Anda di halaman 1dari 12

51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.M DENGAN DEMAM TIFOID:


SEBUAH STUDI KASUS
Oktaviani Saputri1, Herlina2
Program Studi D-III Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan
1,2

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta


Kampus 1 Jl RS Fatmawati No. 1 Pondok Labu Jakarta Selatan 12450
Kampus II Jl. Raya Limo Depok 16515, Indonesia
oktavianisptr16@gmail.com

Abstrak

Demam tifoid merupakan penyakit yang sering terjadi di negara tropis seperti Indonesia dengan kondisi
iklim seperti musim hujan. Pada kasus dengan demam tifoid penderita terbanyak pada kelompok usia 2-15
tahun. Biasanya anak dengan demam tifoid menujukkan tanda gejala seperti demam tinggi, diare, kehilangan
nafsu makan, dan sakit tenggorokan. Penelitian studi kasus dilakukan menggunakan partisipan seorang anak
perempuan berusia 1 tahun 3 bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik. Hasil pengkajian yang didapatkan adalah klien mengalami demam tinggi, mual muntah,
diare, serta batuk pilek. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah diare berhubungan dengan
kehilangan cairan, hipertermia berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii, ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan secret berlebih, dan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat. Penerapan asuhan keperawatan mendapatkan hasil sesuai
dengan kriteria hasil yang ditetapkan. Dalam mencapai keberhasilan asuhan keperawatan dibutuhkan
kerjasama yang baik dengan keluarga.
Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Demam Tifoid, Salmonella Typhii.

Abstract
Typhoid fever is a disease that often occurs in tropical countries like Indonesia with climatic conditions such
as the rainy season. In cases with typhoid fever most sufferers in the age group 2-15 years. Usually children
with typhoid fever show signs of symptoms such as high fever, diarrhea, loss of appetite, and sore throat.
Case study research was conducted using a participant of a 1 year and 3 month old girl. Data collection
done by interview, observation, and physical examination. The assessment results obtained are clients
experiencing high fever, nausea vomiting, diarrhea,and cough colds. Nursing diagnoses that arise in the
case of An.M are diarrhea associated with fluid loss, hyperthermia associated Salmonella Typhii infection,
ineffective airway clearance associated with excess secretions, and nutrional imbalance: less than the
body’s needs are related to inadequate food intake. The application of nursing care gets results according
the established outcome criteria. In achieving success nursing care requires good with family.
Key words: Nursing Care, Salmonella Typhii, Typhoid Fever.

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
52

Pendahuluan kejadian ini terdapat sebanyak 300-810


Demam tifoid merupakan penyakit yang kasus per 100.000 penduduk setiap
sering terjadi di negara tropis. Kondisi tahunnya dengan penderita terbanyak
iklim yang sangat rawan biasanya kelompok usia 2-15 tahun.
berhubungan dengan penyakit yang akan
di derita dengan musim-musim tertentu. Tanda dan gejala yang dapat muncul
Dapat dilihat, di Indonesia saat musim pada anak dengan demam tifoid adalah
hujan angka seseorang yang terserang demam tinggi mencapai 400C pada sore
penyakit akan meningkat. Penyakit yang menjelang malam, sakit tenggorokan,
sering terjadi pada musim penghujan lemas, kehilangan nafsu makan, berat
biasanya seperti adalah infeksi saluran badan menurun, dan diare.
pernapasan atas (ISPA), leptosiposis,
penyakit kulit, diare, demam berdarah, Berdasarkan data rekam medis di RSUD
dan demam tifoid (Kementerian Pasar Minggu, Jakarta Selatan periode
Kesehatan RI, 2012). tahun 2019 didapatkan hasil 10 besar
penyakit rawat inap lantai 7 dengan
World Health Organization (2014) pasien terbanyak antara lain Diarrhea and
memperkirakan prevalensi demam tifoid Gastroenteritis sebanyak 556 pasien
di dunia mencapai 21 juta kasus dengan dengan presentase penyakit 41%.
220.000 orang meninggal setiap Bronchopneumonia sebanyak 279 pasien
tahunnya. Sedangkan pada tahun 2018, dengan presentase 20.5%. Typhoid Fever
penyakit demam tifoid di dunia mencapai sebanyak 129 pasien dengan presentase
11-20 juta kasus yang mengakibatkan 9.5%. Dengue Haemoragic Fever
128.000-161.000 orang meninggal setiap sebanyak 113 dengan presentase 8.3%.
tahun. Asia merupakan salah satu negara Bacterial Infection sebanyak 83 pasien
dengan posisi teratas pada penyakit dengan presentase 6.1%. Pneumonia
demam tifoid, dengan didapati 13 juta sebanyak 59 pasien dengan presentase
keadaan yang terjadi setiap tahunnya. 4.3%. Asthma sebanyak 44 pasien
World Health Organization (WHO) dengan presentase 3.2%. Dengue Fever
memperkirakan kasus kematian yang sebanyak 38 dengan presentase 2.7%.
terjadi di Asia akibat demam tifoid Viral Infection sebanyak 36 pasien
mencapai 70%. Indonesia diperkirakan dengan presentase 2.6%. dan

