Anda di halaman 1dari 28

1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu peranan penting dalam keberhasilan pengajaran dalam proses pelaksanaan
pengajaran yang baik, sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Efekti
dan efesien proses pelaksanaan pembelajaran membutuhkan sebuah perencanaan
yang tersusun secara baik dan sistematis sehingga proses belajar mengajar (PBM)
akan lebih bermakna dan siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Proses belajar
mengajar juga merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai suatu tujuan tertentu eduktif untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.

Tujuan pembelajaran yang paling utama adalah bagaimana seorang guru dapat
mengaktifkan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar serta meningkatkan
hasil belajar siswa. Namun, hal ini tidak terjadi demikian di SD Negeri Gunung Batin
Ilir. Hasil belajar siswa masih sangat rendah begitupula dengan proses pembelajaran
yang tidak aktif. Antusiasme siswa dalam mengajukan pertanyaan sangat minim,
siswa tidak semangat dan kurang siap dalam menerima pembelajaran. Begitu pula
dengan proses pembelajaran yang pasif. Melihat hal itu, penulis berinisiatif untuk
mencari alternatif pemecahan masalah tersebut dengan menerapkan strategi
pembelajaran berkelompok (Partisipasif) diharapkan mampu memberikan kontribusi
yang lebih baik bagi peserta didik dalam meningkatkan kreativitas dan
keberaniannya. Melalui strategi belajar partisipasif peserta didik akan dapat dengan
segera mengetahui cakupan materi yang juga di tujukan untuk membantu peserta
didik mengetahui materi pelajaran Bahasa Indonesia lebih cepat.
2

Dengan menggunakan strategi pembelajaran berkelompok (partisipatif) tesebut,


penulis yakin bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas 2 SD Negeri Gunung
Batin Ilir akan lebih membangkitkan semangat siswa untuk lebih aktif dan kreatif
serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

I.1.1. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas peneliti meminta bantuan teman
sejawat untuk mengidentifikasi terhadap masalah ini. Dari hasil diskusi dapat
diidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Siswa pasif (tidak tertarik bahkan untuk mengajukan pertanyaan).
b. Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran rendah.
c. Hasil belajar siswa rendah.
d. Proses pembelajaran tidak hidup / pasif.

1.1.2. Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, diketahui penyebab rendahnya hasil belajar


siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Siswa nampak kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam
menerima pelajaran.
b. Suasana kelas kurang aktif dan kurangnya interaksi timbal balik antara guru dan
siswa, serta interaksi antara siswa dengan siswa tidak terjadi.
c. Siswa cenderung bersikap pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru.
d. Hasil belajar Bahasa Indonesia masih sangat rendah.

Untuk pemecahan masalah tersebut penulis menggunakan strategi pembelajaran


pertisipasif (berkelompok) Penggunaan strategi pembelajaran tersebut menggunakan
kemampuan pemecahan masalah yang akan dilakukan oleh peserta didik dengan
mempertimbangkan pendapat dan saran dari peserta didik lainu untuk mempermudah
memahami materi pembelajaran Bahasa Indonesia.
3

1.2. Rumusan Masalah

Apakah penerapan strategi pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan hasil


belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 2 SD Negeri Gunung Batin Ilir Kecamatan
Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2017-
2018 ?

1.3. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan yang akan dicapai dalam perbaikanpembelajaran ini adalah :
a. Membantu kesulitan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal
Bahasa Indonesia.
b. Untuk menumbuhkan perhatian dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
Bahasa Indonesia.
c. Membantu siswa lebih kreatif, bersemangat dan meningkatkan interaksi siswa
dengan guru serta interaksi antar siswa.
d. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Manfaat penelitian perbaikan pembelajaran antara lain :

a. Bagi siswa, mampu memotivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran


aktif dan menyenangkan serta meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi guru, sebagai referensi untuk meningkatkan kreativitas dalam menerapkan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah, tingkat usia peserta
didik dan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan diberikan.
c. Bagi Sekolah, mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
4

II. KAJIAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Prestasi Belajar


Prestasi Belajar  tidak  dapat  dipisahkan  dari  kegiatan  belajar, karena  belajar 
merupakan  suatu  proses,  sedangkan  prestasi  belajar adalah  hasil  dari  proses 
pembelajaran  tersebut.  Bagi  seorang  anak belajar  merupakan  suatu  kewajiban. 
Berhasil  atau  tidaknya  seorang anak  dalam  pendidikan  tergantung  pada  proses 
belajar  yang  dialami oleh anak tersebut.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne
(1985:40) menyatakan bahwa Prestasi Belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu :
kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan.
Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar
dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19).

Kata  prestasi  berasal  dari  bahasa  Belanda “Prestasic” yang berarti  hasil  usaha. 
Dalam  kamus  besar  Bahasa  Indonesia  Prestasi Belajar   didefinisikan  sebagai 
hasil  penilaian  yang  diperoleh  dari kegiatan  persekolahan  yang  bersifat  kognitif 
dan  biasanya  ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.

