COVER
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1
B. Perumusan Masalah..............................................................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................................................6
1) Tujuan Penelitian........................................................................................................6
2) Manfaat Penelitian......................................................................................................7
BAB II.................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..............................................................................................................................8
A. PENGATURAN FINTECH (PEER TO PEER LENDING) DI INDONESIA......................8
B. PERLINDUNGAN DATA KONSUMEN DI INDUSTRI FINTECH (PEER TO PEER
LENDING) DI INDONESIA......................................................................................................11
BAB III..............................................................................................................................................19
PENUTUP.....................................................................................................................................19
A. Kesimpulan........................................................................................................................19
B. Saran..................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................21
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Hukum Perlindungan Konsumen. Selain itu, makalah ini juga
Fintech (Peer to Peer Lending) bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya
mengucapkan terima kasih atas kesempatan untuk mengerjakan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
kegiatan ini telah dilakukan masyarakat sejak masyarakat mengenal uang sebagai alat
untuk melakukan pinjam meminjam yaitu dengan cara tradisional atau melakukan
pinjam meminjam secara langsung kepada orang yang ingin memberikan pinjaman,
biasanya bentuk perjanjian nya tidak tertulis. Kemudian berkembang dengan adanya
bank atau badan hukum yang menyediakan jasa pinjam meminjam, biasanya bentuk
perjanjiannya secara tertulis karena peminjam harus memenuhi beberapa syarat yang
informasi yang sangat pesat telah merubah pola hidup masyarakat Indonesia.
Perubahan tersebut terjadi dalamsegala bidang, baik bidang ekonomi, bidang sosial
aplikasi atau website yang berbasis internet untuk mendukung kemudahan dalam
1 1
M. Bahsan, 2008, Hukum Jamiman dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia Jakarta: Raja Grafindo Persada,
hlm. 1
2
Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, 2005, Bisnis E-commerce: Studi Sistem Keamanan dan
hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm 1.
iv
kegiatan manusia. Perkembangan teknologi dan sistem informasi terus melahirkan
berbagai inovasi, salah satunya yang berkaitan dengan teknologi finansial untuk
Peranan aplikasi dan website dalam perkembangan teknologi ini juga digunakan untuk
efisiensi layanan jasa keuangan yang biasa dikenal dengan sebutan Financial
Technology atau fintech. Hasil riset Asosiasi Fintech Indonesia melaporkan bahwa saat
ini perusahaan fintech di Indonesia masih didominasi oleh perusahaan payment (39%),
and lending (32%), capical raising (4%).3 Pengembangan fintech yang sangat cepat
pun menyentuh berbagai sektor keuangan mulai dari ritel, wealth management, UKM,
korporasi dan investasi perbankan serta asuransi. Hal ini menjadi kesempatan emas
dalam menjangkau masyarakat yang selama ini belum terjangkau oleh berbagai
layanan keuangan.
Salah satu layanan fintech yang mendapatkan perhatian adalah layanan peer to peer
lending. Peer to peer lending adalah sebuah platform teknologi yang mempertemukan
secara digital peminjam yang membutuhkan modal usaha dengan pemberi pinjaman
yang mengharapkan return yang kompetitif. Peer to peer lending memiliki keunggulan
khas yaitu dapat menjalankan fungsi interface melalui pendanaan di luar neraca (off-
balance sheet). Layanan peer to peer Lending juga lebih fleksibel dan dapat
3
Triyono, Fintech bussines models development in Indonesia, kepala grup inovasi keuangan digital otoritas
jasa keuangan, Indonesia financial service authority
v
mengalokasikan modal atau dana hampir kepada siapa saja, dalam jumlah nilai berapa
pun, secara efektif dan transparan, serta dengan bunga yang ringan. Peraturan Otoritas
bersangkutan :
b) Penerima Pinjaman adalah orang dan /atau badan hukum yang mempunyai utang
Informasi.5
c) Pemberi Pinjaman adalah orang, badan hukum, dan/atau badan usaha yang
Teknologi Informasi.6
Layanan keuangan seperti peer to peer lending sangat relevan dan menjadi angin segar
bagi Indonesia yang masih bekerja keras dalam menyelesaikan sejumlah pekerjaan
masyarakatnya. Asosiasi Fintech Indonesia melaporkan masih ada 49 juta UKM yang
4
Pasal 1 angka 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 1998 tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi.