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
53

Hepatitis A sebanyak 22 pasien dengan Etiologi


presentase 1.6%. Menurut Widoyono (2018), demam
tifoid disebabkan oleh bakteri
Tingginya angka kejadian kasus demam Salmonella Typhi. Ciri-ciri dari bakteri
typoid dapat mengakibatkan terjadinya Salmonella Typhi ini adalah bakteri
komplikasi pada penderita demam tifoid, gram negative yang tidak mempunyai
seperti perforasi usus, perdarahan usus, kapsul dan spora, dapat musnah pada
dan neuropsikiatri (koma). Hal ini suhu kepanasan 570C. Salmonella Typhi
membutuhkan peran perawat untuk memiliki tiga komponen antigen untuk
mengurangi prevalensi dari demam tifoid. pemeriksaan laboratorium, yaitu
Peran yang harus di lakukan perawat seperti antigen O atau somatik, antigen
adalah peran promotive, preventif, H atau flagela, dan antigen K atau
kuratif dan rehabilitatif. selaput.

Pengertian Menurut Mardalena (2018), demam


Demam tifoid adalah penyakit infeksi tifoid juga dapat disebabkan Salmonella
akut yang terjadi di usus halus oleh Paratyphi A, B dan C yang dapat
Salmonella Typhi akibat keracunan ditularkan melalui feses dan urine.
makanan dengan gejala demam selama Pemeriksaan laboratorium dapat
satu minggu atau lebih disertai dengan dilakukan dengan mengambil sampel
gangguan pada saluran pencernaan urine dan feses penderita demam tifoid.
dengan atau tanpa gangguan kesadaran Penyebab tersering yang merupakan
(Ketut dan Sarwo, 2018). Demam tifoid faktor pencetus terjadinya demam tifoid
adalah infeksi akut yang terjadi di adalah faktor kebersihan karena bakteri
saluran perncenaan tepatnya usus halus Salmonella Typhi dapat ditularkan
yang disebabkan oleh bakteri melalui 5 F, yaitu Food, Fingers,
Salmnolella Paratyphi A, B dan C yang Fomitus, Feses, dan Fly Salmonella
dapat ditularkan melalui feses atau urine Typhi dapat bersarang pada muntahan
penderita (Widoyono, 2011). dan feses penderita yang nantinya akan
di bawa oleh lalat sehingga lalat akan
menghinggapi makanan yang dimakan