Menurut  Wikipedia  Prestasi berasal dari bahasa  Belanda yang artinya hasil dari


usaha. Prestasi diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan. Dari
pengertian Prestasi tersebut, maka pengertian Prestasi diri adalah hasil atas usaha
yang dilakukan seseorang. Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan
kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual, serta ketahanan diri dalam
menghadapai situasi segala aspek kehidupan.  Karakter orang yang berprestasi adalah
mencintai pekerjaan, memiliki inisiatif dan kreatif, pantang menyerah, serta
5

menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh. Karakter-karakter tersebut menunjukan


bahwa untuk meraih Prestasi tertentu, 

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne
(1985:40) menyatakan bahwa Prestasi Belajar  dibedakan menjadi lima aspek, yaitu :
kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan.
Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar
dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau
periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, Prestasi dalam penelitian ini adalah
hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor yang
mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun menghambat.
Demikian juga yang dialami dalam belajar. Ahmadi, (dalam Yulita, 2008)
menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa,
diantaranya :
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang   terdiri
dari :
a. Faktor intelegensi : Dalam arti sempit intelegensi dapat diartikan
kemampuan untuk mencapai prestasi. Intelegensi memegang peranan
penting dalam mencapai prestasi.
b. Faktor minat : Minat adalah kecendrungan yang mantap dalam diri
seseorang untuk merasa tertarik terhadap suatu tertentu.
c. Faktor keadaan fisik dan psikis : Keadaan fisik berkaitan dengan keadaan
pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan sebagainya.
Keadaan psikis berhubungan dengan keadaan mental siswa.
6

2) Faktor  eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi
prestasi belajar.  Ada beberapa faktor eksternal yaitu :
a. Faktor Guru : Guru betugas membimbing, melatih, mengolah, meneliti,
mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.
b. Faktor lingkungan keluarga : Keluarga sangat berpengaruh terhadap
kemajuan prestasi belajar, karena kebanyakan waktu yang dimiliki perserta
didik ada di rumah. Jadi, banyak ada kesempatan untuk belajar di rumah.
Keterlibatan orang tua patut diperhitungkan dalam usaha memelihara
motivasi belajar pesera didik. Dalam suatu studi mengenai prestasi belajar,
ditemukan hubungan yang kuat antara keterlibatan orang tua dan prestasi
belajar (Haster dalam Suwatra 2007).
c. Faktor sumber belajar : Sumber belajar dapat berupa media atau alat bantu
belajar serta bahan buku penunjang. Alat bantu belajar adalah semua alat
yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam belajar. Belajar akan
lebih menarik, kongkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta
hasilnya lebih bermakna.

2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu. Pembelajaran


secara terpadu seharusnya dilaksanakan sesuai dengan cara anak memandang dan
menghayati dunianya. Oleh karena itu dalam pembelajaran bahasa Indonesia
diharapkan siswa dapat memahami secara rasional serta konsep-konsep yang terkait
dengan pembelajaran bahasa Indonesia. 

Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran mendasar yang sudah


diajarkan sejak TK sampai dengan perguruan tinggi. Bahasa Indonesia mempunyai
peran penting dalam proses pembelajaran. Kurikulum bahasa Indonesia di SD
mempunyai karakteristik : 
a. Menggunakan pendekatan komunikatif keterampilan proses, tematis integratif,
dan lintas kurikulum.
7

b. Mengutamakan variasi, kealamian, kebermaknaan fleksibelitas.


c. Penggunaan metode
d. Memberi peluang untuk menggunakan berbagai sumber belajar
(Djuanda, 2006: 53).

Pelajaran bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah dasar sejak kelas 1
SD. Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan disemua jenjang pendidikan formal.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat
pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa (belajar berkomunikasi) dan belajar sastra
(belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk
berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa
Indonesia (Hartati, 2003).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa


Indonesia di SD adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu. Selain itu
juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik.

Pedoman Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Mengacu pada Undang-


undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi, secara garis
besar pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Ruang lingkup mata
pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar mencakup komponen kemampuan
berbahasa dan yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. 

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diajarkan pada setiap jenjang sekolah
mulai dari jenjang sekolah dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi. Oleh sebab
itu, pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar memiliki nilai strategis. Pada jenjang
8

inilah pertama kalinya pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana


dan terarah. Langkah awal yang harus dilalui oleh guru sebelum merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah memahami
benar-benar pedoman petunjuk atau karakteristik mata pelajaran bahasa Indonesia.
Pedoman pelaksanaan tersebut bersumber pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Silabus, RPP, Progam Tahunan, program Semester, Kalender
Pendidikan, Jadwal Pelajaran, serta perangkat lain yang wajib dipersiapkan oleh
guru. Dalam KTSP, mata pelajaran bahasa Indonesia tertera 6 jam pelajaran untuk
setiap minggunya. Pengaturan jadwalnya secara otonomi diserahkan sepenuhnya
kepada sekolah masing-masing.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi
menyebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki
tujuan sebagai berikut :
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis.
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara.
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan.
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial.
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.

Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa di


Sekolah Dasar diharapkan siswa mendapat bekal yang matang untuk
mengembangkan dirinya dalam pendidikan berikutnya dan hidup bermasyarakat.
9

Dalam bidang pengetahuan siswa memiliki pemahaman dasar-dasar kebahasaan


terutama bahasa baku serta mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
https://ainamulyana.blogspot.com/2016/01/prestasi-belajar-siswa-pengertian-dan.html

2.4 Pengertian Pembelajaran Partisipatif


Pembelajaran partispatif adalah kegiatan pembelajaran di mana semua pihak,
termasuk pendidik dan peserta didik, terlibat secara akhtif dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Keikutsertaan peserta didik itu diwujudkan dalam tiga tahapan
kegiatan pembelajaran yaitu tahap perencanaan program (program
planning), pelaksanaan (program implementtion), dan penilaian (program
evaluation) kegiatan pembelajaran.

