Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH IPA TERPADU

MANFAAT BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL DALAM KEHIDUPAN


MANUSIA

OLEH :

NAMA : FEBRONIA MINDA KATHARINA NENOMNANU

NIM : 2001060004

KELAS :A

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA

SEM :2

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah “Manfaat Bioteknologi

Konvesional dalam Kehidupan Manusia” dengan baik. Pengerjaan makalah ini merupakan

bagian dari tugas mata kuliah IPA Terpadu prodi pendidikan kimia Universitas Nusa Cendana.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu

dalam penyelesaian penyusunan makalah ini. Khususnya kepada dosen pengasuh yaitu Ibu Sry

Sumiyati yang telah membimbing penulis.

Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan, begitu juga halnya dengan

penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,

baik dari segi penulisan maupun isi, mengingat akan keterbatasan waktu, biaya serta kemampuan

teknis dan materi yang penulis miliki.

Untuk itu, sangat diharapkan kemakluman keterbatasan pembuatan tugas yang di berikan

ini. Penulis pun menerima dengan lapang dada kritikan maupun saran yang sifatnya membangun

dari pembaca agar dapat membenahi diri. Walaupun demikian, penulis berharap dengan tugas ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Kupang, 29 Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….…4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………5
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..5
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………………………5

BAB II DASAR TEORI


2.1 Bioteknologi Konvensional………………………………………………………………6
2.2 Perbedaan Bioteknologi Konvensional dan Modern…………………………………….7

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Manfaat Bioteknologi Konvensional Secara Umum…………………………………….8
3.2 Manfaat Bioteknologi Konvensional Dalam Bidang Pangan……………………………8
3.3 Pemanfaatan Bioteknologi Konvensional Dalam Produk Olahan Susu…………………9
3.4 Pemanfaatan Bioteknologi Konvensional Dalam Produk Olahan Non-Susu……………11
3.5 Penerapan Bioteknologi Konvensional Dalam Bidang Pertanian………………………..14
3.6 Penerapan Bioteknologi Konvensional Dalam Bidang Kesehatan………………………15
3.7 Penerapan Bioteknologi Konvensional Dalam Bidang Peternakan……………………..19

BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………20
3.2 Saran……………………………………………………………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kita semua tentu pernah memakan tempe, roti, atau keju hal ini berarti kita telah

menggunakan beberapa produk hasil bioteknologi. Bioteknologi menggunakan makhluk

hidup, pada umumnya berupa mikroorganisme (bakteri dan jamur), untuk menghasilkan

produk yang bermanfaat bagi manusia. Walaupun terdengar sebagai sesuatu yang sangat

baru, bioteknologi sebenarnya sudah digunakan dalam berbagai proses pada zaman dahulu.

Misalnya, penggunaan ragi untuk mengembangkan dan membuat adonan roti serta

pembuatan keju dan minuman beralkohol adalah merupakan salah satu contoh penerapan

bioteknologi.

Bioteknologi yang digunakan merupakan bioteknologi sederhana atau konvensional.

Kelimpahan sumber daya alam menyebabkan tingginya variasi jenis pangan di Indonesia,

salah satunya yaitu tempe. Tempe merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari

bioteknologi konvensional. Bioteknologi merupakan suatu bidang terapan biosains dan

teknologi menyangkut penerapan praktis organisme hidup atau komponen subselulernya

pada industri jasa dan manufaktur pengelolaan lingkungan, secara konvensional karena

teknologi yang digunakan masih tradisional dan sederhana. Pembuatan tempe dilakukan

dengan teknik fermentasi yang menerapakan prisnsip kerja dari bioteknologi konvensional.

Oleh karena itu dalam makalah ini kita akan membahas lebih luas lagi mengenai manfaat

bioteknologi konvensional dalam kehidupan manusia.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa manfaat bioteknologi secara umum?