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
54

oleh orang sehat, sehingga terjadilah yang menyebabkan penurunan mobilitas


proses penularan (Padila, 2013). dan peristaltik pada usus, sehingga
menyebabkan diare atau konstipasi.
Patofisiologi Peningkatan asam lambung dapat
Menurut Rahmat (2019), demam tifoid menyebabkan pasien mengalami mual
dapat ditularkan melalui 5F yaitu Food, dan muntah.
Fingers, Fomitus, Feses, dan Fly.
Bakteri Salmonella Typhi dapat Selain itu, saat bakteri masuk kedalam
ditularkan melalui makanan dan RES, selanjutnya bakteri akan masuk ke
minuman yang telah terkontaminasi oleh peredaran darah (bacteremia sekunder)
lalat. Apabila seseorang tidak yang kemudian akan menyebabkan
memperhatikan kebersihan jari-jari terjadinya kerusakan pada sel. Hal ini
tangannya, maka bakteri tersebut dapat akan merangsang sel melepaskan zat
masuk ke dalam tubuh menuju ke saluran epirogen oleh leukosit, dimana dapat
pencernaan dan makteri akan masuk ke mempengaruhi pusat termogulator di
lambung yang nantinya sebagian akan hipotalamus dan menyebabkan kalien
dimusnahkan. Sebagian yang lainnya mengalami demam.
masuk ke dalam usus halus, sehingga
terjadinya perkembangbiakan bakteri. Manifestasi Klinis
Menurut Agus Sarwo (2018), tanda dan
Menurut Amin Huda dan Hardhi gejala seseorang terserang demam tifoid
Kusuma (2015), bakteri yang masuk ke berkisar antara ringan sampai dengan
dalam usus halus akan menyebabkan berat. Hal ini tergantung pada beberapa
peradangan, sehingga nantinya bakteri faktor yang mempengaruhi seperti usia,
akan masuk ke dalam pembuluh limfe kesehatan, riwayat vaksinasi, dan letak
dan peredaran darah (bakterimia primer). geografis. Demam tifoid dapat terjadi
Selanjutnya bakteri akan masuk ke dalam secara bertahap selama beberapa minggu
retikulo endothelial (RES) terutama di atau secara tiba-tiba. Tanda dan gejala
hati dan limfa. Sehingga menyebabkan yang terjadi biasanya seperti demam,
inflamasi dan terjadilah hepatomegali merasa sakit, lemas, mudah lelah, pada
dan pembesaran limfa. Saat limfa anak dapat terjadi diare, kehilangan
menjadi besar, terjadilah splenomegaly

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
55

nafsu makan, sakit tenggorokan dan sakit 3x100 mg selama 21 hari.


kepala. Kontrimoksasol (oral) 3x8 mg selama 14
hari. Pada kasus berat, diberikan
Penatalaksanaan Medis ceftriaxone (intavena) 2x50 mg selama 7
Penatalaksanaan medis yang dapat hari.
diberikan untuk penderita demam tifoid
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Asuhan Keperawatan
non-farmakologi dan farmakologi. A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Widoyono (2011), secara Menurut Dermawan (2012), pengkajian
non-farmakologi penderita demam tifoid adalah proses keperawatan dalam
dianjurkan untuk beristirahat total selama mengumpulan data yang dilakukan
kurang lebih 1 minggu hingga kondisi melalui pendekatan secara sistematis
membaik. Pada anak, mobilisasi yang nantinya akan dianalisa. Tujuan
dilakukan secara bertahap untuk daripada pengkajian keperawatan adalah
mencegah terjadinya keparahan kondisi untuk megidentifikasi, mengenali
atau komplikasi. Menurut Widodo masalah, kebutuhan pasien dan
(2014), diet dan terapi penunjang. Diet perawatan pada pasien baik secara fisik,
harus dilakukan berdasarkan tingkat mental, sosial maupun lingkungan.
kesembuhan, di mulai dengan
diberikannya bubur saring, bubur kasar, B. Diagnosa keperawatan
hingga nasi yang bertujuan untuk Menurut NANDA (2018), diagnosa
mencegah terjadinya perdarahan pada keperawatan adalah suatu bentuk
usus. penilaian klinis yang dilakukan oleh
perawat terhadap respons manusia
Menurut Huda dan Kusuma (2015), tentang kesehatannya baik individu,
secara farmakologi pemberian terapi keluarga, kelompok ataupun komunitas.
yang dapat diberikan untuk penderita Tugas perawat ialah mendiagnosis
demam tifoid adalah Kloramfenikol masalah kesehatan yang sesuai dengan
(intravena) 3x50 mg selama 14 hari. Bila keluhan pasien saat ini.
terjadi kontraindikasi kloramfenikol,
diberikan ampisilin (intravena) 3x200 mg Menurut Mardalena (2018), diagnosa
selama 21 hari. Amosisilin (intavena) keperawatan yang dapat muncul pada

