan konsep dasar dan
asuhan keperawatan pada anak DHF.
2) Hasil makalah ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang aplikasi asuhan
keperawatan anak dengan DHF.
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
Virus dengue termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae secara serologi
terdapat 4 tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan serotipe
yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru dalam Nurarif, 2015).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
1. Aedes Aegypti, yaitu :
- Paling sering ditemukan
- Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
3
- Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik
putih.Biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan
sore hari.
- Jarak terbang 100 meter.
2. Aedes Albopictus, yaitu :
- Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah
atau pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas
- Menggigit pada waktu siang hari
- Jarak terbang 50 meter.
C. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia (virus berada dalam sirkulasi darah). Hal tersebut menyebabkan
pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus
pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat C3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus
sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi
juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga
menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan
berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka
akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak
teratasi dapat menimbulkan hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia
terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada
daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:
4
1) Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem
komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2
peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2) Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
3) Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4) Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia
jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani,
2006)
5
E. Klasifikasi
Menurut Suriadi (2010), derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi 4
golongan, yaitu :
- Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.
Uji tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
- Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
- Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg), kulit
dingin dan lembab serta gelisah.
- Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
teratur.
Klasifikasi derajat DHF menurut WHO :
- Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perarahan adalah uji tornoquet positif
- Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan /atau
perdarahan lain.
- Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
- Gejala 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
F. Manifestasi Klinis
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan apabila semua
hal dibawah ini dipenuhi:
a. Demam: Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2 –
7 hari
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
- Uji torniquet positif
- Petekie, purpura, ekimosis
- Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi berdarah), saluran cerna, tempat
bekas suntikan
6
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ mm3
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
- Peningkatan nilai hematokrit 20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin
- Penurunan nilai hematokrit 20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap
- Hb dan PCV meningkat (> 20%)
- Trombositopenia (< 100.000 /mm3)
- Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
- Protein darah rendah
- Ureum dan PH bisa meningkat
- NA dan CL rendah
- Serologi: HI (hemaglutination inhibition test)
7
2) Rontgen thorax merupakan data penunjang untuk mengetahui kemungkinan
dijumpainya efusi pleura.
3) Uji test tourniquet (+)
USG: untuk mengetahui adanya hepatomegali dan splenomegali.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan
pada derajat I hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75
ml/kg BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau
bersama diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau
pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut:
- 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
- 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
b. Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder.
c. Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
d. Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20
ml/kg BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg
BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan
berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk.
b. Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 10
ml/kg BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24
jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan
tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan
8
cairan yang cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam
jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan selanjutnya.
c. Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih
menurun dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan
plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30
mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan
diatas.
3. Derajat IV
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
b. Apabila keadaan tekanan darah memburuk maka harus dipasang. 2
saluran infus dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan
satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20
ml/kgBB/jam selam 1 jam,
c. Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander
20 ml/kgBB/jam,
d. Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
e. Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan
perbaikan maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya
dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz
Alimul, 2008).
I. Komplikasi
1. Syok
Pada DHF derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan banyak
cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan
intravaskuler.
9
2. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya
deposit bilirubin.
3. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari DHF apabila terjadi
Dengue Shock Syndrome (DSS) yang akan berakibat kepada kematian.
10
5) Riwayat kesehatan keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan
air, vas and ban bekas.
6) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
7) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
8) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
9) Pola kebiasaan
- Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
- Eliminasi atau buang air besar. Kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV
bisa terjadi melena.
- Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue
grade IV sering terjadi hematuria.
- Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
11
- Kebersihan, upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat
sarang nyamuk Aedes Aegypti.
- Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
10) Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam
Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
- Grade I: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
- Grade II: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
- Grade III: kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
- Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.
- Kulit
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. Kuku sianosis atau tidak
- Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
- Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
12
pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan
IV
- Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
- Anus dan Genetalia
Dapat terganggu karena diare atau konstipasi
- Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
11) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
- Hb dan PCV meningkat (≥20%).
- Trombositopenia (≤100.000/mm3).
- Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
- Ig.D.dengue positif.
- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
- Urium dan PH darah mungkin meningkat.
- Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO3 rendah.
- SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
B. Diagnosis
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas,
sindrom hipoventilasi.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
13
C. Rencana Asuhan Keperawatan
14
rentang g. Lakukan suction g. Meningkatkan
normal pada mayo pertukaran gas
h. Berikan h. Memberikan
pelembab udara kenyamanan
Kassa basah
NaCl lembab
i. Atur intake i. Keseimbangan
untuk cairan cairan membantu
meng- mengencerkan
optimalkan secret
keseimbangan
j. Monitor
j. Mengetahui
respirasi dan
kebutuhan O2
status O2
klien
Oxygen Therapy
Oxygen Therapy
k. Mem-
k. Menjaga
pertahankan
keadekuatan
jalan napas
ventilasi
paten
l. Kolaborasi
l. Meningkatkan
dalam
ventilasi dan
pemberian
asupan oksigen
oksigen terapi
m. Menjaga aliran
m. Monitor aliran
oksigen
oksigen
mencukupi
kebutuhan klien
Hipertermia Setelah dilakukan Fever Treatment: Fever Treatment
berhubungan tindakan
a. Observasi tanda- a. Tanda-tanda vital
dengan keperawatan
tanda vital merupakan acuan
proses selama ... x 24
tiap 3 jam. untuk mengetahui
infeksi virus
15
dengue jam, pasien akan : keadaan umum
pasien.
- Menunjukkan
b. Beri kompres b. Kompres hangat
suhu tubuh
hangat pada dapat
dalam rentang
bagian lipatan mengembalikan
normal.
tubuh (Paha dan suhu normal
- TTV normal.
aksila ). memperlancar
sirkulasi.
c. Monitor intake c. Untuk mengetahui
dan output adanya ketidak-
seimbangan cairan
tubuh.
d. Berikan obat d. Dapat
antipiretik. menurunkan
Temperature demam
Regulation Temperature
16
akibat dari
peningkatan suhu
dan dapat terjadi
konduksi.
Defisit Setelah dilakukan Nutrition Nutrition
nutrisi tindakan Management Management
berhubungan keperawatan
a. Kaji keadaan a. Memudahkan
denganketid selama ... x 24
umum klien Suntuk intervensi
akmampuan jam, pasien akan:
b. Beri makanan selanjutnya
menelan
Nutritional sesuai b. Merangsang nafsu
makanan
Status : food and kebutuhan makan klien
Fluid Intake tubuh klien. sehingga klien mau
Kriteria Hasil : c. Anjurkan orang makan.
- Adanya tua klien untuk c. Makanan dalam
peningkatan berat memberi porsi kecil tapi
badan sesuai makanan sedikit sering
dengan tujuan tapi sering. memudahkan
- Berat badan organ pencernaan
ideal sesuai dalam
dengan tinggi metabolisme.
badan d. Anjurkan orang d. Makanan dengan
- Mampu tua klien komposisi TKTP
mengidentifikasi memberi berfungsi
kebutuhan nutrisi makanan TKTP membantu
- Tidak ada tanda dalam bentuk mempercepat
tanda malnutrisi lunak proses
- Tidak terjadi penyembuhan.
Nutrition
penurunan berat
Monitoring Nutrition
badan yang
Monitoring
berarti e. Timbang berat
badan klien tiap e. Berat badan
17
satu indicator
pemenuhan nutrisi
berhasil.
f. Monitor mual f. Untuk mengetahui
dan muntah status nutrisi
pasien pasien.
g. Monitor kalori g. Untuk mengetahui
dan intake cukup atau
nutrisi tidaknya intake
h. Catat adanya cairan
edema, h. Untuk mengetahui
hiperemik, ada atau tidaknya
hipertonik kelainan
papila lidah dan
cavitas oral
BAB III
KASUS FIKTIF
18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. B DENGAN DENGUE
HAEMORAGIC FEVER (DHF)
DI RUANG ABIMANYU-RSUD SANJIWANI GIANYAR
PADA TANGGAL 1-3 JANUARI 2018
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Pasien:
1) Nama : An. B
2) Tempat tgl lahir/usia : Gianyar, 10 Juli 2013
3) Jenis kelamin : Laki-Laki
4) Agama : Hindu
5) Pendidikan :-
6) Alamat : Gianyar
7) Diagnosa medik : DHF
8) No. RM : 12345
9) Tanggal masuk : 31 Desember 2017 (09.00 WITA)
10) Tanggal pengkajian : 1 Januari 2018
Orang Tua:
1) Ayah
a) Nama : Tn. J
b) Usia : 36 tahun
c) Pendidikan : SMA
d) Pekerjaan : Swasta
e) Agama : Hindu
f) Alamat : Gianyar
2) Ibu
a. Nama : Ny. S
b. Usia : 32 tahun
19
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Gianyar
B. Genogram
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= kawin
= hubungan dengan keluarga
= tinggal satu rumah
= pasien yang diidentifikasi
C. Alasan Dirawat
1) Keluhan utama : demam tinggi
2) Riwayat kesehatan sekarang
Sejak 4 hari yang lalu An. B mengalami demam tinggi, gelisah, nafsu
makan berkurang, mual, muntah, susah BAB, lemas, dan terdapat bintik-
bintik merah di badannya. Pasien datang ke rumah sakit diantar oleh
kedua orang tuanya. Pasien diterima di UGD RS Sanjiwani Gianyar pada
tanggal 31 Desember 2017, pada pukul 09.00 WITA
20
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu pasien mengatakan, pasien sebelumnya belum pernah mengalami
penyakit seperti ini.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan, tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit yang sama atau penyakit keturunan lainnya.
21
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien agak sulit bernapas. Itu dirasakan
saat pasien menarik napas.
2) Makan dan Minum
Keadaan sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien 3 kali dalam sehari. Pasien
suka makan nasi dengan lauk ayam dan sedikit sayur hijau. Pasien tidak
suka makan buah. Pasien tidak makan seafood karena alergi. Pasien suka
jajan di jalan.
Keadaan saat sakit:
Ibu pasien mengatakan pasien tidak nafsu makan, makanan habis ¼ porsi
sekali makan. Pasien hanya minum sedikit, frekuensi 3-4 gelas sehari.
Pasien tidak tertarik dengan makanan lain.
3) Eleminasi BAB/BAK
Ibu pasien mengatakan, pasien sulit BAB sejak 4 hari yang lalu.
4) Aktivitas
Ibu pasien mengatakan pasien suka bermain mobil-mobilan bersama
teman seumurannya. Tetapi semenjak sakit, aktivitas pasien berkurang,
pasien lemas.
5) Rekreasi
Ibu pasien juga mengatakan, sebelum sakit pasien sering diajak jalan-
jalan di taman bermain dekat rumah.
6) Istirahat tidur
Ibu pasien mengatakan kebiasaan pasien sebelum tidur yaitu mencuci
kaki dan kencing. Tidak ada kebiasaan tidur yang lain, tidur malam
mulai jam 08.00 WITA, bangun pagi biasanya jam 06.00, dan tidur
ditemani kedua orang tua. Pasien juga biasa tidur siang selama 2-3 jam.
Tetapi semenjak sakit pasien tidur ± 1 jam pada siang hari dan di malam
hari tidur ± 6 jam. Pasien sering terbangun di malam hari karena
badannya panas dan gelisah.
7) Kebersihan diri
22
Ibu pasien mengatakan pasien kadang-kadang mandi sendiri di kamar
mandi memakai sabun dan dikeringkan dengan handuk tapi tidak rata.
Gosok gigi sendiri, menggunakan pasta gigi saat mandi. Saat pengkajian
kondisi pasien bersih karena selalu dibantu ibunya untuk mandi dan
menggunakan pakaian.
8) Suhu tubuh
Ibu pasien mengatakan, suhu tubuh pasien meningkat dan terkadang naik
turun lagi.
9) Rasa nyaman
Ibu pasien mengatakan pasien merasa kurang nyaman dan gelisah.
10) Rasa aman
Pasien agak takut ketika akan diperiksa oleh petugas kesehatan.
11) Belajar
Keluarga pasien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena
masih kecil, tapi pasien sudah mulai bisa membaca dan menulis.
12) Prestasi
Ibu pasien mengatakan pasien bisa menghitung 1-10 dengan bahasa
inggris.
13) Interaksi sosial
Hubungan sosial pasien dengan orang tuanya sangat baik dan menurut
ibumya hubungan pasien dengan teman sebayanya juga baik. Pasien
mudah berinteraksi dengan teman sebayanya.
14) Ibadah
Keluarga sering mengajak pasien beribadah ke pura dan khususnya pada
hari raya keagamaan.
F. Pengawasan Kesehatan
Bila sehat diawasi di tidak/ya : ya di puskemas
Bila sakit minta pertolongan kepada : puskesmas
Kunjungan ke posyandu : Ibu megatakan anaknya rajin ia ajak ke posyandu
Pengawasan anak dirumah : Ibu mengatakan anaknya selalu diawasi
Imunisasi (1-5 tahun)
23
Jenis Waktu Frekuensi Reaksi setelah
No. Frekuensi
imunisasi pemberian (kali) pemberian
1. BCG Usia 2 bulan 1 - -
Usia 2 bulan,
DPT
2. 4 bulan, 3 - -
(I,II,III)
6 bulan
Lahir, usia 2
Polio
3. bulan, 4 bulan, 4 - -
(I,II,III,IV)
dan 6 bulan
4. Campak Usia 9 bulan 1 - -
Lahir,
usia 2 bulan,
5. Hepatitis 4 - -
4 bulan, dan 6
bulan
G. Kesehatan Lingkungan
Ibu mengatakan lingkungan disekitar rumahnya sehat dan nampak bersih.
24
Pergerakan : baik
Penampilan/postur/bentuk tubuh : tegak agak kurus
Status gizi : baik
2) Warna kulit : sawo matang
3) Suara waktu menangis : keras dan lantang
4) Tonus otot : normal
5) Turgor kulit : menurun
6) Udema : tidak
7) Kepala : bentuk normal, UUB tertutup, ketombe dan rambut rontok tidak
ada.
8) Mulut : mulut bersih, mukosa bibir pucat, stomatitis tidak ada, caries
tidak ada.
9) Hidung : bentuk normal, secret tidak ada, gerakan cuping hidung ada,
kelainan tidak ada.
10) Mata : bentuk mata normal, pergerakan mata normal, pupil dilatasi,
konjungtiva pucat, sclera putih.
11) Telinga : bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran normal, serumen
tidak ada, kelainan tidak ada.
12) Leher : bentuk normal, pembesaran kelenjar tyroid tidak ada.
13) Persyarafan : normal, gerak refleks spontan.
14) Abdomen : bentuk simetris
15) Ekstremitas :
Atas : terpasang infus pada ekstremitas kanan, ADL terbatas, tidak ada
edema, tidak ada laserasi.
Bawah : tidak ada edema, tidak ada varises
16) Genetalia : kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan tidak ada.
17) Anus : bentuk normal, kebersihan cukup, haemoroid tidak ada.
18) Antropometri (ukuran pertumbuhan)
a) BB = 20 kg
b) TB = 100 cm
c) Lingkar kepala = 50,7 cm
d) Lingkar dada = 68 cm
25
e) Lingkar lengan = 15 cm
Therapy :
a) Cairan Infus Ringer Laktat 20 tts/menit
b) Paracetamol syr 3 x 1 sehari
K. Hasil Observasi
1) Interaksi anak dengan orang tua
2) Bentuk/arah komunikasi
3) Ambivalensi/kontradiksi perilaku
4) Rasa aman anak
L. Analisa Data
DATA Masalah
TGL/JAM Etiologi
keperawatan
1 Januari DS : - Virus masuk ke Hipertermia
2018 DO : aliran darah
26
Pukul 13.00 - Suhu tubuh di atas normal (38ºC)
WITA - Kulit pasien tampak merah Viremia
- Kulit terasa hangat
Masuk ke pembuluh
darah otak melalui
aliran darah
sehingga
mempengaruhi
hipotalamus
Suhu tubuh
meningkat
27
2018 berhubung keperawatan selama vital tiap 3 jam. vital
an dengan 2 x 24 jam, merupakan
proses diharapkan pasien acuan untuk
infeksi dapat : mengetahui
virus - Menunjukkan keadaan
dengue suhu tubuh umum
dalam rentang pasien.
normal. b. Beri kompres b. Kompres
- TTV normal hangat pada bagian hangat dapat
lipatan tubuh (paha dan mengembalik
aksila). an suhu
normal
memperlan-
car sirkulasi.
c. Monitor intake dan c. Untuk
output. mengetahui
adanya
ketidak-
seimbangan
cairan tubuh.
d. Delegatif dalam d. Dapat
pemberian obat menurunkan
antipiretik. demam
Temperature Regulation
Temperature
Regulation
a. Beri banyak minum (±
a. Peningkatan
1-1,5 liter/hari) sedikit
suhu tubuh
tapi sering.
akan
menyebab-
28
kan
penguapan
tubuh
meningkat
sehingga
perlu
diimbangi
dengan
asupan cairan
yang banyak.
b. Ganti pakaian klien b. Pakaian yang
dengan bahan tipis tipis
menyerap keringat menyerap
keringat dan
membantu
mengurangi
penguapan
tubuh akibat
dari
peningkatan
suhu dan
dapat terjadi
konduksi.
29
1 01/01/20 1 13.00 1. Mengobservasi tanda-tanda DS : Ibu pasien mengatakan
18 WITA vital tiap 3 jam badan anaknya masih
panas
DO : N : 90 x/menit, RR :
36 x/menit, S : 38oC
DO : N : 92 x/menit, RR :
36 x/menit, S : 38oC
DO : Pasien mampu
menghabiskan minum
30
± 450 cc
DO : Pasien mendapatkan
paracetamol syr,
diberikan secara oral,
tidak ada alergi
DO : N : 95 x/menit, RR :
30 x/menit, S : 37,8oC
DO : Pasien mampu
menghabiskan minum
2 aqua gelas saja
31
DO : Pasien masih gelisah
dan kulit masih
kemerahan
DO : N : 88 x/menit, RR :
28 x/menit, S : 37,6oC
DO : N : 95 x/menit, RR :
25 x/menit, S : 37,2oC
14 01/02/20 1 12.30 14. Memonitor intake dan output DS : Ibu pasien mengatakan
18 WITA anaknya sudah mulai
sering minum dan
sudah buang air kecil
2 kali.
32
obat
DO : Pasien mendapatkan
paracetamol syr,
diberikan secara oral,
tidak ada alergi
DO : N : 98 x/menit, RR :
27 x/menit, S : 37,1oC
DO : Pasien mampu
menghabiskan minum
1½ aqua besar
DO : Pasien mampu
menghabiskan minum
2 aqua besar
33
20 01/03/20 1 10.30 20. Mengobservasi suhu pasien DS : Ibu pasien mengatakan
18 WITA badan anaknya sudah
tidak hangat lagi
DO : N : 90 x/menit, RR :
24 x/menit, S : 37oC
V. Evaluasi
No.
Tgl/Jam Evaluasi Sumatif TTD
Dx
03/01/2018 1 S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak demam dan lemas
13.30 lagi
O : K/u pasien membaik, pasien tampak nyaman, tidak gelisah,
wajah tidak kemerahan, suhu tubuh dalam batas normal
N : 90 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 37oC
A : Masalah teratasi, tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
34
BAB IV
SIMPULAN
3.1 SIMPULAN
Dengue haemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang dapat menyerang anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
dan tanpa ruam, manifestasi perdarahan yang dapat menyebabkan kematian. Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) artinya virus yang
di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina).
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi
viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai
gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh,
nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. DHF dibagi
menjadi 4 derajat yaitu Derajat I (Ringan), Derajat II (Sedang), Derajat III (Berat),
Derajat IV.
Pemeriksaan diagnostik dengue haemoragic fever (DHF) adalah
melakukanpemeriksaan laboratorium, yang meliputi pemeriksaan darah,
pemeriksaan urine, pemeriksaan serologi, pemeriksaan radiology. Pencegahan yang
dapatdilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk di waktu pagi sampe sore,
karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Hindari pula lokasi yang
banyak nyamuknya disiang hari, terutama di daerah yang ada penderita DHF-nya.
Adapun komplikasi dari DHF adalah perdarahan, hepatomegali, kegagalan sirkulasi,
35
efusi pleura. Dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan harus berpedoman
menggunakan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian meliputi
pengumpulan data, diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah, intervensi
keperawatan yang terdiri dari tindakan-tindakan yang akan dilakukan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
3.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai
perawat dapat memahami tentang Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan
khususnya pada anak dengan DHF dalam rangka meningkatkan kemampuan
pengembangan dan peningkatan pelayanan kesehatan dan sumber daya manusianya
yaitu kita sebagai seorang perawat.
36