TINJAUAN PUSTAKA
1. Korupsi
A. Pengertian Korupsi
Dilihat dari sudut terminologi, istilah korupsi berasal dari kata “corruptio”
dalam bahasa Latin yang berarti kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula
untuk menunjuk suatu keadaan atau perbuatan yang busuk. 1 Dari bahasa Latin
bahwa dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia “korupsi”.
Di Malaysia dipakai kata resuah yang diambil dari bahasa Arab, risywah (suap)
hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut
5
Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
2011, hlm. 24.
dibentuklah suatu peraturan yang khusus mengatur tentang tindak pidana
B. Bentuk-Bentuk Korupsi
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Dari
6
Tolib Effendi, 2019. Buku Ajar Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Surabaya: Scopindo Media
Pustaka, hlm. 20.
7
Ruslan Renggong, Op. cit., hlm. 63-64.
mudah menerima suap dari koruptor atau pejabat yang membuat
kesalahan.
4) Hukuman yang ringan. Memang UU Korupsi mengancam penjatuhan
pidana mati, tetapi harus memiliki syarat tertentu, ancaman pidana
seumur hidup, denda yang besar, serta ancaman membayar pengganti
sejumlah uang yang dikorupsi, tetapi kalau tidak mampu dibayar dapat
diganti (subsidair) dengan hukuman penjara yang ringan (Pasal 18 UU
Korupsi). Hal tersebut tidak memberikan efek jera atau rasa takut bagi
yang lain.
5) Tidak ada keteladanan pemimpin. Sebagai masyarakat agraris
rakyat Indonesia cenderung paternalistik, yaitu mereka akan mengikuti
apa yang dipraktikkan oleh pemimpin, senior atau tokoh masyarakat.
Tapi tidak adanya teladan yang baik dari pemimpin di Indonesia
menyebabkan perekonomian di Indonesia masih dililit utang dan
korupsi.
6) Masyarakat yang apatis. Pemerintah mengeluarkan PP 68/1999 yang
menempatkan masyarakat sebagai elemen penting dalam
pemberantasan korupsi. KPK membentuk Deputi Bidang Pengawasan
Internal dan Pengaduan Masyarakat, yang antara lain bertugas
menerima dan memproses laporan dari masyarakat.