2. Bagaimana pemanfaat bioteknologi konvensional dalam bidang pangan?
3. Bagaimana pemanfaatan bioteknologi konvensional dalam pengolahan bahan pangan
produk susu?
4. Bagaimana pemanfaatan bioteknologi konvensional dalam pengolahan bahan pangan
produk non susu?
5. Bagaimana pemanfaatan bioteknologi konvensional dalam bidang kesehatan?
6. Bagaimana pemanfaatan biteknologi konvensional dalam bidang pertanian?
7. Bagaimana pemanfaatan bioteknologi konvensional dalam bidang peternakan?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui manfaat bioteknologi konvensional
2. Mengetahui pemanfaatan bioteknologi konvensional dalam pengolahan pangan produk
susu
3. Mengetahui pemanfaatan bioteknologi konvensional dalam pengolahan pangan produk
non susu
4. Mengetahui pemanfaatan bioteknologi konvensional dalam bidang pertanian
5. Mengetahui pemanfaatan bioteknologi konvensional dalam bidang kesehatan
6. Mengetahui pemanfaatan bioteknologi konvensional dalam bidang peternakan

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Dapat menerapkan pengetahuan akan manfaat bioteknologi konvensional ini dalam
kehidupan sehari-hari
2. Memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan mengolah produk olahan pangan baik berbahan
dasar susu ataupun non-susu secara mandiri.
3. Menerapkan bioteknologi konvensional dalam bercocok tanam

5
BAB II
DASAR TEORI

3.1 Bioteknologi Konvensional


Bioteknologi konvensional merupakan proses bioteknologi sederhana dengan memanfaatkan

mikroba, proses biokimia dan genetika secara alami. Bioteknologi konvensional ini sudah

dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat sejak zaman dahulu, walaupun tanpa sebutan

bioteknologi untuk pembuatan alkohol, pembuatan anggur, dan berbagai produk lainnya. Contoh

proses bioteknologi konvensional adalah fermentasi dan hidroponik.

Ciri-ciri dari bioteknologi konvensional adalah:

 menggunakan teknologi sederhana

 biaya yang relatif murah

 tidak dapat menghasilkan sifat organisme yang baru

Produk-produk yang dapat dihasilkan dari bioteknologi konvensional adalah:

Bioteknologi konvensional memiliki kelebihan seperti lebih mudah untuk dilakukan,

dapat mengembangkan kandungan gizi dari makanan dan minuman, menghasilkan sumber

6
makanan baru, biaya yang lebih murah, dan tidak memiliki dampak negatif dalam jangka

panjang.

Namun, proses ini juga memiliki kekurangan seperti tidak dapat mengatasi masalah

genetik, sulit untuk memperkirakan hasil, bergantung pada kondisi alam seperti suhu dan

organisme lain di lingkungan.

Dengan demikian, bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi menggunakan

teknologi yang sederhana dengan metode yang lebih mudah namun kualitas produknya sulit

dikontrol jika diproduksi dalam jumlah yang besar.

3.2 Perbedaan Bioteknologi Konvensional Dan Modern

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Manfaat Bioteknologi Konvensional Secara Umum

Adapun manfaat dari bioteknologi konvensional adalah sebagai berikut:

 Meningkatkan kandungan gizi dari produk pangan baik berupa makanan dan minuman.

 Membantu proses peningkatan agrobisnis sebagai usaha untuk memproduksi bahan baku.

 Menambah jumlah lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan masyarakat.

 Menggalakkan produk dari industri rumah tangga.

Penerapan bioteknologi konvesional telah merambah beberapa bidang kehidupan manusia seperti

bidang pangan, pertanian, peternakan, dan juga kesehatan serta pengobatan.

3.2 Manfaat Bioteknologi Konvensional Dalam Bidang Pangan

Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme

untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan makanan, seperti tempe, tape, oncom,

dan kecap. Mikroorganisme dapat mengubah bahan pangan. Proses yang dibantu

mikroorganisme, misalnya dengan fermentasi, hasilnya antara lain tempe, tape, kecap, dan

sebagainya termasuk keju dan yoghurt. Proses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa lalu.

Ciri khas yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya penggunaan makhluk hidup

secara langsung dan belum tahu adanya penggunaan enzim.

 Menghasilkan produk bahan penyedap

 Menghasilkan produk minuman dan makan hasil fermentasi asam

 Menghasilkan produk makanan dan minuman hasil fermentasi alkohol

8
 Menghasilkan produk makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi

3.3 Penggunaan Bioteknologi Konvensional Dalam Produk Olahan Susu


1. Yoghurt

Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya sebagian besar

lemak dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri tersebut ditambahkan pada susu

dengan jumlah yang seimbang, selanjutnya disimpan selama ± 5 jam pada temperatur 45°C.

Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari kegiatan bakteri

asam laktat.

Selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi cita rasa. Yoghurt merupakan minuman yang

terbuat dari air susu. Apabila dibandingkan dengan susu biasa, yoghurt dapat memberikan efek

pengobatan terhadap lambung dan usus yang terluka. Selain itu, yoghurt dapat menurunkan

kadar kolesterol dalam darah sehingga mencegah penyumbatan di pembuluh darah.

Dalam proses pembuatannya, air susu dipanaskan terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi

bakteri yang lain. Setelah dingin, ke dalam air susu dimasukkan bakteri Lactobacillus

bulgaricus dan Streptococcus termophillus. Susu dibiarkan selama 4-6 jam pada suhu 38oC –

44o C atau selama 12 jam pada suhu 32oC.

9
Pada masa inkubasi akan dihasilkan asam laktat, asam inilah yang membuat yoghurt berasa

asam, dapat juga ditambahkan dengan buah, kacang, atau rasa lain yang diinginkan.Yoghurt

mengandung jutaan bakteri menguntungkan sehingga sanggup menekan bakteri yang merugikan

dalam saluran pencernaan, yoghurt juga lebih mudah dicerna dibandingkan susu biasa.

2. Keju

Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan

Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam

laktat. Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90 oC atau

dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai30oC. Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan.

Susu di panaskan agar bakteri asam laktat, yaitu streptococcus dan lactobacillus dapat tumbuh.

Bakteri bakteri ini memakan laktosa pada susu dan merubahnya menjadi asam laktat. Saat

tingkat keasaman meningkat, zat- zat padat dalam susu (protein, kasein, mineral, lemak, dan

beberapa vitamin) menggumpal dan membentuk dadih.

Akibat dari kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi cairan whey

dan dadih padat, kemudian ditambahkan enzim renin dari lambung sapi muda untuk

mengumpulkan dadih. Enzim renin dewasa ini telah digantikan dengan enzim buatan, yaitu

klimosin. Dadih yang terbentuk selanjutnya dipanaskan pada temperature 32 oC – 420oC dan

10
ditambah garam, Disini juga garam berfungsi untuk menghilangkan kadar air berlebih

mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak kering, serta mengawetkan dan

memurnikan keju.

kemudian ditekan untuk membuang air dan disimpan agar matang. Jumlah bakteri yang

dimasukkan dan suhunya sangatlah penting bagi tingkat kepadatan keju. Dengan bantuan

saringan, air dan air dadih akan terpisah. Adapun whey yang terbentuk diperas lalu digunakan

untuk makanan sapi.

3. Mentega

Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan

Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman. Selanjutnya, susu

diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan. Kemudian lemak mentega diaduk untuk

menghasilkan mentega yang siap dimakan.

3.4 Penggunaan Bioteknologi Konvensional Dalam Produk Olahan Non-Susu

1. Kecap

Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan pada kulit gandum terlebih

dahulu. Jamur Aspergillus oryzae bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada

11
kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran gandum. Setelah proses fermentasi

karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan produk kecap.

2. Tempe

Ragi merupakan kumpulan spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang. Dalam proses

pembuatan tempe paling sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus Rhizopus,

yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus oryzae.

Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai dan

memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses fermentasi tersebut menyebabkan

terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Perubahan tersebut

meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat.

Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di samping itu tempe mempunyai beberapa

khasiat, seperti dapat mencegah dan mengendalikan diare, mempercepat proses penyembuhan

duodenitis, memperlancar pencernaan, dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi

toksisitas, meningkatkan vitalitas, mencegah anemia, menghambat ketuaan, serta mampu

menghambat resiko jantung koroner, penyakit gula, dan kanker. Untuk membuat tempe, selain

diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi.

3.Tape

12
Tapai dibuat dengan cara fermentasi atau peragian. Pembuatan tapai melibatkan umbi

singkong sebagai substrat dan ragi tapai (Saccharomyces cerevisiae) yang dibalurkan pada umbi

yang telah dikupas kulitnya.

Dalam proses pembuatan tape singkong terjadi reaksi fermentasi atau peragian. Reaksi

yang terjadi pada proses fermentasi singkong menjadi tape adalah glukosa (C6H12O6) yang

merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH)

dan karbondioksida (CO2). Reaksi fermentasi ini disebut juga dengan respirasi anaerob yang

dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan. Respirasi anaerob adalah suatu jenis

respirasi yang tidak memerlukan oksigen (O2) yang dilakukan oleh mikroorganisme (seperti

bakteri dan jamur). Dalam setiap reaksi respirasi anaerob atau fermentasi akan dihasilkan etanol

(salah satu golongan alkohol) dan karbondioksida.

4. Anggur

Anggur dibuat melalui fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur. Biasanya dalam

proses fermentasi alkohol di gunakan khamir murni dari strain Sacharomyces cereviciae. Strain

dari Sacharomyces ellipsoids juga sering di gunakan. Khamir ini dapat mengubah glukosa

menjadi alkohol dan CO2.

Jenis minuman beralkohol antara lain : Anggut (wine), bir dan minuman keras. Anggur

(wine) merupakan minuman hasil fermenasi perasan buah anggur yang dilakukan oleh sel khamir

pada proses fermentasi gula yang terdapat di dalam perasan buah anggur akan dirombak oleh sel

khamir menjadi alkohol dan CO2.

13
5. Roti

Proses fermentasi ini dibantu dengan bantuan yeast atau khamir yaitu sejenis jamur. Yeast

yang ditambahkan pada adonan tepung akan menjadikan proses fermentasi, yaitu akan

menghasilkan gas karbon dioksida dan alkohol. Gas karbon dioksida tersebut dapat berguna

untuk mengembangkan roti, sedangkan alkohol dibiarkan menguap. Selanjutnya, akan terlihat

jika adonan tersebut dioven akan tampak lebih mengembang dan ukurannya membesar, hal ini

dikarenakan gas akan mengembang jika temperatur tinggi.

Umumnya fermentasi dapat memberikan hasil yang memuaskan bila khamir yang di gunakan

berasal dari ragi roti.

3.5 Penerapan Bioteknologi Konvensional Dalam Bidang Pertanian

Dalam dunia pertanian bioteknologi konvensional dapat digunakan untuk membuat pupuk

kompos, pupuk kandang dan biogas melalui proses fermentasi dengan bantuan

mikroorganisme. Contoh penerapan bioteknologi konvensional dalam bidang pertanian dapat

dengan mudah kita temui pada proses pembuatan pupuk kompos atau pupuk bokashi. Untuk

mempercepat proses dekomposisi bahan organik yang berasal dari dedaunan atau rerumputan,

para pembuat pupuk kompos umumnya akan menambahkan mikroorganisme pengurai bahan

organik. Dalam hal ini, mikroorganisme yang digunakan misalnya bakteri fotosintetik,

actinomicetes, bakteri asam laktat, ragi, dan jamur fermentasi . Dengan penambahan

mikroorganisme tersebut, fermentasi bahan organik berlangsung lebih cepat sehingga produksi

pupuk kompos dapat terus tersedia.

14
Pertanian dan peternakan tidak lepas dari pengaruh bioteknologi konvensional. Masyarakat

telah berusaha mendapatkan berbagai bibit unggul di bidang pertanian. Untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas panen, mereka harus mendapatkan benih unggul dari pertanian dengan

panen yang baik. Dari sana, orang menghasilkan beragam tanaman pertanian.

Ketika teknologi pupuk digunakan, itu juga berubah. Pupuk yang diproduksi secara alami

dan sintetis dari bahan sintetis telah dikembangkan untuk meningkatkan produk pertanian.

Ketika perbanyakan vegetatif dilakukan, ini harus dikembangkan untuk meningkatkan produksi

pertanian termasuk stek, transplantasi dan kultur jaringan.

3.6 Penerapan Bioteknologi Konvensional Dalam Bidang Kesehatan

Beberapa contoh bioteknologi tradisional di bidang pengobatan, misalnya

antibioticpenisilin yang digunakan untuk pengobatan, diisolasi dari bakteri dan jamur , dan

vaksin yang merupakan mikroorganisme yang toksinnya telah dimatikan bermanfaat untuk

15
meningkatkan imunitas .Antibiotik pinisilin, memanfaatkan kemampuan jamur Penicillium

notatum dan Penicillium crysogenum untuk mensintesis antibiotik ( ditemukan Alexander

Fleming, 1926 ).

Pemanfaatan bioteknologi kala itu masih sangat konvensional dan dikategorikan sebagai

bioteknologi tradisional. Diawal abad 20, Fleming menemukan antibiotik penisilin, dan di tahun

1982, obat berbasis rekombinasi DNA pertama diciptakan yaitu insulin manusia yang diproduksi

dengan memanfaatkan bakteri tanah, E-coli . Ciri khas yang tampak pada bioteknologi

konvensional, yaitu adanya penggunaan makhluk hidup secara langsung dan belum tahu adanya

penggunaan enzim

Aplikasi dari bioteknologi medis sudah berlangsung lama, sebagai contoh 100 tahun lalu

lintah umum digunakan untuk merawat penyakit dengan cara membiarkan lintah menyedot darah

pasien bloodletting. Hal ini dipercaya dapat menghilangkan darah yang sudah terjangkit

penyakit.

Macam-macam bioteknologi kesehatan konvensional

Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan

penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat

proses fermentasi yang tidak sempurna.

1. Vaksin

Vaksin dari kata vaccinia, penyebab infeksi cacar sapi yang ketika diberikan kepada

manusia, akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar), adalah bahan antigenik yang

digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat

16
mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami. Vaksin dapat berupa galur

virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.

Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya. Vaksin akan

mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen

tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk

melawan sel-sel degeneratif .

Vaksin digunakan untuk mencegah serangan penyakit terhadap tubuh yang berasal dari

mikroorganisme. Vaksin didapat dari virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau racun yang

diambil dari mikroorganisme tersebut. Secara konvensional pelemahan kuman dilakukan dengan

pemanasan atau pemberian bahan kimia.

2. Antibiotik

Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme terutama bakteri

dan jamur yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri atau mikroorganisme

yang lain. Dengan demikian, antibiotik digunakan untuk melawan infeksi bakteri atau jamur.

Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu dan berfungsi untuk

menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh

dari jamur atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu.

Contoh :

- Antibiotik penisilin dihasilkan oleh jamur Penicillium. Antibiotik merupakan suatu zat

kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang dapat menghambat atau

mematikan pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme lainnya.

17
- Jamur Penicillium notatum dan Penicillium crysogenum mengeluarkan zat penisilin

yang dapat mematikan bakteri yang hidup disekitarnya.

beberapa mikroorganisme juga digunakan sebagai antibiotik, antara lain:

 Cephalospurium ::penisilin N.

 Cephalosporium : sefalospurin C.