Pada tahap perencanaan keterlibatan peserta didik diwujudkan dalam kegiatan


mengidentifikasi kebutuhan belajar, sumber-sumber atau potensi yang tersedia,
permasalahan dan prioritas masalah, dan kemungkinan hambatan dalam
pembelajaran.Kebutuhan belajar dinyatakan oleh peserta didik sebagai keinginan
yang dirasakan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan/atau nilai
yang diperlukan dalam kehidupan atau tanggung jawab pekerjaannya. Kebutuhan-
kebutuhan belajar tersebut kemudian ditata secara cermat dan berurutan. Selanjutnya
ditentukan urutan prioritas kebutuhan belajaran atas dasar kepentingan dan
kesegeraannya untuk dipenuhi melalui kegiatan belajar.

Selanjutnya peserta didik dilibatkan dalam merumuskan tujuan belajar. Tujuan


belajar merupakan pernyataan mengenai apa yang akan dicapai atau diperoleh
peserta didik melalui kegiatan belajar. Tujuan belajar berkaitan erat dengan
kebutuhan belajar.Perolehan belajar itu dapat berupa pengetahuan, keterampilan,
dan/atau nilai-nilai yang menjadi bagian dari kehidupan peserta didik. Untuk
mencapai tujuan belajar itu akan ditetapkan program pembelajaran. Program
pembelajaranegiatan ini mencakup apa yang akan dipelajari, metode dan teknik
pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, alat-alat dan fasilitas, waktu yang
digunakan, dan lain sebagainya. Singkatnya, keikutsertaan peserta didik dalam tahap
perencanaan kegiatan pembelajaran meliputi identifikasi kebutuhan belajar, sumber-
10

sumber yang tersedia dan kemungkinan hambatan yang akan ditemui dalam kegiatan
pembelajaran, penyusunan prioritas kebutuhan, perumusan tujuan belajar dan
penetapan program kegiatan pembelajaran.

Pada tahap pelaksanaan program pembelajaran peserta didik dilibatkan dalam


menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Iklim yang kondusif ini
mencakup pertama, kedisiplinan peserta didik yang ditandai dengan keteraturan
dalam kehadiran pada setiap kegiatan pembelajaran. Kedua, pembinaan hubungan
antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta
hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling
membantu, dan saling belajar. Ketiga,interaksi kegiatan pembelajaran antara peserta
didik dan pendidik dilakukan melalui hubungan horisontal. Hubungan ini
menggambarkan terjalinnya komunikasi yang sejajar baik antara peserta didik
dengan pendidik maupun antar peserta didik. Keempat, tekanan kegiatan
pembelajaran adalah pada peranan peserta didik yang lebih aktif melakukan kegiatan
pembelajaran, bukan pada pendidik yang lebih mengutamakan kegiatan
mengajar. Pendekatan kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik, tidak
terpusat pada pendidik. Penyusunan bahan belajar dan penentuan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran dilakukan oleh para peserta didik bersama pendidik atau oleh
para peserta didik dengan bimbingan pendidik. Peranan pendidik ialah membantu
peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Secara singkat dapat
dikemukakan bahwa situasi kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan
interaksi yang efektif dapat ditumbuhkan apabila peserta didik ikut serta secara aktif
dalam pelaksanaan program kegiatan pembelajaran.

Pada tahap evaluasi program pembelajaran peserta didik dilibatkan dalam menetukan
apa yang akan dievaluasi, bagaimana evalusi dilakukan, dan kapan saja evaluasi akan
dilakukan. Selain itu peserta didik juga dilibatkan dalam pelaksanaan
evaluasi. Evaluasi dapat digunakan baik untuk penilaian pelaksanaan pembelajaran
maupun untuk penilaian pengelolaan program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan
pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil, dan dampak
pembelajaran.Penilaian terhadap proses pembelajaran untuk mengetahui sejauhmana
11

kesesuaian antara poses yang telah direncanakan denagan pelaksanaannya. Penilaian


terhadap hasil pembelajaran untuk mengetahui mengenai perubahan perilaku
(pengetahuan, keterampilan, nilai, aspirasi) yang dialami peserta didik atau lulusan
setelah mengikuti program pembelajaran. Penilaian terhadap dampak pembelajaran
adalah untuk mengetahui perubahan kehidupan lulusan setelah menerapkan hasil
belajarnya seperti dalam perolehan atau peningkatan pendapatan, pembelajaran orang
lain, dan keikutsertaannya dalam pembangunan masyarakat. Evaluasi terhadap
pengelolaan program pembelajaran dilakukan untuk menilai perencanaan,
pelaksanaan dan pengembangan program pembelajaran.

