Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

ACARA 2: BATUAN BEKU

DIVA AULIA WULAN PERTIWI A.


D111 21 1008

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.

Karena dengan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan

praktikum geologi fisik pada acara pengenalan batuan sedimen Jurusan Teknik

Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Dengan selesainya laporan ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada, Bapak Dr. Ir. Irzal Nur, MT. selaku

dosen mata kuliah Geologi Fisik, asisten - asisten praktikum beserta teknisi laboratorium

yang membimbing dalam pelaksanaan praktikum Geologi Fisik, dan semua anggota

kelompok yang bekerja sama dengan baik untuk menyelesaikan tugas praktikum.

Laporan ini disusun berdasarkan pada Praktikum Geologi Fisik yang diberikan

selama pertemuan acara pengenalan batuan sedimen. Penulis menyadari bahwa laporan

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima

kritik dan saran untuk perbaikan maupun penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Gowa, September 2021

Diva Aulia Wulan Pertiwi A.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

DAFTAR GAMBAR ...................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL .......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ............................................... Error! Bookmark not defined.

1.1 LATAR BELAKANG ........................................ Error! Bookmark not defined.

1.2 RUMUSAN MASALAH ................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 TUJUAN PRAKTIKUM .................................... Error! Bookmark not defined.

1.4 RUANG LINGKUP ......................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II PENGENALAN BATUAN BEKU ........................ Error! Bookmark not defined.

2.1 BATUAN SEDIMEN ....................................... Error! Bookmark not defined.

2.2 PROSES PEMBENTUKAN BATUAN SEDIMEN....... Error! Bookmark not defined.

2.3 JENIS-JENIS BATUAN SEDIMEN ....................... Error! Bookmark not defined.

2.4 TEKSTUR DAN STRUKTUR BATUAN SEDIMEN ..... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODOLOGI .............................................. Error! Bookmark not defined.

3.1 ALAT DAN BAHAN........................................ Error! Bookmark not defined.

3.2 TAHAPAN PRAKTIKUM.................................. Error! Bookmark not defined.

BAB IV PEMBAHASAN ............................................... Error! Bookmark not defined.

4.1 ST-01 Batu Breksi ........................................ Error! Bookmark not defined.

4.2 ST-02 Batu Lempung .................................... Error! Bookmark not defined.

3
4.3 ST-03 Batu Serpih ........................................ Error! Bookmark not defined.

4.4 ST-04 Batu Bara .......................................... Error! Bookmark not defined.

4.5 ST-05 Batu Konglomerat ............................... Error! Bookmark not defined.

4.6 ST-06 Batu Pasir .......................................... Error! Bookmark not defined.

4.7 ST-07 Batu Gamping..................................... Error! Bookmark not defined.

BAB V PENUTUP ........................................................ Error! Bookmark not defined.

5.1 KESIMPULAN .............................................. Error! Bookmark not defined.

5.2 SARAN ...................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... vii

LAMPIRAN ..................................................................................................... viii

4
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Klasifikasi Batuan Sedimen ............................................................5

Gambar 2.2 Persentase Total Area Batuan Sedimen ..........................................7

Gambar 2.3 Persentase Volume Batuan Sedimen ....................................... 9

Gambar 3.1 Kikir Baja .....................................................................................14

Gambar 3.2 Kawat Tembaga ...........................................................................15

Gambar 3.3 Paku............................................................................................15

Gambar 3.4 Kaca ............................................................................................16

Gambar 3.5 Lup Geologi..................................................................................16

Gambar 3.6 Magnet ........................................................................................17

Gambar 3.7 Penggaris.....................................................................................17

Gambar 3.8 HCl..............................................................................................18

Gambar 3.9 Pulpen .........................................................................................18

Gambar 3.10 Pensil ........................................................................................19

Gambar 3.11 Pensil Warna ..............................................................................19

Gambar 3.12 Lembar Deskripsi ........................................................................20

Gambar 3.13 Patron Pengerjaan ......................................................................20

Gambar 3.14 Buku Rocks and Minerals .............................................................21

Gambar 4.1 Batu Breksi .................................................................................22

Gambar 4.2 Batu Lempung ..............................................................................23

Gambar 4.3 Batu Serpih ..................................................................................23

Gambar 4.4 Batu Bara ....................................................................................24

Gambar 4.5 Batu Konglomerat .........................................................................25

Gambar 4.6 Batu Pasir ....................................................................................25

Gambar 4.7 Batu Gamping ..............................................................................26

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batu adalah salah satu bagian dari kekayaan alam di Indonesia. Dengan

banyaknya berbagai jenis batuan yang tersebar di seluruh alam Indonesia. Terdapat

banyak cara untuk mengidentifikasi sebuah batu, bisa dilihat langsung secara kasat mata

dan bisa juga lewat alat mikroskop. Dari cara tersebut mungkin yang paling mudah

adalah secara kasat mata untuk langsung mengenali jenis batuan tersebut, oleh karena

itu diperlukan suatu alat bantu sebagai pembanding tenaga ahli untuk meyakinkan

klasifikasi jenis batuan beku dengan akurasi yang tinggi dan waktu yang singkat (Muliani,

2017).

