Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PPH-22

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

KELAS SABTU MANAJEMEN B SEMESTER IV

1. Ahmad Solikin (3360191250082)

2. Intan nurhikmah (3360191250083)

3. Nadia Putri (3360191250084)

4. Rizky Arman Maulana (3360191250085)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bisnis Indonesia

Jl Raya Kebayoran Lama no. 46, RT. 6 ,RW. 2, Sukabumi Sel, Kb Jeruk,
Kota Jakbar

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 11560


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Pajak Penghasilan PPH 22” ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Jakarta, 10 april 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang.............................................................................1

1.2. Rumusan masalah.......................................................................1

1.3.Tujuan Penulisan..........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian pajak penghasilan......................................................3

2.2. Pengertian PPh Pasal 22..............................................................3

2.3 Objek Pemungut PPh pasal 22.....................................................4

2.4 Cara Menghitung PPh Pasal 22....................................................4

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan...................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu negara untuk menjalankan fungsinya pemerintah atau penguasa


setempat memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu salah satunya
bersumber dari pungutan berupa pajak dari rakyatnya. Pajak juga merupakan
gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat, tanpa ada masyarakat,
tidak mungkin ada suatu pajak. Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat
untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat
umum.
Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara
langsung. Pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan
pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk melakukan
pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan
pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.
Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan
pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu baik badan
pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain.
Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah Pasal 22 Undang-
undang Pajak Penghasilan, selanjutnya diikuti dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 210/PMK.03/2008 berlaku sejak 31 Agustus 2010.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Pajak Penghasilan ?


2. Apa pengertian dari Pajak Penghasilan Pasal 22 ?
3. Objek Pemungutan PPh pasal 22 ?
4. Cara Menghitung PPh pasal 22 ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pajak Penghasilan
2. Untuk mengetahui pengertian dari Pajak Penghasilan Pasal 22
3. Untuk mengetahui Objek pemungutan PPh pasal 22
4. Untuk mengetahui Cara menghitung PPh pasal 22

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak
Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) disebut
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya
dimulai atau berakhir dalam tahun pajak. Pajak Penghasilan merupakan jenis
pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada Subjek Pajak yang
bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk tidak
dilimpahkan kepada Subjek Pajak lainnya. Oleh karena itu dalam rangka
memberikan kepastian hukum, penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban
pajak subjektif menjadi penting.

2.2 Pengertian PPH Pasal 22

PPh Pasal 22 Adalah Pemungutan Pajak Yang Di Lakukan Atas Pembelian


Barang, Impor Barang Dan Pembelian / Penjualan Barang Di Bidang Usaha
Tertenu. Oleh Karna Itu Yang Dilakukan Pemungukan Pph Pasal 22 Adalah
Pemasuk Barang Kepada Pemerintah , Impor Dan Pemasok/Beli Barang Dari
Badan-Badan Tertentu. Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 22 Adalah Pph Yang Di
Pungut Oleh :

1. Bendahara Pemerintah Pusat / Daerah, Instansi Atau Lebaga Pemerintah


Dan Lembaga-Lembaga Negara Lain, Berkenan Dengan Pembayaran
Atas Penyerahan Barang .

3
2. Badan Badan Tertentu , Baik Badan Pemerintah Maupun Swasta Berkenan
Dengan Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain.
3. Wajib Pajang Badan Yang Melakukan Penjualan Barang Yang Tergolong
Sangat Mewah

2.3 Objek Pemungut PPh pasal 22

1. Pembelian Barang oleh Bendaharawan Pemerintah dan DJA ( Direktorat


Jenderal Anggaran ) Pihak yang membayar / membeli:
a. Bendaharawan Pemerintah
b. DJA
2. Pembelian barang oleh BUMN/BUMD yang bersumber dari dana APBN
dan/atau APBD BUMN/BUMD
3. Pembelian barang oleh badan tertentu yang bersumber dari dana APBN
maupun non APBN Badan tertentu
4. Impor Barang :
a. Dilakukan oleh importer yang memiliki API
b. Dilakukan oleh importer yang tidak memiliki API
c. Yang tidak dikuasai ( lelang )
d. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ( DJBC )
e. Bank Devisa
5. Pembelian bahan untuk industri tertentu atau eksportir dari pedagang
pengumpul Industri tertentu yang bergerak di bidang pertanian,
perkebunan dan perikanan
6. Penjualan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas Produsen atau importer
bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
7. Penjualan barang yang tergolong mewah wajib Pajak Badan yang
melakukan penjualan tersebut
8. Penjualan hasil industry tertentu : Kertas, Baja, Otomotif, Semen, Rokok

