Anda di halaman 1dari 4

Widyaiswara BDK Denpasar

Abstraksi

Siklus pengelolaan keuangan negara yang dimulai dari tahap  perencanaan,   


penganggaran,   pelaksanaan anggaran hingga  pertanggungjawaban   keuangan  
negara, memerlukan keseragaman   kodefikasi    anggaran   dan   pelaporan keuangan
pada saat pencatatan transaksi keuangan pemerintah.  Kedudukan Bagan Akun Standar
adalah sebagai pedoman dalam  pencatatan  seluruh  transaksi keuangan  pemerintah. 
Selain itu, Bagan Akun  Standar digunakan sebagai pusat  aliran  data  dari sistem
pengelolaan keuangan,  alat pengendalian  disiplin  fiskal  melalui pengaturan 
pengendalian dan kerangka struktur  pelaporan, dan mendukung  proses pengambilan
keputusan pemerintah yang lebih baik.  Tulisan ini adalah gambaran tentang akun dan
Bagan Akun Standar untuk memberi pemahaman awal khususnya bagi pengelola keuangan
satuan kerja.

Keywords : Akun, pengendalian, sistem

Pendahuluan

Sebelum istilah ?akun? digunakan untuk menyebutkan pos-pos pada pendapatan dan
belanja negara, pernah digunakan istilah ?perkiraan?.  Mungkin kita bertanya mengapa digunakan
istilah ?perkiraan? ?  Padahal pos pendapatan dan belanja tersebut bukan perkiraan atau rencana
lagi, namun sudah merupakan realisasi.  Seperti kita ketahui pada perusahaan komersial, klasifikasi
pos-pos pendapatan dan belanja biasanya disebut dengan ?rekening?.  Ini lebih mendekati
pengertian yang umum dibandingkan dengan perkiraan.

Sebelum diterapkannya istilah perkiraan, pernah diterapkan istilah mata anggaran.  Sehingga
secara umum terbagi menjadi mata anggaran penerimaan (MAP) dan mata anggaran pengeluaran
(MAK).  Istilah mata anggaran juga lebih mendekati pada pengertian rekening pada perusahaan
komersial.

Penulis mencoba menelusuri istilah perkiraan di kamus Bahasa Belanda, terdapat istilah
berekening yang berarti hematan, hisab, hitung, hitungan, kalkulasi, kira-kiraan, komputasi, perkiraan,
runding.  Dan berekenen, yang artinya memperhitungkan, menghitung, mengkalkulasi,
mengkalkulasikan. Karena reken artinya menghitung atau menjumlah.  Adapun rekening houden met
artinya berhitungan dengan, membilangkan, memperhitungkan. 

Dari istilah-istilah tersebut, penulis mendapat simpulan sementara bahwa ?perkiraan?


merupakan serapan bahasa Belanda.  Bahkan di daerah Sumatera Utara, bila orang minta agar
menghitung belanja di toko/pasar habis berapa, mereka akan mengatakan , ?....coba reken,  habis
berapa belanjaannya...!!?

Akun dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Marilah kita bahas tentang pengertian sistem terlebih dahulu.  Sistem adalah :

?Suatu himpunan suatu ?benda? nyata atau abstrak (a set of thing) yang terdiri dari bagian?
bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan, berhubungan, berketergantungan,
saling mendukung, yang secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (Unity) untuk
mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif? (Fathansyah : 2002)

Sistem juga dapat diartikan kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata
adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi
(Jogiyanto : 2005). 

Bila ?akun? digambarkan berada dalam suatu sistem, maka sesuai definisi di atas, ?akun?
akan terkait atau harus terkait dengan benda, komponen, ataupun kejadian dalam satu arus menuju
tujuan tertentu.  Dan bila diartikan sebagai sebuah komponen dari sistem, maka ?akun? menjadi
komponen dari Sistem Akuntansi.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat diselenggarakan untuk memenuhi prinsip transparansi


dan akuntabilitas ( Penjelasan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004).  Sistem Akuntansi Pemerintah
Pusat, yang selanjutnya disingkat SAPP, adalah serangkaian prosedur manual maupun yang
terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan
posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat.

            Dapat dijelaskan disini, oleh karena SAPP merupakan rangkaian prosedur pencatatan, maka
diperlukan kodifikasi akun yang konsisten agar semua pihak memiliki kesatuan persepsi laporan
keuangan pemerintah.