2.5 Prinsip Dasar Pembelajaran Partisipatif


Di bawah ini akan dibicarakan beberapa prinsip dasar pembelajaran partisipatif,
antara lain adalah :
a. Berpusat pada Peserta (Learner Centered)
Proses kegiatan pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik
(learner centered). Hal ini berarti bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan
itu didasarkan atas dan disesuaikan dengan latar belakang kehidupan dan
kebutuhan peserta didik. Latar belakang kehidupan tersebut perlu menjadi
perhatian utama dan dijadikan dasar dalam penyusunan rencana kegiatan
pembelajaran partisipatif. Rencana kegiatan pembelajaran mencakup antara
lain langkah-langkah, materi, fasilitas, alat bantu, dan evaluasi proses,
keluaran, dan pengaruh pembelajaran. Latar belakang kehidupan meliputi latar
belakang pendidikan, pengalaman kerja, tugas atau pekerjaan yang sedang
ditekuni, dan lain sebagainya. Dalam menyusun proses kegiatan pembelajaran
ini peserta didik memegang peranan utama sehingga mereka dapat merasakan
bahwa kegiatan pembelajaran menjadi milik mereka sendiri. Peserta didik
mempunyai kewajiban dan harus bertanggung jawab untuk melakukan proses
pembelajaran yang telah mereka tetapkan.
Peserta didik diikutsertakan pula dalam kegiatan identifikasi kebutuhan belajar,
sumber-sumber, dan kemungkinan hambatan, serta dalam kegiatan
merumuskan tujuan belajar. Kebutuhan belajar adalah setiap keinginan atau
12

kehendak yang dirasakan dan dinyatakan oleh seseorang, masyarakat, atau


organisasi untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan/atau sikap
tertentu melalui kegiatan pembelajaran. Sumber informasi tentang kebutuhan
belajar adalah peserta didik atau calon peserta didik, masyarakat, dan atau
organisasi yang fungsinya terkait dengan peranan dan tugas peserta
didik. Dengan perkataan lain, bagi peserta didik yang mempunyai tugas
pelayanan kepada masyarakat yang dibina oleh suatu lembaga atau organisasi
yang menyelenggarakan pelayanan tersebut maka kebutuhan belajar itu dapat
pula diidentifikasi dari lembaga/organisasi yang memberi tugas kepada peserta
didik serta dari masyarakat yang menjadi sasaran layanan peserta didik.
Di dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar, para peserta didik tidak hanya
bertindak sebagai responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan kebutuhan belajar, tetapi mereka pun diberi peran dalam
menyusun alat-alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk
menidentifikasi kebutuhan belajar. Demikian pula peserta didik dilibatkan
dalam kegiatan evaluasi terhadap pembelajaran. Dalam tahap pelaksanaan
kegiatan pembelajaran, para peserta didik ikut serta dalam mengembangkan
bahan belajar yang cocok dengan kebutuhan belajar dan tepat untuk mencapai
tujuan belajar. Singkatnya, para peserta didik diikutsertakan dan memegang
peranan penting dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan
pembelajaran. Dengan berpusat pada peserta didik, mengandung makna bahwa
peserta didik lebih banyak berperan dalam proses kegiatan pembelajaran
partisipatif.
b. Berangkat Dari Pengalaman Belajar (Experiential Learning)
Prinsip ini memberi arah bahwa kegiatan pembelajaran partisipatif disusun dan
dilaksanakan dengan berangkat dari hal-hal yang telah dikuasai peserta didik
atau dari pengalaman yang telah dimiliki peserta didik. Proses pembelajaran
merupakan kegiatan peserta didik yang dilakukan secara bersama dalam situasi
pengalaman nyata baik pengalaman dalam tugas yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari maupun pengalaman yang diangkat dari tugas dalam
proses kegiatan pembelajaran partisipatif adalah pendekatan pemecahan
13

masalah karena pemecahan masalah merupakan pembelajaran yang lebih


banyak menumbuhkan partisipasi para peserta didik. Secara singkat dapat
disimpulkan bahwa proses kegiatan pembelajaran partispatif dilakukan dengan
berangkat dari pengetahuan, nilai dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta
didik dan lebih menitik beratkan pada pendekatan pemecahan masalah.
c. Berorientasi Pada Tujuan (Goals Oriented)
Prinsip ini mengandung arti bahwa kegiatan pembelajaran partisipatif
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam perencanaan, tujuan belajar disusun dan
dirumuskan berdasarkan kebutuhan belajar. Tujuan belajar itupun disusun
dengan mempertimbangkan latar belakang pengalaman peserta didik, potensi
yang dimilikinya, sumber-sumber yang tersedia pada lingkungan kehidupan
mereka, serta kemungkinan hambatan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu kebutuhan belajar, potensi dan sumber-sumber serta kemungkinan
hambatan, perlu didentifikasi terlebih dahulu supaya tujuan belajar supaya
tujuan belajar bisa dirumuskan secara tepat dan proses kegiatan pembelajaran
partispatif dapat dirancang dan dilaksanakan dengan
efektif. Tujuan (tujuan) khusus (objectives). 
d. Menekankan Kerja Sama
Berbeda dari pembelajaran tradisonal yang menekankan persaingan atau usaha
individu, pembelajaran partisipatif menekankan kerja sama. Hal ini sesuai
dengan pemahaman kita tentang dunia kerja di mana diperlulakan kerja sama
untuk mencapai tujuan bersama.Dengan kerja sama kita dapat memanfaatkan
kelebihan kita dan kelebihan peserta yang lain untuk mencapai tujuan yang
lebih besar.
14

