Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
P a n c a s i l a
secara luas dan telah bersifat final. Namun
walaupun pancasila saat ini telah dihayati
sebagai filsafat hidup bangsa dan dasar negara,
yang merupakan perwujudan dari jiwa
bangsa,sikap mental,budaya dan karakteristik
bangsa, saat ini asal usul dan kapan di
keluarkan/disampaikannnya Pancasila masih
dijadikan kajian yang menimbulkan banyak
sekali penafsiran dan konflik yang belum selesai
hingga saat ini.
Namun dibalik itu semua ternyata pancasila memang mempunyai sejarah yang
panjang tentang perumusan-perumusan terbentuknya pancasila, dalam perjalanan
ketata- negaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan salah-salah bisa mengancam
keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak polemik serta
kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama
sampai dengan pencetus istilah Pancasila.
Nilai – nilai pancasila itu telah ada pada bangsa indonesia sejak zaman dulu kala
sebelum bangsa indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara indonesia
melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya
karajaan-kerajaan pada abad ke-IV
Kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan Pancasila terus
berjaya sepanjang masa. karena ideologi Pancasila tidak hanya sekedar “confirm and
deepen” identitas Bangsa Indonesia sepanjang masa. Sejak Pancasila digali dan
dilahirkan kembali menjadi Dasar dan Ideologi Negara, maka ia membangunkan dan
membangkitkan 2 identitas yang “tertidur” dan yang “terbius” selama kolonialisme”
(Abdulgani, 1979: 22).
Berdasarkan uraian diatas dapat kita fahami bahwa zaman Sriwijaya dan
Majapahit adalah sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam
mencapai cita-citanya.
Pada hari berikutnya, tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno juga mengusulkan
lima dasar bagi negara Indonesia. Lima dasar itu atas petunjuk seseorang ahli
bahasa yaitu Mr. M. Yamin. Lima dasar yang diajukan Bung Karno ialah
1. Nasinalisme (Kebangsaan Indonesia),
2. Internasionalisme atau perikemanusiaa,
3. Mufakat atau demokrasi,
4. Kesejahteraan sosial,
5. Ketuhanan yang Maha Esa (berkebudayaan) (kaelan,2000 :37-40)
Berdasarkan petunjuk seorang ahli bahasa, Ir. Soekarno menamakan
kelima sas itu Pancasila yang kemudian diusulkan sebagai dasar Negara
Indonesia.
BPUPKI juga membentuk Panitia kecil (Panitia Sembilan) dengan ketua
Ir. Soekarno. Pada tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI menghasilkan rumusan yang
disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Di dalam alenia ke-4 Piagam Jakarta
dirumuskan lima asas Negara Indonesia Merdeka yaitu:
1.Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemelik-pemeluknya.
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.Persatuan Indonesia
4.Kerkyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Mulai dari sidang pertama sampai akhir sidang BPUPKI kedua ini rumusan
Pancasila dalam sejarah perumusannya ada empat macam:
Rumusan pertama Pancasila adalah usul dari Muh. Yamin pada tanggal
29 Mei 1945
Rumusan kedua Pancasila adalah usul Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945,
yakni usul pribadi dalam bentuk tertulis,
Rumusan ketiga Pancasila usul bung Karno tanggal 1 Juni 1945, usul
pribadi dengan nama Pancasila,
Rumusan keempat Pancasila dalam piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945,
hasil kesepakatan bersama pertama kali.
4. Era Reformasi
Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks
sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar
setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya
memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi
kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar
negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara
hukum, setiap perbuatan baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-
pejabat harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Dalam kaitannya dalam pengembangan hukum, Pancasila harus menjadi
landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh
bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak
bertentangan dengan sila-sila pancasila.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik
mengandung arti bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia
merdeka di implementasikan sebagai berikut :
• Penerapan dan pelaksanaan keadilaan sosial ,politik, agama, dan ekonomi
• Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pengambilan keputusan.
• Melaksanakan keadilaan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan
• Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan menggunakan pendekatan kemanusiaan
yang adil dan beradab.
• Nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan toleransi bersumber pada nilai ke Tuhanan
Yang Maha Esa.
BUKU
Darmodihardjo, D. (1978). Orientasi Singkat Pancasila. Jakarta: PT Gita Karya.
Dodo, S. d. (2010). Konsistensi Nilai-Nilai Pancasila dalam UUD 1945 dan Implementasinya.
Yogyakarta: PSP-Presss.
INTERNET
_____.2013. http://www.scribd.com/doc/33589885/Pancasila-Dalam-3-Orde-Kepemimpinan ,
diakses 8 September 2014
Rohim,Abdur.2013. http://rohimzoom.blogspot.com/2013/11/pancasila-dalam-kajian-sejarah-
bangsa.html , diakses 8 September 2014
E-Learning Universitas
Gunadama..http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pendidikan_pancasila/bab1-
pendahuluan.pdf , diakses 10 September 2014