DISUSUN OLEH
AFIFATUSSHOLIKHAH
NIM.0118004
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Oligohidramnions?
2. Bagaimanakah etiologi pada Oligohidramnions?
3. Bagaimanakah patofisiologi pada Oligohidramnions?
4. Bagaiamanakah tanda dan Gejala pada Oligohidramnions?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis pada Oligohidramnions?
6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang pada Oligohidramnions?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan pada Oligohidramnions?
8. Bagaimanakah pathway dari Oligohidramnions?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien Oligohidramnions?
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Oligohidramnions
2. Untuk mengetahui etiologi pada Oligohidramnions
3. Untuk mengetahui patofisiologi pada Oligohidramnions
4. Untuk mengetahui tanda dan Gejala pada Oligohidramnions
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada Oligohidramnions
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Oligohidramnions
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Oligohidramnions
8. Untuk mengetahui pathway dari Oligohidramnions
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Oligohidramnions
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Oligohidramnions
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu
kurang dari 500 mL. Penyebab primer: mungkin oleh karena pertumbuhan amnion
kurang baik. Penyebab sekunder misalnya pada ketuban pecah dini (premature rupture of
the membrane=PROM). Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan
menderita cacat bawaan, pertumbuhan janin terhambat, bahkan bisa terjadi foetus
papyreceous, yaitu picak, seperti kertas karena tekanan. Bila terjadi pada kehamilan yang
lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti pada kehamilan yang lebih lanjut akan
terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat karena tekanan, atau kulit menjadi tebal dan
kering (leathery appearance) (Eny Rahmawati, 2011).
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan
kongenital, KPD, dan kehamilan postterm. Kelainan kongenital yang paling sering
menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih (kelainan ginjal
bilateral dan obstruksi uretra) dan kelainan kromosom (triploidi, trisomi 18 dan 13).
Insufisiensi plasenta oleh sebab apapun dapat menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia
janin yang berlangsung kronis akan memicu mekanisme reditribusi darah. Salah satu
dampaknya adalah terjadinya penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang
dan terjadilah oligoidramnion (Sarwono Prawihardjo, 2009). Diperlukan deteksi dini
yaitu pada saat pemeriksaan kehamilan perlu dikaji keluhan yang dirasakan oleh ibu
seperti nyeri setiap kali ada pergerakan janin dan melakukan pemeriksaan leopold jika
TFU tidak sesuai usia kehamilan, janin teraba dengan mudah serta denyut jantung janin
sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas. Jika terdapat tanda – tanda adanya
oligohidramnion maka di anjurkan untuk pemeriksaan lebih lanjut yaitu dilakukannya
pemeriksaan USG. Jika pada saat USG hasilnya oligohidramnion maka pasien harus
dirujuk ke tempat fasilitas yang lebih memadai agar pasien mendapatkan asuhan yang
tepat.
B. Etiologi Oligohidramnions
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Namun,
oligohidramnion bisa terjadi karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti
pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada :
kelainan ginjal kongenital, ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta,
infeksi kongenital, NSAIDs). Sejumlah faktor predisposisi telah dikaitkan dengan
berkurangnya cairan amnionik , dan lainnya . 2 Beberapa keadaan yang berhubungan
dengan oligohidramnion, antaranya:
1. Pada janin : kelainan kromosom, hambatan pertumbuhan, kematian, kehamilan
postterm
2. Pada placenta : solusio plasenta
3. Pada ibu : hipertensi, preeklamsi, diabetes dalam kehamilan
4. Pengaruh obat : NSAIDs, ACE inhibitor
C. Patifisiologis Oligohidramnions
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion . Namun,
karena cairan ketuban terutama adalah urine janin di paruh kedua kehamilan , tidak
adanya produksi urin janin atau penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga
menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion , yang terjadi secara
fisiologis , juga mengurangi jumlah cairan.
Masalah pada klinik ialah pecahnya ketuban berkaitan dengan kekuatan selaput. Pada
perokok dan saat terjadi infeksi terjadi perlemahan pada ketahanan selaput hingga pecah.