2.6 Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif


Proses kegiatan pembelajaran partisipatif berbeda dengan proses kegiatan
pembelajaran tradisional. Pembelajaran partisipatif ditandai dengan interaksi antara
pendidik dan peserta didik dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan yang tidak serba mengetahui
semua bahan belajar. Ia memandang peserta didik sebagai sumber yang
mempunyai nilai bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran.
b. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan
kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran itu berdasarkan atas kebutuhan
belajar yang dirasakan perlu, penting, dan mendesak oleh peserta didik.
c. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik supaya
berpartisipasi dalam menyusun tujuan belajar, bahan belajar, dan langkah-
langkah yang akan ditempuh dalam kegiatan pembelajaran.
d. Pendidik bersama peserta didik melakukan kegiatan saling belajar dengan cara
bertukar pikiran mengenai isi, proses dan hasil kegiatan pembelajaran, serta
tentang cara-cara dan langkah-langkah pengembangan pengalaman belajar
untuk masa berikutnya. Pendidik memberikan pokok-pokok informasi dan
mendorong peserta didik untuk mengemukakan dan mengembangkan pendapat
serta gagasannya serta secara kreatif.
e. Pendidik berperan untuk membantu peserta didik dalam menciptakan situasi
yang kondusif untuk belajar, mengembangkan semangat belajar bersama, dan
saling tukar pikiran dan pengalaman secara terbuka sehingga para peserta didik
melibatkan diri secara aktif dan bertanggung jawab dalam kegiatan
pembelajaran.
f. Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran berkelompok,
memperhatikan minat perorangan, dan membantu peserta didik untuk
mengoptimalkan respons terhadap stimulus yang dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran.
g. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi
yaitu senantiasa berkeinginan untuk paling berhasil, semangat berkompetisi
15

secara sehat, tidak melarikan diri dari tantangan, dan berorientasi pada
kehidupan yang lebih baik di masa datang.
h. Pendidikan mendorong dan membantu peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik
sehingga mereka mampu berpikir dan bertindak terhadap dan di dalam dunia
kehidupannya.
16

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

3.1 Subyek Penelitian Perbaikan Pembelajaran


3.1.1. Lokasi Pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SD Negeri Gunung
Batin Ilir Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Utara perbaikan
dilakukan di kelas 2 semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.

3.1.2 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran


Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah dari tanggal 07 Mei 2018 sampai
dengan 09 Mei 2018 dengan jadwal sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran (siklus)
Hari Tanggal Kelas Jam Ke Mata Pelajaran Keterangan
Senin 07/05/2018 2 3–4 Bahasa Indonesia Siklus I
Selasa 08/05/2018 2 3–4 Bahasa Indonesia Siklus II
Senin 09/05/2018 2 3–4 Bahasa Indonesia Siklus III

3.1.3 Pihak Yang Membantu


Pihak-pihak yang membantu dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Bapak dan
Ibu Guru SD Negeri Gunung Batin Ilir. Kepala Sekolah yang membantu adalah
Bapak MH. Kasirun, A.Ma., dan Guru yang membantu sebagai teman sejawat adalah
Siti Hasiyah, S.Pd.

3.2. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Langkah- langkah yang di laksanakan di setiap prosedur pelaksanaan pada masing –
masing siklus yakni :

a.    Siklus I
Dalam perbaikan pembelajaran siklus I di SD Negeri Gunung Batin Ilir siswa kurang
mampu atau memahami pembelajaran Bahasa Indonesia kususnya tentang
pemahaman terhadap sebuah cerita seperti tokoh binatang maka perlu di lakukan
pembelajaran ulang dalam kedua siklus.  Siklus I, siklus II (kedua) siklus III (ketiga).
17

Perencanaan Siklus I
1. Identifikasi masalah dan penerapan internatif, pemecahan masalah.
2. Mempersiapkan konsep materi yang akan dijadikan bahan pembelajaran yaitu ;
Kompetensi dasar menceritakan kembali cerita anak yang didapat melalui
menyimak.
3. Melaksanakan konsultasi dengen kepala sekolah dan guru teman sejawat
tentang akan dilaksanakan perbaikan pembelajaran.
4. Menentukan skenario pembelajaran dengan metode berfariasi.
5. Mempersiapkan buku sumber, bahan, dan alat bantu yang diperlukan
6. Mempersiapkan soal-soal yang dijadikan  bahan evaluasi
7. Pengembangan program tindakan I (pertama)

Tindakan
Di dalam perlakuan siklus I (pertama) tindakan yang  di lakukan adalah :
2. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenerio pembelajaran.
3. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku
sumber.
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang di pelajari
5. Siswa mengerjakan tugas yang di berikan guru. 

Pengamatan
Untuk pengamatan dari kegiatan siklus I (pertama) adalah :
1. Melakukan proses pelaksanaan tindakan.
2. Menilai hasil pekerjaan siswa yang di berikan oleh guru.