Penggunaan Akun dalam Perencanaan Anggaran

Dalam penganggaran berbasis kinerja,  kinerja antara lain berbentuk keluaran (output) dari
kegiatan yang akan dilaksanakan dan hasil (outcome) dari program yang telah ditetapkan.
Selanjutnya outcome tersebut akan menghasilkan impact berupa kesejahteraan rakyat dalam jangka
panjang. Apabila telah ditetapkan prestasi (kinerja) yang hendak dicapai, baru kemudian dihitung
pendanaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran atau hasil yang ditargetkan sesuai
rencana kinerja.

Kementerian/lembaga  biasanya menyusun program yang spesifik sesuai prioritasnya


masing-masing.   Keberhasilan suatu program diukur atas pencapaian hasil (outcomes) yang telah
ditargetkan. Dalam hal ini, program harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah
ditetapkan dalam rencana.  Dengan pengertian ini, maka output maupun outcome menjadi spesifik
atas program kementerian/lembaga tertentu. 

Ilustrasi sederhana berikut mungkin dapat memperjelas.  Suatu kawasan food court terdapat
2 lapak yang sama-sama menjual nasi.  Lapak pertama menjual nasi uduk, sedang lapak kedua
menjual nasi goreng.  Walaupun  kedua lapak tersebut sama-sama mencari laba dari penjualan nasi
(dengan input yang sama yaitu nasi),  tetapi memiliki output yang berbeda.  Untuk penjual nasi uduk
outputnya misalnya adalah 20 piring nasi, demikian pula penjual nasi goreng 20 piring nasi.  Maka
tidak bisa kita katakan bahwa output keduanya sama.  Faktanya bahkan berbeda sama sekali. 
Karena proses pembuatan sepiring nasi uduk sangat berbeda dengan pembuatan sepiring nasi
goreng. 

Bila kita susun dalam suatu kegiatan, maka nama kegiatan penjual nasi uduk adalah ?
penjualan nasi uduk?.  Jika salah satu prosesnya adalah belanja bahan, maka apakah belanja bahan
di lapak nasi uduk sama dengan belanja bahan di lapak nasi goreng ?  Tentu saja berbeda bukan. 

Jika lapak makanan tadi adalah  analog dari satuan kerja, maka belanja bahan pada satuan
kerja akan bias bila diberi kode yang sama.  Sebab setiap output, tekait dengan kegiatan, serta
program yang spesifik.  Namun jika tidak diberi kode yang sama, saat penyusunan laporan keuangan
terintegrasi juga akan ditemui kesulitan dalam mengidentifikasi jenis pengeluarannya.

Itulah sebabnya konstruksi kode ?akun? standar dalam peraturan BAS yang baru melakukan
penggabungan klasifikasi  anggaran dan klasifikasi  akuntansi ke dalam satu Bagan  Akun Standar. 
Pilihan tersebut merupakan satu alternatif yang kemudian diterapkan pada banyak negara (Davina
Jacobs et.al dalam modul PPAKP 2014).

Penggunaan Akun dalam pelaksanaan anggaran


Prinsip-prinsip   dasar   yang   digunakan   sebagai   kerangka berpikir yang menjadi acuan
penyempurnaan  Bagan Akun Standar (Modul PPAKP : 2014), antara lain:

1. Penggunaan   satu    BAS      untuk    pencatatan    transaksi    di Kementerian 


Negara/Lembaga  selaku  Pengguna Anggaran  dan Kementerian Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara.
2. Penggunaan BAS  yang sama dalam proses pengelolaan keuangan negara yang terintegrasi
mulai dari perencanaan,  penganggaran, pelaksanaan anggaran hingga pelaporan keuangan.
3. Penyesuaian  BAS   dengan  implementasi penganggaran  berbasis kas dan akuntansi
berbasis akrual, karena penyempurnaan dan pengembangan  BAS   didasarkan  pada  pentingnya 
keselarasan antara basis penganggaran dan akuntansi yang digunakan Pemerintah,  sehingga 
terdapat  informasi   output  yang mengakomodir penganggaran berbasis kinerja. Selain itu, akun-
akun yang ada disempurnakan dengan menggunakan akun-akun untuk penerapan akuntansi akrual.
4. Penggunaan   satu   BAS     yang   sama    dalam   penatausahaan transaksi   untuk   buku 
besar  akrual  dan  buku  besar  kas, mengingat restrukturisasi  BAS  diawali dengan adanya
kebutuhan pelaporan berbasis  akrual  dan  kas  sesuai  amanat  Peraturan Pemerintah  Nomor 71 
Tahun  2010 tentang Standar  Akuntansi Pemerintahan.  Dengan  menggunakan  satu   akun   yang 
sama untuk pencatatan akrual dan kas, maka pemisahan akun akrual dan kas akan terlihat pada
uraian akun pada laporan keuangan. Selain itu, penggunaan satu akun yang sama, akan
memudahkan analisa  laporan keuangan  dengan mengkaji data  realisasi yang ada dan data
anggaran.
5. Penyesuaian  dengan  sistem  aplikasi yang tersedia  penyesuaian BAS  dilakukan mengingat
penggunaan aplikasi terintegrasi merupakan bagian dari kebijakan Pemerintah di bidang Teknologi
Informasi   yang  harus   sejalan   dengan  kebijakan  Pemerintah lainnya, seperti implementasi
penganggaran berbasis kinerja dan akuntansi berbasis akrual.
6. Penggunaan BAS  dengan tidak membedakan klasifikasi anggaran dan akuntansi.
 Adapun klasifikasi dalam Bagan Akun Standar  meliputi segmen- segmen sebagai berikut :

 Segmen Satker;

1. Segmen KPPN;
2. Segmen Akun;
3. Segmen Program;
4. Segmen Output;
5. Segmen Dana;
6. Segmen Bank;
7. Segmen Kewenangan;
8. Segmen Lokasi;
9. Segmen Anggaran;
10. Segmen Antar Entitas; 
11. Segmen Cadangan.
 Ke-12 segmen tersebut dengan aplikasi yang terintegrasi membentuk kumpulan  kode, dalam 56
digit kode, berupa  struktur Bagan Akun Standar .

 Manfaat Akun dalam Pemeriksaan

        Bagan Akun Standar sesuai bunyi pasal 1 PMK  NOMOR 214/PMK.05/2013 adalah daftar
kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi keuangan yang disusun secara sistematis sebagai
pedoman dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan  anggaran, dan pelaporan keuangan
pemerintah.  

Penggunaan BAS yang konsisten sejak dari perencanaan hingga pelaporan, membentuk
sistem pengendalian yang baik, serta memenuhi unsur-unsur manajemen yang baik.  Hal ini akan
memudahkan pimpinan untuk mengambil keputusan terkait dengan keuangan maupun non
keuangan. 
Penggunaan BAS  dengan tidak membedakan klasifikasi anggaran dan akuntansi, serta
dalam pelaksanaannya membantu memberi informasi kinerja ataupun capaian output/outcomes, akan
memudahkan aparat pengawas internal dan pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan. 

Simpulan 

Dewasa ini penyempurnaan pengelolaan keuangan negara tidak hanya melalui


penyempurnaan dan modernisasi sistem, tapi juga proses bisnis penganggaran dan perbendaharaan
negara. Hal ini terwujud melalui suatu  program yang mengintegrasikan sistem penganggaran dan 
sistem perbendaharaan  ke dalam suatu sistem yang sama, atau yang nantinya dikenal dengan
SPAN (Sistem Perbendaharaan   dan   Anggaran    Negara). 

Sistem tersebut adalah terobosan terhadap konsep siklus pengelolaan keuangan negara.
Yaitu siklus yang dimulai dari tahap perencanaan,  penganggaran, pelaksanaan anggaran hingga
pertanggungjawaban keuangan negara. Untuk itu diperlukan keseragaman kodefikasi anggaran dan
pelaporan keuangan dalam pencatatan transaksi keuangan pemerintah.  Hal inilah yang mendorong
penyempurnaan kode dalam Bagan Akun Standar. 

Bahan bacaan : 

Jogianto HM. Sistem Teknologi Informasi. Andi. Yogyakarta. 2005.

 Fathansyah, Basis Data, Informatika, Bandung, 2002.

 Tim Penyusun Modul Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Pusat, Kementerian
Keuangan, 2014

 Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

 Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab


Keuangan Negara.

 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 214/PMK.05/2013 Tentang Bagan Akun
Standar

Anda mungkin juga menyukai