Batuan adalah benda padat yang terbuat secara alami dari mineral atau

mineraloid. Secara umum terdapat tiga jenis batuan yang ada di permukaan bumi, yang

berasal dari proses pembentukan yang berbeda-beda. Magma yang keluar dari perut

bumi dan membeku karena mengalami proses pendinginan mengasilkan batuan beku.

Batuan yang lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian

lapukannya diangkut oleh air, udara yang selanjutnya diendapkan dan berakumulasi di

dalam cekungan pengendapan, membentuk sedimen. Material-material sedimen itu

kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah batuan

sedimen.

Batuan beku atau batuan sedimen dapat berubah bentuk dalam waktu yang

sangat lama dengan adanya perubahan temperatur serta tekanan yang kemudian

menjadi batuan metamorf. Beragam jenis batuan sedimen dapat dilihat dari tekstur

batuan dan hanya ahli geologi yang dapat mengklasifikasinya. 2017).

6
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan batuan sedimen.

2. Bagaimana struktur dan tekstur pada pendeskripsian batuan sedimen.

3. Bagaimana mendeskripsikan batuan sedimen secara makrokopis dan dapat

menentukan nama batuan tersebut.

1.3 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan batuan sedimen.

2. Mengetahui struktur dan tekstur pada pendeskripsian batuan sedimen.

3. Mampu mendeskripsikan batuan sedimen secara makropis dan dapat

menentukan nama batuan tersebut.

1.4 Ruang Lingkup

Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, 24 September 2021 di Laboratorium

Eksplorasi yakni mendeskripksikan berbagai batuan sedimen yang disediakan disetiap

stasiun. Pendeskripsian batuan sedimen ini meliputi klasifikasi batuan sedimen.

7
BAB II

PENGENALAN BATUAN SEDIMEN

2.1 Batuan Sedimen

Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada

kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih

dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya diangkut

oleh air, udara yang selanjutnya diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan

pengendapan, membentuk sedimen. Material-material sedimen itu kemudian

terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah batuan sedimen. Batuan

sedimen terdiri dari berbagai macam jenis tergantung dari kandungan mineral yang

terdapat di dalamnya (Devita, 2017).

Batuan – batuan hasil proses alamiah sangat banyak jenisnya, umumnya terbagi

menjadi tiga proses utama yaitu proses kristalisasi yang menghasilkan jenis batuan beku,

proses metamorfisme yang menghasilkan jenis batuan metamorf, proses pengendapan

yang menghasilkan jenis batuan sedimen. Dari tiap jenis batuan tadi juga menghasilkan

batuan yang berbeda seperti batuan sedimen meliputi konglomerat, batu pasir, batuan

gamping dan sebagainya, batuan beku juga terbagi lagi seperti batuan granit, batuan

andesit dan batuan basalt. Dan jenis batuan metamorf juga terbagi lagi meliputi batuan

marmer dan batusabak. Melihat banyaknya jenis batuan diatas, sebagai ahli geologi

dalam menentukan jenis batuan menggunakan panca indra penglihatan masih memiliki

kelemahan.

Batuan sedimen sendiri terbagi menjadi silisiklastik, organik, kimiawi. Batuan

jenis silisiklastik juga terbagi bermacam jenisnya seperti batuan konglomerat, batupasir,

dan batuan lumpur. Batuan jenis organik terbagi menjadi dua batuan, yaitu batu
gamping dan batubara. Batuan jenis kimiawi terbagi menjadi dua macam batu rijang

dan batu gypsum. Sedangkan batuan beku terbagi menjadi tiga batuan, seperti batuan

granit, batuan andesit, batuan basalt. Dan batuan metamorf terbagi menjadi 2 yaitu

batuan marmer dan batusabak (Wibowo, 2017).