Refleksi
Sedangkan refleksinya meliputi :
18

1. Evaluasi tindakan yang telah di lakukan sebagai evaluasi mutu, jumlah dan


waktu dari setiap macam tindakan
2. Pertemuan untuk membahas hasil efeluasi tantang skenario pembelajaran dan
lembar kerja siswa.
3. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi yang di jadikan ajuan
lanjutan pada siklus berikut nya (siklus II).

a. Perencanaan Siklus II (kedua)


Perencanaan pelaksanaan meliputi ;
1. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I (pertama) belum teratasi dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.
2. Menentukan indikator baru 
3. Pengembangan program tindakan siklus II(ke dua)

Tindakan
1. Tindakan yang di ambil dalam siklus II (ke dua) yang mengacu pada
identivikasi masalah yang mucul pada siklus I (pertama) sesuai dengan
alternatif pemecahan masalah yang  sudah di tentukan, antara lain melalui ;
 Guru melakukan apersepsi
 Siswa diperkenalkan yang akan di bahas dan tujuan yang  ingin di capai
dalam pembelajaran
 Membahas materi pembelajaran dengan tanya jawab dan memberikan
contoh.
 Melaksanakan evaluasi 
 Menyampaikan materi pelajaran
 Memberikan pekerjaan rumah (PR)

Pengamatan
Sebagai keberlanjutan nya maka perlu adanya pengamatan yang meliputi :
19

1. Opservasi sesuai demgan format yang sudah di siapkan dan mencatat sama hal
yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan kelas berlangsung.
2. Memberikan penilaian hasil tindakan sesuai dengan hormat yang sudah di
kembangkan.

Refleksi
Melaksanakan pembelajaran dalam kedua siklus ternyata dapat meninngkatkan hasil
belajar siswa .Untuk memaksimalkannya maka di perlukan penambahan tindakan
kepada siswa seperti memberikan pengertian kepada siswa kurang aktif, dan dalam
pelaksanaan siklus II (ke dua) berpedoman pada rencana pembelajaran siklus I
(pertama) yang telah di buat. Pengamatan terhadap siswa dapat mengalami kemajuan
pada siklus I (pertama) dan siklus II (ke dua) dan diharapkan pada siklus ke III (ke
tiga) menjadi lebih baik.

b. Perencanaan Siklus III (ketiga)


Perencanaan pelaksanaan meliputi ;
1. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus II (kedua) belum teratasi dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.
2. Menentukan indikator baru 
3. Pengembangan program tindakan siklus II (ke dua)

Tindakan
Tindakan yang di ambil dalam siklus III (ke tiga) yang mengacu pada identifikasi
masalah yang mucul pada siklus II (kedua) sesuai dengan alternatif pemecahan
masalah yang  sudah di tentukan, antara lain melalui ;
 Guru melakukan apersepsi
 Siswa diperkenalkan yang akan di bahas dan tujuan yang  ingin di capai dalam
pembelajaran
 Membahas materi pembelajaran dengan tanya jawab dan memberikan contoh.
 Melaksanakan evaluasi 
 Menyampaikan materi pelajaran
20

Pengamatan
Sebagai keberlanjutannya maka perlu adanya pengamatan yang meliputi :
1. Opservasi sesuai dengan format yang sudah di siapkan dan mencatat sama hal
yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan kelas berlangsung.
2. Memberikan penilaian hasil tindakan sesuai dengan hormat yang sudah di
kembangkan.

Refleksi
Melaksanakan pembelajaran dalam kedua siklus ternyata dapat meningkatkan hasil
belajar siswa .Untuk memaksimalkannya maka di perlukan penambahan tindakan
kepada siswa seperti memberikan pengertian kepada siswa kurang aktif, dan dalam
pelaksanaan siklus III (ke tiga) berpedoman pada rencana pembelajaran siklus II
(kedua) yang telah di buat. Pengamatan terhadap siswa dapat mengalami kemajuan
pada siklus I (pertama) dan siklus II (ke dua) dan diharapkan pada siklus ke III (ke
tiga) menjadi lebih baik.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


21

4.1. Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil Penelitian Siklus I
Dari temuan yang diperoleh penulis dan berdasarkan diskus dengan teman sejawat
serta supervisor, bahwa selama pembelajaran perbaikan dilasanakan tiga siklus I dan
II serta siklus III terdapat kemajuan yang berarti. Pada siklus I terlihat perubahan
yang membaik dari nilai aktivitas belajar siswa. Hal ini diiringi dengan membaiknya
hasil belajar siswa. Tetapi pada siklus ini masih terdapat beberapa siswa yang tidak
begitu aktif dalam pembelajaran dan ada beberapa yang hasil belajarnya di bawah
KKM. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :
Tabel. 2. Hasil perolehan nilai siklus I
No Nama Siswa Nilai Siklus I Keterangan
1 Aurel Soraya P 60 Tidak Tuntas
2 Andri 65 Tuntas
3 Anjelita Devi 50 Tidak Tuntas
4 Akbar Pratama 70 Tuntas
5 Angga 60 Tidak Tuntas
6 Filla Delvia 65 Tuntas
7 Isro Luvita S. M. 60 Tidak Tuntas
8 Keisya Al Mira 45 Tidak Tuntas
9 Lidya 55 Tidak Tuntas
10 Naura 75 Tuntas
11 Revita Lutvia 70 Tuntas
12 Riki Andrian 60 Tidak Tuntas
13 Rasanda 45 Tidak Tuntas
14 Sinta Bela 50 Tidak Tuntas
15 Suci Rahmayani 65 Tuntas
Jumlah 865
Rata-rata 57,66
Tabel 3. Prosentase ketuntasan belajar siklus I
Jumlah
No Kriteria Nilai Presentasi Keterangan
Siswa
1 Kurang Sekali 0 – 45 3 20% Tidak Tuntas
2 Kurang 46 – 64 6 40% Tidak Tuntas
3 Sedang 65 – 74 5 33,33% Tuntas
4 Baik 75 – 85 1 6,67% Tuntas
5 Baik Sekali 86 – 100 0 0% Tuntas
Jumlah 15 100%
22