5
Pasal 1 angka 7 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 1998 tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi.
6
Lihat Pasal 1 angka 8 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 1998 tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi
vi
belum bankable yang umumnya disebabkan karena pinjaman modal usaha
tanpa agunan.
adanya teknologi peer to peer lending mampu menjangkau hampir seluruh masyarakat
setiap tahun. Saat ini institusi keuangan yang ada hanya mampu menyerap kebutuhan
sekitar Rp 700 triliun dari total kebutuhan sebesar Rp1.700 triliun tiap tahunnya.
Peer to peer lending menawarkan overhead yang rendah, dengan credit scoring dan
algoritma yang inovatif, untuk dapat mengisi kebutuhan besar akan pembiayaan
merupakan esensi dari inklusi keuangan, yang mampu membuka segmen baru
Keberadaan peer to peer lending sebagai dampak kemajuan teknologi informasi paling
berdampak pada sektor ekonomi dan sektor hukum. Di sektor ekonomi kehadiran peer
to peer lending cenderung mengakibatkan transaksi yang makin efektif dan efisien
7
Wijaya, Reynold.P2P Lending Sebagai Wujud Baru Inklusi Keuangan.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/11/26/060000226/.p2p.lending.sebagai.wujud.baru.i
nklusi.keuangan. diakses tanggal 22 agustus 2018
vii
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di lain pihak, kehadiran peer to peer lending
tidak bertemunya antara debitur dan kreditur, kediaman para pihak yang saling
berjauhan atau bahkan tidak saling mengetahui. 8 Belum lagi sebagai program nasional
keuangan inklusif yang kini tengah digalakkan oleh OJK dan Bank Indonesia,
yang besar, peer to peer lending perlu diatur secara hati-hati. Peneliti eksklusif senior
untuk membela kepentingan nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan peer
to peer lending wajib memastikan keamanan dana publik, keamanan data publik, serta
suku bunga yang wajar. Sementara dalam aspek perlindungan kepentingan nasional
perusahaan peer to peer lending harus dapat mencegah risiko pencucian uang,
8
Sari, Valenta Elisa. OJK Mengaku Sulit Bikin Aturan Peer to Peer Lending Fintech.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160919124617-78-159357/ojk-mengaku-sulit-bikinaturan-
peer-to-peer-lending-fintech/.19 oktober 2018
9
Bank Indonesia. Strategi Keuangan Nasional Inklusif.
http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/Indonesia/strategi/Contents/Default.aspx. diakses
tanggal 11 september 2018.
viii
nasional. Mekanisme pengawasan saat ini sudah selayaknya dikaji kembali karena
inovasi dan pembayaran digital harus diimbangi dengan mitigasi risiko untuk
Keuangan (OJK) mewaspadai empat resiko yang membayangi bisnis jasa layanan
keuangan berbasis teknologi finansial atau financial technology (fintech) yaitu pertama
bisnis fintech berisiko diserang peretas. Kedua, risiko gagal bayar, Ketiga, risiko
Dengan adanya kobocoran data nasabah, seperti yang terjadi pada platform rupiah plus
akan kebocoran data nasabahnya. Karena pada dasarnya nasabah mempunyai hak akan
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal – hal yang telah diuraikan diatas, makadapat ditarik beberapa
perumusan masalah yang akan menjadi inti dari penelitian ini sebagai berikut :
di Indonesia?
1) TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai dari diadakannya
10
Ibid.
ix
penelitian itu. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
Indonesia.
2) MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan
x
BAB II
PEMBAHASAN
informasi di sektor jasa transportasi umum seperti perusahaan ojek dan taksi online,
maka OJK telah membentuk Tim Pengembangan Inovasi Digital Ekonomi dan
Keuangan (PIDEK) yang terdiri dari gabungan sejumlah satuan kerja di OJK yang
Fintech, dan semakin berjamurnya Fintech di sektor jasa keuangan, OJK menilai
11
Sarwin Kiko Napitupulu, dkk, Op.Cit, hlm. 46
xi
dibutuhkan. Oleh karenanya, OJK membentuk dua satuan kerja baru terkait Fintech,
yaitu Grup Inovasi Keuangan Digital dan Keuangan Mikro dan Direktorat
Sebagai langkah awal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan POJK
Tata Kelola dan Manajemen Risiko Teknologi Informasi pada Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. POJK ini mengatur mengenai salah
satu jenis Fintech yang berkembang di Indonesia saat ini yaitu P2P Lending. Hal
tentang pelaksanaan tata kelola dan manajemen risiko teknologi informasi pada
2017.
Bank Indonesia telah membentuk Fintech Office (BIFTO) sebagai wadah asesmen,
mitigasi risiko, dan evaluasi atas model bisnis dan produk/layanan dari Fintech serta
Fintech Office didasarkan pada posisi Bank Indonesia sebagai otoritas sistem
Nomor 11 Tahun 2008 Salah satu perlindungan konsumen yang diatur dalam UU
setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang,
menyelenggarakan sistem secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap
xiii
dengan menetapkan batasan istilah yang digunakan dalam pengaturannya. Materi
Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik Peraturan Menteri ini diatur tentang
Akses Data Pribadi, Pemusnahan Data Pribadi, diatur pada Bab II Peraturan
Perlindungan hukum bagi nasabah dan pelaku usaha Fintech diatur dalam UU ITE,
Sistem dan Transaksi Elektronik, PBI nomor 16/1/PBI/ 2014 tentang Perlindungan
ingin menjadi Penyedia Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) untuk pertama kali, harus
mendapat izin dari BI. PJSP yang ingin mengembangkan usaha harus mendapat
keamanan lalu lintas perdagangan dan ransaksi dalam dunia digital. Upaya-upaya
itu diwujudkan BI dengan berperan sebagai Fasilitator, analis bisnis, asesmen dan
melakukan kerja sama dengan otoritas dan agen internasional agar mampu menjadi
analis untuk penyedia bantuan terkait Fintech untuk memberikan wawasan dan
12
Serfiyani C.Y & Hariyani I. Perlindungan Hukum dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Sistem Pembayaran
Berbasis Technology Financial. Buletin Hukum Kebangsentralan, Vol. 14 No. (1), 2017, hlm. 345–358
xv
arahan tentang cara membuat sistem pembayaran yang aman dan tertib. 3.
Dalam hal penyediaan pasar bagi pelaku usaha, Bank Indonesia memastikan
dan informasi konsumen lewat jaringan keamanan siber. Dalam hal tabungan,
pinjaman dan penyertaan modal, Bank Indonesia mewajibkan setiap pelaku usaha
untuk menjaga data dan informasi konsumen. Dalam hal investasi dan manajemen
risiko, Bank Indonesia juga mewajibkan setiap pelaku usaha untuk patuh kepada
pembayaran sebagai pendukung operasi dan keamanan siber untuk menjaga data
keamanan siber. Bank Indonesia menjamin keamanan dan ketertiban lalu lintas
hal penyediaan lahan untuk lalu lintas pembayaran. Analis bisnis yang intelligent.
13
Budi Rahardjo, Pengaruh Financial Technology (Fintech) Terhadap Perkembangan UMKM di Kota
Magelang, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Papers Fakultas Ekonomi Universitas Tidar, 2019, hlm.