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
56

pasien dengan demam tifoid adalah nyeri memakaikan pakaian tipis dan serap
akut berhubungan dengan peradangan keringat. Memberikan penjelasan
pada saluran pencernaan. Hipertermi mengenai perubahan suhu pasien.
berhubungan dengan proses infeksi Menganjurkan pasien untuk banyak
Salmonella Typhi. Keseimbangan nutrisi: minum. Dan berkolaborasi dengan
kurang dari kebutuhan tubuh dokter dalam pemberian obat antipiretik.
berhubungan dengan intake tidak adekuat.
Defisiensi volume cairan berhubungan D. Implementasi
dengan pengeluaran cairan yang berlebih. Menurut Supratti dan Ashriady (2018),
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan implementasi keperawatan adalah suatu
peningkatan kebutuhan metabolik. proses keperawatan yang dilakukan oleh
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit perawat dalam mengelola melaksanakan
berhubungan dengan kurang informasi. rencana keperawatan yang telah
dirancang sebelumnya. Hal yang
C. Intervensi dilakukan dalam menjalankan rencana
Menurut Rosmalia dan Hariyadi (2019), keperawatan adalah dengan
intervensi keperawatan adalah suatu melaksanakan tindakan keperawatan
proses keperawatan yang dilakukan oleh secara komprehensif guna mencegah
perawat dalam merencanakan suatu terjadinya masalah baru yang dapat
tindakan yang bertujuan untuk membantu muncul. Proses ini berpusat pada pasien.
klien dalam mencegah, mengurangi, dan
menghilangkan dampak yang dapat E. Evaluasi
timbul. Menurut Supratti dan Ashriady (2018),
evaluasi keperawatan adalah kegiatan
Menurut Mardalena (2018), perencanaan yang dilakukan untuk mengevaluasi
asuhan keperawatan yang dirancang respon klien terhadap tindakan yang
untuk klien demam tifoid adalah telah dilaksanakan dan mengacu pada
mengobservasi suhu pasien setiap tujuan dan kriterial hasil yang telah
pergantian shift. Memberikan kompres dibuat sebelumnya. Evaluasi
hangat pada axila, lipatan paha, dilaksanakan saat setelah perawat selesai
temporalis jika pasien demam. melaksankan tindakan yang telah
Menganjurkan keluarga untuk direncanakan setiap harinya.

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
57

Tinjauan Kasus Pada saat dilakukan pengkajian tanggal


Pengkajian Keperawatan 26 Februari 2020 pukul 10:00 WIB, ibu
A. Identitas Klien klien mengatakan klien demam sejak
Klien bernama An.M berusia 1 tahun 3 hari kamis, demam naik turun. Ibu klien
bulan. An.M masuk rumah sakit pada 25 mengatakan klien selalu demam saat
Februari 2020 pukul 20:01. An.M malam hari. Ibu klien mengatakan klien
dipindahkan ke ruang rawat inap pada 26 sempat dibawa ke puskesmas. Ibu klien
Februari 2020 di lantai 7 ruang Melati II mengatakan berikan obat dari
RSUD Pasar Minggu. puskesmas namun tak kunjung
membaik. Ibu klien mengatakn klien
B. Resume mengalami batuk dan pilek. Ibu klien
Klien datang ke IGD RSUD Pasar mengatakan batuk klien berdahak. Ibu
Minggu tanggal 25 Januari 2020 pukul klien mengatakan klien BAB cair
20:01 WIB ibu klien mengeluh klien sebanyak 5x. Ibu klien mengatakan
demam sejak 5 hari yang lalu sebelum klien mengalmi penurunan nafsu makan
masuk rumah sakit. Demam yang di klien. Ibu klien mengatakan klien
rasakan naik turun. Ibu klien mengatakan memiliki riwayat kejang saat usia 8
klien batuk berdahak dan tidak mampu bulan dan 1 tahun tanpa disertai demam.
mengeluarkan dahaknya. Ibu klien Hasil tanda-tanda vital klien: suhu: 37.7
mengatakan klien pilek. Ibu klien C,
0
respirasi: 23x/menit, nadi:
mengatakan klien mual dan muntah. 120x/menit.
Muntah sebanyak 1x. Ibu klien
mengatakan klien diare, BAB cair sejak 1 C. Pengkajian
minggu sebelum masuk rumah sakit, Hasil pengkajian didapatkan data bahwa
disertai dengan ampas dan lendir. Klien klien mengalami demam sejak 5 hari
mendapatkan terapi IVFD RL 800cc/24 sebelum masuk rumah sakit disertai
jam, Inj. Ondansentron 3x1 mg, Inj. dengan BAB cair sejak 1 minggu
Ranitidine 2x10mg, Zinc sirup 1x5ml, sebelum masuk rumah sakit dengan
Liprolac 2x1sachet. Hasil tanda-tanda konsistensi ampas dan berlendir. Klien
vital klien N: 98x/menit, RR: 24x/menit, mengalami demam saat sore menjelang
Suhu: 37.80C. malam. Selain itu klien mengalami
penurunan berat badan sebanyak 3 kg