Mineralogi, geokimia dan sifat fisik dan mekanik batuan dari empat profil

pelapukan: Batulumpur dan batupasir berumur Miosen hingga Pleistosen di Jepang

menunjukkan bahwa pelapukan kimiawi batuan sedimen adalah dicirikan oleh reaksi

berurutan antara perkolasi air tanah dan mineral pembentuk batuan. Pirit, yang umum

mineral yang terkandung dalam batuan sedimen, sangat penting dalam reaksi berurutan

ini. Pirit dioksidasi oleh oksigen yang datang dari permukaan tanah dan asam sulfat

dihasilkan di dasar zona teroksidasi. Sulfur asam, pada gilirannya, melarutkan bahan

pembentuk batuan untuk membuat zona terlarut. Jika fluks oksigen dan air berada di

arah yang sama, asam sulfat yang dihasilkan di bagian depan oksidasi bermigrasi lebih

jauh dan membentuk zona terlarut. Jika ini fluks berada dalam arah yang berlawanan,

zona teroksidasi dan terlarut tidak dibedakan. Batuan di zona terlarut disebabkan oleh

pelindian asam dan bersifat asam jika mineral penyangga, seperti kalsit dan zeolit, tidak

hadir. Di zona teroksidasi, batupasir diperkuat karena sementasi oleh oksida besi atau

hidroksida, sedangkan batulumpur melemah karena memiliki fraksi liat yang lebih besar

dan luas permukaan spesifik yang lebih besar daripada batupasir (Chigira and Oyama,

1999).

2.2 Pembentukan Batuan Sedimen

Batuan sedimen terbentuk pada suhu dan tekanan rendah di permukaan bumi

karena pengendapan oleh air, angin, atau es. Sebaliknya, batuan beku dan batuan

metamorf terutama terbentuk di bawah permukaan bumi di mana suhu dan tekanan

mungkin lebih tinggi daripada yang ada di permukaan, meskipun batuan vulkanik

4
akhirnya mendingin di permukaan. Ini Perbedaan mendasar asal usul batuan

menyebabkan perbedaan fisika dan kimia karakteristik yang membedakan satu jenis

batuan dari yang lain. Batuan sedimen adalah dicirikan terutama oleh adanya lapisan,

meskipun lapisan juga ada di beberapa batuan vulkanik dan metamorf, dan oleh tekstur

dan struktur yang khas. Banyak batuan sedimen juga dibedakan dari batuan beku dan

batuan metamorf oleh komposisi mineral dan kimia serta kandungan fosil. Batuan

sedimen menutupi kira-kira tiga perempat permukaan bumi. Mereka memiliki special

signifikansi genetik karena tekstur, struktur, komposisi, dan kandungan fosilnya

mengungkapkan sifat lingkungan permukaan masa lalu dan bentuk kehidupan di Bumi.

Jadi, mereka hanya menyediakan kami petunjuk yang tersedia untuk evolusi lanskap

Bumi dan bentuk kehidupan melalui waktu. Ini karakteristik batuan sedimen itu sendiri

cukup alasan untuk mempelajari sedimen batu.

Selain itu, banyak batuan sedimen mengandung mineral dan bahan bakar fosil

yang memiliki: signifikansi ekonomi. Minyak bumi, gas alam, batu bara, garam, fosfor,

belerang, besi dan lainnya bijih logam, dan uranium adalah contoh dari beberapa

ekonomi yang sangat penting produk yang terjadi pada batuan sedimen. Banyak istilah

berbeda yang digunakan untuk menggambarkan studi batuan sedimen, termasuk:

stratigrafi, sedimentasi, sedimentologi, dan paleontologi (Boggs and Sam, 2009).

Seperti disebutkan, semua batuan sedimen berasal dari beberapa cara oleh

pengendapan sedimen melalui agen air, angin, atau es. Mereka adalah produk dari

suksesi yang kompleks dan berurutan dari proses geologi yang dimulai dengan

pembentukan batuan induk melalui intrusi, metamorfisme, vulkanisme, dan

pengangkatan tektonik. Proses fisik, kimia, dan biologis selanjutnya berperan peran

penting dalam menentukan produk sedimen akhir.

Pelapukan menyebabkan fisik dan penguraian kimiawi batuan induk, yang

mengarah pada konsentrasi residu partikulat yang resisten (terutama mineral silikat dan

5
fragmen batuan) dan pembentukan mineral sekunder seperti tanah liat mineral dan

oksida besi. Pada saat yang sama, konstituen larut seperti kalsium, kalium, natrium,

magnesium, dan silika dilepaskan dalam larutan. Konstituen yang larut secara konstan

terbawa dari lokasi pelapukan di perairan permukaan (dan tanah) yang akhirnya dibuang

ke laut.