4
2.4 Cara Menghitung PPh Pasal 22
1. Atas Impor :
a. yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% (dua
setengah persen) dari nilai impor, kecuali atas impor kedelai,
gandum, dan tepung terigu sebesar 0,5% (setengah persen) dari
nilai impor.
b. non-API = 7,5% . yang tidak menggunakan angka pengenal impor
(API), sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai impor;
dan/atau
c. yang tidak dikuasai = 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual
lelang. Pengertian nilai impor adalah nilai berupa uang yang
menjadi dasar perhitungan bea masuk yaitu cost insurance and
freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya
yang dikenakana berdasrkan ketentuan peraturan perundang
undangan kepabeanan di bidang impor.
2. Atas pembelian barang yang pemungut pajaknya bendahara pemerintah
dan KPA,bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan
dengan mekanisme uang persediaan (UP), dan KPA atau penjabat penerbit
SPM yang diberi delegasi oleh KPA untuk pembayaran untuk pihak ketiga
dan mekanisme pembayaran langsung (perhatikan pemungut pajak NO. 2,
3, dan 4)sebesar 1,5%(satu setengah persen) dari harga pembelian.
3. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak, yaitu :
a. Kertas : 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
b. Semen : 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
c. Baja : 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
d. Otomotif : 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)
4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau
importir bahan bakar minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:

5
1. Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain
penyalur/agen bersifat tidak final

2. Bahan bakarnya sebesar :


a. 0,25%( nol koma dua puluh lima persen) dari penjualan
tidak termaksud pajak pertambahan nilai untuk untuk
penjualan kepada SPBU pertamina

b. 2. 0,3%(nol koma tiga persen) dari penjualan tidak


termaksud pajak pertambahan nilai kepada SPBU bukan
pertamina atau Non- SPBU
- Bahan bakar gas sebesar 0,3% (nol koma tiga persen)
dar penjualan tidak termasuk pajak pertabahan nilai.
- Pelumas sebesar 0,3% ( nol koma tiga pesen) dari
penjualan tidak termasuk pajak pertambahan nilai.

5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industry atau ekspor oleh


badan usaha industry atau eksportir yang bergerak dalam sector
kehutahan ,pekebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk sebagai
pemungut pajak penghasilan pasal 22 dari pedagang pengumpul ditetapkan
= 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN)

6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang
menggunakan API = 0,5% x nilai impor.

7. Atas Penjualan :
a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp
20.000.000.000,-
b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp
10.000.000.000,

6
c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga
pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan luas bangunan
lebih dari 500 m2.
d. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari
10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv), multi
purpose vehicle (mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual
lebih dari Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan
kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual
tidak termasuk PPN dan PPnBM.

8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif
PPh Pasal 22.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PPh pasal 22 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun


berjalan oleh Wajib Pajak atas penghasilan antara lain sehubungan dengan
impor barang / jasa, pembelian barang dengan menggunakan dana
APBN/APBD dan non APBN/APBD, dan penjualan barang sangat
mewah. Pph pasal 22 merupakan pembayaran pph
dalam tahun berjalaan yang di pungut oleh :
a. Bendaharawan pemerintah baik pusat atau daerah , industry atau
lembaga pemerintah dan lembaga lembaaga negar lainnya
sehubungan dengan pembayaran ats penyerahan barang.
b. Bahan bahan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta
berkenan dengan kegiatan di bidng impor atau kegiatan usaha
dibidan lainnya..
c. Wajib pajak badan yang melakukan penjuaan barang yang
tergolong sangat mewah.

Anda mungkin juga menyukai