Anda di halaman 1dari 3

Tujuan Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :  1  1


Tujuan pelayanan asuhan kesehatan gigi yang tertuang dalam Kepmenkes No. 284 tahun
2006 tentang standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkan
profesionalisme perawat gigi dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Sedang tujuan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut menurut Depkes R.I (1995) meliputi :
T
a).  ujuan Umum :
Meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam rangka
tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut, serta status kesehatan
gigi dan mulut yang optimal.
T
b).  ujuan Khusus :
- Meningkatnya pengetahuan, sikap dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
dibidang kesehatan gigi dan mulut yang mencakup : Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut,
mampu melaksanakan upaya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, mengetahui
kelainan-kelainan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut serta mampu mengambil tindakan yang
tepat untuk mengatasinya, dan mampu menggunakan sarana pelayanan kesehatan gigi yang
tersedia secara wajar.

Pengertian Karies Gigi dan Proses


Terjadinya Karies Gigi
Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :  1  0

Pengertian Karies Gigi dan Proses Terjadinya Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama
dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. 
Karies gigi atau dental caries menurut Susanto (2009) adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai
dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi dan meluas kearah pulpa.
Penyakit karies gigi terjadi karena demineralisasi jaringan permukaan gigi oleh asam organis yang
berasal dari makanan yang mengandung gula. Karies gigi bersifat kronis dan dalam
perkembangannya membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita
mempunyai potensi mengalami gangguan seumur hidup. Namun demikian penyakit ini sering tidak
mendapat perhatian dari masyarakat dan perencana program kesehatan, karena jarang
membahayakan jiwa.
Karies gigi merupakan penyakit kronis nomor satu di dunia dan prevalensi penyakit tersebut
meningkat pada jaman modern. Peningkatan tersebut dihubungkan dengan perubahan pola dan
jenis makanan. Penyebaran penyakit karies dilihat sebagai fenomena gunung es. Menurut
Schuurs, karies adalah suatu proses kronis yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan
antara gigi dan lingkungan dalam rongga mulut.

Proses Terjadinya Karies Gigi


Dalam konsep yang baru, ternyata proses terjadinya karies adalah dinamik, perubahan pH pada
pertemuan plak dan permukaan gigi selalu berubah-ubah sesuai sesuai dengan adanya ion-ion
yang menentukan keasaman pada daerah tersebut. Hal ini dimungkinkan dengan sifat email yang
berpori dan memungkinkan pertukaran ion-ion dari dan keluar email terjadi. Proses karies juga
merupakan proses yang terjadi antara penyerangan dan pertahanan, namun proses tersebut dapat
dihentikan. Selanjutnya dapat menjadi aktif kembali jika keadaan dalam plak di sekitar gigi berubah
menjadi asam dan menyebabkan kelarutan email lebih tinggi.
Menurut teori Miller, mikroorganisme Laktobasillus acidophilus dan streptococcus
mutans berhubungan erat dalam proses karies gigi. Telah dibuktikan bahwa dengan melakukan
penambalan gigi yang karies maka jumlah kuman dalam mulut berkurang.
Praktek Mandiri Perawat Gigi Permenkes 58
Tahun 2012
Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :  0  0
Praktek mandiri perawat gigi dulu hanya angan-angan tapi sekarang sudah menjadi kenyataan,
dengan diterbitkannya Permenkes Nomor 58 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
Perawat Gigi maka seorang perawat gigi untuk sekarang ini dapat melakukan pekerjaan atau
praktik mandiri.

Diterbitkannya Permenkes ini bagi sebagian kalangan perawat gigi


merupakan sebuah berita gembira namun bagi kalangan perawat gigi yang lain Permenkes ini
tidak ada artinya bagi kemajuan profesi perawat gigi.
Kalangan yang menganggap Permenkes ini adalah berita gembira beralasan bahwa jalan legal
terbuka untuk perawat gigi melakukan praktik mandiri. Sedangkan kalangan yang menganggap
kehadiran Permenkes ini tidak ada artinya beralasan adanya batasan pekerjaan perawat gigi
(hanya promotif dan preventif), sehingga berasumsi jika pekerjaan hanya sedemikian untuk apa
praktik mandiri.