Vulkanisme eksplosif juga dapat menyumbangkan sejumlah besar partikulat

(piroklastik) puing-puing, termasuk feldspar, fragmen batuan vulkanik, dan kaca. Pada

waktunya, partikulat dihilangkan dari tanah oleh erosi, dan mengalami transportasi oleh

air, angin, atau es ke cekungan pengendapan di ketinggian yang lebih rendah. Di dalam

cekungan pengendapan, transportasi partikel akhirnya berhenti ketika partikel disimpan

di bawah dasar gelombang. Larut konstituen dikirim ke cekungan oleh air permukaan,

atau ditambahkan ke air laut oleh air-batuan interaksi di sepanjang punggungan yang

menyebar di tengah laut, pada akhirnya dapat terakumulasi di perairan cekungan di

konsentrasi yang cukup tinggi untuk menyebabkan penghapusan mereka oleh proses

anorganik.

Dalam banyak kasus, pengendapan konstituen terlarut dibantu dalam beberapa

cara oleh proses biologis. Juga, residu organik tumbuhan atau hewan, yang terbawa dari

tanah atau berasal dari pengendapan cekungan, dapat diendapkan bersama dengan

detritus yang berasal dari darat atau endapan kimia/biokimia Setelah pengendapan

sedimen partikulat atau endapan kimia/biokimia, penguburan terjadi karena sedimen ini

ditutupi oleh lapisan sedimen yang lebih muda. Peningkatan suhu dan tekanan yang

dihadapi selama penguburan menyebabkan diagenesis sedimen, yang mengarah ke

solusi dan penghancuran beberapa konstituen, generasi beberapa mineral baru dalam

sedimen, dan akhirnya konsolidasi dan litifikasi sedimen menjadi batuan sedimen.

Suksesi proses sedimen yang sangat umum ini mengarah pada generasi empat jenis

dasar konstituen partikel silisiklastik yang luar biasa, kimia/biokimia konstituen,

6
konstituen karbon, dan konstituen autigenik - yang, dalam berbagai proporsi, membuat

semua batuan sedimen.

Gambar 2.1 Klasifikasi Batuan Sedimen

Batuan sedimen sekarang menutupi sekitar 80 persen dari total luas daratan Bumi

(Ronov, 1983). Mereka juga menutupi sebagian besar dasar laut, di atas ruang bawah

tanah batuan vulkanik. Menurut Ronov, batuan sedimen membentuk sekitar 11 persen

dari volume (9,5 persen massa) kerak bumi dan 0,1 persen volume (0,05 persen massa)

total Bumi. Ketebalan rata-rata cangkang sedimen bumi adalah 2,2 km, tetapi

ketebalannya bervariasi luas di berbagai bagian benua dan cekungan laut. Sebagian

besar volume batuan sedimen kerak bumi (sekitar 70 persen) terkonsentrasi di benua,

yang membentuk sekitar 29 persen dari permukaan bumi. Sekitar 13 persen batuan

7
sedimen terjadi di landas kontinen dan lereng benua, yang bersama-sama membentuk

sekitar 14 persen dari permukaan bumi. Sekitar 17 persen dari volume total batuan

sedimen terjadi di dasar lautan, yang merupakan sekitar 58 persen dari permukaan bumi

(Ronov, 1983).

Gambar 2.2 Persentase Total Area Batuan Sedimen

Seperti disebutkan, batuan yang membentuk cangkang sedimen bumi sebagian

besar adalah serpih, batupasir, dan batuan karbonat. Perkiraan masa lalu, oleh pekerja

yang berbeda, dari kerabat proporsi jenis batuan ini dalam tumpukan sedimen total

bervariasi secara signifikan. Estimasi oleh Ronov (1983), berdasarkan data yang

diperoleh dengan pengukuran langsung dari distribusi jenis batuan yang paling penting,

menunjukkan bahwa serpih membentuk sekitar 50 persen batuan sedimen di benua,

batupasir 24 persen, batuan karbonat 24 persen, menguapkan sekitar 1 persen, dan

batuan mengandung silika (rijang) sekitar 1 persen. Dalam tabulasi ini, Ronov

tampaknya menyatukan batuan sedimen kaya besi dengan batuan karbonat, mungkin di

8
bawah asumsi bahwa batuan kaya besi terbentuk oleh alterasi siderit (besi karbonat).

Fosfor dan batuan sedimen karbon dihilangkan dari tabulasi karena volume keseluruhan

mereka cukup kecil dibandingkan dengan batuan sedimen lainnya. Konglomerat

mungkin termasuk dengan batupasir (Boggs and Sam, 2009).

Distribusi jenis batuan sedimen berdasarkan umur ditunjukkan pada gambar 2.3.

Perhatikan bahwa volume relatif serpih yang diawetkan per satuan umur tidak berubah

secara signifikan sejak awal/tengah (Arkean) waktu Prakambrium.