Pada kehamilan normal hanya ada sedikit makrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan
masuk ke dalam cairan amnion sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan
normal tidak ada IL-1B, tetapi pada persalinan preterm IL-1B akan ditemukan. Hal ini
berkaitan dengan terjadinya infeksi.
Pada insufisiensi plasenta dapat terjadi hipoksia janin. Hipoksia janin yng berlangsung
kronis akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang, dan terjadilah
oligohidramnion.
yang tidak mengandung tali pusat atau ekstremitas janin diukur dalam sentimeter; jumlah
pengukuran ini adalah AFI. Sebuah AFI normal adalah 5,1-25 cm, dengan
oligohidramnion didefinisikan sebagai kurang dari 5,0 cm dan polihidramnion karena
lebih dari 25 cm.
F. Pemeriksaan Penunjang
USG (Ultrasonografi)
G. Penatalaksanaan Oligohidramnions
Pertimbangkan untuk hospitalisasi pada kasus yang didiagnosa setelah usia kehamilan
26-33 minggu. Jika fetus tidak memiliki anomali, persalinan sebaiknya dilakukan.1 Ibu
disarankan untuk tirah baring dan hidrasi guna meningkatkan produksi cairan ketuban
dengan meningkatkan ruang intravaskular ibu . Studi menunjukkan bahwa dengan
minum 2 liter air , dapat meningkatkan AFI sebesar 30 % .1 Jika anomali janin tidak
dianggap mematikan atau penyebab oligohidramnion tidak diketahui, amnioinfusion
profilaktik dengan normal salin, ringer laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk
mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru hipoplastik, dan juga untuk
memperpanjang usia kehamilan.5 Amnioinfusion adalah pemberian infuse normal salin
0,9% ke dalam uterus selama persalinan untuk menghindari kompresi pada tali pusat atau
untuk melarutkan mekonium yang bercampur dengan cairan amnion. Studi menunjukkan
bahwa normal salin tidak akan mempengaruhi keseimbangan elektrolit fetus. Pada
kehamilan preterm direkomendasikan menggunakan cairan hangat, sedangkan untuk
kehamilan aterm dianjurkan cairan pada suhu ruangan. Aminoinfusion dilakukan dengan
menggunakan intrauterine pressure catheter (IUPC). Prosedur melakukannya yakni :
1. Menghubungkan kantong cairan infuse ke IV tubing
2. Flush tubing, untuk menghindari masuknya udara ke dalam uterus
3. Menjelaskan kepada pasien bahwa prosedur infuse tidak akan menyakitkan. Insersi
IUPC mungkin akan tidak nyaman
4. Menyiapkan sarung tangan steril, lubrikan, IUPC, dan kabel
5. Atur IUPC pada tekanan nol atmosfer
6. Setelah IUPC dimasukkan, nilai tonus uterus saat pasien istirahat pada sisi kiri,
kanan, dan punggung, lalu rekam.
7. Pasang IV tubing pada AMNIO port di IUPC.
8. Bolus dengan 250-600 ml, 250 ml akan menghasilkan 6cm kantung cairan amnion
9. Gunakan infuse pump setelah bolus, maintenance cairan 150-180ml per jam, yang
paling sering digunakan adalah 180 ml per jam.
Interpretasinya dikatakan hasilnya positif jika didapati penurunan keparahan deselerasi,
mekonium berkurang viskositasnya dan warnanya lebih cerah. Sedangkan dikatakan
negatif jika terjadi peningkatan tonus uterus saat istirahat dan tidak ada peningkatan pada
pola DJJ. Kontraindikasi dari amnioinfusion seperti plasenta previa, korioamnionitis,
fetal anomali, malpresentasi janin, impending delivery, kehamilan multipel, kelainan
uterus, serviks yang tidak berdilatasi, perdarahan pada trimester III yang tidak
terdiagnosa. Adapun komplikasi dari tindakan ini yaitu hidramnion, prolaps tali pusat,
tekanan intra uterus yang tinggi, abruptio plasenta, infeksi uterus, maternal chilling
(karena cairan terlalu dingin), fetal bradikardi (karena cairan terlalu dingin), fetal
takikardi (karena cairan terlalu panas).