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
58

dan klien mengalami batuk pilek. Hasil E. Penatalaksanaan


tanda-tanda vital yang didapatkan pada Terapi yang didapatkan An.M adalah
saat pengkajian suhu: 37.7 0C, respirasi: zinc sirup 1x5 ml/oral. Liprolac 2x1
23x/menit, nadi: 120x/menit. cth/oral. Ambroxol 3x2ml/oral. Puyer
batuk 3x1 ml/oral. Ceftriaxone 2 x 300
Proses tumbuh kembang pada An.M mg/intravena. Ondancentron 3x1
sesuai dengan usianya saat ini. mg/intravena. Ranitidine 2x8
Perkembangan motorik kasar pada mg/intravena. Paracetamole 2x8
An.M yaitu mampu merangkak, mg/intravena. KAEN 3B 800 cc/hari /
sedangkan perkembangan motorik halus IVFD. Diit makanan lunak.
pada An.M adalah mampu
menggenggam dan melempar barang. F. Data Fokus
Pertumbuhan berat badan An.M 8 kg, Pada saat pengkajian data subjektif yang
tinggi badan 79 cm, lingkar kepala 45 didapatkan ibu klien mengatakan klien
cm, lingkar lengan atas 16 cm, dan gigi demam sejak hari kamis. Ibu klien
klien belum tumbuh lengkap. Di usianya mengatakan klien demamnya naik turun
saat ini An.M mengalami dampak dan selalu demam pada malam hari. Ibu
hospitalisasi seperti An.M tampak jenuh klien mengatakan klien mengalami batuk
dan sering menangis saat berada di pilek. Ibu klien mengatakan suara batuk
rumah sakit. klien terdengar ada dahaknya dan tidak
dapat dikeluarkan. Ibu klien mengatakan
D. Data Penunjang klien mengalami penurunan nafsu makan.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan Ibu klien mengatakan klien sangat sulit
pada An.M adalah pemeriksaan untuk makan. Ibu klien mengatakan
laboratorium. Didapatkan hasil klien mengalami penurunan berat badan
laboratorium widal (+) dengan sebanyak 3 kg. Ibu klien mengatakan
Salmonella Typhi O positif 1/320. berat badan sebelum sakit 10 kg. Ibu
Salmonella Paratyphi BO positif 1/160. klien mengatakan berat badan setelah
Hemoglobin 11.0 g/dl nilai normal sakit 7 kg. Ibu klien mengatakan klien
10.7-13.1 g/dl. Hematokrit 35% nilai mual di sertai muntah 1x. Ibu klien
normal 32%-42 %. mengatakan klien makan habis ¼ porsi
dari yang tersedia. Ibu klien mengatakan