Saya tertarik menelaah Permenkes 58 Tahun 2012 yang semoga tulisan singkat ini menjadi
tambahan wacana dan penengah asumsi-asumsi diatas.
Mohon perhatian bahwa telaah saya ini belum bisa menjadi landasan karena bisa BENAR bisa
SALAH, karena telaah ini hanya asumsi saya pribadi berdasarkan keilmuan hukum saya pribadi.
Telaah Tentang Permenkes 58 Tahun 2012 :
1. Telaah I Batasan Kewenangan Perawat Gigi
Pasal 16 ayat (1) dinyatakan bahwa kewenangan perawat gigi meliputi tindakan peningkatan
kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi, tindakan medik dasar pada kasus penyakit
gigi terbatas, pelayanan higiene kesehatan gigi.
Pada ayat (2) dinyatakan perawat gigi yang melakukan pekerjaan secara mandiri hanya memiliki
kewenangan tindakan peningkatan kesehatan gigi (huruf a) dan pencegahan penyakit gigi (huruf
b).
Jika kita menelaah pasal diatas sudah sangat jelas bahwa apabila seorang perawat gigi
melakukan praktek mandiri maka pekerjaan yang dilakukan mutlak dan terbatas pada tindakan
promotif dan preventif.
2. Telaah II Standar Minima Sarana, Peralatan dan Obat
Pasal 23 menjelaskan perawat gigi yang akan melakukan pekerjaan secara secara mandiri harus
memiliki standar minima sarana, peralatan dan obat sesuai dengan KEBUTUHAN ASUHAN
PELAYANAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT.
Jika kita padukan kedua pasal diatas maka akan bertolak belakang, mengapa demikian ? Pasal
pertama menjelaskan tindakan praktik mandiri perawat gigi hanya terbatas promotif dan preventif
disisi lain diatur standar minima yang bertolak belakang (peralatan mencakup kuratif sederhana).
Permasalahan ini sebenarnya mudah kita selesaikan, coba lihat bunyi akhir Pasal 23 (sesuai
dengan kebutuhan pelayanan keperawatan gigi dan mulut). 
Dengan demikian maka perawat gigi bisa berpatokan pada asuhan pelayanan keperawatan gigi
dalam menjalankan praktik mandiri.
Pasal 16 diatas jika kita lihat sepintas memang menakutkan sekaligus kebangetan, namun asumsi
saya melihat pasal ini tidaklah demikian, pasal ini saya anggap sebagai PASAL JITU yang dapat
mencegah seorang perawat gigi bekerja kebablasan, karena tidak bisa kita pungkiri bahwa hampir
semua tenaga kesehatan di Indonesia ini bekerja melewati batas kewenangannya. 
Seolah Permenkes 58 ini mengatakan "Kalau perawat gigi ingin praktek mandiri maka pekerjaan
utama adalah promotif dan preventif , karena standar pelayanan dan kewenangan perawat gigi
juga sampai kuratif sederhana maka itu toleransi dalam praktik mandiri".
Kesimpulan saya, standar pelayanan perawat gigi yang mencakup kuratif sederhana adalah batas
toleransi yang dapat dilakukan oleh perawat gigi dalam praktik mandiri, meskipun secara kasat
mata bertentangan pasal 16 diatas.
Jadi, jika perawat gigi menjalankan pasal 16 dan toleransi kewenangan berdasarkan standar
pelayanan keperawatan gigi maka tidaklah bertentangan dengan Permenkes 58 Tahun 2012 ini.
Oke cukup sekian dulu bahasan tentang Praktek Mandiri Perawat Gigi Permenkes 58 Tahun
2012 nanti kalau ada waktu saya sambung lagi bahasan ini.

Anda mungkin juga menyukai