353-354
14
https://www.itworks.id/18258/apa-itu-financial-technology-menurut-bank-indonesia. html/diakses tanggal 23
Juni 2021
xvi
Melalui kerjasama dengan otoritas dan agen-agen internasional, Bank Indonesia
menjadi analis bagi para pelaku usaha terkait Fintech untuk memberikan pandangan
dan arahan tentang bagaimana menciptakan system pembayaran yang aman dan
terhadap setiap kegiatan usaha yang melibatkan Fintech dan sistem pembayarannya
keuangan. Selain itu OJK dapat meminta lembaga jasa keuangan untuk
pelaku usaha di sektor jasa keuangan. OJK juga dapat melakukan pembelaan
kepada pelaku usaha atau pihak lain yang merugikan konsumen. 16 Penggunaan
15
Ibid.
16
Agus Suwandono, “Implikasi Pemberlakuan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap
Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan Dikaitkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen”, Perspektif, Vol.
xvii
teknologi informasi merupakan core bisnis Fintech, dan dalam penggunaan
penggunaan teknologi informasi itu sendiri serta telah terbukti tidak dapat
ukur) bagi penyelenggara jasa, bukan hanya bagi konsumen. 18 Fintech wajib
harus memastikan bahwa informasi yang diberikan bersifat transparan sehingga hal
memilih produk dengan baik serta menghindarkan diri dari risiko yang mereka
dan kewajiban yang akan dikenakan kepada konsumen, transparansi syarat dan
terdapat perubahan biaya, syarat dan ketentuan, kejelasan informasi dari periklanan
produk yang dipasarkan seperti pengunaan bahasa yang sederhana dan mudah
brosur, iklan media masa dan online.19 Permenkominfo No. 20 Tahun 2016 tentang
Belum ada ketentuan mengenai sanksi yang kuat dalam hal terjadi pelanggaran data
Pribadi sebagai payung hukum perlindungan data pribadi untuk semua sektor
No. 20 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik
Data pribadi diartikan sebagai “... data perseorangan tertentu yang disimpan,
dapat disimpulkan bahwa data pribadi merupakan data perseorangan tertentu berupa
identitas, kode, simbol, huruf atau angka penanda personal seseorang yang bersifat
Fintech dapat berperan mengikuti standar yang telah ditetapkan atau tidak.
Tentunya segalanya harus sesuai dengan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh
pribadi yang dikumpulkannya, kredibilitas sistem yang dibangun pelaku usaha agar
dapat menangkal bahaya dan risiko yang berkaitan dengan cybersecurity, berapa
banyak salinan data pribadi yang disimpan, pengaturan tentang di mana data
tersebut disimpan, siapa sajakah yang dapat mengakses data tersebut, penggunaan
encryption bagi mekanisme pengaksesan data, dan lain-lain. Serta halhal teknis dan
prosedural lainnya yang diatur dan wajib dipatuhi oleh pelaku usaha. Untuk
20
Yuking, A. S. Urgensi Peraturan Perlindungan Data Pribadi Dalam Era Bisnis Fintech. Jurnal Hukum dan
Pasar Modal, Vol. VIII No. (16), 2018, hlm. 1-27
xix
wajib mendaftarkan diri pada Bank Indonesia dan/atau OJK.21 Perlindungan data
pribadi merupakan salah salah satu bentuk hak privasi yang merupakan hak
pribadinya atau tidak. Hak privasi melalui perlindungan data pribadi sangat penting
dan bahkan merupakan elemen kunci bagi kebebasan dan harga diri individu.
nasib sendiri kebebasan berekspresi dan privasi adalah hak-hak yang penting untuk
menjadikan kita sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan bisnis Fintech, data
pribadi konsumen Fintech inilah yang harus dilindungi. 22 Penyedia layanan Fintech
keuangan masyarakat Indonesia secara umum relatif masih rendah. Perjanjian juga
dilarang menyatakan adanya pengalihan tanggung jawab atau kewajiban dari pelaku
yang keliru bagi konsumen dan masyarakat. Bagi masyarakat dan konsumen wajib
disediakan kanal informasi yang mudah diakses untuk meminta informasi sejelas-
produk lengkap dan tercipta awareness (kesadaran) konsumen terhadap biaya dan
21
Ibid.