Pada tabel 3 di atas terlihat bahwa 20% siswa memperoleh nilai kurang sekali, 40%
siswa mendapat nilai kurang, 33,33% siswa mendapatkan nilai sedang, 6,67% siswa
mendapat nilai baik dan tidak ada siswa yang mendapat nilai baik sekali. Nilai
terendah 30 tertinggi 75, dengan rata-rata 57,66. Nilai tergolong kurang berdasarkan
kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah yaitu 65 oleh karena itu peneliti
mengadakan perbaikan II dengan tujuan untuk memperbaiki prestasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran.

Adapun yang harus diperhatikan untuk melaksanakan tindakan perbaikan


pembelajaran adalah :
a. Guru dalam menyampaikan pelajaran jangan mendominasi dengan
menggunakan metode ceramah saja.
b. Guru harus menggunakan alat bantu untuk memperjelas materi pelajaran jika
diperlukan dan sesuai dengan materinya.
c. Guru harus membimbing siswa yang mengalami kesulitan dan lambat belajar.
d. Guru harus menggunakan metode bervariaasi pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dalam proses kegiatan belajar mengajar.
e. Siswa harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
f. Guru harus memberikan kebebasan sepenuhnya bagi peserta didik dalam
menjawab, beraktifitas selama proses pembelajaran berlangsung.

Hasil Penelitian Siklus II


Tabel 4. Hasil perolehan nilai siklus II
No Nama Siswa Nilai Siklus II Keterangan
1 Aurel Soraya P 45 Tidak Tuntas
2 Andri 70 Tuntas
3 Anjelita Devi 60 Tidak Tuntas
4 Akbar Pratama 75 Tuntas
5 Angga 65 Tuntas
6 Filla Delvia 70 Tuntas
7 Isro Luvita S. M. 60 Tidak Tuntas
8 Keisya Al Mira 50 Tidak Tuntas
9 Lidya 60 Tidak Tuntas
10 Naura 65 Tuntas
11 Revita Lutvia 70 Tuntas
23

12 Riki Andrian 70 Tuntas


13 Rasanda 60 Tidak Tuntas
14 Sinta Bela 55 Tidak Tuntas
15 Suci Rahmayani 70 Tuntas
Jumlah 975
Rata-rata 65

Tabel 5. Prosentase ketuntasan belajar siklus II


Jumlah
No Kriteria Nilai Presentasi Keterangan
Siswa
1 Kurang Sekali 0 – 45 1 6,67% Tidak Tuntas
2 Kurang 46 – 64 6 40% Tidak Tuntas
3 Sedang 65 – 74 5 33,33% Tuntas
4 Baik 75 – 85 3 20% Tuntas
5 Baik Sekali 86 – 100 0 0% Tuntas
Jumlah 15 100%
Pada tabel 5 di atas terlihat 1 (6,67%) siswa memperoleh nilai kurang sekali, 40%
siswa mendapat nilai kurang, 33,33% siswa mendapatkan nilai sedang, 20% siswa
mendapat nilai baik dan (0%) siswa mendapat nilai baik sekali. Nilai terendah 45
tertinggi 85, dengan rata-rata 65. Peneliti merasa masih perlu mengadakan perbaikan
II dengan tujuan untuk memperbaiki prestasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil perbaikan III (Siklus III)


Dengan memperhatikan refleksi pada siklus kedua, maka perlu membuat rencana
perbaikan III. Hasil sesudah perbaikan III sangat memuaskan. Karena hasil belajar
siswa mengalami peningkatan dari siklus III sebelumnya seperti yang terlihat pada
tabel 6 dan dideskripsikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 6. Hasil perolehan nilai siklus III
No Nama Siswa Nilai Siklus III Keterangan
1 Agung Saputra 60 Tidak Tuntas
2 Almansyah 75 Tuntas
3 Arwan Muhammad 70 Tuntas
4 Arya Wahyudi 80 Tuntas
5 Atun Khasanah 70 Tuntas
6 Dea Indri 80 Tuntas
7 Farisal 65 Tuntas
8 Hanita Mayang Sari 60 Tidak Tuntas
9 Heni Pratiwi 70 Tuntas
10 Iwan Purnama 85 Tuntas
24

11 Jatmiko 85 Tuntas
12 Muhaimin 80 Tuntas
13 Putri Anggraini 70 Tuntas
14 Sari Rahmawati 65 Tuntas
15 Yongki Hendrawan 75 Tuntas
Jumlah 1.090
Rata-rata 72,67