 Streptomyces : : streptomisin, untuk pengobatan TBC

3. Hormon Insulin

Insulin disintesis oleh sel-sel beta dengan cara yang mirip dengan sintesis protein, yang

biasanya dipakai oleh sel, yakni diawali dengan translasi RNA insulin oleh ribosom yang

melekat pada retikulum endoplasma untuk membentuk preprohormon insulin.

Preprohormon awal ini memiliki berat molekul kira-kira 11.500, namun selanjutnya akan

melekat erat pada retikulum endoplasma untuk membentuk proinsulin dengan berat molekul

kira-kira 9000; lebih lanjut sebagian besar proinsulin ini lalu melekat erat pada alat Golgi untuk

membentuk insulin sebelum terbungkus dalam granula sekretorik. Akan tetapi, kira-kira

seperenam dari hasil akhirnya tetap dalam bentuk proinsulin. Proinsulin ini tidak memiliki

aktivitas insulin. Sintesis insulin akan menghasilkan efek samping rantai C-peptid. Perhitungan

terhadap rantai C-peptid dapat digunakan sebagai perhitungan kadar insulin dalam darah. Insulin

juga menyebabkan sebagian besar glukosa yang diabsorbsi sesudah makan segera disimpan

dalam hati dalam bentuk glikogen.

Fungsi insulin :

1. Membantu pembakaran dan penyerapan glukosa oleh sel badan

18
2. Mengimbangkan paras glukosa didalam darah dan mencegah kencing manis.

3. Membantu sel menyimpan tenaga dalam bentuk glukosa didalam hati

4. Membantu proses penyimpanan glukosa berlebihan dalam bentuk lemak didalam hati.

3.7 Bioteknologi Konvensional Dalam Bidang Peternakan

Penerapan bioteknologi konvensional sangat penting untuk meningkatkan produksi

hewan. Untuk mendapatkan benih yang lebih tinggi, manusia harus bereproduksi dengan sapi

pilihan. Bagi petani, benih berkualitas tinggi sangat penting untuk meningkatkan produksi

daging, telur dan susu berkualitas tinggi. seperti: inseminasi buatan dan fertilisasi in fitro.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Bioteknologi Konvensional merupakan bioteknologi yang menggunakan mikroorganisme

sebagai alat untuk menghasilkan produk dan layanan, seperti Jamur dan bakteri yang

menghasilkan enzim tertentu yang dimetabolisme untuk mendapatkan produk yang diinginkan.

Bioteknologi konvensional juga merupakan aplikasi bioteknologi yang digunakan karena sains

belum berkembang pesat, penggunaannya dengan teknik fermentasi skala kecil terbatas pada

peran organisme, dan prosesnya masih sangat sederhana.

Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang menggunakan mikroorganisme untuk

menghasilkan alkohol, asam asetat, gula atau bahan makanan seperti tempe, tape, oncom, dan

kecap merupakan contoh penggunaan bioteknologi konvensional dalam pengolahan pangan. Jadi

bioteknologi konvensional berperan dalam berbagai bidang lain seperti bidang pertanian,

kesehatan, dan peternakan.

4.2 SARAN

Meskipun bioteknologi konvensional ini sangat bermanfaat dan bagi berbagai aspek

kehidupan manusia namun perlu dipertimbangkan dari kekurangan pemanfaatan teknologi ini

dalam mengatasi masalah genetik, sulit untuk memperkirakan hasil, bergantung pada kondisi

alam seperti suhu dan organisme lain di lingkungan. Kurang cocok untuk digunakan dalam

industry berskala besar.

20
DAFTAR PUSTAKA

bioteknologi pangan konvensional.staff.uny.id

biologi SMA kelas XII peminatan Erlangga 2018

https://id.wikipedia.org/wiki/bioteknologi

https://www.usd.ac.id

https://www.zenius.net/prologmateri/biologi/Bioteknologi-Konvensional

jurnal.unair.ac.id_biotech

jurnal.unud.bioteknologi konvensional-fermentasi

www.academia.edu

21

Anda mungkin juga menyukai