22
Kornelius Benuf, Op.Cit, hlm. 157
xx
asimetris).23 Peraturan Menkominfo No. 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data
Pribadi Dalam Sistem Elektronik Data pribadi adalah data perseorangan tertentu
sesuai dengan kebutuhan pengguna saja; melindungi data pribadi beserta dokumen
yang memuat data pribadi tersebut dari tindakan penyalahgunaan; dan bertanggung
jawab atas data pribadi yang terdapat dalam penguasaannya, baik penguasaan
23
Rinitami Njatrijani, Op.Cit, hlm. 470
24
Kornelius Benuf, Op.Cit, hlm. 149
25
Ibid, hlm. 150
xxi
secara organisasi yang menjadi kewenangannya maupun perorangan, jika terjadi
tindakan penyalahgunaan.26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
pengguna. Pemerintah melalui Bank Indonesia dan OJK sebagai badan yang
peraturan teknis dalam regulasi terkait Fintech, diantaranya yakni POJK No.
Pembayaran, PBI No. 11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik yang telah diubah
pribadi konsumen Fintech masih belum terlalu ketat dibandingkan industri lainnya
seperti perbankan, asuransi dan pasar modal. Sehingga, dia menilai perlu ada
26
Ibid.
xxii
aturan setingkat Undang-Undang sebagai landasan hukum perlindungan data
produk dan layanan yang digunakannya, manfaat, risiko, biaya, dan keamanan
maka terdapat potensi risiko terkait privasi data konsumen maupun data transaksi
B. Saran
xxiii
merupakan hal mutlak yang wajib diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-commerce: Studi Sistem Keamanan dan
hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.
Budi Rahardjo, Pengaruh Financial Technology (Fintech) Terhadap Perkembangan UMKM di Kota
Magelang, Prosiding Seminar Nasional dan Call For Papers Fakultas Ekonomi Universitas Tidar,
2019
M. Bahsan,, Hukum Jamiman dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008.
Triyono, Fintech bussines models development in Indonesia, kepala grup inovasi keuangan digital
otoritas jasa keuangan, Indonesia financial service authority
Yuking, A. S. Urgensi Peraturan Perlindungan Data Pribadi Dalam Era Bisnis Fintech. Jurnal
Hukum dan Pasar Modal, Vol. VIII No. (16), 2018.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 1998 tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 1998 tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 1998 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi
xxiv
Sari, Valenta Elisa. OJK Mengaku Sulit Bikin Aturan Peer to Peer Lending Fintech.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160919124617-78-159357/ojk-mengaku-sulit-bikinaturan-
peer-to-peer-lending-fintech/diakses pada tanggal 23 Juni 2021
Bank Indonesia. Strategi Keuangan Nasional Inklusif.
http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/Indonesia/strategi/Contents/Default.aspx.
diakses tanggal 23 Juni 2021.
Serfiyani C.Y & Hariyani I. Perlindungan Hukum dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Sistem
Pembayaran Berbasis Technology Financial. Buletin Hukum Kebangsentralan, Vol. 14 No. (1),
2017, hlm. 345–358
https://www.itworks.id/18258/apa-itu-financial-technology-menurut-bank-indonesia. html/diakses
tanggal 23 Juni 2021
Steven R. Chabinsky, “Fintech: Cybersecurity Risk Management for Financial Institutions and
Technology Vendors”, 2017, diakses tanggal, 23 Juni 2021, Pukul 21.25 WIB
xxv