yaitu :
a. Jenis kelamin
Jantan dan betina memiliki range normal untuk hitung jumlah eritrosit yang berbeda
karena pada dasarnya jumlah sel eritrosit pria lebih banyak dibanding betina karena
dipengaruhi oleh hormon androgen yang hanya dimiliki oleh jantan
b. Usia
Perbedaan usia juga mempengaruhi jumlah sel eritrosit karena setiap tingkatan usia
memiliki range normal yang bereda – beda
c. Geografis Alam
Keadaan geografis juga mempengaruhi jumlah sel eritrosit karena orang yang tinggal
didaerah pegunungan cenderung memiliki jumlah eritrosit yang lebih banyak dibanding
mereka yang tinggal didaerah pesisir. Hal ini dipengaruhi oleh suhu dan tekanan yang ada
d. Kondisi Tubuh
Kondisi tubuh sangat mempengaruhi jumlah eritrosit hal ini dikarenakan misalnya terjadi
pendarahan maka sel eritrosit akan menurun drastis atau infeksi maka sel eritrosit secara
spontan bisa meningkat (Made, 2015)
Bakta, I Made. 2015. Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
a. Penggumpalan Darah
Beragam bahaya mengintai jiwa yang dapat ditimbulkan dari penggumpalan darah, jika
darah merah senantiasa diproduksi dalam jumlah jauh di atas ambang batas normal, maka
aliran darah akan semakin berdesakan dan penuh dengan sel eritrosit yang mana hal ini
akan sangat berpotensi pada pengentalan sampai juga penggumpalan darah, dan bisa kita
pastikan bahwa hal ini sangatlah tidak baik untuk kondisi jantung dan otak karena setiap
waktu pembuluh darah pada bagian vital ini mendapat ancaman dari keberadaan eritrosit
dengan populasi yang menggila tersebut.
b. Kerusakan Organ
Kelebihan eritrosit akan merusak limpa yang berfungsi sangat penting dalam tubuh
manusia. Kinerja limpa dalam memfilter keberadaan eritrosit yang jumlahnya banyak
akan membuatya membengkak dalam waktu yang relatif singkat, jika terus berlanjut
Okerusakan limpa tidak bisa dihindarkan. Organ lain semisal ginjal pun tidak bisa
mentolerir eritrosit yang melebihi batas ini dan bisa juga membahayakan kinerjanya. Mata
pun juga bisa rusak akibat sel darah merah yang berlebihan (Aryanti, 2006)
Aryanti. 2006. Anatomi Fungsional, Diktat D-III Analis Kesehatan Universitas Indonesia
Timur Makassar. Makassar.
a. Alergi parah
Meningkatnya jumlah sel darah putih bisa dipicu oleh reaksi alergi. Itulah sebabnya,
orang yang sedang menderita reaksi alergi parah bisa mengalami peningkatan jumlah sel
darah putih.
b. Leukemia
Kelebihan sel darah putih bisa disebabkan oleh penyakit leukemia. Kondisi ini
menyebabkan jumlah sel darah putih meningkat karena adanya gangguan pada sel di
sumsum tulang yang berfungsi memproduksi sel darah.
a. Kelainan bawaan yang menyebabkan sumsum tulang tidak memproduksi sel darah putih
b. Kanker dan terapi untuk kanker, seperti kemoterapi dan radioterapi.
c. Infeksi virus atau bakteri
d. Malnutrisi, seperti kekurangan vitamin B12, folat, dan zinc (Jane, 2014)
Karakter biologis dan tingkah laku mencit yang mirip dengan manusia. Bahkan penyakit
manusia juga bisa dimasukkan ke dalam tubuh mencit sebagai bahan uji coba. Struktur gen yang
mirip dengan manusia juga membantu hasil penelitian yang menggunakan menit sebagai hewan
coba lebih akurat (Putri, 2018)
Putri, F. M. S. (2018). Urgensi Etika Medis dalam Penanganan Mencit Pada Penelitian
Farmakologi.
http://www.jurnalmadanimedika.ac.id/index.php/JMM/article/view/11
Pada pengamatan mengenai perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit pada mencit (Mus
muscullus), didapati bahwa jumlah eritrositnya sebanyak 41.800 dan jumlah leukositnya yaitu
sebanyak 6.620, pada setiap spesies hewan baik sejenis maupun tidak mempunyai jumlah
leukosit dan eritrosit yang berbeda- beda, Faktor- faktor yang mempengaruhi tersebut hampir
sama dengan faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit pada manusia. Antara lain
dikarenakan adanya berbagai faktor yaitu jenis kelamin yang berbeda, umur , keadaan tubuh dan
kondisi biologis dari hewan itu sendiri, hal tersebut sesuai dengan pendapat literatur yang
mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah dan sel darah putih
didalam tubuh yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita dan laki – laki memiliki range normal untuk hitung jumlah eritrosit yang berbeda
karena pada dasarnya jumlah sel eritrosit pria lebih banyak dibanding wanita karena
dipengaruhi oleh hormon androgen yang hanya dimiliki oleh pria
b. Usia
Perbedaan usia juga mempengaruhi jumlah sel eritrosit karena setiap tingkatan usia
memiliki range normal yang bereda – beda
c. Geografis Alam
Keadaan geografis juga mempengaruhi jumlah sel eritrosit karena orang yang tinggal
didaerah pegunungan cenderung memiliki jumlah eritrosit yang lebih banyak dibanding
mereka yang tinggal didaerah pesisir. Hal ini dipengaruhi oleh suhu dan tekanan yang ada
d. Kondisi Tubuh
Kondisi tubuh sangat mempengaruhi jumlah eritrosit hal ini dikarenakan misalnya terjadi
pendarahan maka sel eritrosit akan menurun drastis atau infeksi maka sel eritrosit secara
spontan bisa meningkat (Made, 2015)
Jumlah eritrosit dalam tubuh mencit juga dapat berpengaruh pada kesehatan, ada beberapa
penyakit yang dapat terjadi akibat kelebihan dan kekurangan eritrosit maupun lekosit. Penyakit
yang akan mempengaruhi hewan mencit sama seperti yang dialami oleh manusia, beberapa
penyakit yang disebakan karena kekurangan eritrosit yaitu anemia, kerusakan organ ginjal,
kemudian dampak kesehatan dari kelebihan eritrosit yaitu kerusakan pada organ-organ dan
pengumpalan darah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat literatur yang mengemukakan bahwa,
c. Penggumpalan Darah
Beragam bahaya mengintai jiwa yang dapat ditimbulkan dari penggumpalan darah, jika
darah merah senantiasa diproduksi dalam jumlah jauh di atas ambang batas normal, maka
aliran darah akan semakin berdesakan dan penuh dengan sel eritrosit yang mana hal ini
akan sangat berpotensi pada pengentalan sampai juga penggumpalan darah, dan bisa kita
pastikan bahwa hal ini sangatlah tidak baik untuk kondisi jantung dan otak karena setiap
waktu pembuluh darah pada bagian vital ini mendapat ancaman dari keberadaan eritrosit
dengan populasi yang menggila tersebut.
d. Kerusakan Organ
Kelebihan eritrosit akan merusak limpa yang berfungsi sangat penting dalam tubuh
manusia. Kinerja limpa dalam memfilter keberadaan eritrosit yang jumlahnya banyak
akan membuatya membengkak dalam waktu yang relatif singkat, jika terus berlanjut
Okerusakan limpa tidak bisa dihindarkan. Organ lain semisal ginjal pun tidak bisa
mentolerir eritrosit yang melebihi batas ini dan bisa juga membahayakan kinerjanya. Mata
pun juga bisa rusak akibat sel darah merah yang berlebihan (Aryanti, 2006)
Ada bebrapa penyakit juga yang dapat diakibatkan oleh kelebihan dan kekurangan
leukosit atau sel darah putih, beberapa penyakit dari kelebihan sel darah putih yaitu adanya alergi
seperti pembengkakan dan yang paling umum terjadi adalah penyakit leukimia. Kemudian
dampak dari kekurangan sel darah putih adalah yang paling umum yaitu kelainan pada sumsum
tulang belakang untuk memproduksi sel darah putih. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
literatur yang mengemukakan bahwa,
Beberapa contoh penyakit yang bisa menyebabkan peningkatan sel darah putih adalah:
c. Alergi parah
Meningkatnya jumlah sel darah putih bisa dipicu oleh reaksi alergi. Itulah sebabnya,
orang yang sedang menderita reaksi alergi parah bisa mengalami peningkatan jumlah sel
darah putih.
d. Leukemia
Kelebihan sel darah putih bisa disebabkan oleh penyakit leukemia. Kondisi ini
menyebabkan jumlah sel darah putih meningkat karena adanya gangguan pada sel di
sumsum tulang yang berfungsi memproduksi sel darah.
e. Tuberkulosis
Peningkatan produksi sel darah putih juga bisa dipicu oleh penyakit tuberkulosis, yang
disebabkan oleh bakteri Mycobaterium tuberculosis. Penyakit ini ditandai dengan gejala
berupa batuk berkepanjangan (lebih dari 3 minggu), berdahak, dan terkadang
mengeluarkan darah.
e. Kelainan bawaan yang menyebabkan sumsum tulang tidak memproduksi sel darah putih
f. Kanker dan terapi untuk kanker, seperti kemoterapi dan radioterapi.
g. Infeksi virus atau bakteri
h. Malnutrisi, seperti kekurangan vitamin B12, folat, dan zinc (Jane, 2014)
Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit serta penyakit yang di akibatkan
oleh kelebihan dan kekurangan eritrosit dan leukosit pada hewan mencit hampir sama persis
seperti manusia dikarenakan hewan mencit dan manusia sama-sama mamalia dan memiliki
karakter serta struktur tubuh yang mirip dengan manusia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
literatur yuang mengemukakan bahwa, karakter biologis dan tingkah laku mencit yang mirip
dengan manusia. Bahkan penyakit manusia juga bisa dimasukkan ke dalam tubuh mencit sebagai
bahan uji coba. Struktur gen yang mirip dengan manusia juga membantu hasil penelitian yang
menggunakan menit sebagai hewan coba lebih akurat (Putri, 2018)