Gambar 2.3 Persentase Volume Batuan Sedimen

2.3 Jenis-Jenis Batuan Sedimen

1. Batuan sedimen Klastik

Batuan sedimen klastik terbentuk dari pengendepan kembali batuan-batuan asal.

Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen itu sendirimaupun batuan

metamorf. Dalam pembentukkannya batuan sedimen klastik ini mengalami diagnesa

yaitu perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sediment

selama proses litifikasi. Batuan sedimen klastik tersusun olek klastik-klastik yang terjadi

9
karena proses pengendapan secara mekanis dan banyak mengandung mineral allogenic.

Mineral allogenic adalah mineral yang tidak terbentuk pada lingkungan sedimentasi atau

pada saat sedimentasi terjadi. Mineral ini berasal dari batuan asal yang telah mengalami

transportasi dan kemudian terendapkan pada lingkungan sedimentasi. Pada umumnya

berupa mineral yang mempunyai resistensi tinggi. Contohnya: kuarsa, biotit, hornblende,

plagioklas dan garnet (Zuhdi, 2019):

2. Batuan Sedimen Non Klastik

Batuan sedimen proses pembentukannya dapat berasal dari proses kimiawi, atau

sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati. Warna Secara umum

warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Warna mineral pembentukkan batuan sedimen. Contoh jika mineral

pembentukkan batuan sedimen didominasi oleh kwarsa maka batuan akan

cenderung berwarna putih.

2. Warna massa dasar (matrik) atau warna semen.

3. Warna material yang menyelubungi (coating material).Contoh batu pasir, kwarsa

yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau.

4. Derajat kehalusan butir penyusunnya. Pada batuan dengan komposisi yang sama

jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung akan lebih gelap. Warna

batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan, jika kondisi

lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap dibandingkan

pada lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak kandungan material

organik (organik matter) mempunyai warna yang lebih gelap

2.4 Tekstur Dan Struktur Batuan Beku

Secara umum tekstur adalah aspek batuan yang dipengaruhi oleh ukuran,

bentuk, dan keteraturan dari butirannya sedangkan struktur merupakan kenampakan

10
batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar, merupakan suatu kelainan dari

perlapisan normal batuan sedimen dan diakibatkan oleh proses pengendapan dan

keadaan energi pembentuknya. Berdasarkan pembagian jenisnya, batuan sedimen

terbagi menjadi dua yaitu batuan sedimen klastik dan non klastik, berikut adalah tekstur

dan struktur dari batuan sedimen (Koesoemadinata, 1981).

1. Tekstur batuan sedimen klastiks

1) Ukuran butir

Besar butir adalah unsur utama dari tekstur batuan sedimen klastik, yang

berhubungan dengan tingkat energi pada saat transportasi dan pengendapan.

Klasifikasi besar butir yang sering dipakai dengan menggunakan skala

Wentworth. Klasifikasi besar butir ini sangat penting karena dipakai sebagai salah

satu penamaan batuan sedimen.

2) Kebundaran butir (roundness)

Kebundaran merupakan aspek bentuk butir yang menyatakan ketajaman

sudut butiran. Aspek ini mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.

Semakin bundar suatu butir ini menandakan asal sumber butiran jauh dari tempat

pengendapan sedangkan butir yang lancip menandakan asal butir dekat dengan

tempat pengendapan sedimen.

3) Sortasi (pemilahan)

Pemilahan adalah derajat kesamaan atau keseragaman antar butir. Tingkat

pemilahan ini dibagi menjadi dua, yaitu Sortasi buruk dan sortasi baik.

4) Kemas (fabric)

Kemas merupakan sifat hubungan anata butir sebagai fungsi orientasi butir

dan packing. Secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran

salam sedimentasi serta keadaan porosias dan permebealitas batuan. Pada

batuan dengan kemas tertutup ini menandakan bahwa proses pembentukan

11
batuan , sedimen datang secara langsung sehingga butiran tidak memiliki ruang

kosong. Selain itu kemas dapat juga diakibatkan oleh struktur yang

mempengaruhi batuan tersebut.

2. Tekstur batuan sedimen non klastik

1) Kristalin

tekstur ini merupakan batuan sedimen yang terdiri dari krital-kristal yang

interlocking, yaitu kristal-kristal yang saling mengunci satu dengan yang lainnya.

2) Amorf

merupakan batuan sedimen yang terdiri dari mineral-mineral yang tidak

membentuk kristal-kristal atau amorf (non klastik) yang umumnya berukuran

lempung atau kaloid.

3. Stuktur batuan sedimen klastik

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan

sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi

pembentukannya.pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun

segera setelah proses pengendapan. Berdasarkan asalnya struktur sedimen yang

terbentuk dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Sturktur sedimen primer

Merupakan batuan yang terbentuk karena proses sedimentasi dengan

demikian dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Antara lain :

perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan

bersusun dan lain-lain.

2) Sturktur sedimen sekunder

Merupakan batuan yang terbentuk sesudah sedimentasi, sebelum atau pada

waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan

12
misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain : cetak

beban, rekah kerut, jejak binatang dan lain-lain.

3) Struktur Organik

Merupakan struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti

molusca, cacing atau binatang lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi

pertumbuhan dan lain-lain.

4) Struktur batuan sedimen non klastik

Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun

aktifitas organisme, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Fossiliferous, merupakan struktur yang menunjukkan adanya fosil.

2) Oolitik dan pilostik merupakan struktur dimana fragmen klastik diselubungi

oleh mineral non klastik, bersifat konsentris dengan diameter kurang dari 2

mm.

3) Konkresi, merupakan struktur yang sama dengan oolitik namun tidak

konsentris.

4) Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.

5) Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Ciri khasnya

adalah adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan

lempungan tersebut karena proses dehidrasi yang melalui celah-celahnya

terisi oleh mineral karbonat.

6) Goode, banyak dijumpai pada batu gamping, berupa rongga-rongga yang

terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal

dapat berupa kalsit maupun kuarsa.

7) Styolit, kenampakan bergerigi pada batu gamping sebagai hasil pelarutan.

13
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu:

3.1.1 Alat

1. Kikir baja

Kikir baja merupakan kikir yang terbuat dari baja dengan berbagai bentuk dan

ukuran. Kikir dapat digunakan untuk mengubah bentuk dan ukuran benda kerja,

atau dapat juga digunakan untuk proses penyelesaian menghaluskan

permukaan. Pada dasarnya kikir merupakan alat untuk memotong bahan yang

lunak dengan berbagai jenis. Berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui

kekerasan suatu mineral (skala Mohs = 6,5-7).

Gambar 3. 1 Kikir baja

2. Kawat tembaga

Tembaga adalah jenis logam dasar yang cukup lunak (dengan ukuran 3 pada

skala Mohs). Tidak heran kalau logam ini banyak digunakan dalam berbagai

macam kerajinan. Dalam praktikum “Pengenalan Batuan Beku”, kawat tembaga

berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral atau

batuan (skala Mohs = 3).

14
Gambar 3. 2 Kawat tembaga

3. Paku

Paku adalah logam keras berujung runcing, umumnya terbuat dari baja, yang

digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus keduanya. Dalam

praktikum “Pengenalan Batuan Beku”, paku berfungsi sebagai pembanding untuk

mengetahui kekerasan suatu mineral (skala Mohs = 6-6,5).

Gambar 3. 3 Paku

4. Kaca

Kaca merupakan zat tembus cahaya dan jernih yg terjadi jika tanah kersik dalam

bentuk pasir yg dilebur bersama zat-zat kimia. Dalam praktikum “Pengenalan

Batuan Beku”, paku berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan

suatu batuan (skala Mohs = 5,5 - 6).

15
Gambar 3. 4 Kaca

5. Lup geologi

Lup adalah sebuah lensa cembung yang mempunyai titik fokus yang dekat

dengan lensanya. Benda yang akan diperbesar terletak di dalam titik fokus lup

itu atau jarak benda ke lensa lup tersebut lebih kecil dibandingkan jarak titik

fokus lup ke lensa lup tersebut. Dalam praktikum pengenalan mineral, lup geologi

digunakan untuk melihat benda-benda yang kecil agar tampak lebih besar

misalnya warna, pecahan, dan lain-lain.

Gambar 3. 5 Lup geologi

6. Magnet

Magnet adalah suatu benda yang mampu menarik benda lain di sekitarnya yang

memiliki sifat khusus. Dalam praktikum, magnet digunakan dengan cara

16
menggantungkannya pada seutas benang. Sedikit demi sedikit batuan

didekatkan pada magnet untuk mengetahui sifat kemagnetan sebuah batuan.

Gambar 3. 6 Magnet

7. Penggaris

Penggaris merupakan sebuah alat ukur yang dipakai untuk mengukur besaran

panjang. Pada praktikum, penggaris digunakan untuk mengukur besaran

panjang sebuah batuan.

Gambar 3. 7 penggaris

3.1.2 Bahan

1. HCl 0,5 M 30 ml

17
Asam klorida (HCl) adalah senyawa kimia bersifat asam kuat, yang terdiri dari

ikatan kimia antara atom hidrogen dan atom klorin. Digunakan sebagai pereaksi

pada batuan untuk membuktikan batuan kalsit. Apabila direaksikan pada kalsit,

akan menghasilkan buih/gelembung.

Gambar 3. 8 HCl 0,1 M 30 ml

2. Pulpen

Digunakan untuk menulis data-data yang didapat dari pengamatan kegiatan

praktikum.

Gambar 3. 9 Pulpen

3. Pensil

18
Pensil adalah sebuah alat tulis berupa kayu kecil bulat berisi arang keras.

Digunakan untuk menulis data-data dan menggambar sketsa dari batuan yang

telah diamati dalam kegiatan praktikum.

Gambar 3. 10 Pensil

4. Pensil warna

Pensil warna adalah media seni yang dibuat dari inti berpigmen kecil yang

terbungkus dalam cangkang silinder kayu seperti halnya pensil. Digunakan untuk

mewarnai gambar logo pada sampul tugas pendahuluan dan batuan yang telah

diamati selama praktikum.

Gambar 3. 11 Pensil warga

4. Lembar deskripsi mineral 15 lembar

Sebagai tempat pencatatan data-data dari sifat fisik batuan yang telah diamati

ketika melakukan praktikum.

19
Gambar 3. 12 Lembar deskripsi batuan

5. Lembar patron Praktikum Geologi Fisik 15 lembar

Sebagai tempat untuk mencatat jawaban soal-soal pendahuluan sebagai

pendahulu dalam melakukan praktikum.

Gambar 3. 13 Lembar patron

6. Buku Rock and Mineral

Merupakan salah satu buku pedoman yang digunakan untuk mendeskripsikan

mineral.

20
Gambar 3. 14 Buku Rock and Mineral

21
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 ST-01 Batu Breksi

Batuan tersebut merupakan batuan sedimen yang mempunyai sifat fisik yang

terlihat, batuan ini memilik warna segar hitam, serta warna lapuk hitam kecokelatan.

Batuan sedimen ini adalah jenis batuan sedimen klastik, dengan struktur bedding.

Tekstur batuan ini memiliki ukuran butir sebesar 64-256 disebut dengan berangkal,

pembundaran sub-angular (menyudut sebagian), pemilahan atau sortasi yang baik

karena butir-butirnya rapat dan hampir sama, serta kemas yang tertutup. Batuan

sedimen ini memiliki komposisi fragmen. Genesis batu breksi adalah tersusun atas

batuan dengan fragmen menyudut (tajam). Ruang antara fragmen besar bisa diisi

dengan matriks partikel yang lebih kecil atau semen mineral yang mengikat batu itu

bersama-sama. Spesimen yang ditunjukkan di atas memiliki ukuran garis tengah sekitar

dua inci (lima sentimeter).

Gambar 4.1 Batu Breksi

22
4.2 ST-02 Batu Lempung

Batuan tersebut merupakan batuan sedimen yang mempunyai sifat fisik yang

terlihat, batuan ini memilik warna segar putih pekat, serta warna lapuk putih

kecokelatan. Batuan sedimen ini adalah jenis batuan sedimen klastik, dengan struktur

bedding. Tekstur batuan ini memiliki ukuran butir sebesar, pembundaran sub-angular

(menyudut tidak sempurna), pemilahan atau sortasi yang baik karena butir-butirnya

rapat dan hampir sama, serta kemas yang tertutup. Genesis batu lempung merupakan

jenis batuan yang terbentuk dari proses pelapukan batuan, baik itu batuan metamorf,

ataupu batuan endapan. Batu lempung memiliki sifat yang liat atau plastis. Batuan jenis

ini umumnya memiliki struktur yang padat karena tersusun atas mineral yang banyak

mengandung silika.

Gambar 4.2 Batu Lempung

4.3 ST-03 Batu Serpih

Batuan tersebut merupakan batuan sedimen yang mempunyai sifat fisik yang

terlihat, batuan ini memilik warna segar hitam, serta warna lapuk hitam kecokelatan.

Batuan sedimen ini adalah jenis batuan sedimen klastik, dengan struktur bedding.

Tekstur batuan ini memiliki ukuran butir sebesar 64-256 disebut dengan berangkal,

23
pembundaran sub-angular (menyudut sebagian), pemilahan atau sortasi yang baik

karena butir-butirnya rapat dan hampir sama, serta kemas yang tertutup. Batuan

sedimen ini memiliki komposisi fragmen. Genesis batu serpih adalah yang terdiri dari

lumpur yang merupakan campuran dari serpihan mineral - mineral lempung dan fragmen

- fragmen kecil (partikel - partikel berukuran lanau) dari mineral lainnya, terutama kuarsa

dan kalsit.

