Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH NAMA INFUS DAN FUNGSI

KANDUNGANNYA
MATA KULIAH : KEPERAWATAN DASAR

DOSEN PENGAMPU : BAIDAH.,S.Kep.,NS.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Diana Eka Priyani

1140970120008

KELAS : 1A Kenari

AKPER KESDAM VI TANJUNGPURA 2020/2021


PENGERTIAN TERAPI CAIRAN/INFUS

Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien.
Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya
glukosa), vitamin atau obat. (Wahyuningsih, 2005 : 68)

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam
tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)

Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set.
(Protap RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu, 2009)

Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan,
tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme
dan memberikan medikasi. (Wahyuningsih, 2005 : 68)

MACAM-MACAM CAIRAN INFUS

Saat ini jenis cairan untuk terapi parenteral sudah tersedia banyak sekali dipasaran. Kondisi
orang sakit membutuhkan cairan yang berbeda sesuai dengan penyakitnya. Cairan sebagai
terapi seharusnyalah tepat sehingga dicapai efek yang optimal. Pemberian cairan yang salah
bisa memperberat penyakit pasien. Rancangan cairan disesuaikan dengan kondisi patologis
(Darmawan, 2007). Sementara itu Leksana (2010) membagi jenis cairan yang sering digunakan
dalam pemberian terapi intravena berdasarkan kelompoknya adalah sebagai berikut:

* Cairan Kristaloid

* Cairan Koloid

* Cairan Khusus
1. Normal Saline

Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.

Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.

Indikasi :

a. Resusitasi

Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya molekul
protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke intertisial
karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang
hilang pada intravaskuler.

b. Diare

Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl digunakan
untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.

c. Luka Bakar

Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein plasma atau
cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang terbakar. Untuk
mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau
dekstrosa.

d. Gagal Ginjal Akut

Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh.
Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin serta gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan
ekstra seluler dan elektrolit.

Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan


ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Ringer Laktat (RL)

Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq/l.

Kemasan : 500, 1000 ml.

Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit
dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium
merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida
merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler
dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk
menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok
perdarahan.

Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok


hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.

Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.

Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati pemberian
pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.

3. Dekstrosa

Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).

Kemasan : 100, 250, 500 ml.

Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama
dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin
kurang dari 25 mg/100ml).

Kontraindikasi : Hiperglikemia.

Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi
pada pembuluh darah dan tromboflebitis.
4. Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA
berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat
dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki komposisi
elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan
dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis. Metabolisme asetat juga
didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil seperti ini, RA memiliki manfaat-
manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif yang terjadi pada diare.

Indikasi : Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan
pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal ini
dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat
karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.

Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai
pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok
hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi anestesi
regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada
stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.

Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh studi
Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat
(dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-
parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat mencegah hipotensi
arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang umum terjadi setelah anestesi umum/spinal.

Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek pemberian infus
cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan asam basa
pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum seksio
sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik dibanding RL untuk ke-3 parameter
di atas, karena dapat memperbaiki asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada
bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia).

Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik akut,
sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik
karena kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan
pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena itu dapat diberikan pada
stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak.

Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik dibanding RL
secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan perbedaan yang
signifikan pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan tekanan darah sistolik-
diastolik).

* Cairan Koloid

1. Albumin

Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang
dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).

Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang dibutuhkan
lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan
jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.

Indikasi :

a. Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,


hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass,
hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.
b. Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien
dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat
memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.

c. Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran,


operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal
berlebih.

d. Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis.
Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan
yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan penggunaan albumin
pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal impairment dan kematian. Adanya bakteri
dalam darah dapat menyebabkan terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS), yaitu
sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.

Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.

Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.

2. HES (Hydroxyetyl Starches)

Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.

Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.

Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah


operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg).
Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada
sepsis masih terdapat perdebatan.
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian
menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :

· Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap bisa
digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas.

· Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.

· Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori.

· HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada


kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.

Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada sepsis
karena :

· Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang
manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.

· HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada
pasien sepsis dengan hipovolemia.

· HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus, dan
liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi (contoh:
transplantasi ginjal).

· Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada
pasien dengan sepsis.

Efek samping : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan dalam
jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.

Contoh : HAES steril, Expafusin.

3. Dextran
Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc
mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.

Indikasi :

a. Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia
cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.

b. Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas


darah, dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa dextran-
40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.

Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,


hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria
yang parah.

Efek samping : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering dilaporkan
dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran pada tubulus renal.
Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang signifikan.

Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.

4. Gelatin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.

Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,

Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki
efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.

Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada
keadaan hiperkalsemia.

Efek samping : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000 pasien,
dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila dibandingkan dengan
starches.

Contoh : haemacel, gelofusine.

* Cairan Khusus

1. MANNITOL

D-Manitol. C6H14O6
Indikasi :

Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, meningkatkan diuresis
pada pencegahan dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal, menurunkan
tekanan intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai larutan irigasi
genitouriner pada operasi prostat atau operasi transuretral.

2. ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

· Na 130 mEq

· K 4 mEq

· Cl 109 mEq

· Ca 3 mEq

· Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

· Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
· Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus

· Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran

· Mempunyai efek vasodilator

· Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema
serebral

3. KA-EN 1B

Indikasi:

a. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi
(dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

b. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500
ml/jam
(dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

c. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

Komposisi :

Tiap 1000 ml isi mengandung


· sodium klorida 2,25 g ·

anhidrosa dekstros 37,5 g.

· Elektrolit (meq/L) :

a. Na+ 38,5

b. Cl- 38,5

c. Glukosa 37,5 g/L.

d. kcal/L : 150

4. KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi: Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

· Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

· Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

· Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

Kompisisi :

KA-EN 3A
Tiap liter isi mengandung

- sodium klorida 2,34 g

- potassium klorida 0,75 g, sodium laktat 2,24 g

- anhydrous dekstros 27 g. - Elektrolit (mEq/L) : a. Na+ 60

b. K+ 10

c. Cl- 50

d. laktat- 20

e. glukosa : 27 g/L.

f. kcal/L : 108

KA-EN 3B

Tiap liter isi mengandung

- sodium klorida 1,75g,

- ptasium klorida 1,5g,

- sodium laktat 2,24g,

- anhydrous dekstros 27g. - Elektrolit (mEq/L) : a. Na+ 50,

b. K+ 20,

c. Cl- 50,

d. laktat- 20,

e. glukosa 27 g/L.

f. kcal/L. 108

Komposisi :

Tiap liter infuse mengandung

· L-arginine HCl 2,7g,


· L-histidine HCl H2O 1,3g,

· L-isoleucine 1,8g,

· L-leucine 4,1g,

· L-lysine HCl 6,2g, 5. KA-EN MG3

Anda mungkin juga menyukai