Table 7. Prosentase ketuntasan belajar siklus III


Jumlah
No Kriteria Nilai Presentasi Keterangan
Siswa
1 Kurang Sekali 0 – 45 0 0% Tidak Tuntas
2 Kurang 46 – 64 2 13,33% Tidak Tuntas
3 Sedang 65 – 74 6 40% Tuntas
4 Baik 75 – 85 7 46,67% Tuntas
5 Baik Sekali 86 – 100 0 0% Tuntas
Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel di atas pada perbaikan pembelajaran siklus III presentase belajar
siswa menunjukkan peningkatan yang baik. Pada perbaikan III tidak ada lagi siswa
yang mendapat nilai kurang sekali, 2 siswa (13,33%) mendapatkan nilai kurang, 6
siswa (40%) memperoleh nilai sedang, 7 siswa (46,67%) memperoleh nilai baik. Ini
berarti perbaikan III siswa dapat dikatakan berhasil atau tuntas belajar. Karena
peningkatan yang sangat signifikan, maka perbaikan yang dilakukan oleh peneliti
dianggap telah mewakili tujuan dari perbaikan penilitian pembelajaran.

4.2 Pembahasan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dengan melihat data perolehan dan temuan, deskripsi dan refleksi dapat dilihat
bahwa dengan adanya kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan guru
dengan menggunakan model pembelajaran partisipasif diskusi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari naiknya
prosentase nilai proses. Pembelajaran dan hasil tes belajar siswa pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Peningkatan hasil belajar siswa ini secara tidak langsung
disebabkan karena penggunaan eksperimen dalam proses pembelajaran Bahasa
Indonesia yang dilaksanakan di SD Negeri Gunung Batin Ilir. Dengan demikian
terbuktilah bahwa metode pembelajaran Partisipasif dapat meningkatkan proses dan
25

hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas 2 SD Negeri Gunung Batin Ilir. Hal
ini dapat terlihat dari peningkatan proses dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
orientasi hingga siklus III yang dilaksanakan oleh penulis dengan bantuan teman
sejawat dan bimbingan supervisor.
Tabel 8. Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Semua Siklus
Jumlah Siswa
No Kriteria Nilai Keterangan
Siklus I Siklus II Siklus III
1 Kurang Sekali 0 – 45 3 1 0 Tidak Tuntas
2 Kurang 46 – 64 6 6 2 Tidak Tuntas
3 Sedang 65 – 74 5 5 6 Tuntas
4 Baik 75 – 85 1 3 7 Tuntas
5 Baik Sekali 86 – 100 0 0 0 Tuntas
Jumlah 15 15 15
Dengan melihat data perolehan dan temuan, deskripsi dan refleksi dapat dilihat
bahwa dengan adanya kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan guru
dengan menggunakan metode SAVI (Somatis, Auditori, Visual and Intelectual) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari
naiknya prosentase nilai proses. Pembelajaran dan hasil tes belajar siswa pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan melalui metode pembelajaran
partisipasif terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas 2 SD Negeri Gunung Batin Ilir, hal ini dapat terlihat adanya
peningkatan proses dan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Adapun visualisasi
peningkatan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Dengan menggunakan model pembelajaran yang berfariatif maka diperoleh hasil


yang maksimal karena antusias peserta didik sangat meningkat kerena mereka
merasa tertantang dengan bentuk – bentuk pendekatan pembelajaran yang berfariasi.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas tersebut, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh
guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pelajaran Bahasa
Indonesia adalah :
a. Guru tidak mematahkan semangat siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru walaupun hasilnya kurang tepat tetapi harus memberirkan
motivasi dan menguatkan yan positif.
b. Guru harus menerangkan dengan menggunakan alat peraga dan metode diskusi
dalam proses pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
c. Guru sebelum mengajar harus mempersiapkan rancangan pembelajaran (RP)
terlebih dahulu.
27

d. Guru harus berusaha untuk meningkatkan suasana kelas yang kondusif dan
menyenangkan agar pembelajaran dapat mencapai tujuan dari pembelajaran
yang disampaikan.
e. Guru harus melibatkan secara aktif dalam pembelajran sehingga siswa merasa
dirinya adalah bagian dari pembelajran tersebut sehingga mereka terangsang
untuk aktif dalam pembelajaran.

Disamping itu berdasarkan pengalaman yang diperoleh oleh guru melalui


pelaksanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan PTK (Penelitian Tindakan kelas).
Kiranya dapat didiskusikan dalam kegiatan KKG. Dimana masing-masing guru dapat
bertukar pikiran dan pengalaman berkenaan dengan masalah dan tugas-tugas
mengajar sehari-hari.
28

DAFTAR PUSTAKA

Mulich, Masnur. 2006 Bahasa Indonesia dan era globalisasi.


http//muslich_m.blogspot/2006/Bahasa Indonesia/html.
Rekdale, Philip. 2008. Metode Pembelajaran. http//www/scribd.com/doc/1306535
metode-metode-pembelajaran.
Sanjaya, Ade. 2011. Pengertian Belajar. http : // aadesanjaya. blogspot. Com / 2011 /
05 / pengertian-belajar.html \
Sardiman AM. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Grafindo.
Kuswari, Rini. 2015. Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional. Tulang
Bawang Udik : Universitas Terbuka UPBJJ-UT Bandar Lampung.
Tim FKIP-UT. 2017. Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai