Anda di halaman 1dari 12

Refleksi Kasus September 2021

Skabies

Disusun Oleh:

Riski Amalia
N 111 20 050

Pembimbing Klink
dr. Nur Hidayat, Sp.KK, FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021

i
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Bau massape
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Tanggal Pemeriksaan : 17 September 2021
Ruangan : Poli klinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata

2. ALOANAMNESIS
1) Keluhan utama : Gatal pada malam hari

2) Riwayat penyakit sekarang :


Seorang laki laki berusia 40 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata pada tanggal 17 september 2021
dibawah oleh keluarganya dengan keluhan gatal yang memberat pada malam
hari di bagian ekskremitas atas dan punggung belakang dan muncul penonjolan
padat yang berbentuk terowongan dengan permukaan putih ke abu abuan sejak
3 minggu yang lalu.. Pasien mengaku keluhan ini muncul awalnya 2 hari setelah
mengkonsumsi obat wasir, menurut pengakuan pasien di daerahnya juga sedang
ada wabah penyakit dengan keluhan yang sama seperti yang di alami pasien
seperti saat ini.

3) Riwayat penyakit dahulu:


Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat
alergi makanan (-). Riwayat alergi obat (-)

4) Riwayat penyakit keluarga:

ii
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 76 kali/menit
Respirasi : 15 kali/menit
Suhu : 36,50 C

Status Dermatologis/Venereologis
Ujud Kelainan Kulit
Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Wajah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Ketiak : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Punggung : Tampak lesi dengan ujud papul, skuama pada bagian lengan atas
dan bawah
Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Ekstremitas Atas : Tampak lesi dengan ujud papul disertai skuama pada bagian
lengan atas dan bawah
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

iii
GAMBAR

Gambar 1. Tampak lesi dengan ujud papul dan terowongan (kunikulus) berwarna
putih keabu abuan pada bagian ekskremitas atas

Gambar 2. Tampak lesi dengan ujud papul dan terowongan (kunikulus) berwarna
putih ke abu abuan pada bagian ekskremitas atas

RESUME

Seorang laki laki berusia 40 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata pada tanggal 17 september 2021
dibawah oleh keluarganya dengan keluhan pruritus di bagian ekskremitas atas
dan punggung belakang dan muncul papul serta kunikulus dengan permukaan

iv
berwarna putih ke abu abuan sejak 3 minggu yang lalu. Pasien mengaku keluhan
ini muncul awalnya 2 hari setelah mengkonsumsi obat wasir, menurut
pengakuan pasien di daerah juga sedang ada wabah penyakit dengan keluhan
yang sama seperti yang di alami pasien seperti saat ini
Tanda vital dalam batas normal. Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan
tampak lesi dengan ujud papul disertai skuama pada bagian ekskremitas atas
dan panggung belakang. Tidak ada riwayat kontak, alergi makanan, serta
penykit yang sama dalam keluarga

4. DIAGNOSIS KERJA
Skabies

5. DIAGNOSIS BANDING
1. Cutaneus larva migran
2. Insect bite

6. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Biopsi eksisional dan biopsi irisan

7. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
1. Menjaga kebersihan kulit
2. Menjaga kebersihan tempat tidur dan lingkungan
3. Menghindari konta langsung dan tdak langsung dengan orang yang mengalami
gejala skabies

Medikamentosa

 Topikal
Permetrin 5%

 Sistemik

v
Citirizine 10 mg 1x1

8. PROGNOSIS
1. Qua ad vitam : ad bonam
2. Qua ad fungtionam : ad bonam
3. Qua ad sanationam : ad bonam
4. Qua ad cosmetikam : ad bonam

9. PEMBAHASAN
Seorang laki laki berusia 40 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata pada tanggal 17 september 2021
dibawah oleh keluarganya dengan keluhan pruritus di bagian ekskremitas atas dan
punggung belakang dan muncul papul dan kunikulus berwarna putih ke abu abuan
sejak 3 minggu yang lalu. Pasien mengaku keluhan ini muncul awalnya 2 hari setelah
mengkonsumsi obat wasir, menurut pengakuan pasien di daerah juga sedang ada
wabah penyakit dengan keluhan yang sama seperti yang di alami pasien seperti saat
ini
Tanda vital dalam batas normal. Hasil pemeriksaan dermatologis di
dapatkan tampak lesi . Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan tampak lesi
dengan ujud papul disertai skuama pada bagian ekskremitas atas dan panggung
belakang. Tidak ada riwayat kontak, alergi makanan, serta penykit yang sama dalam
keluarga
Hasil anamnesis dan pemeriksaan diatas sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
senstifitasi terhadap sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya ada dugaan
bahwa stiap seklus 30 tahun terjadi epidemi skabies, banyak faktor yang menunjang
perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, higiene yang
buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitis1
Etiologi Sarcoptes scabiei varietas hominis adalah parasit yang termasuk
kelas Arachnida, subkelas Acarina, ordo Astigmata, dan famili Sarcoptidae. Selain
varietas hominis, S. scabiei juga mempunyai varietas hewan, namun tidak menular,
hanya menimbulkan dermatitis sementara serta tidak dapat melanjutkan siklus
hidupnya pada manusia. Siklus hidup S. scabiei terdiri tadi telur, larva, nimfa, dan

vi
tungau dewasa. Infestasi dimulai ketika tungau betina gravid berpindah dari
penderita skabies ke orang sehat. Tungau betina dewasa akan berjalan di permukaan
kulit untuk mencari daerah untuk digali; lalu melekatkan dirinya di permukaan kulit
menggunakan ambulakral dan membuat lubang di kulit dengan menggigitnya.
Tungau akan menggali terowongan sempit dan masuk ke dalam kulit; penggalian
biasanya malam hari sambil bertelur atau mengeluarkan feses. Tungau betina hidup
selama 30-60 hari di dalam terowongan dan selama itu tungau tersebut terus
memperluas terowongannya2
Diagnosis Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan adanya 2 dari 4 tanda
kardinal (tanda utama), yaitu
1. Gejala gatal pada malam hari (pruritus nokturna), disebabkan aktivitas tungau
skabies yang lebih tinggi pada suhu lebih lembap dan panas
2. Gejala yang sama pada satu kelompok manusia. Penyakit ini menyerang
sekelompok orang yang tinggal berdekatan, seperti sebuah keluarga,
perkampungan, panti asuhan, atau pondok pesantren
3. Terbentuknya terowongan atau kunikulus di tempat-tempat predileksi,
terowongan berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjangnya 2 cm, putih
atau keabu-abuan. Predileksi di bagian stratum korenum yang tipis, yaitu: sela-
sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, umbilikus, bokong, perut bagian bawah, areola mammae pada
wanita dan genitalia eksterna pada laki-laki.
4. Ditemukan tungau Sarcoptes scabiei, dapat ditemukan satu atau lebih stadium
hidup2
Siklus hidup Sarcoptes scabiei sepenuhnya terjadi pada tubuh manusia
sebagai host, namun tungau ini mampu hidup di tempat tidur, pakaian, atau
permukaan lain pada suhu kamar selama 2-3 hari dan masih memiliki
kemampuan untuk berinfestasi dan menggali terowongan.9,10Penularan skabies
dapat terjadi melalui kontak dengan obyek terinfestasi seperti handuk, selimut,
atau lapisan furnitur dan dapat pula melalui hubungan langsung kulit ke kulit.
Berdasarkan alasan tersebut, skabies terkadang dianggap sebagai penyakit
menular seksual. Ketika satu orang dalam rumah tangga menderita skabies, orang
lain dalam rumah tangga tersebut memiliki kemungkinan yang besar untuk
terinfeksi. Seseorang yang terinfeksi Sarcoptes scabiei dapat menyebarkan
skabies walaupun ia tidak menunjukkan gejala. Semakin banyak jumlah parasit
vii
dalam tubuh seseorang, semakin besar pula kemungkinan ia akan menularkan
parasit tersebut melalui kontak tidak langsungSiklus hidup Sarcoptes scabiei
sepenuhnya terjadi pada tubuh manusia sebagai host, namun tungau ini mampu
hidup di tempat tidur, pakaian, atau permukaan lain pada suhu kamar selama 2-3
hari dan masih memiliki kemampuan untuk berinfestasi dan menggali
terowongan.9,10Penularan skabies dapat terjadi melalui kontak dengan obyek
terinfestasi seperti handuk, selimut, atau lapisan furnitur dan dapat pula melalui
hubungan langsung kulit ke kulit. Berdasarkan alasan tersebut, skabies terkadang
dianggap sebagai penyakit menular seksual. Ketika satu orang dalam rumah
tangga menderita skabies, orang lain dalam rumah tangga tersebut memiliki
kemungkinan yang besar untuk terinfeksi. Seseorang yang terinfeksi Sarcoptes
scabiei dapat menyebarkan skabies walaupun ia tidak menunjukkan gejala.
Semakin banyak jumlah parasit dalam tubuh seseorang, semakin besar pula
kemungkinan ia akan menularkan parasit tersebut melalui kontak tidak langsung3
Sarcoptes scabiei mudah menular karena kontak kulit yang sering terjadi,
terutama bila tinggal di tempat tinggal yang sama. Tingkat prevalensi skabies
lebih tinggi pada anak-anak atau usia muda, dewasa muda yang aktif secara
seksual, penghuni rumah jompo, penghuni fasilitas kesehatan jangka panjang,
penghuni sekolah berasrama, penghuni tempat lain yang keadaannya ramai
dengan kebersihan rendah, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah,
dan pendapatan keluarga yang rendah. Selain itu, pasien dengan presepsi sensori
yang menurun seperti pada orang yang menderita kusta, orang
denganimunokompromais, dan orang berusia tua memiliki risiko tersendiri untuk
penyakit kulit ini.12,13 Individu yang mengalami hiposensitisasi ketika
terinfestasi parasit seringkali tidak menimbulkan keluhan klinis, namun menjadi
pembawa (karier) bagi individu lain3
Manifestasi klinis Gejala klinis pada infeksi kulit akibat skabies disebabkan
oleh respons alergi tubuh terhadap tungau.7 Setelah tungau melakukan kopulasi
(perkawinan) di atas kulit, tungau jantan akan mati dan tungau betina akan
menggali terowongan dalam stratum korneum sambil meletakkan sebanyak 2
hingga 50 telur.6 Aktivitas S. scabiei di dalam kulit akan menimbulkan rasa gatal
yang umumnya mulai timbul 4-6 minggu setelah infestasi pertama; bila terjadi
re-infestasi tungau, gejala dapat muncul lebih cepat dalam 2 hari.8 Rasa gatal

viii
biasa memburuk pada malam hari disebabkan aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu lebih lembap dan panas2
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kelainan kulit menyerupai dermatitis,
yaitu lesi papul, vesikel, urtika, dan bila digaruk timbul lesi sekunder berupa
erosi, eksoriasi, dan krusta.6 Dapat ditemukan lesi khas berupa terowongan
(kunikulus) putih atau keabu-abuan berupa garis lurus atau berkelok, panjang 1-
10 mm di tempat predileksi.6,8 Kunikulus umumnya sulit ditemukan karena
pasien biasa menggaruk lesi, sehingga berubah menjadi ekskoriasi luas.8 Pada
dewasa, umumnya tidak terdapat lesi di area kepala dan leher; tetapi pada bayi,
lansia, dan pasien imunokompromais dapat menyerang seluruh permukaan
tubuhPada varian skabies berkrusta (Skabies Norwegia), ditemukan lesi kulit
berupa plak hiperkeratotik di tangan dan kaki, kuku jari tangan dan kaki
distrofik, serta skuama generalisata. Pada kasus berat dapat ditemukan lesi fisura
dalam. Berbeda dari varian skabies umumnya, skabies berkrusta dapat tidak
gatal2
Bentuk lain dari skabies yang dapat ditemukan adalah skabies Norwegia
atau skabies krustosa yang pertama kali dialaporkan oleh Danielsen dkk.
Biasanya terjadi pada orang-orang dengan kondisi imunodefisiensi, yang
mempunyai karakteristi ekskresensi keratotik di seluruh tubuh dan ekstrimitas
superior dan inferior. Jumlah tungau yang ditemukan juga sangat banyak serta
tidak disertai keluhan gatal. Bentuk skabies ini sangat menular dan dapat
menimbulkan epidemi di rumah sakit4
Tatalaksana umum, Infestasi tungau dapat tidak bergejala (asimptomatik)
tetapi individu sudah terinfeksi.7 Mereka dianggap sebagai pembawa (carrier).7
Oleh karena itu, pengobatan juga dilakukan kepada seluruh penghuni rumah
karena kemungkinan karier di penghuni rumah dan untuk mencegah reinfestasi
karier.7 Gejala gatal dapat ditangani dengan krim pelembap emolient,
kortikosteroid topikal potensi ringan, dan antihistamin oral.7 Dengan terapi
adekuat, seluruh gejala termasuk rasa gatal dapat membaik setelah 3 hari; rasa
gatal dan kemerahan masih dapat timbul setelah empat minggu terapi, biasa
dikenal sebagai “postscabietic itch”.8 Pasien diedukasi hal tersebut untuk
menghindari persepsi kegagalan terapi. Pasien juga diberi edukasi untuk tidak
membersihkan kulit secara berlebihan dengan sabun antiseptik karena dapat
memicu iritasi kulit2
ix
Tatalaksana medikamentosa
Topikal
1. Krim Permetrin 5% Tatalaksana lini pertama adalah agen topikal krim
permetrin kadar 5%, aplikasi ke seluruh tubuh (kecuali area kepala dan
leher pada dewasa) dan dibersihkan setelah 8 jam dengan mandi.7
Permetrin efektif terhadap seluruh stadium parasit dan diberikan
untukusia di atas 2 bulan. Jika gejala menetap, dapat diulang 7-14 hari
setelah penggunaan pertama kali. Seluruh anggota keluarga atau kontak
dekat penderita juga perlu diterapi pada saat bersamaan. Permetrin
memiliki efektivitas tinggi dan ditoleransi dengan baik. Kegagalan terapi
dapat terjadi bila terdapat penderita kontak asimptomatik yang tidak
diterapi, aplikasi krim tidak adekuat, hilang karena tidak sengaja
terbasuh saat mandi sebelum 8 jam aplikasi.7 Pemakaian pada wanita
hamil, ibu menyusui, anak usia di bawah 2 tahun dibatasi menjadi dua
kali aplikasi (diberi jarak 1 minggu) dan segera dibersihkan setelah 2
jam aplikas
2. Krotamiton 10% dalam krim atau lotio merupakan obat alternatif lini
pertama untuk usia di bawah 2 bulan.7 Agen topikal ini memiliki dua
efek sebagai antiskabies dan antigatal.6 Aplikasi dilakukan ke seluruh
tubuh dan dibasuh setelah 24 jam dan diulang sampai 3 hari.
Penggunaan dijauhkan dari area mata, mulut, dan uretra. Krotamiton
dianggap kurang efektif dibanding terapi lain
3. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 5-10% dalam bentuk
salep atau krim. Preparat ini tidak efektif untuk stadium telur, digunakan
3 hari berturut-turut. Kekurangan preparat ini adalah berbau, mengotori
pakaian, dan terkadang dapat menimbulkan dermatitis iritan, tetapi harga
preparat ini murah dan merupakan pilihan paling aman untuk neonatus
dan wanita hamil
4. Emulsi Benzil Benzoas 25% Tatalaksana lini kedua agen topikal adalah
emulsi benzil benzoas kadar 25%. Agen ini efektif terhadap seluruh
stadia, diberikan setiap malam selama 3 hari. Agen ini sering
menyebabkan iritasi kulit, dan perlu dilarutkan bersama air untuk bayi
dan anak-anak. Pemakaian di seluruh tubuh dan dibasuh setelah 24 jam

x
5. Lindane 1% dalam bentuk losio, efektif untuk semua stadia, mudah
digunakan, dan jarang mengiritasi. US Food and Drug Administration
(FDA) telah memasukkan obat ini dalam kategori “black box warning”,
dilarang digunakan pada bayi prematur, individu dengan riwayat kejang
tidak terkontrol. Selain itu, obat ini tidak dianjurkan pada bayi, anak-
anak, lanjut usia, individu dengan berat kurang dari 50 kg karena risiko
neurotoksisitas, dan individu yang memiliki riwayat penyakit kulit
lainnya seperti dermatitis dan psoriasis
Oral
1. Ivermectin merupakan agen antiparasit golongan macrocyclic
lactone yang merupakan produk fermentasi bakteri Streptomyces
avermitilis.7 Agen ini dapat menjadi terapi lini ketiga pada usia lebih
dari 5 tahun, terutama pada penderita persisten atau resisten terhadap
terapi topikal seperti permethrin. 7 Pada tipe skabies berkrusta,
dianjurkan terapi kombinasi ivermectin oral dengan agen topikal
seperti permethrin, karena kandungan terapi oral saja tidak dapat
berpenetrasi pada area kulit yang mengalami hiperkeratinisasi.8
Ivermectin memiliki aktivitas antiparasit spektrum luas, termasuk
untuk onchocerciasis(river blindness), filariasis limfatik, dan
strongyloides. 9 Obat ini efektif untuk stadium tungau tetapi tidak
efektif untuk stadium telur, dan memiliki waktu paruh pendek yaitu
12- 56 jam.7 Dosis yang dianjurkan untuk skabies adalah 200 µg/kg
dengan pengulangan dosis 7-14 hari setelah dosis pertama.1
Penggunaan tidak dianjurkan untuk anak dengan berat badan di
bawah 15 kg, wanita hamil, dan wanita menyusui, karena obat ini
berinteraksi dengan sinaps saraf memicu peningkatan glutamat dan
dapat menembus sawar darah otak (blood brain barrier) terutama
pada anak di bawah 5 tahun yang sistem sawar darah otak belum
sempurna
2. Moxidectin merupakan terapi alternatif yang sedang dikembangkan.
Moxidectin adalah obat yang biasa digunakan dokter hewan untuk
mengobati infeksi parasit terutama Sarcoptic mange. 9 Preparat ini
memiliki mekanismekerja yang sama dengan ivermectin, tetapi lebih
lipofilik sehingga memiliki penetrasi lebih tinggi ke jaringan.9
xi
Moxidectin memiliki toksisitas lebih rendah dibanding ivermectin.
11 Saat ini studi keamanan dosis pada manusia masih sedikit, dosis
terapeutik yang bertahan di kulit antara 3-36 mg (sampai 0,6
m/kg).11 Penelitian toleransi dan keamanan belum dilakukan pada
wanita hamil, ibu menyusui, dan anak-anak2

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, A, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, ed 6. Jakarta: Fakultas kedokteran


universitas indonesia. 2011
2. Kurniawan, M. ling, S, M. diagnosis dan terapi skabies. CDK-283/ vol. 47 no. 2 th.
2020
3. Mutiara, H. Syailindra, F. skabies. Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016
4. Tambunan, R, T, H. ESTIMASI BEBAN GLOBAL SKABIES BERDASARKAN GLOBAL BURDEN OF
DISEASE 2015. MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 10, Nomor 1, Januari – April 2020

xii

Anda mungkin juga menyukai