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
59

klien diare. Ibu klien mengatakan BAB Salmonella Typhi O positif 1/320 dan
klien cair sudah 2x pagi ini. Ibu klien Salmonella Paratyphi BO positif 1/160.
mengatakan diare ada ampas dan
berlendir. Pada saat dilakukan pengkajian Diagnosa Keperawatan
didapatkan data objektif keadaan umum: Setelah dilakukkannya pengkajian,
tampak lemas, Kesadaran: Compos perumusan diagnosa keperawatan dapat
Mentis, Tanda-tanda vital: suhu: 37.7 0C, ditentukan sesuai dengan kondisi klien
respirasi: 23 x/menit, nadi: 120 x/menit. saat ini. Tedapat 4 diagnosa keperawatan
Kulit klien terasa hangat. Klien tampak yang dapat ditegakkan yaitu diare
gelisah. Wajah klien tampak kemerahan. berhubungan dengan kehilangan cairan,
Klien tampak meringis. Klien tampak hipertermi berhubungan dengan infeksi
tidak nafsu makan. Klien tampak hanya Salmonella Typhii, ketidakefektifan
menghabis ¼ porsi makan dari yang bersihan jalan nafas berhubungan
tersedia. Klien mengalami penurunan dengan sekret berlebih, dan
berat badan sebanyak kurang lebih 20%. ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
A: Berat badan klien sebelum sakit 10 kg, kebutuhan tubuh berhubungan dengan
berat badan klien setelah sakit 7 kg. B: asupan makan tidak adekuat.
Hemoglobin 11.0 g/dl nilai normal
10.7-13.1 g/dl. Hematokrit 35% nilai Perencanaan, pelaksanaan dan
normal 32-42 %. C: turgor kulit tidak Evaluasi
elastis, klien BAB cair sebanyak 5x Rencana keperawatan pada diagnosa
dalam 24 jam, nafsu makan kurang. D: diare berhubungan dengan kehilangan
diet makanan lunak.Saat di auskultasi cairan An.M adalah dengan hitung
terdapat bunyi suara ronkhi pada dada balance cairan per 24 jam; monitor BAB
kanan klien. Klien tampak kurang minat termasuk frekuensi, konsistensi, dan
terhadap makanan. Mukosa bibir klien warna; kaji kulit adanya ruam dan lecet;
pucat. Klien tampak lemas. Klien tampak berikan terapi IV sesuai instruksi yaitu
batuk-batuk . Saat klien batuk, terdengar KAEN 3B 800cc/24 jam; kolaborasi
ada suara dahak. Klien tampak tidak dengan dokter dalam pemberian obat
dapat mengeluarkan dahak. Klien terlihat yaitu zinc sirup 1 x 5 ml per oral dan
pilek. Hasil laboratorium: widal (+) yaitu liprolac 2 x 1 cth per oral; beri edukasi
keluarga klien mengenai pencegahan

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
60

penyebaran infeksi dengan mencuci Rencana keperawatan pada diagnosa


tangan. Setelah melaksanakan rencana ketidakefektifan bersihan jalan nafas
keperawatan selama 3x24 jam berhubungan dengan sekret berlebih
didapatkan hasil balance cairan per 24 An.M dengan auskultasi suara nafas,
jam klien dalam batasan normal yaitu + posisikan pasien untuk memaksimalkan
616.8 cc. Klien BAB 1x dengan ventilasi, kolaborasi dengan dokter
konsistensi ampas, tidak berlendir, dan pemberian obat yaitu ambroxol 3 x 2 ml
berwarna kekuningan. Tidak ada ruam per oral dan puyer batuk 3 x 1 ml per
dan lecet pada bokong klien. Turgor kulit oral, motivasi keluarga klien dalam
elastis kembali dalam kurang dari 2 membantu mengeluarkan dahak klien,
detik. pantau frekuensi nafas dan tanda-tanda
vital lainnya. Setelah melaksanakan
Rencana keperawatan pada diagnosa rencana keperawatan selama 3x24 jam
hipertermia berhubungan dengan infeksi didapatkan hasil tidak ada suara nafas
salmonella typhi An.M adalah dengan tambahan seperti ronkhi pada dada
pantau suhu dan tanda-tanda vital klien. Tidak ada sekret yang
lainnya, monitor warna kulit dan suhu, menghalangi jalan nafas. Batuk
dorong konsumsi cairan, beri obat atau berkurang. Kedalaman inspirasi normal.
cairan IV (antipiretik) yaitu Respirasi: 22 x/menit.
paracetamole 2 x 8 mg per intravena dan
antibiotik ceftriaxone 2 x 300 mg per Rencana keperawatan pada diagnosa
intravena, beri penyuluhan kesehatan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
mengenai typoid. Setelah melaksanakan kebutuhan tubuh An.M adalah timbang
rencana keperawatan selama 3x24 jam berat badan pasien, monitor adanya
didapatkan hasil tanda-tanda vital: suhu : mual dan muntah, beri makan dalam
37.1 0C, nadi: 116 x/menit, respirasi: 22 porsi kecil dan frekuensi sering yaitu
x/menit. Klien banyak mengonsumsi diit makanan lunak, kolaborasi dengan
cairan seperi ASI dan air putih. Warna dokter untuk pemberian antasida dan
kulit normal tidak kemerahan. Klien nutrisi parenteral yaitu ondansentron 3
tidak gelisah. x 1 mg, ranitidine 2 x 8 mg. Setelah
melaksanakan rencana keperawatan
selama 3x24 jam didapatkan hasil berat

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
61

badan klien bertambah 1 kg. Mual dan Ketut, Ni Mendri dan Agus Sarwo. 2018.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit
muntah sudah tidak ada. Nafsu makan
dan Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta:
klien bertambah. Asupan makan secara Pustaka Baru
oral meningkat. Klien menghabiskan ½
Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcome
porsi makanan yang tersedia. Classification (NOC). Singapore :
Elsevier.

Daftar Pustaka Nasronudin. 2011. Penyakit Infeksi Di


Indonesia Edisi 2. Surabaya: Airlangga
Adriana, Dian. 2017. Tumbuh Kembang
University Press.
dan Terapi Bermain Pada Anak Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Nasronudin. 2011. Penyakit Infeksi Di
Indonesia dan Solusi Kini Mendatang.
Aji, Rendi Prihaningtyas. 2014 . Deteksi
Surabaya: Airlangga University Press.
dan Cepat Obati 30+ Penyakit yang
Sering Menyerang Anak. Yogyakarta:
Nurlaila, dkk. 2018. Buku Ajar
Media Pressindo.
Keperawatan Anak. Yogyakarta: PT
Leutika Nouvalitera.
Arifianto. 2012. Orang Tua Cermat,
Anak Sehat. Jakarta: Gagas Media.
Nursalam. 2014. Manajemen
Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Bulan, Ayu Febry dan Zulfito Marendra.
Keperawatan Profesional Edisi 4.
2010. Smart Parents: Pandai Mengatur
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Menu dan Tanggap Saat Anak Sakit.
Jakarta: Gagas Media.
Nuruzzaman, Hilda dan Fariani Syahrul.
2016. Analisis Risiko Kejadian Demam
Bulecheck, dkk. 2016. Nursing
Tifoid Berdasarkan Kebersihan Diri dan
Interventions Classification (NIC).
Kebiasaan Jajajn Di Rumah Vol.4 No.1.
Singapore : Elsevier.
Puji, Rianti Lestari dan Eggi Arguni.
Heather, Herdman. 2015. Nanda
2017. Profil Klinis Anak Dengan
Intenational Inc Diagnosa Keperawatan :
Demam Tifoid Di Rumah Sakit Umum
Definisi & Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Pusat Dr. Sarsjito Yogyakarta Vol 19
No.3.
Huda, Amin Nurarif dan Hardhi
Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan
Rahmat, Wahyudi dkk. 2019. Demam
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Tifoid dengan Komplikasi Sepsis :
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi
Pengertian, Epidemiologi, Patogenesis,
Jilid 1. Yogyakarta: Penerbit
dan Sebuah Laporan Kasus Vol. 3 No. 3.
Medication
Riyadi,Sujono dan Sukarmin. 2013.
Juffrie, Muhammad dan Iyan Darmawan.
Asuhan Keperawatan Pada Anaka.
2018. Panduan Praktek Pediatrik.
Yogyakarta: Graha Ilmu .
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Rosmalia, Dewi dan Hariyadi. 2019.
Dokumentasi Keperawatan Pada

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080
62

Poliklinik Gigi (Kajian Manual Dan Tjokroprawiro, Iskandar. 2015. Buku


Komputerisasi). Yogyakarta: Penerbit Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:
Deepublish. Airlangga University Press.

Sucipta, Made. 2015. Baku Emas Widoyono. 2011. Penyakit Tropis


Pemeriksaan Laboratorium Demam Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
Tifoid Pada Anak Vol.12 no.1. dan Pemberantasannya Edisi Kedua.
Jakarta: Penerbit Erlangg

Buletin Kesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli 2020


ISSN: 2614-8080

Anda mungkin juga menyukai