Gambar 4.3 Batu Serpih

4.4 ST-04 Batu Bara

Batuan tersebut merupakan batuan sedimen yang mempunyai sifat fisik yang

terlihat, batuan ini memilik warna segar hitam pekat, serta warna lapuk hitam

kecokelatan. Batuan sedimen ini adalah jenis batuan sedimen non klastik, dengan

struktur fossiliferous. Tekstur batuan ini adalah amorf, ukuran butir sebesar 64-256

disebut dengan berangkal, pembundaran angular (menyudut), pemilahan atau sortasi

yang baik karena butir-butirnya rapat dan hampir sama, serta kemas yang tertutup.

Batuan sedimen ini memiliki komposisi monomineralic karbon. Genesis batu bara adalah

dari hasil pembusukan dan fosil-fosil organisme yang telah mati dan melapuk. Dan

kegunaanya sebagai bahan bakar hingga kini.

24
Gambar 4.4 Batu Bara

4.5 ST-05 Konglomerat

Batuan tersebut merupakan batuan sedimen yang mempunyai sifat fisik yang

terlihat yaitu, batuan ini memilik warna segar hitam kecoklatan, serta warna lapuk hitam

kekuningan. Batuan sedimen ini adalah jenis batuan sedimen klastik, dengan struktur

bedding. Tekstur batuan ini memiliki ukuran butir sebesar 1-2 disebut dengan pasir

sangat kasar, pembundaran sub-rounded (membundar tidak sempurna), pemilahan atau

sortasi yang baik karena butir-butirnya rapat dan hampir sama, serta kemas yang

tertutup. Genesis hasil dari abrasi pantai, hasil dari pelapukan yang mengalami

transportasi serta hasil tercampurnya unsur kimia dan bio kimia. Dan Lempung

umumnya digunakan untuk bahan pembuatan keramik, bahan baku semen portland,

genteng, gerabah dan bata.

25
Gambar 4.5 Konglomerat

4.6 ST-06 Batu Pasir

Batuan ini merupakan batuan sedimen yang mempunyai sifat fisik yang terlihat

yaitu, batuan ini memilik warna segar putih, serta warna lapuk putih kekuningan. Batuan

sedimen ini adalah jenis batuan sedimen klastik, dengan struktur bedding. Tekstur

batuan ini yaitu ukuran butir sebesar 0,5-1 disebut dengan pasir kasar, pembundaran

angular (menyudut), pemilahan atau sortasi yang baik karena butir-butirnya rapat dan

hampir sama, serta kemas yang tertutup. Batuan sedimen ini memiliki komposisi matriks

karena material penyusunnya bisa dikatakan besar. Genesis batu pasir adalah dari hasil

pembekuan pasir yang telah mengalam litofisis. Litofisis adalah proses pembentukan

batuan dari material asalnya sendiri. Dan kegunaanya sebagai bahan bangunan.

Gambar 4.6 Batu Pasir


26
4.7 ST-07 Batu Gamping

Batuan ini merupakan batuan sedimen yang mempunyai sifat fisik yang terlihat yaitu,

batuan ini memilik warna segar putih, serta warna lapuk putih kekuningan. Batuan

sedimen ini adalah jenis batuan sedimen klastik, dengan struktur bedding. Tekstur

batuan ini yaitu ukuran butir sebesar 1/8-1/4 disebut dengan pasir halus, pembundaran

sub-rounded (membundar sebagian), pemilahan atau sortasi yang baik karena butir-

butirnya rapat dan hampir sama, serta kemas yang tertutup. Batuan sedimen ini memiliki

komposisi matriks karena material penyusunnya bisa dikatakan besar. Genesis batu

gamping adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium karbonat

(CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Batu gamping kebanyakan merupakan batuan

sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-

pecahan sisa organisme.

Gambar 4.7 Batu Gamping

27
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum geologi fisik acara 2 pengenalan

batuan beku adalah sebagai berikut:

1. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada kondisi

temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih

dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya

diangkut oleh air, udara, atau es, yang selanjutnya diendapkan dan berakumulasi

di dalam cekungan pengendapan, membentuk sedimen.

2. Struktur dan tekstur pada pendeskripsian batuan sedimen terbagi menjadi dua

yaitu struktur dan tekstur batuan sedimen klastik, dan struktur dan tekstur

batuan sedimen non-klastik.

3. Suatu batuan sedimen dapat diketahui dengan melakukan pendeskripsian dan

menentukan nama daari batuan tersebut.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari praktikum ini bagi peneliti yaitu dapat dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai pengenalan batuan sedimen sebagai bahan untuk bisa

mengenali sifat-sifat dari berbagai macam batuan beku, menjaga kebersihan di dalam

laboratorium dan menambah waktu pendeskripsian batuan.

28

Anda mungkin juga menyukai